Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PENAMBAHAN COCOPEAT DAN KEMIRINGAN

TALANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


TANAMAN PAKCOY (Brassica chinensis L.)
SISTEM HIDROPONIK NFT

PROPOSAL PENELITIAN

JULI HELENA PANDIANGAN


J1B115049

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKTULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana
telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh
Penambahan Cocopeat Dan Kemiringan Talang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Pakcoy (Brassica Chinensis L.) Sistem Hidroponik NFT” sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan yang sangat
berharga pada penyusunan proposal ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Dr. Mursalin, S.TP., M.Si. sebagai Dosen Pengampu pertama Mata
KuliahMetodologi Penelitian
2. Addion Nizori, S. TP., M.Sc., Ph.D. sebagai Dosen Pengampu kedua Mata
KuliahMetodologi Penelitian
3. Orang tua dan keluarga atas doa nya, serta teman-teman atas dukungan dan
kerjasamanya dalam penyusunan proposal ini.
Penulis memohon maaf jika di dalam penulisan proposal masih banyak
kesalahan maupun kekeliruan, baik dalam penulisan kata ataupun kalimat yang
masih rancu dan kurang dimengerti. Kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Jambi, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4 Hipotesis..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Pakcoy .................................................. 4
2.2 Hidroponik ................................................................................................. 7
2.3 NFT ............................................................................................................ 9
2.4 Media Tanam ............................................................................................. 11
2.5 Kemiringan Talang..................................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................................... 15
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 15
3.3 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 15
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 16
3.5 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 16
3.6 Rancangan Penelitian ................................................................................. 17
3.7 Analisis Data .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan
pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan
sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai
ekonomi tinggi (Adiyoga, 1999).
Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia secara umum terus
meningkat, khususnya di daerah-daerah perkotaan yang mulai sadar akan
pentingnya kesehatan dengan memulai mengkonsumsi sayuran. Pada produk hasil
pertanian khususnya sayuran konsumen menginginkan hasil sayuran yang minim
kandungan bahan kimia, hal ini dikarenakan kesehatan yang menjadi perioritas
utama. Olehkarena itusalah satu cara untuk meningkatkan produksi dan
pertumbuhantanaman sayur diperlukan suatu teknologi baru yaitu hidroponik
dengan sistem NFT. Irigasi hidroponik dengan sistem NFT ini dapat menjadi
alternatif teknologi penanaman baru. Dengan cara ini penggunaan lahanpertanian
bisa diminimalkan seiring semakin menyempitnya lahan pertanian saat ini.
Nutrient film technique (NFT) merupakan cara bercocok tanam secara hidroponik.
Menurut Suhardiyanto (2002 dalam Harjoko 2009), beberapa kelebihan
hidroponik di antaranya tidak perlu melakukan pengolahan tanah, kebersihan
dapat terjaga dan lebih efisien dalam penggunaan air dan pupuk, selain itu dengan
sistem hidroponik tanaman akan lebih mudah terkontrol. Menurut Silvina dan
Syarifinal (2008) keberhasilan budidaya pada sistem hidroponik di tentukan oleh
media tanam, media pada sitem hidroponik berperan sebagai pegangan tumbuh
akar dan mediator larutan hara. Rosliani dan Sumarni (2005) mengemukakan
bahwa bentuk karakteristik media akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi
oleh akar tanaman sehingga mempengaruhi hasil dan kualitas produk. Media yang
baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik.
Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta
tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
Selain media tanam yang menjadi faktor utama yang menentukan
keberhasilan dalam sistem hidroponik, faktor utama lainnya adalah tinggi
rendahnya air yang mengalir pada sistem hidroponik NFT (Lubis, 1994), karena
akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh media tanam. Menurut Lingga
(2002) kelebihan air dapat mengurangi jumlah oksigen, lapisan nutrisi dalam
sistem hidroponik NFT maksimal 3 mm oleh karena itu perlu di lakukan
penelitian untuk mengetahui berapa kemiringan talang yang ideal pada sistem
hidroponik NFT.
Bahan-bahan yang digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara
lain Cocopeat, rockwool, dan sebagainya. Pada sistem ini, sebagian akar tanaman
terendam dalam larutan nutrisi dan sebagian lagi berada dipermukaaan larutan
yang bersirkulasi selama 24 jam. Tanaman sayur yang cocok untuk diterapkan
pada sistem ini adalah sayuran daun salah satunya adalah tanaman pakcoy.
Tanaman pakcoy adalah tanaman yang sangat berguna bagi kesehatan dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena kandungan gizinya yang tinggi
sangat di butuhkan untuk tubuh kita. Menurut Prasetyo (2010) cit. Perwtasari et
al. (2012) tanaman pakcoy mengandung betakaroten yang dapat mencegah
penyakit katarak. Selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy juga
mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat, serat,
kalsium, Magnesium, sodium, vitamin A dan vitamin C. Kandungan gizi yang
tinggi pada pakcoy, memungkinkan jenis sayuran ini mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian untuk mengetahui
pengaruh penambahan serbuk sabut kelapa dan kemiringan talang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (brassica chinensis l.) sitem hidroponik
nft (nutrient film technique) pada media rockwool.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh penambahan cocopeat pada media rockwool
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy pada sistem
hidroponik NFT?
2. Bagaimana pengaruh kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT?
3. Pada takaran berapa dari penambahan cocopeat pada media rockwool yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy
(Brassica chinensis l.) secara hidroponik NFT?
4. Pada kemiringan talang berapa yang memberi pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT?

1.3 Tujuan
Tujuan peneliti adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan cocopeat terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
3. Untuk mengetahui takaran penambahan cocopeat pada media rockwool
yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman
pakcoy (Brassica chinensis l.) secara hidroponik NFT.
4. Untuk mengetahui pada kemiringan talang berapa yang dapat memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica
chinensis l.) secara hidroponik NFT.

1.4 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara penambahan cocopeat pada media tanam
rockwool dan kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy dalam sistem hidroponik NFT.
2. Penambahan cocopeat pada media tanam rockwool pada sistem
hidroponik NFT berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy pada sistem hidroponikNFT.
3. Kemiringan talang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produk
sitanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakcoy (Brassica chinensis L.)


Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada
dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy
merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya
sebagai sayuran. Pakcoy berasal dari benua Asia yaitu dari Tiongkok dan Asia
Timur. Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut (Haryanto dkk., 2007):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L.
Pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat dari anak-anak
sampai orang tua, karena sawi pakcoy banyak mengandung protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik untuk
kesehatan (Haryanto dkk., 2007). Kandungan gizi dalam pakcoy sangat baik
terutama untuk ibu hamil karena dapat menghindarkan dari anemia. Selain itu
pakcoy dapat menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan mengurangi resiko
berbagai jenis kanker (Pracaya dan Kartika, 2016).

2.1.1 Morfologi pakcoy


Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar berbentuk
bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm
(Setyaningrum dan Saparinto, 2011). Tanaman ini memiliki batang yang sangat
pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi
sebagai pembentuk dan penopang daun. Pakcoy memiliki daun yang halus, tidak
berbulu dan tidak membentuk krop. Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang
daun dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih tebal
dibandingkan dengan sawi hijau (Haryanto dkk., 2007). Tanaman pakcoy dapat
dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Pakcoy.


Struktur bunga tanaman pakcoy tersusun dalam tangkai bunga yang panjang
dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,
empat helai daun mahkota, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang
berongga dua. Penyerbukan bunga tanaman ini dapat berlangsung dengan bantuan
serangga maupun oleh manusia. Buah tanaman pakcoy termasuk tipe buah polong
berbentuk memanjang dan berongga dengan biji berbentuk bulat kecil berwarna
coklat kehitaman (Sunarjono, 2013).

2.1.2 Syarat tumbuh pakcoy


Pakcoy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dipanen satu kali.
Pakcoy dapat dipanen pada umur 40-60 hari (ditanam dari benih) atau 25-30 hari
(ditanam dari bibit) setelah tanam (Prastio, 2015). Tanaman pakcoy dapattumbuh
pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketingian 5-1.200 m diatas
permukaan laut (dpl). Namun tanaman pakcoy akan lebih baik jika ditanam di
dataran tinggi dengan udara yang sejuk (Haryanto dkk., 2007). Iklim yang baik
untuk pertumbuhan pakcoy yaitu daerah yang memiliki suhu 15-300 °C, memiliki
curah hujan lebih dari 200 mm/ bulan, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam
(Rukmana, 1994). Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan pakcoy
yaitu antara 80-90%. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman pakcoy
adalah tanah gembur yang banyak mengandung humus, subur, dengan pH antara
6-7, serta drainase yang baik karena tanaman sawi pakcoy tidak menyukai
genangan.
2.1.3 Kebutuhan hara pakcoy
Pakcoy merupakan tanaman sayuran yang memerlukan unsur hara nitrogen
lebih banyak untuk pertumbuhannya atau sering disebut heavy feeders (Pracaya,
2007). Kebutuhan pupuk tanaman petsai/sawi per hektar yaitu 300 kg urea (138
kg N), 200 kg SP-36 (72 kg P), dan 100 kg KCL (Sunarjono, 2013). Pupuk yang
biasanya diberikan dalam budidaya tanaman petsai/sawi hanya unsurN (urea) dan
P (SP-36) dengan perbandingan 2:1. Pemupukan unsur N diberikan bertahap
sebanyak dua kali, sedangkan pemupukan P diberikan satu kali bersama
pemupukan pertama unsur N. Akan tetapi ada juga yang hanya memberikan
pemupukan unsur N dengan dosis 250-300 kg urea per hektar, dikarenakan
petsai/sawi merupakan tumbuhan yang memerlukan unsur hara nitrogen yang
lebih banyak (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).

2.1.4 Kandungan Gizi Pakcoy


Menurut Prasetyo (2010) cit. Perwtasari et al. (2012) kandungan
betakaroten pada pakcoy dapat mencegah penyakit katarak. Selain mengandung
betakaroten yang tinggi, pakcoy juga mengandung banyak gizi diantaranya
protein, lemak nabati, karbohidrat, serat, kalsium, Magnesium, sodium, vitamin A
dan vitamin C.
Rukmana (2009) cit. Suhardianto dan Purnama (2011) menguraikan bahwa
sebagai sayuran daun, pakcoy kaya akan sumber vitamin dan mineral. Pakcoy
kaya akan sumber vitamin A sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi
masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam (xerophthalmia).
Kegunaan pakcoy dalam tubuh manusia antara lain dapat mendinginkan perut.
Kandungan gizi pada setiap 100 g sawi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Setiap 100 g Sawi
Pakcoy
No Kandungan Gizi
a b
1 Energi (Kal) 21.0 22.0

2 Protein (g) 1.8 2.3

3 Lemak (g) 0.3 0.3


4 Karbohidrat (g) 3.9 4.0
5 Serat (g) 0.7 -
6 Abu (g) 0.9 -

7 Fosfor (mg) 33.0 38.0

8 Zat Besi (mg) 4.4 2.9

9 Natrium (mg) 20.0 -

10 Kalium (mg) 323.0 220.0

11 Vitamin A (S.I) 3600.0 6460.0

12 Thiamine (mg) 0.1 0.1

13 Riboflavin (mg) 0.1 -

14 Niacin (mg) 1.0 -


15 Vitamin C 74.0 102.0
16 Air (g) - 92.2
17 Kalsium (mg) 147.0 220.0
Keterangan :
a. Bersumber dari Direktorat Gizi Departemen Keseharan RI cit. Suhardianto dan Purnama (2011)
b. Bersumber dari Food and Nutrition Research Center cit. Suhardianto dan Purnama (2011)

Menurut Fahrudin (2009), pakcoy dapat menghilangkan rasa gatal


ditenggorokan pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan
pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan
memperlancar pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat
makanan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein,
lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

2.2 Hidroponik
Hidroponik atau Hydrophonics berasal dari bahasa latin (Greek), yaitu
hydro yang berarti air dan kata Phonos yang berarti kerja (Istiqomah, 2007).
Sistem bercocok tanam ala hidroponik kini makin banyak dipilih karena
merupakan budidaya tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang
lebih banyak menggunakan air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya
dilakukan di dalam green house. Ide awal kebun hidroponik muncul dalam
menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan.
Menurut Istiqomah (2007) bahwa selain air, medium lain yang bisa
digunakan dalam sistem bertanam hidroponik ini ialah air, kerikil, pasir, spon,
atau gel, sedangkan tanaman yang bisa tumbuh dengan sistem hidroponik pun
juga bermacam-macam, yang biasa ditanam dengan menggunakan sistem
hidroponik umumnya adalah tanaman apotik hidup, sayuran, dan tanaman hias.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik.
Diantaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan
penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada
tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan
tanaman memberikan hasil yang berkelanjutan (Suwantoro, 2008). Kualitas daun,
bunga, atau buah pun lebih sempurna dan tidak kotor. Selain itu, pengerjaannya
juga lebih mudah tidak memerlukan banyak biaya dan waktu (Ariyanto, 2008).
Karena manfaat dan perawatannya yang mudah, sistem ini telah diterapkan di
gedung-gedung bertingkat, tempat-tempat perbelanjaan modern, dan di
apartemen. Selain itu, penempatan tanaman di gedung yang tidak ada sirkulasi
udaranya juga bertujuan mencegah sick building syndrome (Hadisoeganda, 1996).
Menurut Guntoro (2011), kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah
penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa penggunaan tanah,
tidak ada resiko pengelolahan lahan untuk penanaman terus menerus sepanjang
tahun, kualititas lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih
efisien, tidak ada gulma, periode tanam lebih pendek, pengendalian hama dan
penyakit lebih mudah.
Dalam budidaya hidroponik hal yang perlu diperhatikan adalah larutan
nutrisi. Larutan nutrisi merupakan sumber pasokan nutrisi bagi tanaman untuk
mendapatkan makanan dalam budidaya hidroponik. Selain larutan nutrisi, faktor
lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu media tanam. Fungsi dari
media tanam pada budidaya hidroponik adalah sebagai tempat tumbuh dan tempat
penyimpanan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010).
Media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia,
kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat
menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun
bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam
hidroponik antara lain Cocopeat, rockwool, dan sebagainya. Bahan yang
digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media
(Douglass, 1976).
Kekurangan pada sistem hidroponik adalah modalnya besar, jika tanaman
terserang patogen maka dalam waktu singkat tanaman akan terinfeksi, pada kultur
substrat jika kapasitas memegang air media substrat lebih kecil dari media tanah
akan menyebabkan media cepat kering. Sedangkan pada kultur air, volume air dan
jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan titik layu sementara
sampai titik layu permanen pada tanaman (Chow, 1990, Del Rosario dan Santos,
1990 dalam Rosliani dan Sumarni, 2005).

2.3 NFT
NFT adalah teknik hidroponik dimana aliran yang sangat dangkal air yang
mengandung semua nutrisi terlarut diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang
kembali beredar melewati akar tanaman di sebuah alur kedap air. Dalam sistem
yang ideal, kedalaman aliran sirkulasi harus sangat dangkal, sedikit lebih dari
sebuah film air. Sebuah sistem NFT yang dirancang berdasarkan pada
penggunakan kemiringan saluran yang tepat, laju aliran yang tepat, dan panjang
saluran yang tepat. Keuntungan utama dari sistem NFT dari bentuk-bentuk lain
dari hidroponik adalah bahwa akar tanaman yang terkena kecukupan pasokan air,
oksigen dan nutrisi. Kelemahan dari NFT adalah bahwa NTF ini memiliki
gangguan dalam aliran, misalnya, pemadaman listrik.Prinsip dasar dalam sistem
NFT merupakan suatu keuntungan dalam pertanian konvensional. Artinya, pada
kondisi air berlebih, jumlah oksigen diperakaran menjadi tidak memadai. Namun,
pada sistem NFT yang nutrisinya hanya selapis menyebabkan ketersediaan nutrisi
dan oksigen pada akar selalu berlimpah. Untuk membuat selapis nutisi,
dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah harus
benar-benar seragam.
2. Kecepatan aliran yang masuk tidak boleh terlalu cepat, disesuaikan dengan
kemiringan talang (Lingga, 1984).
Sistem NFT dapat menghasilkan lebih tanaman dengan sedikit ruang,
sedikit air dan sedikit nutrient. Selain itu, ada aerasi yang baik dan suplai oksigen
di sebagian besar sistem hidroponik. Sistem NFT juga sangat mudah dalam
pembuatan dan pemeliharaan.
Menurut Cooper (1996 dalam Koerniawati 2003) mengemukakan bahwa,
konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar
tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga
tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh
dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi
larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa (Morgan,
2000 dalam Koernawati, 2003).
Menurut Nadiah (2007), daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat
berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas
akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan media tanam, adanya
bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan
mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian
NFT antara lain, dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman,
kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan
tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa
kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan
penelitiandan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untukmeningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting
density.
Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya
perawatan yangmahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang
menjangkititanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain. Sistem
hidroponik NFT dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa larutan nutrisi pada tangki (bak)
akandisalurkan menggunakan pompa melewati selang inlet yang terhubung
dengan pipa penanaman dan aliran nutrisi di dalam pipa akan keluar dengan
melewati selang outlet, aliran nutrisi akan kembali ke tangki (bak) penampung
nutrisikemudian di sirkulasikan kembali dengan menggunakan pompa secara terus
menerus (Anonim, 2012).

2.4 Media Tanam Hidroponik


Beberapa media tanam yang digunakan pada hidroponik yaitu:
a. Rockwool
Rockwool dibuat dengan melelehkan kombinasi batu dan pasir dan
kemudian campuran diputar untuk membuat serat yang dibentuk menjadi berbagai
bentuk dan ukuran. Proses ini sangat mirip dengan membuat permen kapas.
Bentuk bervariasi dari 1"x1"x1" dimulai dengan bentuk kubus hingga 3"x12"x36"
lempengan, dengan berbagai ukuran lainnya. Rockwool media semai dan media
tanam yang paling baik dan cocok untuk sayuran.

Gambar 3.Rockwool
b. Cocopeat
Cocopeat adalah media tanam yang bersifat organik. Biasanya cocopeat
terbuat dari serbuk sabut kelapa. Terkadang cocopeat ini juga dicampur dengan
sekam bakar. Selain ramah lingkungan, cocopeat juga memiliki daya serap air
yang tinggi (Sani, 2015).
Cocopea tmengandung klor yang cukup tinggi, bila klor bereaksi dengan air
maka akan terbentuk asam klorida. Akibatnya kondisi media menjadi asam,
sedangkan tanaman membutuhkan kondisi netral untuk pertumbuhannya. Kadar
klor pada cocopeat yang dipersyaratkan tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh
karena itu pencucian bahan baku cocopeat sangat penting dilakukan (Sukendro,
2013).
Keunggulan cocopeat sebagai media tanam antara lain yaitu: dapat
menyimpan air yang mengandung unsur hara, sifat cocopeat yang senang
menampung air dalam pori-pori menguntungkan karena akan menyimpan pupuk
air sehingga frekuensi pemupukan dapat dikurangi dan di dalam cocopeat juga
terkandung unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, daya serap air
tinggi, menggemburkan tanah dengan pH netral, dan menunjang pertumbuhan
akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan (Agoes, 1994). Kekurangan
cocopeat adalah banyak mengandung tanin. Zat tanin diketahui sebagai zat yang
menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat tanin yang
berlebihan maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air
bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya
buang air rendaman dan diganti dengan air bersih yang baru, hal ini dilakukan
beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi (Fahmi, 2013).

2.5 Kemiringan Talang


Cooper (1996 dalam Koerniawati 2003) mengemukakan bahwa Nutrient
Film Technique (NFT) adalah sitem budidaya tanaman dimana akar tanaman
berada dalam sirkulasi aliran air tipis dan mengandung unsur-unsur yang
dibutuhkan tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sistem perakaran pada
sistem hidroponik NFT hanya sebagian tertentu dari lapisan akar yang terendam
dalam larutan nutrisi. Aerasi zona perakaran tergantung oleh beberapa faktor
antara lain ruang pori, ukuran partikel media dan ketinggian container, ketinggian
kontainer (pot) mempengaruhi rasio antara air dan udara dalam media perakaran.
Menurut Lingga (2002) kelebihan air dapat mengurangi jumlah oksigen,
lapisan nutrisi dalam sistem hidroponik NFT maksimal 3 mm. Sehingga
kebutuhan nutrisi dan oksigen dapat terpenuhi, ada beberapa penelitian tentang
pengaruh kemiringan talang pada pertumbuhan dan hasil produksi terhadap
tanaman pakchoy yang terbaik kemiringan 5 %, ini kesimpulannya apilkasi sistem
hidroponik NFT pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy.
Menurut Untung (2000), semakin miring talang pada sistem hidroponik
NFT maka produktivitas tanaman semakin besar. Dalam penelitian ini kemiringan
talang dalam konstruksi hidroponik NFT yang diterapkan besarnya yaitu 1%, 3%,
5%, dan 7%. Terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman
pakcoy dengan menggunakan talang NFT yang berbeda. Kemiringan talang NFT
yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun,
tinggi tanaman, dan panjang akar) dan produksi tanaman pakcoy (berat tanaman)
terdapat pada kemiringan 5%. Hasil rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman
pada kemiringan talang NFT5% untuk setiap tanamannya yaitu jumlah daun 9,1
helai tinggi tanaman 18,4 cm panjang akar tanaman 41,5 cm, dan berat tanaman
34,49 gr. Hal yang harus diperhatikan dalam sistem Hidroponik NFT adalah:
 Kemiringan talang 2 - 5 % dari panjang talang
 Debit air 1-2 liter per menit
 Banyaknya air tandon diukur : setiap 3 tanaman per 1 liter
Pada sistem hidroponik NFT untuk jenis-jenis tanaman yang
banyakmembutuhkan air, semakin tinggi aliran/ denit air maka semakin maksimal
pertumbuhandan produksinya (Lingga, 2002).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Greenhuose Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jambi. Waktu pelaksanaan selama 3 bulan mulai dari bulan
Juli sampai Oktober 2018, sedangkan pengujian dilakukan di Laboratorium
Penelitian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari penggaris, meteran,
sketmat, talang dengan panjang 1 m, lem PVC, pompa aquarium, kabel, stop
kontak, solder, timbangan analtik, pH meter, bak penampung larutan nutrisi, net
pot diameter 50 mm dan panjang 50 mm, selang dengan diameter 22 mm, selang
untuk inlet dan aulet dengan diameter 5 mm, adjuster pengatur ketinggian rak
serta plat besi siku untuk bahan rak, asbes bening untuk penutup, dan bahan yang
digunakan terdiri dari benih tanaman pakcoy, media tanam (rockwool dan
cocopeat), nutrisi tanaman, air.

3.3 Pendekatan penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental yang
menerapkan prinsip-prinsip penelitian laboratorium, terutama dalam pengontrolan
terhadap hal-hal yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat
validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap
variabel lain. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel
bebas (independent variables) dan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan
sebagai variabel terikat (dependent variables). Variabel bebas adalah serbuk
sabutkelapa (cocopeat) pada media rockwool dan variabel terikat adalah
pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica chinensis L.)
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode observasi (pengamatan), pengukuran langsung dan dibantu
dengan kamera. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
a. Pertambahan jumlah daun (helai), jumlah daun yang dihitung adalah
daun yang sudah membuka sempurna.
b. Pertambahan panjang daun (cm), mengukur panjang daun dari pangkal
sampai ujung daun.
c. Pertambahan lebar daun(cm), mengukur lebar daun dari samping kanan
kekiri.
d. Panjang akar (cm), mengukur panjang akar tanaman pada saat panen.
e. Bobot basah (gr), menghitung bobot basah setelah dibersihkan dari
kotoran kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Penelitian pendahuluan

Pembuatan alat Persiapan pembibitan dan Penanaman dan


media tanam pemberian
nutrisi

Pelaksanaan penelitian

Pengukuran P, L, T pakcoy
pada masing-masing
perlakuan

Analisis data

Selesai
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian yang di lakukan secara rancangan petak terbagi (split plot design)
dengan tiga kali ulangan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), perlakuan pada
petak utama adalah kemiringan talang yang di atur dengan tinggi rendahnya ujung
talang yang terdiri dari beberapa level dan pada anak petak adalah media tanam
yang terdiri dari tiga macam perlakuan penambahan cocopeat. Petak utama adalah
kemiringan talang yang terdiri dari tiga level yaitu :
T1 : kemiringan 3% dari panjang talang
T2 : kemiringan 5% dari panjang talang
T3 : kemiringan 7% dari panjang talang
Anak petak media tanam terdiri dari tiga macam perlakuan penambahan cocopeat
yaitu :
M1= Cocopeat (1:2)
M2= Cocopeat (2:1)
M3= Cocopeat (1:1)
Dari kedua faktor dapat di peroleh 9 kombinasi perlakuan (tabel 3.1).
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan Media Tanam Dengan Kemiringan Talang.
Kemiringan Talang
Media Tanam
T1 T2 T3
M1 M1T1 M1T2 M1T3
M2 M2T1 M2T2 M2T3
M3 M3T1 M3T2 M3T3

Adapun denah tata letak percobaan ini dapat dilihat pada gambar 3.
T3 T1 T2 T1 T2 T3 T3 T2 T1
M2 M1 M3 M2 M1 M2 M3 M1 M3

M3 M2 M1 M3 M3 M1 M2 M2 M1

M1 M3 M2 M1 M2 M3 M1 M3 M2

I III II II I III III I II


Gambar 3. Tata letak percobaan
3.7 Analisis Data
Data yang di peroleh dianalisis dengan varian dalam model Rancangan
Petak Terbagi (split plot design). Apabila hasilnya berpengaruh nyata maka
dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes DS. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Jakarta: Penebar
swadaya, 1994. Hal 98.
Ariyanto. 2008. Analisis Tata Niaga Sayuran Bayam. [Skripsi] Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Douglas JS. Advanced Guide to Hydroponics. Garland Publ. New York, 1976.
Fahmi ZI. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Balai besar perbenihan dan proteksi tanaman
perkebunan Surabaya, 2013.
Guntoro, 2011. Budidaya Sayur Hidroponik. Pos Daya edisi 128/ Tahun XII/
Agustus.
Gustia, H. 2013. Pengaruh Penambahan Sekam Bakar Pada Media Tanam
TerhadapPertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).
E-journalwidya kesehatan dan lingkungan. Vol.1(1) : 12.
HasrianiI, Kalsim DK, Sukendro A. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa
(Cocopeat) Sebagai Media Tanam.
Harjoko D. 2009. Studi Macam Media dan Debit Aliran Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Bayam Merah Secara Hidroponik NFT. J.Agrosains 11
(2) : 58-62.
Irawan A, Kafiar Y. Pemanfaatan Cocopeat dan Arang Sekam Padi Sebagai
MediaTanam Bibit Cempaka Wasian (Elmerrilia ovalis) use of saw dust and
rice husk as a growth media of cempaka wasian (elmerrilia ovalis). Pros
sem nas masy biodiv indon. Vol.1(4) : 805-808.
Istiqomah S. 2007. Menanam Hidroponik. Azka Press. Jakarta
Koernawati Y.2003. Desain Panel dan Jenis Media Pada Teknologi Hidroponik
Sistem Terapung Tanaman Selada (Lactuca Sativa var. Grand Rapids).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lingga P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lubis, I. 2009. Pertanian Organik untuk meminimalisir Residu Pestisida pada
Produk Pertanian dan Undang – Undang. [Skripsi] Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nadiah, A. 2007. Sistem Perakaran Pada Hidroponik NFT. POPT Ahli Pertama
BBP2TP. Surabaya.
Rosliani R, dan Sumarni N. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem
Hidroponik. (monografi No.27) Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bandung.
Sani B. Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya, 2015.
Silvina F. Dan Syafrinal. 2008. Penggunaan Berbagai Medium Tanam dan
Konsentrasi Pupuk Organik Cair Pada Pertumbuhan dan Produksi
Mentimun Jepang (cucumissativus) Secara Hidroponik. J. Sagu 7 (1) : 7-12.
Tim Karya Tani Mandiri, Pedoman budidaya secara hidroponik. Bandung;
Nuansaauli, 2010. 160 hlm.
Untung, 2000. Kemiringan Talang paida Sistem Hidroponik NFT Terhadap
Tanaman Pakcoy (Skripsi). Institut Pertanian, Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai