Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENAMBAHAN COCOPEAT DAN KEMIRINGAN

TALANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL


TANAMAN PAKCOY (Brassica chinensis L.)
SITEM HIDROPONIK NFT
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan


nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai
sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi
tinggi (Adiyoga, 1999).
Tanaman pakcoy adalah tanaman yang sangat berguna bagi kesehatan dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena kandungan gizinya yang tinggi
sangat di butuhkan untuk tubuh kita. Menurut Prasetyo (2010) cit. Perwtasari et
al. (2012) tanaman pakcoy mengandung betakaroten yang dapat mencegah
penyakit katarak. Selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy juga
mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat, serat,
kalsium, Magnesium, sodium, vitamin A dan vitamin C. Kandungan gizi yang
tinggi pada pakcoy, memungkinkan jenis sayuran ini mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan.
Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia secara umum terus
meningkat. Permintaan akan komoditi pakcoy diberbagai daerah juga semakin
meningkat khususnya di daerah-daerah perkotaan yang mulai sadar akan
pentingnya kesehatan dengan memulai mengkonsumsi tanaman pakcoy sehingga
peluang bisnis tanaman pakcoy menjadi terbuka lebar (Setyorini dan Husnain,
2004). Permintaan konsumen dalam produk hasil pertanian khususnya sayuran
menginginkan hasil sayuran yang minim kandungan bahan kimianya, hal ini di
karenakan alasan kesehatan yang menjadi perioritas utamanya, oleh karena itu
salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan pertumbuhan tanaman sayur
diperlukan suatu teknologi baru, sehingga irigasi hidroponik dengan sistem NFT
ini dapat menjadi alternatif teknologi penanaman baru. Dengan cara ini
penggunaan lahan pertanian bisa diminimalkan seiring semakin menyempitnya
lahan pertanian saat ini. Nutrient film technique (NFT) merupakan cara bercocok
tanam secara hidroponik. Pada sistem ini, sebagian akar tanaman terendam dalam
larutan nutrisi dan sebagian lagi berada di permukaaan larutan yang bersirkulasi
selama 24 jam. Tanaman sayur yang cocok untuk diterapkan pada sistem ini
adalah sayuran daun salah satunya adalah tanaman pakcoy.
Menurut Suhardiyanto (2002 dalam Harjoko 2009), beberapa kelebihan
hidroponik di antaranya tidak perlu melakukan pengolahan tanah, kebersihan
dapat terjaga dan lebih efisien dalam penggunaan air dan pupuk, selain itu dengan
sistem hidroponik tanaman akan lebih mudah terkontrol. Menurut Silvina dan
Syarifinal (2008) keberhasilan budidaya pada sistem hidroponik di tentukan oleh
media tanam, media pada sitem hidroponik berperan sebagai pegangan tumbuh
akar dan mediator larutan hara. Jenis media tanam yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik
membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media
yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak
mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Bahan-bahan yang digunakan
sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain Cocopeat, rockwool, dan
sebagainya. Rosliani dan Sumarni (2005) mengemukakan bahwa bentuk
karakteristik media akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh akar
tanaman sehingga mempengaruhi hasil dan kualitas produk. Selain media tanam
yang menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam sistem
hidroponik, faktor utama lainnya adalah tinggi rendahnya air yang mengalir pada
sistem hidroponik NFT (Lubis, 1994), karena akan berpengaruh terhadap
penyerapan nutrisi oleh media tanam.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian untuk mengetahui
pengaruh penambahan serbuk sabut kelapa dan kemiringan talang terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman pakcoy (brassica chinensis l.) sitem hidroponik nft (nutrient film
technique) pada media rockwool.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh kemiringan talang dan penambahan cocopeat pada
media rockwool terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy pada
sistem hidroponik NFT?
2. Bagaimana pengaruh penambahan cocopeat pada media rockwool
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy pada sistem
hidroponik NFT?
3. Bagaimana pengaruh kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT?
4. Pada takaran berapa dari penambahan cocopeat pada media rockwool yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy
(Brassica chinensis l.) secara hidroponik NFT?

1.3 Tujuan
Tujuan peneliti adalah :
1. Untuk mengetahui Interaksi antara penambahan cocopeat dengan
kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy
pada sistem hidroponik NFT.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan cocopeat terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
3. Untuk mengetahui pengaruh kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
4. Untuk mengetahui takaran penambahan cocopeat pada media rockwool
yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman
pakcoy (Brassica chinensis l.) secara hidroponik NFT.

1.4 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara penambahan cocopeat pada media tanam
rockwool dan kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy dalam sistem hidroponik NFT.
2. Penambahan cocopeat pada media tanam rockwool pada sistem
hidroponik NFT berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
3. Kemiringan talang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakcoy (Brassica chinensis L.)


Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada
dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy
merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya
sebagai sayuran. Pakcoy berasal dari benua Asia yaitu dari Tiongkok dan Asia
Timur. Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut (Haryanto dkk., 2007):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica chinensis L.

Pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat dari anak-anak


sampai orang tua, karena sawi pakcoy banyak mengandung protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik untuk
kesehatan (Haryanto dkk., 2007). Kandungan gizi dalam pakcoy sangat baik
terutama untuk ibu hamil karena dapat menghindarkan dari anemia. Selain itu
pakcoy dapat menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan mengurangi resiko
berbagai jenis kanker (Pracaya dan Kartika, 2016).

2.1.1 Morfologi pakcoy


Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar
berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-
50 cm (Setyaningrum dan Saparinto, 2011). Tanaman ini memiliki batang yang
sangat pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini
berfungsi sebagai pembentuk dan penopang daun. Pakcoy memiliki daun yang
halus, tidak berbulu dan tidak membentuk krop. Tangkai daunnya lebar dan
kokoh, tulang daun dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih
tebal dibandingkan dengan sawi hijau (Haryanto dkk., 2007). Gambar tanaman
sawi pakcoy dapat dilihat pada Ilustrasi 1.

Ilustrasi 1. Gambar Tanaman Pakcoy.


Struktur bunga tanaman sawi tersusun dalam tangkai bunga yang panjang
dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,
empat helai daun mahkota, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang
berongga dua. Penyerbukan bunga tanaman ini dapat berlangsung dengan bantuan
serangga maupun oleh manusia. Buah tanaman sawi termasuk tipe buah polong
berbentuk memanjang dan berongga dengan biji berbentuk bulat kecil berwarna
coklat kehitaman (Sunarjono, 2013).

2.1.2 Syarat tumbuh pakcoy


Pakcoy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dipanen satu kali.
Sawi pakcoy dapat dipanen pada umur 40-60 hari (ditanam dari benih) atau 25-30
hari (ditanam dari bibit) setelah tanam (Prastio, 2015). Tanaman pakcoy dapat
tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketingian 5-1.200 m
diatas permukaan laut (dpl). Namun tanaman sawi pakcoy akan lebih baik jika
ditanam di dataran tinggi dengan udara yang sejuk (Haryanto dkk., 2007). Iklim
yang baik untuk pertumbuhan pakcoy yaitu daerah yang memiliki suhu 15-300C,
memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/ bulan, serta penyinaran matahari antara
10-13 jam (Rukmana, 1994). Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan
pakcoy yaitu antara 80-90%. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
pakcoy adalah tanah gembur yang banyak mengandung humus, subur, dengan pH
antara 6-7, serta drainase yang baik karena tanaman sawi pakcoy tidak menyukai
genangan.
2.1.3 Kebutuhan hara pakcoy
Sawi pakcoy merupakan tanaman sayuran yang memerlukan unsur hara
nitrogen lebih banyak untuk pertumbuhannya atau sering disebut heavy feeders
(Pracaya, 2007). Kebutuhan pupuk tanaman petsai/sawi per hektar yaitu 300 kg
urea (138 kg N), 200 kg SP-36 (72 kg P), dan 100 kg KCL (Sunarjono, 2013).
Pupuk yang biasanya diberikan dalam budidaya tanaman petsai/sawi hanya unsur
N (urea) dan P (SP-36) dengan perbandingan 2:1. Pemupukan unsur N diberikan
bertahap sebanyak dua kali, sedangkan pemupukan P diberikan satu kali bersama
pemupukan pertama unsur N. Akan tetapi ada juga yang hanya memberikan
pemupukan unsur N dengan dosis 250-300 kg urea per hektar, dikarenakan
petsai/sawi merupakan tumbuhan yang memerlukan unsur hara nitrogen yang
lebih banyak (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).

2.1.4 Kandungan Gizi Pakcoy


Menurut Prasetyo (2010) cit. Perwtasari et al. (2012) kandungan
betakaroten pada pakcoy dapat mencegah penyakit katarak. Selain mengandung
betakaroten yang tinggi, pakcoy juga mengandung banyak gizi diantaranya
protein, lemak nabati, karbohidrat, serat, kalsium, Magnesium, sodium, vitamin A
dan vitamin C.
Rukmana (2009) cit. Suhardianto dan Purnama (2011) menguraikan
bahwa sebagai sayuran daun, pakcoy kaya akan sumber vitamin dan mineral.
Pakcoy kaya akan sumber vitamin A sehingga berdaya guna dalam upaya
mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam
(xerophthalmia). Kegunaan pakcoy dalam tubuh manusia antara lain dapat
mendinginkan perut. Kandungan gizi pada setiap 100 g sawi dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Setiap 100 g Sawi

No Kandungan Gizi Pakcoy


a b
1 Energi (Kal) 21.0 22.0
2 Protein (g) 1.8 2.3
3 Lemak (g) 0.3 0.3
4 Karbohidrat (g) 3.9 4.0
5 Serat (g) 0.7 -
6 Abu (g) 0.9 -
7 Fosfor (mg) 33.0 38.0
8 Zat Besi (mg) 4.4 2.9
9 Natrium (mg) 20.0 -
10 Kalium (mg) 323.0 220.0
11 Vitamin A (S.I) 3600.0 6460.0
12 Thiamine (mg) 0.1 0.1
13 Riboflavin (mg) 0.1 -
14 Niacin (mg) 1.0 -
15 Vitamin C 74.0 102.0
16 Air (g) - 92.2
17 Kalsium (mg) 147.0 220.0
Keterangan :
a. Bersumber dari Direktorat Gizi Departemen Keseharan RI cit. Suhardianto dan Purnama (2011)
b. Bersumber dari Food and Nutrition Research Center cit. Suhardianto dan Purnama (2011)

Menurut Fahrudin (2009), pakcoy dapat menghilangkan rasa gatal di


tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih
darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar
pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak,
karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

2.2 Hidroponik
Hidroponik atau Hydrophonics berasal dari bahasa latin (Greek), yaitu hydro
yang berarti air dan kata Phonos yang berarti kerja (Istiqomah, 2007).Sistem
bercocok tanam ala hidroponik kini makin banyak dipilih karena merupakan
budidaya tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak
menggunakan air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam
green house. Pasalnya, faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan
sehingga resiko terhadap pengaruh cuacapun bisa diperkecil. Ide awal kebun
hidroponik muncul dalam menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara
pemeliharaan.
Lebih lanjut ditambahkan Istiqomah (2007) bahwa selain air, medium lain
yang bisa digunakan dalam sistem bertanam hidroponik ini ialah air, kerikil, pasir,
spon, atau gel, sedangkan tanaman yang bisa tumbuh dengan sistem
hidroponikpun juga bermacam-macam, yang biasa ditanam dengan menggunakan
sistem hidroponik umumnya adalah tanaman apotik hidup, sayuran, dan tanaman
hias. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik.
Diantaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan
penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada
tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan
tanaman memberikan hasil yang berkelanjutan (Suwantoro, 2008). Kualitas daun,
bunga, atau buah pun lebih sempurna dan tidak kotor. Selain itu, pengerjaannya
juga lebih mudah tidak memerlukan banyak biaya dan waktu (Ariyanto, 2008).
Karena manfaat dan perawatannya yang mudah, sistem ini telah diterapkan di
gedung-gedung bertingkat, tempat-tempat perbelanjaan modern, dan di
apartemen. Selain itu, penempatan tanaman di gedung yang tidak ada sirkulasi
udaranya juga bertujuan mencegah sick building syndrome (Hadisoeganda, 1996).
Menurut Guntoro (2011), kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah
penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa penggunaan tanah,
tidak ada resiko pengelolahan lahan untuk penanaman terus menerus sepanjang
tahun, kualititas lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih
efisien, tidak ada gulma, periode tanam lebih pendek, pengendalian hama dan
penyakit lebih mudah.
Kekurangan pada sistem hidroponik adalah modalnya besar, jika tanaman
terserang patogen maka dalam waktu singkat tanaman akan terinfeksi, pada kultur
substrat jika kapasitas memegang air media substrat lebih kecil dari media tanah
akan menyebabkan media cepat kering. Sedangkan pada kultur air, volume air dan
jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan titik layu sementara
sampai titik layu permanen pada tanaman (Chow, 1990, Del Rosario dan Santos,
1990 dalam Rosliani dan Sumarni, 2005).
2.3 NFT
Nutrient Film Technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam
hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse
Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960-an dan
berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Cooper (1996 dalam
Koerniawati 2003) mengemukakan bahwa, konsep dasar NFT ini adalah suatu
metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang
dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi
dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman
terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus
menerus dengan pompa (Morgan, 2000 dalam Koernawati, 2003).
Menurut Nadiah (2007), derah perakaran dalam larutan nutrisi dapat
berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas
akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan media tanam, adanya
bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan
mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian
NFT antara lain, dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman,
kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan
tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa
kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian
dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT
mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang
mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti
tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.

Anda mungkin juga menyukai