Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM HIDROPONIK

Disusun oleh :

Kelompok 6B

Laili Nuri Hanun 23020218120012


Andreansyah Aulia Ramadhan 23020218130039
Dyah Ayu Retno Wulan 23020218130088
Rosyid Abunavian 23020218140100

PROGRAM STUDI S1
AGROEKOTEKNOLOGI DEPARTEMEN
PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN
PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
PENGARUH POC NASI BASI DAN AB MIX TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KANGKUNG DENGAN
HIDROPONIK SISTEM WICK

Ramadhan, A. A.1, D. A. R. Wulan4, L. N. Hanun3, dan R. Abunavian2


Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.

Abstrak

Kangkung merupakan salah satu tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan


dengan hidroponik sistem wick. Hidroponik sitem wick merupakan metode hidroponik
yang sederhana dengan menggunakan wadah yang berisi larutan dengan sumbu untuk
menghubungkan larutan dengan akar tanaman. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan
September hingga November 2020 di Desa Purwosari, Tlogowungu, Pati, Jawa Tengah.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengkaji pengaruh poc nasi basi dan ab mix
terhadap pertumbuhan dan produksi kangkung secara hidroponik. Metode yang dilakukan
yaitu meliputi metode pembuatan pupuk organik cair (POC) dan metode pembuatan
hidroponik sistem wick. Respon tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang daun, lebar daun, dan bobot segar tanaman. Hasil dari praktikum ini yaitu tanaman
kangkung dapat tumbuh baik dengan pemberian nutrisi poc nasi basi dicampur dengan ab
mix. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara hidroponik adalah
ketersediaan nutrisi pada larutan.

Kata Kunci : Kangkung, Wick system, POC nasi basi, ab mix

Pendahuluan

Tanaman kangkung (Ipomea aquatica Forsk L.) diduga berasal dari daerah
tropis. Saat ini penyebarannya meliputi sebagian besar daerah Asia, Afrika, dan
Australia. Tanaman ini merupakan tanaman menjalar dengan batang kecil, bulat,
panjang dan berlubang di dalamnya. Tanaman ini berakar tunggang. Bunga
tanaman kangkung berbentuk seperti trompet dan berwarna putih atau putih
keunguan (Fitriani et al., 2017). Tanaman kangkung memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotiledoneae
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipome aquatica Forsk. (Sunardi et al., 2013).
Indonesia terdapat dua tipe kangkung, kangkung darat dan kangkung air.
Kangkung darat tumbuh di lahan tegalan dan lahan sawah, sedangkan kangkung air
tumbuh di air, baik air balong maupun air sungai (Kusandryani dan Luthfy, 2016).
Kangkung bersifat kosmopolit, menetap dan dapat berumur satu tahun, batang
tanaman berbuku-buku, bulat panjang, banyak mengandung air (Herbacioeus), dan
berlubang-lubang. Batang tanaman tumbuh tegak atau menjalar dengan
percabangan yang banyak. Sistem perakaranya tunggang (ciri dikotil) dengan
cabang akar menyebar ke semua arah. Akar dapat menembus tanah mendatar atau
menembus ke dalam. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk
daun umumnya seperti jantung hati, ujung daun runcing atau tumpul, serta
permukaan daun atas lebih hijau tua. tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah,
dan berbiji terutama pada kangkung darat. Bentuk bunga seperti trompet dan daun
mahkota berwarna putih atau merah lembayung. Buah kangkung berbentuk bulat
telur yang di dalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk biji bersegi-segi atau agak bulat
dan berwarna cokelat atau kehitam-hitaman (Sunardi et al., 2013).
Secara umum, syarat tumbuh kangkung yaitu pada suhu 20-32oC, tumbuh
baik pada ketinggian 5 - 1.200 m dpl, pH tanah antara 5,6 - 6,5, tersedia cukup air
yang mengalir sepanjang masa pemeliharaan (Fitriani et al., 2017). Curah hujan
yang dibutuhkan berkisar 500–5000 mm/tahun. Suhu rata-rata untuk pertumbuhan
yang optimum 280C. Dengan perlakuan tanam di area hidroponik kangkung bahkan
lebih responsif dan ini disebabkan karena fertigasi, pemilihan bibit, dan
pemeliharaan yang intensif (Sunardi et al., 2013).
Kangkung merupakan jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat,
kandungan gizinya tinggi dan cara budidayanya sederhana serta mudah. Kandungan
gizi kangkung cukup tinggi terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium,
potasium, dan fosfor (Hidayati et al., 2017). Kebutuhan kangkung di Indonesia
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan variasi
makanan dan usaha rumah tangga yang menggunakan sayur kangkung sebagai
bahan bakunya. Teknik budidaya kangkung yang tepat dapat menjadi prioritas
utama agar mendapatkan hasil yang optimal dengan kualitas yang baik (Nirmalasari
dan Fitriana, 2018).
Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk organik dalam sediaan cair. Unsur
hara yang terkandung di dalamnya berbentuk larutan yang sangat halus sehingga
sangat mudah diserap oleh tanaman, sekalipun oleh bagian daun atau batangnya.
POC ini diperoleh dari proses fermentasi substrat organik berupa nasi basi yang
melibatkan kerja mikroorganisme lokal. POC ini diperoleh dari proses fermentasi
substrat organik berupa nasi basi yang melibatkan kerja mikroorganisme lokal
(Sriyundiyati et al., 2013). Nasi basi dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) untuk membuat pupuk cair. Selain
dihasilkan pupuk cair, dihasilkan pula pupuk padat yang merupakan ampas dari
pembuatan pupuk organik cair dari nasi basi yang dapat dimanfaatkan menjadi
kompos (Selviana, 2019).
Larutan POC disinyalir mengandung unsur hara makro, mikro, atau
mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,
perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman
sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, atau pestisida organik
(Ramli dan Makky, 2019). Unsur yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman
adalah unsur N, jika kadar N dalam pupuk organik cair berlebihan akan
menghambat kerja unsur K dalam menstranport karbohidrat hasil dari fotosintesis
keseluruh tubuh tumbuhan sehingga tanaman akan tumbuh tidak seimbang. Kadar
N-Total pada pupuk organik cair dari nasi basi adalah sebesar 92 mg/L
(Sriyundiyati et al., 2013).
Nutrisi A-B Mix atau pupuk racikan adalah larutan yang dibuat dari bahan
bahan kimia yang diberikan melalui media tanam, yang berfungsi sebagai nutrisi
tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Nutrisi atau pupuk racikan
mengandung unsur makro dan mikro yang dikombinasikan sedemikian rupa
sebagai nutrisi. Nutrisi hidroponik atau pupuk A-B Mix diformulasikan secara
khusus sesuai dengan jenis tanaman seperti tanaman buah (Paprika, Tomat, Melon)
dan Sayuran Daun (Selada, Pakchoy, Caisim, Bayam, Horenzo dsb), Stroberi,
Mawar, Krisan dan lain-lain (Pohan dan Oktoyournal, 2019). Budidaya sayuran
daun hidroponik umumnya menggunakan larutan hara berupa larutan hidroponik
standar. Larutan standar yang digunakan untuk budidaya secara hidroponik adalah
larutan AB mix, yang terdiri dari larutan A yang merupakan unsur hara makro dan
larutan B yang merupakan unsur hara mikro (Suhandoko et al., 2018).
Semua unsur yang terkandung di dalam nutrisi hidroponik merupakan unsur
yang esensial yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Masing masing
unsur hara tersebut mempunyai peranan dalam metabolisme tumbuhan dan apabila
unsur hara makro dan mikro tidak lengkap ketersediannya maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Rizal, 2017). Nutrisi AB Mix dan NPK
mengandung lebih tinggi unsur nitrogen-nya daripada nutrisi organiknya. Nitrogen
berfungsi memacu pertumbuhan tanaman pada fase pertumbuhan vegetatif,
terutama pertumbuhan dan dan batang (Sundari et al., 2016).
Teknik hidroponik sistem wick merupakan salah satu sistem hidroponik yang
paling sederhana dan digunakan oleh kalangan pemula. Sistem ini menggunakan
tangki yang berisi larutan nutrisi yang besar. Nutrisi mengalir ke dalam media
pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu yang biasanya adalah
kain flanel. Prinsip yang diterapkan pada sistem ini adalah kapilaritas. Keuntungan
dari tipe ini adalah semua tanaman mampu menyerap nutrisi yang sama dengan
kualitas nutrisi yang sama karena tanaman berada pada wadah hidroponik yang
sama (Puspasari et al., 2018). Budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan
sistem wick merupakan cara yang sederhana. Sistem ini dapat menggunakan
berbagai media tanam, seperti perlite, vermiculite, kerikil, pasir, sekam bakar,
rockwool dan cocopeat. Budidaya tanaman dengan metode hidroponik wick ini
dikenal dengan nama sistem sumbu (Arlingga et al., 2014).
Metode wick pada prinsipnya, sistem sumbu ini hanya membutuhkan sumbu
yang dapat menghubungkan antara larutan nutrisi pada bak penampung dengan
media tanam. Metode wick memiliki kelebihan yaitu tanaman mendapat suplai air
dan nutrisi secara terus-menerus karena tidak adanya siruklasi air pada metode wick
dan pembuatan metode ini sangat membutuhkan biaya yang sedikit dan tidak
bergantung pada listrik (Narulita et al., 2019). Metode wick memiliki kelebihan
lain. Kelebihan lain dari sistem ini yaitu larutan nutrisi dalam keadaan tersedia, dan
mudah dikontrol sehingga tanaman tumbuh dengan optimal, umur panen menjadi
lebih singkat efisien (Kamalia et al., 2017).
Hidroponik metode wicks merupakan salah satu metode hidroponik yang
sederhana dengan menggunakan sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dan
bagian perakaran pada media tanam. Salah satu kelemahan hidroponik sistem
sumbu yaitu larutan nutrisi pada metode ini tidak tersirkulasi sehingga rawan
ditumbuhi lumut dan pertumbuhan tanaman sedikit lebih lambat (Kamalia et al.,
2017). Kelemahan dari sistem wick dalam penelitian ini adalah kurang bisa
dihandalkan untuk produksi skala besar karena membutuhkan banyak wadah dan
rumit dalam proses penambahan nutrisi untuk setiap wadah yang ada. Terutama
ketika tanaman sudah mulai cukup besar dan membutuhkan banyak nutrisi (Sari,
2018).

Materi dan Metode

Praktikum dilaksanakan pada bulan September hingga November 2020 di


Desa Purwosari, Tlogowungu, Pati, Jawa Tengah. Bahan yang digunakan yaitu
benih kangkung, nasi basi 1kg, gula pasir 5 sdm, air, ab mix. Alat yang digunakan
yaitu netpot sebagai wadah tanaman, box sterofoam sebagai media hidroponik,
TDS meter untuk mengukur kekentalan larutan, pH meter untuk mengukur pH
larutan, rockwool untuk media semai, flannel sebagai sumbu untuk
menghubungkan larutan dengan perakaran tanaman, gelas ukur untuk mengukur
larutan, pisau untuk melubangi penutup box, plastik sebagai alas untuk
mengantisipasi kebocoran larutan dalam media hidroponik, saringan untuk
menyaring poc, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, panjang dan lebar daun,
dan timbangan untuk menimbang berat segar tanaman.
Praktikum ini terdiri dari 2 metode, yaitu pembuatan pupuk organik cair
(POC) dan metode pembuatan hidroponik sistem wick. Metode pembuatan pupuk
organik cair (POC) dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan. 5 sdm gula pasir
dilarutkan dengan air 1 liter kemudian ditambahkan nasi yang telah basi dan diaduk
rata. Campuran tersebut dibiarkan selama 2 hari. Kemudian disaring dipisahkan
antara ampas dan larutan. POC yang telah jadi disimpan dalam botol. Metode sitem
hidroponik dilakukan dengan persiapan alat dan bahan. Box sterofoam dilubangi
sebanyak 6 lubang pada bagian tutupnya, ukuran lubang sebesar netpot. Kain
flannel dengan ukuran 20 cm x 2 cm dimasukkan pada lubang netpot. Benih
kangkung disemai pada rockwool selama 1 minggu kemudian dipindah tanam ke
netpot yang akan diletakkan pada media hidroponik. Air 5 liter dimasukkan
kedalam box sterofoam kemudian ditambahkan POC nasi basi sebanyak 100 ml per
box. AB mix ditambahkan sebanyak 25ml A dan 25ml B pada larutan. Kemudian
box ditutup dengan penutupnya yang telah di pasang dengan netpot yang berisi
tanaman kangkung. ph larutan diukur dengan menggunakan ph meter dan
kekentalan diukur dengan TDS meter. Kemudian tanaman dirawat dan dilakukan
pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan bobot
segar tanaman saat tanaman dipanen.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Hasil Pertumbuhan Tanaman Kangkung


Hasil Pertumbuhan Tanaman
No. Parameter Pengamatan
Kangkung
1 Tinggi Tanaman (cm) 57,6 cm
2 Jumlah daun 29
3 Berat segar (kg) 1,01 kg
4 Panjang daun terkecil 7 cm
5 Lebar daun terkecil 1 cm
6 Panjang daun terbesar 18 cm
7 Lebar daun terbesar 7 cm
Sumber : Data Praktikum Tenik Budidaya Hidroponik, 2020.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data rata-rata tinggi tanaman 57,6


cm. Penambahan POC nasi basi yang mengandung mikroba dan N dapat
mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Sriyundiyati et al. (2013)
yang menyatakan bahwa POC nasi basi mengandung N-Total sebesar 92 mg/L, N
berfungsi utuk pembentukan atau pertumbuhan organ vegetatif tanaman seperti
daun, batang, dan akar. Larutan hidroponik yang digunakan harus mengandung
unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Larutan
yang digunakan memiliki pH 6,71 dengan 306ppm. pH larutan juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, apabila ph tidak sesuai maka pertumbuhan tanaman akan
terhambat. Hal ini sesuai dengan Hidayati et al. (2017) yang menyatakan bahwa pH
larutan yang dianjurkan untuk hiroponik yaitu sekitar 5,5 – 6,5, apabila dibawah
5,5 maka beberapa unsur hara akan mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh
akar. Berat segar kangkung yang diperoleh berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan yaitu sebesar 1,01 kg dengan rata-rata tinggi tanaman 57,6cm dan rata-
rata jumlah daun 29 helai. Hal ini sesuai dengan Siregar (2017) yang menyatakan
bahwa pertambahan berat tanaman yang dihasilkan dipengaruhi oleh tinggi
tanaman, luas dan panjang daun, dan jumlah daun.
Campuran larutan antara poc nasi basi dan ab mix pada media hidroponik
dapat menjadi sumber nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan kangkung. Hal ini
sesuai dengan Gunawan dan Daningsih (2019) menyatakan bahwa AB mix
menyediakan unsur hara mikro dan makro yang dapat diserap oleh tanaman secara
maksimal dalam jumlah yang cukup sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. POC nasi basi mengandung mikroba yang dapat membantu perombakan
unsur hara agar mudah diserap oleh tanaman, sedangkan ab mix mengandung
nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Sehingga campuran larutan antara poc nasi
basi dan ab mix dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan tanaman secara
hidroponik. Hal ini sesuai dengan Megasari dan Asmuliani (2020) yang
menyatakan bahwa tanaman membutuhkan ketersediaan unsur hara yang cukup
untuk proses metabolisme pada jaringan tanaman yang berupa pembentukan dan
perombakan unsur-unsur hara dan senyawa organik dalam tanaman.
Ilustrasi 1. Tanaman Kangkung 1 MSPT

Berdasarkan ilustrasi 1. dapat diperoleh bahwa tanaman kangkung layu dan


menguning. Salah satu penyebab tanaman kangkung menjadi layu yaitu konsentrasi
POC nasi basi yang terlalu tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al.
(2018) yang menyatakan bahwa konsentrasi larutan yang terlalu tinggi tidak dapat
diserap dengan optimal oleh tanaman. Pupuk organik cair dapat bekerja dengan
optimal apabila diberi EM4 karena mengandung mikroorganisme fermentasi yang
jumlahnya sangat banyak sehingga dapat bekerja secara efektif dalam fermentasi
bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniawan et al. (2013) yang
menyatakan bahwa semakin banyak volume EM4 yang ditambahkan maka jumlah
mikroba sebagai agen pendekomposisi bahan organik akan semakin banyak pula,
sehingga dapat menghasilkan pupuk organik yang memenuhi standar yaitu
memiliki C/N rasio, N, P, K, dan kadar air sesuai SNI 19-7030-2004. Pupuk organik
cair nasi basi merupakan larutan yang berperan sebagai dekomposer agar unsur hara
dapat diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Probolinggo et al.
(2018) yang menyatakan bahwa pupuk cair limbah nasi bukanlah nutrisi tetapi
larutan yang mengandung mikroba dan berperan sebagai dekomposer untuk
ketersediaan unsur hara pada tanah agar dapat diserap oleh tanaman.

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa tahap


yang dilakukan yaitu pembuatan POC, pembuatan hidroponik sistem wick,
penyemaian benih, pindah tanam, pemberian perlakuan, pengamatan, dan
pemanenan. Larutan POC nasi basi dan AB mix sangat berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kankung karena POC nasi basi
mengandung mikroba yang dapat membantu perombakan unsur hara agar mudah
diserap oleh tanaman, sedangkan ab mix mengandung nutrisi yang diperlukan oleh
tanaman. Parameter yang diamati dalam praktikum ini yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun, berat segar, panjang daun terkecil, lebar daun terkecil, panjang daun terbesar,
dan lebar daun terbesar.

Daftar Pustaka

Hidayati, N., P. Rosawanti, F. Yusuf, dan N. Hanafi. 2017. Kajian penggunaan


nutrisi anorganik terhadap pertumbuhan kangkung (Ipomoea reptans Poir)
hidroponik sistem wick. J. Ilmiah Pertanian dan Kehutanan. 4 (2) : 75 – 81.
Sriyundiyati, N. P., Supriadi, dan S. Nuryanti. Pemanfaatan nasi basi sebagai pupuk
organik cair dan aplikasinya untuk pemupukan tanaman bunga kertas orange
(Bougainvillea spectabilis). J. Akademika Kim. 2 (4) : 187 – 195.
Siregar, M. 2017. Respon pemberian nutrisi abmix pada sistem tanam hidroponik
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea). Journal
of Animal Science and Agronomy Panca Budi. 2 (2) : 18 – 24.
Gunawan, D. I. dan E. Daningsing. 2019. Pertumbuhan kangkung darat (Ipomea
reptans Poir) pada media praktikum hidroponik rakit apung dengan perbedaan
nutrisi. Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi (SNPMT II). 15
– 27.
Megasari, R. dan Asmuliani, R. 2020. Uji pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica
rappa L) dengan pemberian nutrisi ab-mix dan pupuk organik cair pada
system hidroponik. Musamus Journal of Agrotechnology Research. 2 (2) : 45
– 51.
Kurniawan, D., S. Kumalaningsih, dan N. M. S. Sunyoto. 2013. Pengaruh volume
penambahan Effective Microorganism 4 (EM4) 1% dan lama fermentasi
terhadap kualitas pupuk bokashi dari kotoran Kelinci dan Limbah Nangka. J.
Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 2(1) : 57 - 66.
Wibowo, A. W., A. Suryanto, dan A. Nugroho. 2018. Kajian pemberian berbagai
dosis larutan nutrisi dan media tanam secara hidroponik sistem substrat pada
Tanaman Kailan (Brassica oleracea L.). J. Produksi Tanaman, 5(7) : 1119 –
1125.
Kusandryani, Y., dan Luthfy. 2016. Karakterisasi plasma nutfah kangkung. J.
Plasma Nutfah. 12 (1) : 30-33.
Nirmalasari, R., dan Fitriana. 2018. Perbandingan sistem hidroponik antara desain
wick (sumbu) dengan Nutrient Film Tehnique (NFT) terhadap pertumbuhan
tanaman kangkung Ipomoeaaquatica. J. Ilmu Alam dan Lingkungan 9 (18) :
1 – 7.
Fitriani, S. R., E. Daningsih, Yokhebed. 2017. Pengaruh perbedaan konsentrasi
fosfor terdadap pertumbuhan kangkung darat (Ipomoea reptans) pada
hidroponik super mini. J. Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 6(5) :
1-10.
Sunardi, S. A. Adimihardja, dan Y. Mulyaningsih. 2013. Pengaruh tingkat
pemberian ZPT gibberellin (GA3) terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
kangkung air (Ipomea aquatica Forsk L.) pada sistem hidroponik floating raft
technique (FRT). J. Pertanian 4(1) : 33-47.
Hidayati, N., P. Rosawanti, F. Yusuf dan N. Hanafi. 2017. Kajian Penggunaan
Nutrisi Anorganik Terhadap Pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans Poir)
Hidroponik Sistem Wick . J. Daun. 3(2) : 75-81.
Sriyundiyati, N. P., Supriadi dan S. Nuryanti.2013. Pemanfaatan nasi basi sebagai
pupuk organik cair dan aplikasinya untuk pemupukan tanaman bunga kertas
orange (Bougainvillea spectabilis). J. Akademika Kimia. 2(4): 187-195.
Selviana, T. E. 2019. Pengolahan limbah nasi basi menjadi pupuk organik cair
mikroorganisme lokal (MOL) bagi tanaman.
Ramli dan M. N. Makky. 2019. Pengujian nutrisi organik cair plus agens hayati
pada sistem nutrient film technique (NFT) hidroponik tanaman kangkung
(Ipomoea aquatica). J. Pro-Stek. 2(1) : 106-112.
Suhandoko, A. A., Sumarsono, S., dan Purbajanti, E. D. 2018. Produksi selada
(Lactuca sativa L.) dengan penyinaran lampu led merah dan biru di malam
hari pada teknologi hidroponik sistem terapung termodifikasi. Journal of
Agro Complex, 2(1) : 79 – 85.
Pohan, S. A., dan Oktoyournal, O. 2019. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi AB Mix
terhadap Pertumbuhan Caisim secara Hidroponik (Drip System). J.
Lumbung, 18(1) : 20 – 32.
Arlingga, B., Syakur, A., dan Mas' ud, H. 2014. Pengaruh Persentase Naungan Dan
Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium
Graveolens L.). J. Agrotekbis, 2(6) : 611 – 619.
Rizal, S. 2017. Pengaruh nutriasi yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman
sawi pakcoy (Brassica rapa L.) Yang ditanam secara hidroponik. J. Ilmiah
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 14(1) : 38 – 44.
Sundari, S., Raden, I., dan Hariadi, U. S. 2016. Pengaruh POC Dan AB MIX
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L.)
Dengan Sistem Hidroponik. J. Magrobis, 16(2) : 9 – 19.
Puspasari, I., Triwidyastuti, Y., dan Harianto, H. 2018. Otomasi Sistem Hidroponik
Wick Terintegrasi pada Pembibitan Tomat Ceri. J. Nasional Teknik Elektro
dan Teknologi Informasi (JNTETI), 7(1) : 97 – 104.
Narulita, N., Hasibuan, S., dan Mawarni, R. 2019. Pengaruh Sistem dan
Konsentrasi Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy
(Brassica Rapa L.) Secara Hidroponik. Bernas: J. Penelitian Pertanian, 15(3)
: 99 – 108.
Kamalia, S., Dewanti, P., dan Soedradjad, R. 2017. Teknologi Hidroponik Sistem
Sumbu Pada Produksi Selada Lollo Rossa (Lactuca sativa L.) Dengan
Penambahan CaCl2 Sebagai Nutrisi Hidroponik. J. Agroteknologi, 11(1) : 96
– 104.
Sari, E. 2018. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) dan Wick Pada
Penamaan Bayam Merah. J. SOIJST 1(2) : 223 – 225.
Probolinggo, A. E. U., M. Abror, dan T. Prasetyo. 2018. Pengaruh pupuk cair dan
pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada
(Lactuca sativa L.). J. Agrotechbiz, 5(1) : 1 - 6.
Lampiran

Lampiran 1. Tabel data Pertumbuhan Tanaman Kangkung


No. Parameter Pengamatan Ulangan
1 2
57,5 55
60 55
Tinggi Tanaman (cm) 57 57,5
1.
58,5 58
53 60
59 61
Rata-rata 57,5 57,75
24 27
25 29
25 24
2.
Jumlah daun 28 25
46 30
31 32
Rata-rata 30 28
3. Berat segar 1,01 kg
4. Panjang daun terkecil 7 cm
5. Lebar daun terkecil 1 cm
6. Panjang daun terbesar 18 cm
7. Lebar daun terbesar 7 cm
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

1 minggu setelah pindah tanam 2 minggu setelah pindah tanam

5 minggu setelah pindah tanam Berat segar tanaman kangkung

Tinggi tanaman kangkung Lebar daun terbesar

Panjang daun terbesar Lebar daun terkecil


Panjang daun terkecil Proses pembuatan poc nasi basi

Derajat keasaman larutan Tingkat kepekatan larutan

Anda mungkin juga menyukai