1, Januari 2020: 61 - 70
Received May 8, 2019 – Accepted September 1, 2019 – Available online January 1, 2020
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of difference of tofu waste liquid
organic fertilizer concentration on green mustard (Brassica juncea L.) growth and yield on
floating raft hydroponic systems. The research was done from April to May 2019 in a
greenhouse at Faculty of Agriculture and Business SWCU's Kartini Testing Field. The
research use Randomized Block Design (RBD) that composed of one factor which is the
giving of various tofu waste liquid organic fertilizer concentration and ABmix nutrition as a
comparison. Treatment consist of five level which are ABmix 5 ml l-1, POC 4 ml l-1, POC 6 ml
l-1, POC 8 ml l-1; and POC 10 ml l-1. The result shows that the treatment of tofu waste liquid
organic fertilizer concentration has not been able to give a same result as AB mix treatment
in every parameters, except number of leaves and root's lenght.
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perbedaan konsentrasi
pupuk organik cair dari limbah ampas tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
hijau pada sistem hidroponik rakit apung. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai
Mei 2019 di Greenhouse Kebun Percobaan Kartini Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri satu faktor, yaitu pemberian berbagai konsentrasi pupuk organik cair limbah ampas
tahu dan nutrisi AB mix sebagai pembanding. Perlakuan terdiri atas lima taraf, yaitu AB mix
5 ml l -1; POC 4 ml l -1; POC 6 ml l -1; POC 8 ml l -1; dan POC 10 ml l -1. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk organik cair ampas tahu belum mampu
memberikan hasil yang sama dengan perlakuan AB mix pada semua parameter, kecuali
parameter jumlah daun dan panjang akar.
Kata kunci: sawi, hidroponik rakit apung, pupuk organik cair
1
Alamat penulis untuk korespondensi: Reprianus Jupry. Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Jln. Diponegoro No.52-60, Salatiga, Kec.
Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50711, Indonesia, Jupryquakerz@gmail.com
ampas tahu sebagai sumber nutrisi tanaman kemudian diaduk secara merata. Ember
pada budidaya secara hidroponik sistem tersebut ditutup dan didiamkan selama dua
rakit apung yang belum pernah dilakukan minggu. Setelah dua minggu, tutup ember
sebelumnya. Penelitian ini mengkaji tersebut dibuka kemudian saring pupuk
pengaruh pemberian berbagai konsentrasi organik cair yang telah dibuat tersebut
POC dari limbah ampas tahu terhadap menggunakan kain saring. Setelah disaring,
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau pu pu k c a i r s e l a nj ut n ya s u da h da pa t
pada sistem hidroponik. digunakan. Selanjutnya, benih sawi disemai
selama dua minggu pada media rockwool
BAHAN DAN METODE yang telah dibasahi nutrisi AB mix dengan
konsentrasi 0,5 ml l -1 dan diletakkan di
Penelitian ini dilaksanakan pada tempat persemaian. Kemudian tanaman sawi
bulan April 2019 sampai Mei 2019 di dipindahkan ke instalasi rakit apung yang
Greenhouse Kebun Percobaan Kartini sudah disediakan. Sebelum dipindah terlebih
Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas dahulu dilakuan seleksi bibit yang
Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa pertumbuhannya baik dan seragam, yaitu
tengah. Peralatan yang digunakan dalam mempunyai daun sebanyak dua hingga tiga
penelitian meliputi: bak plastik, net pot, helai. Bibit ditanam pada media air yang
styrofoam, ember, corong plastik, gelas ukur terlebih dahulu dicampur dengan larutan
plastik, TDS meter, pH meter, amplop putih, hara pupuk cair yang sudah dibuat. Media
spektrofotometer, oven, erlenmeyer, tabung kemudian dimasukan ke dalam wadah bak
reaksi, pipet tetes, pipet volume, alat tulis, yang berukuran 25 cm x 15 cm x 10 cm.
label, kalkulator, timbangan, dan alat Selanjutnya wadah ditutup bagian atasnya
dokumentasi. Bahan yang digunakan dalam dengan styrofoam yang sudah dilubangi
penelitian meliputi: benih sawi varietas yang jumlahnya empat buah. Lubang
Shinta, nutrisi AB mix, pupuk cair ampas tersebut merupakan tempat untuk
tahu, rockwool, air, dan dimetil sulfoksida. meletakkan netpot yang berisikan media
Rancangan yang digunakan adalah rockwool yang merupakan tempat tumbuh
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang tanaman sawi.
terdiri atas satu faktor, yaitu pemberian Setiap wadah berisikan nutrisi POC
berbagai konsentrasi pupuk organik cair dengan konsentrasi empat ml, enam ml,
limbah ampas tahu dan nutrisi AB mix 5 ml delapan ml, 10 ml, dan AB mix lima ml
l-1 sebagai pembanding. Perlakuan terdiri sebagai pembandingnya untuk satu liter air,
atas lima taraf, yaitu AB mix, POC 4 ml l -1, beserta pengulangannya. Kegiatan
POC 6 ml l-1, POC 8 ml l-1, dan POC 10 ml perawatan yang dilakukan adalah
l-1. Setiap taraf menggunakan lima ulangan, pemeliharaan media dan pengendalian hama
sehingga dibutuhkan 25 satuan percobaan. penyakit. Pemeliharaan media dilakukan
Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan penambahan larutan nutrisi apabila
dengan pembuatan pupuk cair dari limbah telah melewati batas minimum sesuai
ampas tahu. Adapun cara kerja pembuatan dengan konsentrasi setiap perlakuan. Selain
pupuk cair berdasarkan penelitian Septiyani itu dilakukan pengadukan setiap hari pada
(2013), yaitu mencampurkan 1,5 kg ampas larutan nutrisi agar larutan dalam bak tetap
tahu, dua liter air kelapa, dan 200 ml EM4 dalam keadaan homogen. Sedangkan
ke dalam ember yang telah disediakan, pengendalian hama dan penyakit dilakukan
64 Jurnal Pertanian Agros Vol.22 No.1, Januari 2020: 61-70
dengan kultur teknis tanpa menggunakan pada umur 29 HST hingga panen umur 32
bahan kimia seperti pestisida. Pemanenan HST.
dilakukan saat tanaman sawi hijau berumur Secara umum hasil analisis terhadap
32 HST. Pemanenan dilakukan dengan cara tinggi tanaman sawi menujukkan bahwa
mengambil sawi dari net pot dan perlakuan pembanding masih lebih baik
melepaskan rockwool dari batang tanaman dibandingkan dengan perlakuan POC ampas
sawi untuk selanjutnya dilakukan tahu. Menurut Agustina (2004), AB mix
pengamatan. Variabel pengamatan terdiri sebagai sumber nutrisi anorganik sudah
atas komponen pertumbuhan dan hasil memiliki unsur hara lengkap yang tersedia
tanaman sawi yang meliputi tinggi tanaman, secara langsung. Yunindanova et al. (2018),
panjang akar, jumlah daun, luas daun, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
diameter batang, berat basah dan kering komposisi nutrisi yang terkadung pada AB
tanaman serta total klorofil daun. Data mix meliputi unsur hara makro (N, P, dan
dianalisis menggunakan sidik ragam dan K) dan mikro (Ca, Mg, Cu, Fe, Mn dan Zn)
diuji lanjut menggunakan uji BNJ pada taraf yang diperlukan oleh tanaman. Sedangkan
kesalahan lima persen. POC ampas tahu dengan kandungan hara N
0,11 persen, P 0,13 persen, K 0,19 persen,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan C-organik 0.28 persen diduga belum
mampu memenuhi kebutuhan unsur hara
Tinggi Tanaman. Hasil penelitian
memperlihatkan adanya peningkatan tinggi tanaman sawi, sehingga jumlah nutrisi yang
tanaman dari masing-masing perlakuan diberikan pada
-1 tanaman-1 dengan konsentrasi
-1
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman sawi pada berbagai konsentrasi POC ampas tahu
Tinggi tanaman (cm)
Konsentrasi POC
17 HST 20 HST 23 HST 26 HST 29 HST 32 HST
Pembanding
(ABmix 5 ml L-1) 12.86 15.74 19.6 22.72 26.86 b 29.32 b
4 ml L-1 12.7 15.38 19.3 21.38 23.34 a 24.34 a
6 ml L-1 11.98 14.74 19 21.06 23.22 a 24.14 a
8 ml L -1
12.4 15.02 19.38 21.54 22.98 a 23.62 a
10 ml L-1 12.6 15.02 19.06 20.86 22.22 a 23.02 a
Uji F tn tn tn tn * *
Keterangan: (*) berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; (tn) tidak berpengaruh nyata pada taraf
uji 5%; Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%; HST= hari setelah tanam
Tabel 2. Rerata panjang akar tanaman sawi pada berbagai konsentrasi POC ampas tahu
Panjang akar. Hasil analisis sidik ragam air dalam media nutrisi. Pertumbuhan akar
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi yang baik akan menghasilkan tanaman yang
POC memberikan pengaruh nyata terhadap baik pula (Adelia et al. 2013). Menurut
pa nja ng akar tanama n sa wi. Ta bel 2 Baluska et al. (1995), keterkaitan akar
memperlihatkan panjang akar tertinggi dengan pertumbuhan tanaman digambarkan
adalah pada perlakuan konsentrasi empat ml berdasarkan tingkat rasio akar dan pucuk.
l-1 berbeda nyata dari panjang akar dengan Nyakpa et al. (1988) menyatakan bahwa
perlakuan konsentrasi enam ml l -1, delapan perkembangan akar dipengaruhi oleh
ml l-1, 10 ml l -1. Hal tersebut diduga karena ketersediaan air dan nutrisi. Nutrisi yang
POC dengan konsentrasi empat ml l -1 cukup untuk diserap tanaman akan
mampu diserap tanaman sawi dengan baik meningkatkan pertumbuhan akar seperti
hingga panen. Akar merupakan faktor panjang akar. Meskipun demikian perlakuan
penting dalam pertumbuhan tanaman yang tersebut masih berbeda nyata dengan
mengatur dalam menyerap unsur hara dan panjang akar pada perlakuan pembanding.
66 Jurnal Pertanian Agros Vol.22 No.1, Januari 2020: 61-70
Hal tersebut sesuai dengan pendapat 20, 23, 26,29 HST. Namun pada
Agustina (2004), bahwa AB mix sebagai pengamatan umur 32 HST (panen),
sumber nutrisi anorganik sudah memiliki pemberian berbagai konsentrasi POC ampas
unsur hara lengkap yang tersedia secara tahu berpengaruh nyata terhadap jumlah
langsung, sehingga berpengaruh pada daun tanaman. Pada tabel 3 tampakmpula
peningkatan panjang akar tanaman sawi bahwa pengamatan umur 32 HST dengan
tertinggi. j um l a h da un te rt i nggi t er da pat pa da
perlakuan dengan konsentrasi 10 ml l-1 (9.2
Jumlah daun. Pada tabel 3 tampak terjadi -1
, enam ml l , delapan ml l
pada beberapa pengamatan, yaitu umur 17,
Tabel 3. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi pada Berbagai Konsentrasi POC Ampas Tahu
Luas daun. Hasil analisis sidik ragam pada Tersedianya karbohidrat akan meningkatkan
parameter luas daun menunjukkan bahwa sintesis protein. Peningkatan protein
perlakuan konsentrasi POC tidak memberikan meningkatkan protoplasma sebagai penyusun
pengaruh nyata terhadap luas daun dan berbeda sel yang mendorong terjadinya pembelahan sel
nyata terhadap luas daun tanaman pembanding. sehingga daun dapat tumbuh menjadi panjang
Pada tabel 4 tampak luas daun yang diberi dan lebar (Hakimet al.1986).
perlakuan konsentrasi POC lebih rendah Ha si l ana li s i s s i di k ra ga m pa da
daripada pembanding. Perlakuan dengan parameter diameter batang menunjukkan
pemberian konsentrasi POC delapan ml l -1 bahwa perlakuan berbagai konsentrasi POC
menghasilkan luas daun tertinggi, tidak tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
berbeda nyata dengan perlakuan empat ml l -1, diameter batang tanaman. Perlakuan
e n a m m l l -1, d a n 1 0 m l l -1. H a s i l i ni pembanding menghasilkan diameter batang
menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi tertinggi yang berbeda nyata dengan semua
empat ml l-1, enam ml l-1, delapan ml l-1, dan 10 perlakuan konsentrasi POC ampas tahu. Hasil
ml l-1 POC belum optimum meningkatkan luas ini diduga karena diameter batang dipengaruhi
daun dibanding kontrol. Hal ini diduga oleh ketersediaan unsur hara pada pemberian
kandungan hara pada POC ampas tahu belum nutrisi. Menurut Fernandez et al. (2011),
mampu memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar
tanaman sawi. Menurut Suryani (2015), dibanding unsur lain pada setiap tahap
kekurangan hara pada tanaman akan pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti
memengaruhi sintesis protein dalam tanaman, p e r k e m b a n ga n ba t a n g da n d a u n. P a d a
sehingga berdampak pada pertumbuhan yang konsentrasi POC empat ml l -1, enam ml l -1,
lambat. Pada AB mix dihasilkan luas daun delapan ml l-1, 10 ml L -1 belum menunjukkan
tertinggi, diduga karena AB mix memiliki diameter batang yang optimum karena unsur
unsur hara yang tersedia bagi tanaman, hara belum memenuhi kebutuhan tanaman.
khususnya nitrogen sehingga mendorong Pemberian POC konsentrasi yang rendah dan
peningkatan sintesis klorofil dalam jaringan tanaman sawi dengan umur yang pendek
daun. Peningkatan klorofil dalam jaringan memberikan reaksi yang lambat terhadap
daun berdampak pada peningkatan efektivitas pertumbuhan tanaman (Sundariet al. 2016).
fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat.
Tabel 4. Luas daun dan diameter batang tanaman sawi pada berbagai konsentrasi POC ampas tahu
Berat Segar dan Berat Kering Tanaman berdasarkan berat basah dan berat keringnya.
Sawi. Hasil tanaman sawi dipengaruhi Ha s i l a nal i si s si di k r a ga m da t a t a bel 5
pertumbuhannya. Makin baik pertumbuhan menunjukkan bahwa semua perlakuan
m a k a ha s i l n y a j u g a ba i k . H a s i l pr o s e s konsentrasi POC ampas tahu tidak berbeda
pertumbuhan dan perkembangan diamati nyata terhadap berat basah dan kering batang
68 Jurnal Pertanian Agros Vol.22 No.1, Januari 2020: 61-70
dan daun tanaman. Pembanding berbeda nyata pertumbuhan tanaman sawi terlambat sehingga
sehingga menghasilkan berat basah dan kering berat segar batang dan daun tanaman sawi
batang dan daun tertinggi dibandingkan belum optimal. Selain itu batang dan daun
perlakuan dengan berbagai konsentrasi POC pada tanaman sawi merupakan bagian yang
ampas tahu. Sedangkan pada hasil analisis sidik banyak mengandung air, sehingga semakin
ragam berat basah dan kering akar menunjukkan besar batang dan jumlah daun semakin banyak
bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh maka kadar air pada tanaman semakin tinggi,
terhadap variabel berat basah akar. Berat basah ini menyebabkan tanaman semakin berat.
dan kering akar pada perlakuan berbagai Pertambahan jumlah dan luas daun merupakan
konsentrasi POC ampas tahu terlihat sebanding proses pertumbuhan yang berpengaruh
dengan perlakuan AB mix. langsung pada berat kering tanaman, karena
Secara umum hasil ini menunjukkan daun sebagai sink pada tanaman. Hal ini sesuai
bahwa pada berat basah dan kering batang dan pendapat (Hamim 2004), bahwa proses
daun tanaman, perlakuan konsentrasi POC fotosintesis secara optimal terjadi pada
belum optimum dibandingkan dengan AB mix tanaman yang memiliki banyak daun.
Hal ini diduga pengaruh pertumbuhan, karena Fotosintesis yang sering terjadi akan
menurut (Haryadi et al. 2015), peningkatan meningkatkan fotosintat sehingga berat kering
pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi bagian batang dan daun akan meningkat.
ketersediaan nutrisi dan air akan secara Pada berat basah dan kering akar
otomatis meningkatkan berat segar tanaman tanaman dengan perlakuan konsentrasi POC
dan berat kering tanaman. Tersedianya unsur sudah optimum karena sebanding perlakuan
hara yang cukup pada pertumbuhan tanaman pembanding. Ini diduga nutrisi POC dan AB
akan mendukung laju fotosintesis secara mix berpengaruh sama pada perkembangan
optimal. Dengan meningkatnya laju akar. Menurut Nyakpa e t a l . 1988),
fotosintesis pada tanaman maka proses perkembangan akar dipengaruhi ketersediaan
pembentukan karbohidrat, lemak, dan protein air dan nutrisi. Nutrisi dan air yang cukup akan
akan berjalan dengan sempurna, sehingga akan meningkatkan perkembangan akar.
diperoleh hasil yang maksimal (Krisna 2014). Perkembangan akar yang optimal
POC dengan kandungan hara yang lebih menyebabkan berat akar tanaman semakin
rendah dibanding AB mix menyebabkan meningkat.
Tabel 5. Rerata berat basah dan kering tanaman sawi pada berbagai konsentrasi POC ampas tahu
dan pembanding
Berat Basah (gram) Berat Kering (gram)
Konsentrasi POC
Batang dan Daun Akar Batang dan Daun Akar
Pembanding (ABmix 5 ml l-1) 29.752 b 10.668 2.398 b 0.640
4 ml l-1 16.558 a 12.206 1.888 a 0.610
6 ml l -1
15.140 a 11.894 1.684 a 0.498
8 ml l-1 14.922 a 11.436 1.642 a 0.488
10 ml l-1 14.800 a 11.708 1.672 a 0.490
Uji F * tn * tn
Keterangan: (*) berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; (tn) tidak berpengaruh nyata pada taraf uji
5%; Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman (Reprianus Jupry, Theresa Dwi Kurnia) 69
Tabel 6. Rerata total klorofil daun tanaman sawi pada berbagai konsentrasi POC ampas tahu
O., & Barlow, P.(1995). Structure and Karya Ilmiaah. Jurusan Manajemen
Function of Roots. Netherlands: Kluwer Pertanian. Politeknik Pertanian Negerti
Academic. Samarinda.
Fernandez, E. R., Garcia, N. J. M., & Setiawati, T., Saragih, I. A., Nurzaman, M.,
Restrepo, D. H. (2011). Mobilization of & Mutaqin, A. Z. (2016). Analisis Kadar
nitrogen in the olive bearing shoots after Klorofil dan Luas Daun Lampeni (Ardisia
f ol i a r a p pl i c a t i o n o f U r e a . Scientia humilis Thunberg) pada Tingkat
Horticulturae, 127(3), 452–454. Perkembangan yang Berbeda di Cagar Alam
Pangandaran. Prosiding Seminar Nasional
Hakim, N., Nyakpa, Y., Lubis, A., Nugroho, MIPA 2016, 122–126.
S., Saul, M., Diha, M. A., Bailey, H. H.
(1986). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Shanker, A. K., Cervantes, C., Tavera, H.
Lampung: Universitas Lampung. L., & Avudainayagam, S. (2005).
Chromium toxicity in plants. Environment
Hamim, H. (2004). Underlying drought International,31(5), 739–753.
stre ss ef fect on pla nt : Inhibiti on of
photosynthesis. Jurnal Hayati, 11(4), 164– Silvina, F., & Syafrinal. (2008). Penggunaan
169. Berbagai Medium Tanam dan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan dan
Haryadi, D., Yetti, H., & Yoseva, S. (2015). Pr od uks i M e nt i m u n J e pa ng ( Cucumis
Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pupuk sativus) secara Hidroponik. SAGU, 7(1), 7–
terhadap Pertumbuhan dan Produksi 12.
Tanaman Kailan (Brassica alboglabra L.).
Jom Faperta, 2(2), 1–10. Sundari, R, I., & H, U. S. (2016). Pengaruh
POC dan ABmix terhadap Pertumbuhan dan
Krisna. (2014). Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis
Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.) L.) dengan Sistem Hidroponik. Magrobis,
Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair 16(2), 9–19.
Ampas Nilam. Journal Unitas, 16(1), 65–
74. Suryani, R. (2015). Budidaya Tanaman
Tanpa Tanah mudah, bersih dan
Nurrohman, M., Suryanto, A., & W, K. P. menyenangkan. Yogyakarta: Arcitra.
(2014). Penggunaan Fermentasi Ekstrak
Paitan dan Kotoran Kelinci Cair Sebagai Téllez, L. I. T., & Merino, F. C. G. (2012).
Sumber Hara pada Budidaya Sawi Secara Nutrient Solutions for Hydroponic Systems.
Hidroponik Rakit Apung. Produksi Hydroponics - A Standard Methodology for
Tanaman, 2(8), 649–657. Plant Biological Researches, (March).
https://doi.org/10.5772/37578
Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Pulung, M.
A., Amrah, A. G., Munawar, A., Hong, G. Yunindanova, M. B., Arniputri, R. B., &
B., & Hakim, N. (1988). Kesuburan Tanah. Ramadhan, D. (2018). Potensi Tongkol
Lampung: Universitas Lampung. Jagung sebagai Media Hidroponik Subtrat
Pakchoi dengan Beberapa Sumber Nutrisi.
Septiyani, S. (2013). Pemanfaatan Limbah Jurnal Agrotek Indonesia,3(1), 1–5.
Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC).