Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN PH AIR TERHADAP


PERTUMBUHAN POKCOY dengan METODE HIDROPONIK
SUMBU.
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
bisa menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “….”.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Maman Lesmana, M.Pd. beserta
para guru SMAN 2 Kuningan yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan proposal
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada proposal penelitian ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senatiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga proposal
penelitian ini mampu memberikan pengetahuan kepada kita semua.
Daftar Isi
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di dunia ini terdapat makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Makhluk hidup ada 3
yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan. Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang
tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2, yaitu Faktor
Eksternal dan Faktor internal. Faktor Eksternal adalah faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dari luar, meliputi: nutrisi, suhu, cahaya, air, pH air,
kelembaban, oksigen, dan lain-lain. Sedangkan Faktor Internal adalah faktor dari dalam,
meliputi: gen dan hormon.
PH air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nilai pH air
akan sangat berefek terhadap kemampuan akar tanaman dalam menyerap nutrisi. Hal
ini berhubungan dengan kemampuan sel-sel akar tanaman dalam berinteraksi antara
jaringan didalam tubuh tanaman dengan garam-garam mineral diluar tubuh tanaman
(nutrisi). Tanaman hidroponik menghendaki nilai pH optimal pada kisaran 5.5-7.5 . Nilai
pH diluar kisaran itu akan sangat menghambat kemampuan akar dalam menyerap nutrisi
didalam larutan. Oleh sebab itu, tidak seluruh jenis air bisa dijadikan sebagai media
tumbuh tanaman hidroponik. Sama halnya air laut, yang nilai garamnya terlalu tinggi dan
cenderung bersifat asam. Keadaan ini juga tidak sesuai dengan kebutuhan akar tanaman.
Nilai pH dibawah 5 akan cenderung asam, dimana hal ini akan mengakibatkan rusak nya
sel-sel perakaran tanaman. Begitu juga nilai pH yang berada diatas 7.5 akan cenderung
bersifat basa, dimana akan lebih cenderung mencemari tanaman.
Pakcoy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dipanen satu kali. Sawi
pakcoy dapat dipanen pada umur 40-60 hari (ditanam dari benih) atau 25-30 hari
(ditanam dari bibit) setelah tanam (Prastio, 2015). Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada
dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketingian 5-1.200 m diatas permukaan laut
(dpl). Namun tanaman sawi pakcoy akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi dengan
udara yang sejuk (Haryanto dkk., 2007). Iklim yang baik untuk pertumbuhan pakcoy
yaitu daerah yang memiliki suhu 15-300C, memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/
bulan, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam (Rukmana, 1994). Kelembapan udara
yang sesuai untuk pertumbuhan pakcoy yaitu antara 80-90%. Tanah yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman pakcoy adalah tanah gembur yang banyak mengandung humus,
subur, dengan pH antara 6-7, serta drainase yang baik karena tanaman sawi pakcoy tidak
menyukai genangan.
Tanaman juga dapat tumbuh dan berkembang apabila dibudidayakan dengan baik,
salah satunya adalah dengan metode hidroponik. Dengan banyaknya lahan di perkotaan
yang sudah beralih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan industri, bercocok tanam
secara hidroponik menjadi alternatif terutama pada sayuran. Hidroponik merupakan salah
satu solusi untuk memanfaatkan lahan pertanian yang semakin sempit akibat beralih
fungsinya lahan pertanian menjadi daerah perindustrian dan sangat cocok untuk pertanian
perkotaan. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit yang tak
terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak menentu dan mutu yang
tidak seragam bisa ditanggulangi dengan metode hidroponik.
Penanaman pakcoy secara hidroponik di rumah kaca (green house), merupakan
alternative bercocok tanam tanpa menggunakan tanah namunmenggunakan air atau
media porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, styroform, atau bahan
tambahan jenis hara yang mengandung unsur esensial pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Dermawati, 2006).
Metode hidroponik yang paling sederhana pada sayuran adalah metode hidroponik
sumbu atau wick system. Sistem sumbu atau wick system bisa menggunakan bahan-bahan
daur ulang seperti gelas bekas minuman atau botol bekas sebagai wadah untuk nutrisi. 
Tanaman pada sistem ini mendapatkan nutrisi yang diserap melalui sumbu atau kain
flanel. Salah satu kunci keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
hidroponik sistem sumbu adalah pengaturan pH air yang tepat sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Perbedaan pengaturan pH tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Tanaman dapat tumbuh dengan optimal pada kisaran pH 5,5 - 6,0 dan 6,5. Berdasarkan
hal itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh perbedaan nilai pH air terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy sistem hidroponik sumbu.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy dengan variabel bebas yaitu pH air
ini dimaksudkan untuk memperoleh solusi dari masalah sehingga dapat memperoleh hasil
yang diharapkan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1) Bagaimana pengaruh perbedaan pH air terhadap tinggi tanaman pakcoy ?
2) Bagaimana pengaruh perbedaan pH air terhadap lebar daun pakcoy?
3) Bagaimana pengaruh perbedaan pH air terhadap jumlah daun pakcoy?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam memperjelas arah dan fungsi penelitian ini, dari rumusan masalah yang telah
ada, peneliti simpulkan beberapa tujuan dilaksanakannya penelitian, yaitu :
1) Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pH air terhadap tinggi tanaman pakcoy.
2) Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pH air terhadap lebar daun pakcoy.
3) Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pH air terhadap jumlah daun pakcoy.
1.4 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan titik balik dalam penerapan budidaya
tanaman dengan metode hidroponik sumbu dan perbedaan pH air yang diberikan. Jika
penelitian menghasilkan hasil yang baik, maka penelitian ini dapat dijadikan pedoman
oleh para pemula yang mencoba berbudidaya tanaman hidroponik dengan teknik sumbu
dari tanaman pakcoy ini. Sebaliknya, jika hasil dalam penelitian ini terdapat hasil yang
kurang baik maka, hal tersebut akan menjadi motivasi dan introspeksi untuk kita semua
dalam memilah langkah – langkah dalam berbudidaya tanaman pakcoy dengan metode
hidroponik sumbu hingga menghasilkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
BAB II

Landasan Teori
2.1 Pakcoy
Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu
genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy merupakan salah satu varietas
dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya sebagai sayuran. Pakcoy berasal dari benua
Asia yaitu dari Tiongkok dan Asia Timur. Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut
(Haryanto dkk., 2007). Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rhoeadales (Brassicales) Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica
chinensis L. Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat dari anak-
anak sampai orang tua, karena sawi pakcoy banyak mengandung protein, lemak, karbohidrat,
Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik untuk kesehatan (Haryanto dkk., 2007).
Kandungan gizi dalam sawi pakcoy sangat baik terutama untuk ibu hamil karena dapat
menghindarkan dari anemia. Selain itu sawi pakcoy dapat menangkal hipertensi, penyakit
jantung, dan mengurangi resiko berbagai jenis kanker (Pracaya dan Kartika, 2016).
2.1.1 Morfologi pakcoy
Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar berbentuk bulat
panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm (Setyaningrum
dan Saparinto, 2011). Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas,
sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai pembentuk dan penopang
daun. Pakcoy memiliki daun yang halus, tidak berbulu dan tidak membentuk krop.
Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daun dan daunnya mirip dengan sawi hijau,
namun daunnya lebih tebal dibandingkan dengan sawi hijau (Haryanto dkk., 2007).
Gambar tanaman sawi pakcoy dapat dilihat pada Ilustrasi 1. Ilustrasi 1. Gambar
Tanaman Pakcoy. Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang
panjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,
empat helai daun mahkota, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang 6 berongga
dua. Penyerbukan bunga tanaman ini dapat berlangsung dengan bantuan serangga
maupun oleh manusia. Buah tanaman sawi termasuk tipe buah polong berbentuk
memanjang dan berongga dengan biji berbentuk bulat kecil berwarna coklat kehitaman
(Sunarjono, 2013).
2.1.2 Syarat tumbuh pakcoy
Pakcoy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dipanen satu kali. Sawi
pakcoy dapat dipanen pada umur 40-60 hari (ditanam dari benih) atau 25-30 hari
(ditanam dari bibit) setelah tanam (Prastio, 2015). Tanaman pakcoy dapat tumbuh pada
dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketingian 5-1.200 m diatas permukaan laut
(dpl). Namun tanaman sawi pakcoy akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi dengan
udara yang sejuk (Haryanto dkk., 2007). Iklim yang baik untuk pertumbuhan pakcoy
yaitu daerah yang memiliki suhu 15-300C, memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/
bulan, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam (Rukmana, 1994). Kelembapan udara
yang sesuai untuk pertumbuhan pakcoy yaitu antara 80-90%. Tanah yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman pakcoy adalah tanah gembur yang banyak mengandung humus,
subur, dengan pH antara 6-7, serta drainase yang baik karena tanaman sawi pakcoy tidak
menyukai genangan.
2.2 Penerapan Sistem Hidroponik dalam Budidaya Sayuran
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro (air) dan ponos (kerja) yang berarti
pengerjaan (budidaya tanaman) dengan air. Jadi hidroponik adalah budidaya tanaman dengan
air. Teknik budidaya hidroponik tetap memperhatikan pengaturan terhadap pH larutan,
komposisi hara, konsentrasi unsur hara, sirkulasi oksigen, suhu dan sebagainya (Dermawati,
2006).
Menurut Harris (1994) bahwa hidroponik adalah seni bertanam tumbuhandidalam
medium padat selain lahan, di iringi dengan bahan gizi unsur tumbuhan yangpenting
dilarutkan dalam air. Karsono et a1l. (2002) menyatakan bahwa tanaman sayuran yang cocok
dengan hidroponik, antara lain Sawi, Pakcoy, Pakcoy, Caisim, dan Bayam.
Sistem budidaya secara hidroponik sering diterapkan untuk mengatasi kekurangan lahan
pertanian, yang dalam hal ini adalah tanaman pangan dalam khususnya sayuran. Budidaya
pertanian yang menggunakan teknologi hidroponiktidak lepas dari sarana yang dapat
menunjang optimalisasi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mengingat
hidroponik ini bukan suatu keharusan, melainkan suatu jalan keluar, maka komoditi yang
ditanam pun harus mempunyai pasar khusus dengan harga khusus pula (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
Sistem budidaya secara hidroponik dapat berkembang dengan cepat, karena cara ini
mempunyai banyak kelebihan. Kelebihan yang utama adalah tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi lebih baik dibandingkan dengan teknik penanaman biasa yang menggunakan
tanah sebagai media tanam. Kelebihan lainnya yaitu perawatan tanaman yang mati lebih
mudah diganti dengan tanaman yang baru, tidakmembutuhkan tenaga kasar karena metode
kerja lebih hemat dan memilikistandarisasi, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan
keadaan yang tidak kotor dan rusak (Lingga, 2002).
Hidroponik banyak diminati karena memiliki banyak keuntungan. Keuntungan dari
sistem hidroponik antara lain kemudahan sterilisasi media, penanganan nutrisi tanaman,
menghemat luasan lahan, mudah penanganan gulma danserangan hama penyakit, kemudahan
dalam penyiraman, kualitas produk, menghematpupuk dan panen lebih besar (Wijayani dan
Widodo, 2005).
Penanaman pakcoy secara hidroponik di rumah kaca (green house), merupakan
alternative bercocok tanam tanpa menggunakan tanah namunmenggunakan air atau media
porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, styroform, atau bahan tambahan
jenis hara yang mengandung unsur esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Dermawati, 2006).
2.3 Hidroponik Sistem Sumbu
Dalam hidroponik dikenal istilah “static solusion culture” sebagai sarana dan cara untuk
menumbuhkan tanaman. Static solusion culture merupakan cara tanam dengan air tidak
bergerak. Static solusion culture di negara kita lebih dikenal dengan istilah “sistem sumbu”
(Setyoadjie 2015).
Sistem sumbu juga dikenal dengan istilah capillary wick system (CWS), yang merupakan
suatu sistem pengairan dengan menggunakan prinsip kapilaritas. Sistem sumbu dalam
hidroponik dikenal sebagai sistem pasif karena tidak ada bagian yang bergerak, kecuali air
yang mengalir melalui kapiler dari sumbu yang digunakan. Sisstem sumbu memanfaatkan
prinsip kapilaritas di mana larutan nutrisi diserap langsung oleh tanaman melalui sumbu.
Sistem ini mweupakan sistem yang paling sederhana. Beberapa kelebihan dari sistem ini
yaitu tidak memerlukan biaya investasi yang besar, dapat memanfaatkan barang-barang
bekas dan bahan yang digunakan mudah dicari. Namun, sistem ini memiliki jumlah
kelemahan yaitu apabila tanaman yang ditanam membutuhkan air air dalam jumlah banyak,
maka diperlukan daya kapilaritas yang besar untuk mengalirkan air (larutan nutrisi) ke akar
tanaman tersebut. Pada sistem ini tidak terjadi resirkulasi larutan karena proses kapilarisasi
hanya terjadi dari media larutan ke media tanam saja (Lee et al., 2010). Sistem ini merupakan
salah satu sistem yang banyak dikembangkan oleh petani atau pengusaha agribisnis di
Indonesia (Asbur et al., 2017).
2.4 Larutan Nutrisi Hidroponik

Kebutuhan unsur hara selain berkaitan dengan konsentrasi larutan nutrisi juga berkaitan
dengan jenis atau macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari
masing-masing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan
karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. Kebutuhan tanaman akan unsur hara yang
berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, semisal pada saat awal
pertumbuhan tanaman/fase vegetative akan membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan
saat tumbuhan mencapai fase generatif ( Moerhasrianto, 2011)

Nutrisi merupakan salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan dan kualitas
tanaman hidroponik. Nutrisi diberikan dalam bentuk cairan yang terdiri dari unsur makro dan
mikro yang mendukung pertumbuhan tanaman. Setiap jenis nutrisi mempunyai komposisi
yang berbeda dan harus dilarutkan dalam air sehingga konsentrasi larutan nutrisi harus
dihitung dengan hati-hati menurut kebutuhan tanaman (Asbur et al.,2017).

Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan terserdia dalam jumlah
yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Larutan nutrisi diberikan melalui permukaan
media ttanam atau pada akar tanaman langsung. Terdapat 12 jenis bahan kimia yang biasa
digunakan dan semuanya mengandung unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro
merupakan unsur yang banyak digunakan untuk pertumbuhan tanaman seperti N (nitrogen),
P (fosfor), K (kalium, Ca (kalsium), S (sulfur), dan Mg (magnesium). Sedangkan unsur
mikro merupakan unsur yang sedikit dibutuhkan tetapi keberadaannya diperlukan bagi
tanaman seperti B (boron), Cu (ceprum), Fe (besi), Mn (mangan), Zn (seng) dan Mo
(molybdenum). Unsur makro berfungsi sebagai pelengkap essensial untuk rasa, kadar gula,
tingkat kemanisan, warna dan daya tahan tanaman terhadap gangguan penyakit (Marlina et
al., 2015).

Larutan nutrisi dibuat dari larutan stok. Larutan stok adalah konsentrat dari larutan
nutrisi. Larutan stok biasanya terdiri atas larutan stok A, larutan stok B dan larutan asam.
Masing-masing jenis larutan stok harus dipersiapkan dan Disimpan pada tangki tersendiri
(tidak dicampur). Pemisahan tersebut harus dilakukan untuk menghindari terjadinya
pengendapan antara sulfat dan nitrat apabila dicampur bersama dalam konsentrasi tinggi dari
beberapa komposisi kimiawi masing-masing larutan stok. Misalnya saja larutan stok A,
larutan stok B dan larutan asam akan mengendap apabila sulfat dari senyawa magnesium
sulfat dicampur dengan kalsium dari senyawa kalsium nitrat (Resh 1998)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 2 Kuningan pada bulan Agustus 2022

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

• Alat ukur (meteran dan penggaris)

• Glass objek

• Gelas ukur

• Timbangan

• Kamera handphone

• PH meter

• Gergaji/cutter

• Netpot

• Alat tulis

• Buku catatan

Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :

• Air

• Pupuk larutan nutrisi AB mix

• Bibit tanaman pakcoy

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono pengertian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan, dan
ditemukan pengetahuan dan teori untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono: 2012).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian
eksperimen adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap
objek penelitian serta adanya kontrol.
3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Rancangan Acak Lengkap. Untuk
mengetahui pengaruh perbedaan ph air terhadap pertumbuhan pokcoy dengan metode hidroponik
sumbu. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan dan semua tumbuhan pokcoy akan
diperlakukan sama rata dengan :

1) Tanaman 1 diberi asam sitrat setiap pemberian pupuk larutan nutrisi


2) Tanaman 2 diberi asam cuka setiap pemberian pupuk larutan nutrisi
3) Tanaman 3 tidak diberikan larutan lain
4) Tanaman 4 diberi kapur setiap pemberian pupuk larutan nutrisi
5) Tanaman 5 diberi sabun setiap pemberian pupuk larutan nutrisi

Variabel Penelitian
1) Variabel terikat : tinggi tanaman, lebar daun dan jumlah
daun
2) Variabel bebas : kandungan larutan nutrisi

Variabel control : jenis tanaman, media tanam, volume larutan


nutrisi yang diberikan, banyaknya siraman
air yang diberikan,
3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Benih

Benih diseleksi terlebih dahulu dengan cara merendam benih dalam air hangatselama 15 menit. Benih
yang digunakan adalah benih yang tenggelam. Benih ditabur di atas tempat penyemaian (rockwool)
kemudian yang ditutup dengan kain hitam. Setelah benih tumbuh dan berdaun 2-3 helai (berumur 2
minggu). Bibit siap dipindahkan ke dalam netpot

3.4.2 Penyiapan Pupuk Organik Cair

Memotong kecil-kecil limbah buah, bonggol pisang, batang pisang, daun gamal, rebung. Lalu masukkan
semuanya kedalam karung A. Buat lubang kecil-kecil pada karung A kemudian diikat. memasukkan
limbah rumput laut, limbah ikan,pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, ke dalam karung B.
buat lubang kecil-kecil pada karung B kemudian diikat. Memasukkan gula merah, terasi ke dalam ember.
Larutan menggunakan air cucian beras, air cucian ikan, air kelapa muda, ampas tahu, dan urine sapi.
Selanjutnya disebut larutan biang mikroba. Memasukkan karung A dan B ke dalam drum 200 liter.
Kemudian isi drum 200 liter dengan air rendaman kelapa dan lautan biang mikroba. lalu oleskan sabun
colek pada bagian bibir drum lalu tutup rapat. Melakukan pengadukan pada larutan setiap 2 hari.
Setelah pengadukan, tambahkan sabun colek secukupnya pada bibir drum. Fermentasi dilakukan selama
2 minggu. Mikroorganisme Lokal berhasil jika menghasilkan bau tape dan terdapat buih putih di atas

3.4.3 Pembuatan kombinasi nutrisi Pembuatan nutrisi ABmix dilakukan dengan cara melarutkan nutrisi
Hidro J yang terdiri dari nutrisi A dan B masing-masing ke dalam air 500 ml yang kemudian disebut
larutan stok. Aplikasi konsentrasi kombinasi nutrisi diberikan sesuai dengan perlakuan.

3.4.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah mengontrol keadaan nutrisi pada wadah nutrisi meliputi volume
air, pH, dan ppm pada setiap instalasi. Penyulaman dilakukanpada tanamaan yang mati, sampai
tanaman berumur dua minggu setelah tanam.Pengisian nutrisi ke dalam tandon dilakukan berdasarkan
kondisi volume dan kandungan nutrisi dalam larutan.

3.4.5 Pemanenan Pemanenan dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam (HST) pada saat tanaman
mencapai pertumbuhan maksimal. Panen dilakukan dengan mencabut tanaman dari media hidroponik
(rockwool) dan melepaskannya dari netpot. 3.5 Parameter Pengamatan

Parameter Penelitian

Pengamatan dilakukan mulai 15 HST hingga panen. Adapun parameterpengamatan yang diambil sebagai
data adalah sebagai berikut: 1. Tinggi tanaman (cm), diukur menggunakan mistar dilakukan setiap tiga
harisetelah tanaman berumur dua minggu setelah tanam.

Jumlah daun (helai), diukur dengan menghitung jumlah daun dari setiap tanamandilakukan setiap tiga
hari setelah tanaman berumur dua minggu setelah tanam 3. Luas daun (cm2 ), diukur menggunakan
kertas millimeter dan peralatanmenggambar dilakukan seminggu sekali setelah tanaman berumur dua
minggu
Daftar Pustaka

Agustina. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta

Alviani, P. 2015. Bertanam Hidroponik Untuk Pemula Cara Bertanam Cerdas Dilahan Terbatas. Bibit
Publisher. Jakarta

Harlina, N 2003. Pemanfaatan Pupuk Majemuk Sebagai Sumber Hara. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Israhadi, 2009. Larutan Nutrisi Hidroponik. Fakultas Pertanian, Universitas SebelasMaret. Surakarta.
Jones, J. B. 1991 Hidroponics: a P ractical Guide for Soillesess Grower SecondEdition. CRC Press. Boca

Raton, London. Pp.449

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair TerhadapPertumbubuhan Dan Produksi
Kentang. Buletin Anatomi Dan Fisiologi (online) http:// eprints. Undip. Ac.id/ 6188/ 1/
sarjana_p_solanum- kompl.pdf, diakses tanggal 7 Agustus 2022

Sundari, E., Sari, E dan Rinaldo, R., 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan Bioaktivator

Biosca Dan EM4. Fakultas Teknologi Industry Universitas Bung Hatta. Palembang Suriadikarta, Didi Ardi.,
Simanungkalit, R.D.M. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat :Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 2.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. NuansaAulia. Bandung

Anda mungkin juga menyukai