Anda di halaman 1dari 17

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


DARUSSALAM - BANDA ACEH

BAHAN SEMINAR PROPOSAL

Judul : Pengaruh Jenis Media Tanam dan Dosis Mikoriza terhadap


Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)
Pemrasaran : Fafi Rahmatillah/ 1605101050042
Pembimbing : 1. Ir. Erida Nurahmi, M.P.
2. Trisda Kurniawan, S.P., M.P.
Penguji : 1. Dr. Zaitun, S.P., M.Si 
2. Dr. Nat. techn. Syafruddin, S.P., M.P
3. Dr. Ir. Gina Erida, M.Si
Hari /Tanggal : Jumat/ 15 Januari 2021
Jam : 10.00 WIB.
Tempat : Online via zoom

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditi kakao
menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara,
setelah CPO dan karet. Luas areal kakao di Indonesia mencapai 1,6 juta hektar dengan
produksi sekitar 593 ribu ton menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar ke-
4 di dunia. Produksi kakao dunia saat ini mencapai sekitar 4,79 juta ton yang sebagian
besar dipasok oleh Pantai Gading (43%), Ghana (20%), Ekuador (6%), Indonesia (6%) dan
sisanya oleh negara-negara produsen lainnya yang relatif kecil (Ditjenbun, 2019).
Komoditi kakao akan terus dikembangkan dalam rangka usaha meningkatkan devisa
negara melalui kegiatan ekspor serta mengoptimalkan penghasilan petani kakao (Suryani
dan Zulfebriansyah, 2007).
Produksi kakao Indonesia sangat terkenal di pasar kakao dunia karena biji kakao
Indonesia mengandung epicatechin dan kapasitas antioksidan lebih tinggi daripada negara-
negara lain (Othman et al., 2010). Permasalahan yang terjadi adalah produktivitas serta
produksi kakao yang semakin menurun, disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan
tanam yang kurang bermutu, sistem budidaya, pemupukan, serangan hama dan penyakit,
serta penanganan pasca panen. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu kakao adalah
1
2

dengan cara meningkatkan kualitas pembibitan sehingga akan menghasilkan bibit kakao
yang bermutu. Pemeliharaan yang intensif selama proses pembibitan akan menghasilkan
bibit yang bermutu, salah satunya dengan menggunakan media tanam. Media tanam
merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang memiliki fungsi mampu mengikat air, dapat
menyediakan unsur hara bagi kebutuhan tanaman, menjaga air yang berlebihan, menjaga
sirkulasi dan aerasi tanah serta menjaga kelembaban pada bagian akar agar tidak mudah
lapuk (Prayugo, 2007). Media tanam yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti
tidak mengandung hama dan penyakit, bebas dari gulma, gembur agar akar dapat tumbuh
dengan mudah dan berkembang di dalam media tanam, mampu mengikat air dan unsur
hara, mempunyai draenase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban
disekitar akar tanaman, tidak menjadi sumber penyakit dan mudah didapat (Fahmi, 2013).
Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang dapat berperan langsung sebagai
sumber unsur hara bagi tanaman setelah mengalami proses mineralisasi. Pupuk kandang
menyediakan unsur hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan unsur
hara mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenum). Pupuk kandang dapat
meningkatkan daya menahan air, meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah, nilai
kapasitas tukar kation, dan dapat memperbaiki struktur tanah (Syekhfani, 2000). Pupuk
kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, mengandung unsur hara
makro dan mikro, serta dapat memperbaiki daya serap air pada tanah. Nyakpa dan Hasinah
(1985) menyatakan bahwa penambahan bahan organik seperti pupuk kandang dapat
menambah suplai hara dalam tanah sebagai penyediaan humus yang dapat memperbaiki
struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Hasil penelitian Nora et al.,
(2015) menunjukkan bahwa pemberian sekam padi dengan perbandingan 2:1:1 (tanah:
pupuk kandang: sekam padi) menghasilkan pertambahan tinggi tanaman, berat basah akar,
berat kering akar, berat berangkasan basah dan berat berangkasan kering terbaik pada bibit
kakao.
Humus merupakan tanah yang memiliki kandungan organik sebagai habitat
mikroorganisme penyubur tanah, sehingga tanah kaya akan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Humus yang terdapat dalam tanah juga menjadikan tanah memiliki kemampuan
untuk menahan air lebih baik, serta menjaganya dari resiko erosi. Humus berasal dari
residu-residu tanaman, binatang dan mikroba, komposisinya tergantung atas 5 sifat/
keadaan kimiawi dari residu-residu tersebut. Humus terbentuk sebagai suatu hasil dari
proses-proses dekomposisi, maka komposisinya juga akan tergantung atas berbagai jasad
3

renik yang terlibat dalam pembusukan atau pelapukan residu-residu tersebut (Sutedjo,
1991).
Media tanam organik memiliki kelebihan yang mampu menyimpan air dan nutrisi
dalam jumlah banyak, aerasi yang optimal serta ringan. Sekam padi merupakan salah satu
bahan organik yang dapat digunakan sebagai media tanam dalam proses pembibitan.
Kelebihan sekam padi adalah mudah mengikat air, mudah menggumpal dan memadat
sehingga mempermudah pertumbuhan akar tanaman, tidak mudah lapuk, hanya saja
kekurangannya adalah cenderung miskin hara. Media sekam padi memiliki kondisi
lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan kimia yang lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman karena lebih cepat mengalami pelapukan dan dekomposisi, mengandung unsur N,
P, K, Cl, dan Mg. Sekam padi mengandung unsur hara yang relatif cepat tersedia bagi
tanaman serta dapat meningkatkan pH tanah (Istomo, 2012). Hasil penelitian Randi (2019)
menunjukkan bahwa pemberian biochar arang sekam padi memberikan pengaruh terhadap
panjang daun, lebar daun, jumlah daun, dan diameter batang.
Bahan organik lain yang dapat digunakan sebagai campuran media tanam adalah
kompos. Kompos merupakan bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan
karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di
dalam bahan organik tersebut. Kompos mengandung mikroorganisme seperti jamur,
actinomycetes, bakteri, dan alga atau ganggang, hal ini membuat kompos dianggap dapat
memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan juga biologi tanah. Kompos dapat memperbaiki
kandungan bahan organik tanah sehingga meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang
perakaran tanaman. Kandungan bahan organik yang meningkat juga akan meningkatkan
kemampuan tanah menyimpan air tanah (Kaleka, 2010). Menurut Mario et al., ( 2020)
Perlakuan pupuk kompos berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 60 hari dan 90
hari setelah tanam. Berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit umur 30 hari, 60 hari
dan 90 hari setelah tanam, jumlah daun umur 30 hari, 60 hari dan 90 hari setelah tanam,
serta diameter batang umur 30 hari setelah tanam pada bibit jeruk. Octivia dan Atekan
(2007) menyatakan bahwa penggunaan media tanam tanah dan kompos (2 : 1) berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar tunggang dan panjang akar bibit buah merah.
Pupuk hayati adalah kultur mikroba yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk
meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanaman dan tanah. Inokulan mikroba yang
digunakan dalam pupuk hayati termasuk jamur mikoriza arbuskular (JMA) dan
rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman (RPPT) (Gianinazzi et al., 2010). Mikoriza
4

merupakan sejenis jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman yang mampu
meningkatkan unsur N, P, dan K serta dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air tanah,
meningkatkan tegangan osmotik sel – sel tanaman yang ditanam pada tanah dengan kadar
air yang rendah. Simbiosis jamur mikoriza dengan pupuk organik sangat penting bagi
tanaman serta mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman inang. Prinsip kerja dari jamur
mikoriza adalah dengan menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi
jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara. Simbiosis antara JMA dan tanaman
dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman abiotik, nutrisi tanaman dan
perlindungan terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh cekaman air (Ruiz-
Lozano et al., 2012). Menurut Nasrullah (2015), Mikoriza berpengaruh sangat nyata
terhadap luas daun dan persentase akar terinfeksi mikoriza, berpengaruh nyata terhadap
tinggi bibit dan diameter pangkal batang umur 90 HST, berat basah akar dan berat kering
berangkasan atas tanaman kakao. Pertumbuhan bibit tanaman kakao yang paling efektif
terdapat pada perlakuan mikoriza dengan dosis 10 g/tanaman.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah perlakuan jenis media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit
kakao.
2. Apakah dosis mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.
3. Apakah terdapat interaksi antara jenis media tanam dan dosis mikoriza terhadap
pertumbuhan bibit kakao.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis media tanam dan dosis
mikoriza terhadap pertumbuhan bibit kakao.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pengaruh
jenis media tanam dan dosis mikoriza terhadap pertumbuhan bibit kakao.

1.5. Hipotesis
1. Jenis media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.
5

2. Dosis mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao.


3. Terdapat interaksi antara jenis media tanam dan dosis mikoriza terhadap
pertumbuhan bibit kakao.
BAB II. METODELOGI PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari
sampai April 2021.

2.2. Alat dan Bahan


2.2.1. Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ayakan 8 mesh,
gunting, pisau, label nama, paranet 5 m x 3 m dengan tinggi 3 m, gembor ukuran volume 10
liter, meteran, kamera ponsel (16 MP), jangka sorong, oven (Memmert 300oC), timbangan
digital, kalkulator dan alat tulis.
2.2.2. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao yang berasal dari
buah kakao varietas lokal jenis Upper Amazon Hybrid (UAH) sebanyak 130 biji yang
diperoleh dari kebun kakao rakyat di Pidie Jaya, tanah topsoil yang diperoleh dari Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah Sektor Timur Kopelma Darussalam, pupuk NPK
Mutiara 16:16:16, arang sekam, pupuk kandang, kompos, humus kakao, mikoriza, polybag
semai (baby polybag) kapasitas 300 g, polybag kapasitas 5 kg, dan amplop coklat ukuran
A4.

2.3. Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 3
dengan 3 ulangan yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu:
Faktor jenis media tanam (M) terdiri atas 4 taraf:
M0 = Tanah : Pupuk Kandang (2:1)
M1 = Tanah : Kompos (2:1)
M2 = Tanah : Arang Sekam (2:1)
M3 = Tanah : Humus (2:1)
Faktor dosis mikoriza (D) terdiri atas 3 taraf :
D0 = 5 g /tanaman
D1 = 10 g/tanaman
D2 = 15 g/tanaman

6
7

Secara keseluruhan ada 12 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan


diulang sebanyak 3 kali, sehingga seluruhnya terdapat 4 x 3 x 3 = 36 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan memiliki 3 tanaman sampel, sehingga terdapat total 108 tanaman.
Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan jenis media tanam dan dosis mikoriza pada bibit
kakao
Kombinasi Dosis Mikoriza
Perlakuan Media Tanam (2:1) (g/tanaman)
M0D0 Tanah + Pupuk kandang 5
M0D1 Tanah + Pupuk kandang 10
M0D2 Tanah + Pupuk kandang 15
M1D0 Tanah + Kompos 5
M1D1 Tanah + Kompos 10
M1D2 Tanah + Kompos 15
M2D0 Tanah +arang sekam 5
M2D1 Tanah +arang sekam 10
M2D2 Tanah +arang sekam 15
M3D0 Tanah + Humus 5
M3D1 Tanah + Humus 10
M3D2 Tanah + Humus 15
Keterangan: M: Jenis media tanam, D: Dosis mikoriza

Model matematika analisis data dalam penelitian ini adalah:


Yijk = µ + βi + Mj + Dk + (MD)jk + ɛijk
Keterangan:
Yijk = Hasil pengamatan dari faktor jenis media tanam (M) pada taraf ke-j dan
faktor dosis mikoriza (D) pada taraf ke-k dalam kelompok ke-i
µ = Nilai rata-rata umum
βi = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i (i = 1, 2, 3)
Mj = Pengaruh jenis media tanam pada taraf ke-j (j = 1, 2, 3, 4)
Dk = Pengaruh dosis mikoriza pada taraf ke-k (k = 1, 2, 3)
8

(MD)jk = Pengaruh interaksi antara jenis media tanam (M) taraf ke-j dengan
dosis mikoriza (D) pada taraf ke-k
ɛijk = Pengaruh galat dari faktor M pada taraf ke-j dan faktor D pada taraf ke-k pada
kelompok ke-i

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji F dan apabila menunjukkan
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5% (BNJ0,05)
yaitu:
KTA
BNJ0,05 = q0,05 (p.dbA)
√ r
Keterangan:
BNJ0,05 = Beda nyata jujur pada taraf 5%
q0,05 = Nilai baku q pada taraf 5%
p.dbA = jumlah perlakuan p dan derajat bebas acak
KTA = Kuadrat tengah acak
r = Jumlah ulangan

2.4. Pelaksanaan Penelitian


2.4.1. Persiapan Lahan dan Naungan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan areal yang akan digunakan untuk
meletakkan polybag bibit kakao. Kemudian dibuat naungan menggunakan paranet dengan
luas 5 m x 3 m dan tinggi 3 m menghadap ke arah barat untuk menjaga bibit kakao dari
sinar matahari secara langsung. Pada lahan percobaan, polybag bibit tanaman kakao
disusun dengan jarak 30 cm x 30 cm antar polybag dan 50 cm x 50 cm antar blok.

2.4.2. Persiapan Benih dan Penyemaian


Benih yang akan digunakan diperoleh dari buah kakao yang telah matang fisiologis
(hijau kekuningan sampa kuning). Buah kakao dibelah, diambil bijinya 2/3 bagian tengah
dari pod buah. Lendir (pulp buah) dihilangkan secara manual dengan menggunakan abu
gosok sampai kesat, kemudian dicuci sampai bersih, dan dikering anginkan 15-30 menit.
Tahapan selanjutnya penyemaian benih di dalam polybag semai (baby polybag) pada
media tanah, dengan cara membenamkan benih kakao sedalam 1 cm dan posisi radikula
mengarah kedalam tanah.
9

2.4.3. Persiapan Media Tanam


Media tanam yang digunakan adalah tanah : pupuk kandang, tanah : kompos,
tanah : arang sekam, dan tanah : humus, masing – masing dengan perbandingan 2:1
berdasarkan volume. Persiapan media tanam dilakukan 14 hari sebelum pemindahan bibit.
Media tanam tersebut dimasukkan kedalam polybag kapasitas 5 kg dan disusun sesuai
bagan percobaan, Sebelum melakukan penanaman bibit, terlebih dahulu dilakukan
pengaplikasian pupuk dasar NPK Mutiara 16:16:16 sebanyak 2,5 g/polybag (1000 kg/ha).

2.4.4. Pemindahan Bibit


Bibit kakao dipindahkan ke media tanam pada umur 14 hari atau ketika sudah
memiliki 4-5 helai daun. Pemindahan bibit kakao dilakukan dengan sangat hati-hati agar
akar tunggang tidak sampai putus. Setelah dipindahkan, bibit disiram secara rutin 2 kali
sehari agar tidak layu. Pemindahan dilakukan pada sore hari. Setelah pemindahan bibit,
dilakukan pengukuran terhadap tinggi tanaman, diameter pangkal batang, dan jumlah daun.

2.4.5. Pemberian Mikoriza


Pemberian Mikoriza dilakukan secara bersamaan pada saat bibit dipindahkan ke
dalam polybag, dengan cara disebarkan di area lubang tanam sesuai dengan taraf
perlakuan yaitu 5 g/tanaman, 10 g/tanaman, dan 15 g/tanaman. Selanjutnya lubang di tutup
kembali agar Mikoriza tidak terkena sinar matahari.

2.4.6. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan kakao yaitu penyulaman,
penyiraman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan
bila bibit kakao tidak tumbuh atau mati. Bibit kakao disiram 2 kali sehari setiap pagi dan
sore menggunakan gembor. Penyiangan gulma dapat dilakukan secara mekanis yaitu
dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag dan di area pembibitan.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit
dengan menyemprotkan pestisida Decis bahan aktif Deltametrin dengan konsentrasi 1 ml
L-1 air dan fungisida bahan aktif Mankozeb dengan konsentrasi 1 g L-1 air.
10

2.4.7. Pembongkaran Tanaman


Pembongkaran tanaman dilakukan pada 90 HST yang bertujuan untuk melakukan
pengamatan yaitu menghitung panjang akar, volume akar, berat berangkasan segar dan
berat berangkasan kering. Pembongkaran dilakukan dengan cara merobek polybag,
tanaman beserta tanah yang masih menempel di bagian akar disiram dengan air secara
perlahan sampai seluruh tanah tidak ada yang menempel pada tanaman tanaman.

2.5. Parameter Pengamatan


2.5.1. Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan pertambahan tinggi tanaman menggunakan meteran, dengan cara


diukur tingginya mulai dari pangkal batang yang telah diberi tanda sampai titik tumbuh
batang utama kemudian dikurangi dengan tinggi awalnya. Pengamatan dilakukan pada
umur 30, 60 dan 90 HST.

2.5.2. Pertambahan Diameter Pangkal Batang (mm)

Pertambahan diameter pangkal batang diukur menggunakan jangka sorong, dengan


cara mengukur bagian pangkal batang yang telah diberi tanda. Perhitungan dilakukan
dengan cara hasil pengukuran akhir dikurangi dengan hasil pengukuran awal. Pengamatan
dilakukan pada 30, 60 dan 90 HST.

2.5.3. Pertambahan Jumlah Daun (helai)


Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 30, 60 dan 90 HST. Perhitungan
pertambahan jumlah daun dilakukan pada helai daun yang sudah berkembang (membuka)
dengan sempurna dengan cara mengurangi jumlah daun pada saat pengamatan dengan
jumlah daun awal.

2.5.4. Panjang Akar (cm)


Panjang akar dihitung pada akhir pengamatan yaitu umur 90 HST, dengan
menggunakan meteran. Pengukuran panjang akar dilakukan setelah polybag dibongkar dan
akar dibersihkan dari tanah. Panjang akar yang dihitung adalah akar tunggangnya.

2.5.5. Volume Akar (ml)


Pengamatan volume akar dilakukan dengan cara memasukkan tanaman dari
pangkal batang hingga ujung akar kedalam gelas ukur yang berisi air dalam jumlah
11

tertentu, kemudian dihitung selisih angka antara volume air sebelum dan setelah
dimasukkan akar.

2.5.6. Berat Berangkasan Segar (g)


Perhitungan berat berangkasan segar dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada
umur 90 HST. Setelah bibit dibongkar dari polybag, kemudian akar dicuci bersih,
biomassa ditimbang dengan timbangan digital.

2.5.7. Berat Berangkasan Kering (g)


Untuk menghitung berat berangkasan kering, terlebih dahulu tanaman kakao
dikering anginkan. Setelah itu barulah tanaman kakao dikeringkan menggunakan oven
dengan suhu 60oC selama 2x24 jam atau hingga mencapai berat konstan. Selanjutnya
tanaman kakao ditimbang menggunakan timbangan digital. Pengukuran berat berangkasan
kering dilakukan pada umur 90 HST.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun. 2019. Cokelatku Budayaku Indonesiaku : Tumbuhkan Budidaya Korporasi


Perkebunan Kakao. http://ditjenbun.pertanian.go.id/cokelatku-budayaku-
indonesiaku-tumbuhkan-budaya-korporasi-pekebun-kakao/.

Fahmi, I. Z. 2013. Media Tanam sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi


Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan.
Surabaya.

Gianinazzi, S., A. Gollotte, M.N. Binet, D. van Tuinen,D. Redecker and D. Wipf. 2010.
Agroecology: the key role of arbuscular mycorrhizas in ecosystem services.
Mycorrhiza. 20: 519–530.

Istomo, V. N. 2012. Pengaruh perlakuan kombinasi media terhadap pertumbuhan anakan


tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser). Jurnal Silvikultur Tropika 3
(2): 81-84.

Kaleka, N. 2010. Kompos dari Sampah Keluarga. Delta Media. Surakarta.

Mario., Puji, A. dan Akas, P. S. 2020. Pengaruh Pupuk Organik Cair Nasa dan Pupuk
Kompos terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Manis (Citrus aurantium). Jurnal
AGRIFOR 19(1): 23 – 32.

Nasrullah. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16:16:16) dan Mikoriza terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) pada Media Tumbuh Subsoil.
Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh.

Nora, M., A. Nurbaiti dan R. L. S. Aminah. 2015. Pengaruh komposisi media tanam
terhadap pembibitan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di polybag. Jurnal
Klorofil. 10 (2) : 90-92.

Nyakpa, M. Y. & Hasinah HAR. 1985. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian
Unsyiah, Darussalam Banda Aceh.

Octivia, T. & Atekan. 2007. Pengaruh Setek dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan
Benih Buah Merah. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Vol. XVIII (2) :
159 – 169.

Othman, A., Jalil, A. M. M., Wang, K. K., Ismail, A., Ghani, N. A., & Adenan, I. 2010.
Epicatechin content and antioxidant capacity of cocoa beans from four different
countries. Afr. J. Biotechnol., 9(7), 1052-1059.

Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.

Randi, N. 2019. Pengaruh Pemberian Biochar Arang Sekam Padi terhadap Pertumbuhan
Bibit Kakao BL 50 (Theobroma cacao L.). Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Padang.

12
13

Ruiz-Lozano, J. M., Porcel, R., Azcon, C., & Aroca, R. 2012. Regulation by arbuscular
mycorrhizae of the integrated physiological response to sainity in plants: new
challenges in physiological and molecular studies. J. Exp. Botany, 63(11), 4033-
4044.

Suryani, D. dan Zulfebriansyah. 2007. Komoditas Kakao: Potret dan Peluang Pembiayaan.
Economic Review No. 210 Desember 2007.

Sutedjo, M. M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Syekhfani. 2000. Arti Penting Bahan Organik bagi Kesuburan Tanah. MAPORINA:
Malang.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas


Nama Varietas : Lokal
Hasil Persilangan : F1 x Upper Amazone Hybrida
Tajuk : Sedang dan Merata
Produktivitas : 1.766 kg/ha/tahun
Berat Buah : 634 g
Panjang Buah : 18,7 cm
Lebar Buah : 8,6 cm
Rata-rata Jumlah Buah/Pohon : 57
Jumlah Biji/Buah : 47
Rata-rata Jumlah Biji/Buah : 45
Berat Biji Basah/Buah : 172 g
Berat Rata-rata Biji Basah/Butir : 2,71 g
Berat Rata-rata Biji Kering/Butir : 1,15 g
Kadar Lemak Biji : 56%
Warna Daun : Merah
Warna Batang : Coklat
Tajuk Tanaman : Sedang
Ukuran Biji : Sedang
Bentuk Buah : - Bulat lonjong
: - Warna buah sebelum masak hijau
: - Warna buah setelah tua merah jingga
: - Ujung buah agak tumpul
Ketahanan Penyakit : Moderat terhadap Penyakit Busuk Buah

14
15

Lampiran 2. Bagan Penelitian

Blok I Blok II Blok III

M0D2 M0D0 M0D1

U
M1D1 M0D2 M1D0

M2D0 M1D1 M1D2

M2D2 M2D0 M2D1

M3D1 M2D2 M3D0

M1D0 M3D1 M3D2

M1D2 M0D1 M0D0

M2D1 M1D0 M0D2

M3D0 M1D2 M1D1

M3D2 M2D1 M2D0

M0D0 M3D0 M2D2

M0D1 M3D2 M3D1

Keterangan :
M0 = Tanah : Pupuk Kandang (2:1)
M1 = Tanah : Kompos (2:1)
M2 = Tanah : Arang Sekam (2:1)
M3 = Tanah : Humus (2:1)
D0 = 5 g /tanaman
D1 = 10 g/tanaman
D2 = 15 g/tanaman
16

Lampiran 3. Diagram Alur Penelitian

Persiapan Lahan dan Naungan

Persiapan Benih dan Penyemaian

Persiapan Media Tanam

Pemindahan Bibit

Pemberian Mikoriza

Pemeliharaan

Pembongkaran

Pengamatan

Analisis Data

Laporan Penelitian
17

Lampiran 4. Perhitungan Pupuk

Volume 1 ha = Luas lahan x kedalaman top soil


= 10.000 m2 x 0,2 m
= 2.000 m3
= 2.000.000 kg

Volume polybag = 5 kg
1. Kebutuhan pupuk NPK bibit kakao per polybag
Volume Polybag
Kebutuhan Pupuk/polybag = x dosis pupuk anjuran
Berat tanah per ha
5 kg
= x 1000 kg ha-1
2.000.000 kg
= 0.0025 kg ha-1
= 2.5 g /polybag
2. Kebutuhan pupuk NPK bibit kakao keseluruhan
Kebutuhan pupuk NPK = Kebutuhan pupuk x jumlah polybag
= 2.5 g x 108 polybag
= 270 g
= 0.27 kg

Anda mungkin juga menyukai