Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I. PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditi kakao
menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara,
setelah CPO dan karet. Luas areal kakao di Indonesia mencapai 1,6 juta hektar dengan
produksi sekitar 593 ribu ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar ke-
4 di dunia. Produksi kakao dunia saat ini mencapai sekitar 4,79 juta ton yang sebagian
besar dipasok oleh Pantai Gading (43%), Ghana (20%), Ekuador (6%), Indonesia (6%) dan
sisanya oleh negara-negara produsen lainnya yang relatif kecil (Ditjenbun, 2019).
Komoditi kakao akan terus dikembangkan dalam rangka usaha meningkatkan devisa
negara melalui kegiatan ekspor serta mengoptimalkan penghasilan petani kakao (Suryani
dan Zulfebriansyah, 2007).
Produksi kakao Indonesia sangat terkenal di pasar kakao dunia karena biji kakao
Indonesia mengandung epicatechin dan kapasitas antioksidan lebih tinggi daripada negara-
negara lain (Othman et al., 2010). Permasalahan yang terjadi adalah produktivitas serta
produksi kakao yang semakin menurun, disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan
tanam yang kurang bermutu, sistem budidaya, pemupukan, serangan hama dan penyakit,
serta penanganan pasca panen. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu kakao adalah
1
2
dengan cara meningkatkan kualitas pembibitan sehingga akan menghasilkan bibit kakao
yang bermutu. Pemeliharaan yang intensif selama proses pembibitan akan menghasilkan
bibit yang bermutu, salah satunya dengan menggunakan media tanam. Media tanam
merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang memiliki fungsi mampu mengikat air, dapat
menyediakan unsur hara bagi kebutuhan tanaman, menjaga air yang berlebihan, menjaga
sirkulasi dan aerasi tanah serta menjaga kelembaban pada bagian akar agar tidak mudah
lapuk (Prayugo, 2007). Media tanam yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti
tidak mengandung hama dan penyakit, bebas dari gulma, gembur agar akar dapat tumbuh
dengan mudah dan berkembang di dalam media tanam, mampu mengikat air dan unsur
hara, mempunyai draenase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban
disekitar akar tanaman, tidak menjadi sumber penyakit dan mudah didapat (Fahmi, 2013).
Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang dapat berperan langsung sebagai
sumber unsur hara bagi tanaman setelah mengalami proses mineralisasi. Pupuk kandang
menyediakan unsur hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan unsur
hara mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenum). Pupuk kandang dapat
meningkatkan daya menahan air, meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah, nilai
kapasitas tukar kation, dan dapat memperbaiki struktur tanah (Syekhfani, 2000). Pupuk
kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, mengandung unsur hara
makro dan mikro, serta dapat memperbaiki daya serap air pada tanah. Nyakpa dan Hasinah
(1985) menyatakan bahwa penambahan bahan organik seperti pupuk kandang dapat
menambah suplai hara dalam tanah sebagai penyediaan humus yang dapat memperbaiki
struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Hasil penelitian Nora et al.,
(2015) menunjukkan bahwa pemberian sekam padi dengan perbandingan 2:1:1 (tanah:
pupuk kandang: sekam padi) menghasilkan pertambahan tinggi tanaman, berat basah akar,
berat kering akar, berat berangkasan basah dan berat berangkasan kering terbaik pada bibit
kakao.
Humus merupakan tanah yang memiliki kandungan organik sebagai habitat
mikroorganisme penyubur tanah, sehingga tanah kaya akan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Humus yang terdapat dalam tanah juga menjadikan tanah memiliki kemampuan
untuk menahan air lebih baik, serta menjaganya dari resiko erosi. Humus berasal dari
residu-residu tanaman, binatang dan mikroba, komposisinya tergantung atas 5 sifat/
keadaan kimiawi dari residu-residu tersebut. Humus terbentuk sebagai suatu hasil dari
proses-proses dekomposisi, maka komposisinya juga akan tergantung atas berbagai jasad
3
renik yang terlibat dalam pembusukan atau pelapukan residu-residu tersebut (Sutedjo,
1991).
Media tanam organik memiliki kelebihan yang mampu menyimpan air dan nutrisi
dalam jumlah banyak, aerasi yang optimal serta ringan. Sekam padi merupakan salah satu
bahan organik yang dapat digunakan sebagai media tanam dalam proses pembibitan.
Kelebihan sekam padi adalah mudah mengikat air, mudah menggumpal dan memadat
sehingga mempermudah pertumbuhan akar tanaman, tidak mudah lapuk, hanya saja
kekurangannya adalah cenderung miskin hara. Media sekam padi memiliki kondisi
lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan kimia yang lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman karena lebih cepat mengalami pelapukan dan dekomposisi, mengandung unsur N,
P, K, Cl, dan Mg. Sekam padi mengandung unsur hara yang relatif cepat tersedia bagi
tanaman serta dapat meningkatkan pH tanah (Istomo, 2012). Hasil penelitian Randi (2019)
menunjukkan bahwa pemberian biochar arang sekam padi memberikan pengaruh terhadap
panjang daun, lebar daun, jumlah daun, dan diameter batang.
Bahan organik lain yang dapat digunakan sebagai campuran media tanam adalah
kompos. Kompos merupakan bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan
karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di
dalam bahan organik tersebut. Kompos mengandung mikroorganisme seperti jamur,
actinomycetes, bakteri, dan alga atau ganggang, hal ini membuat kompos dianggap dapat
memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan juga biologi tanah. Kompos dapat memperbaiki
kandungan bahan organik tanah sehingga meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang
perakaran tanaman. Kandungan bahan organik yang meningkat juga akan meningkatkan
kemampuan tanah menyimpan air tanah (Kaleka, 2010). Menurut Mario et al., ( 2020)
Perlakuan pupuk kompos berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 60 hari dan 90
hari setelah tanam. Berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit umur 30 hari, 60 hari
dan 90 hari setelah tanam, jumlah daun umur 30 hari, 60 hari dan 90 hari setelah tanam,
serta diameter batang umur 30 hari setelah tanam pada bibit jeruk. Octivia dan Atekan
(2007) menyatakan bahwa penggunaan media tanam tanah dan kompos (2 : 1) berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar tunggang dan panjang akar bibit buah merah.
Pupuk hayati adalah kultur mikroba yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk
meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanaman dan tanah. Inokulan mikroba yang
digunakan dalam pupuk hayati termasuk jamur mikoriza arbuskular (JMA) dan
rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman (RPPT) (Gianinazzi et al., 2010). Mikoriza
4
merupakan sejenis jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman yang mampu
meningkatkan unsur N, P, dan K serta dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah,
meningkatkan tegangan osmotik sel – sel tanaman yang ditanam pada tanah dengan kadar
air yang rendah. Simbiosis jamur mikoriza dengan pupuk organik sangat penting bagi
tanaman serta mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman inang. Prinsip kerja dari jamur
mikoriza adalah dengan menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi
jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara. Simbiosis antara JMA dan tanaman
dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman abiotik, nutrisi tanaman dan
perlindungan terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh cekaman air (Ruiz-
Lozano et al., 2012). Menurut Nasrullah (2015), Mikoriza berpengaruh sangat nyata
terhadap luas daun dan persentase akar terinfeksi mikoriza, berpengaruh nyata terhadap
tinggi bibit dan diameter pangkal batang umur 90 HST, berat basah akar dan berat kering
berangkasan atas tanaman kakao. Pertumbuhan bibit tanaman kakao yang paling efektif
terdapat pada perlakuan mikoriza dengan dosis 10 g/tanaman.
1.5. Hipotesis
1. Jenis media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.
5
6
7
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan jenis media tanam dan dosis mikoriza pada bibit
kakao
Kombinasi Dosis Mikoriza
Perlakuan Media Tanam (2:1) (g/tanaman)
M0D0 Tanah + Pupuk kandang 5
M0D1 Tanah + Pupuk kandang 10
M0D2 Tanah + Pupuk kandang 15
M1D0 Tanah + Kompos 5
M1D1 Tanah + Kompos 10
M1D2 Tanah + Kompos 15
M2D0 Tanah +arang sekam 5
M2D1 Tanah +arang sekam 10
M2D2 Tanah +arang sekam 15
M3D0 Tanah + Humus 5
M3D1 Tanah + Humus 10
M3D2 Tanah + Humus 15
Keterangan: M: Jenis media tanam, D: Dosis mikoriza
(MD)jk = Pengaruh interaksi antara jenis media tanam (M) taraf ke-j dengan
dosis mikoriza (D) pada taraf ke-k
ɛijk = Pengaruh galat dari faktor M pada taraf ke-j dan faktor D pada taraf ke-k pada
kelompok ke-i
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji F dan apabila menunjukkan
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5% (BNJ0,05)
yaitu:
KTA
BNJ0,05 = q0,05 (p.dbA)
√ r
Keterangan:
BNJ0,05 = Beda nyata jujur pada taraf 5%
q0,05 = Nilai baku q pada taraf 5%
p.dbA = jumlah perlakuan p dan derajat bebas acak
KTA = Kuadrat tengah acak
r = Jumlah ulangan
2.4.6. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan kakao yaitu penyulaman,
penyiraman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan
bila bibit kakao tidak tumbuh atau mati. Bibit kakao disiram 2 kali sehari setiap pagi dan
sore menggunakan gembor. Penyiangan gulma dapat dilakukan secara mekanis yaitu
dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag dan di area pembibitan.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit
dengan menyemprotkan pestisida Decis bahan aktif Deltametrin dengan konsentrasi 1 ml
L-1 air dan fungisida bahan aktif Mankozeb dengan konsentrasi 1 g L-1 air.
10
tertentu, kemudian dihitung selisih angka antara volume air sebelum dan setelah
dimasukkan akar.
Gianinazzi, S., A. Gollotte, M.N. Binet, D. van Tuinen,D. Redecker and D. Wipf. 2010.
Agroecology: the key role of arbuscular mycorrhizas in ecosystem services.
Mycorrhiza. 20: 519–530.
Mario., Puji, A. dan Akas, P. S. 2020. Pengaruh Pupuk Organik Cair Nasa dan Pupuk
Kompos terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Manis (Citrus aurantium). Jurnal
AGRIFOR 19(1): 23 – 32.
Nasrullah. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16:16:16) dan Mikoriza terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) pada Media Tumbuh Subsoil.
Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh.
Nora, M., A. Nurbaiti dan R. L. S. Aminah. 2015. Pengaruh komposisi media tanam
terhadap pembibitan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di polybag. Jurnal
Klorofil. 10 (2) : 90-92.
Nyakpa, M. Y. & Hasinah HAR. 1985. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian
Unsyiah, Darussalam Banda Aceh.
Octivia, T. & Atekan. 2007. Pengaruh Setek dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan
Benih Buah Merah. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Vol. XVIII (2) :
159 – 169.
Othman, A., Jalil, A. M. M., Wang, K. K., Ismail, A., Ghani, N. A., & Adenan, I. 2010.
Epicatechin content and antioxidant capacity of cocoa beans from four different
countries. Afr. J. Biotechnol., 9(7), 1052-1059.
Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.
Randi, N. 2019. Pengaruh Pemberian Biochar Arang Sekam Padi terhadap Pertumbuhan
Bibit Kakao BL 50 (Theobroma cacao L.). Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Padang.
12
13
Ruiz-Lozano, J. M., Porcel, R., Azcon, C., & Aroca, R. 2012. Regulation by arbuscular
mycorrhizae of the integrated physiological response to sainity in plants: new
challenges in physiological and molecular studies. J. Exp. Botany, 63(11), 4033-
4044.
Suryani, D. dan Zulfebriansyah. 2007. Komoditas Kakao: Potret dan Peluang Pembiayaan.
Economic Review No. 210 Desember 2007.
Syekhfani. 2000. Arti Penting Bahan Organik bagi Kesuburan Tanah. MAPORINA:
Malang.
LAMPIRAN
14
15
U
M1D1 M0D2 M1D0
Keterangan :
M0 = Tanah : Pupuk Kandang (2:1)
M1 = Tanah : Kompos (2:1)
M2 = Tanah : Arang Sekam (2:1)
M3 = Tanah : Humus (2:1)
D0 = 5 g /tanaman
D1 = 10 g/tanaman
D2 = 15 g/tanaman
16
Pemindahan Bibit
Pemberian Mikoriza
Pemeliharaan
Pembongkaran
Pengamatan
Analisis Data
Laporan Penelitian
17
Volume polybag = 5 kg
1. Kebutuhan pupuk NPK bibit kakao per polybag
Volume Polybag
Kebutuhan Pupuk/polybag = x dosis pupuk anjuran
Berat tanah per ha
5 kg
= x 1000 kg ha-1
2.000.000 kg
= 0.0025 kg ha-1
= 2.5 g /polybag
2. Kebutuhan pupuk NPK bibit kakao keseluruhan
Kebutuhan pupuk NPK = Kebutuhan pupuk x jumlah polybag
= 2.5 g x 108 polybag
= 270 g
= 0.27 kg