Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Teknologi Remediasi Lingkungan

“Propagasi dan Laju Pertumbuhan Tanaman”

Disusun Oleh:
Puspita Sagitaningtyas Putri 03211640000061
Galuh Mauliditya Aidah 03211740000024
Veny Herdiana 03211740000029
Christine Panjaitan 03211740000055
Muhammad Rifani 03211740000056

AsistenLaboratorium : Pertiwi Margarana Nirwisaya


Dosen : Bieby Voijant Tangahu, S.T., M.T., Ph.D

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum

Untuk menentukan pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan baik tumbuhan


darat ,ataupun tumbuhan air, serta mengukur laju pertumbuhan sesuai dengan
karakteristik pertumbuhan tumbuhan, yang dapat digunakan untuk fitoremediasi
melalui :
a) Pengamatan pertumbuhan fisik, meliputi antara lain perkecambahan biji, tinggi
tumbuhan, diameter batang (dan breast height diameter), panjang tumbuhan,
panjang akar, jumlah daun dan luas daun.
b) Berat basah dan berat kering total massa tumbuhan dan per bagian massa
tumbuhan (akar, batang dan daun).
1.2 Prinsip Praktikum

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan secara fisik pada tumbuhan yang akan
diperbanyak kuantitasnya (propagasi) menggunakan penggaris serta dilakukan
penimbangan berat basah dan berat kering dari total massa tumbuhan menggunakan
neraca analitik.

1.3 Tinjauan Pustaka

Pencemaran tanah akibat logam berat telah menjadi masalah yang umum terjadi
di seluruh dunia karena adanya peningkatan aktivitas geologi dan antropogenik.
Tanaman yang tumbuh di tanah ini menunjukkan penurunan pertumbuhan, kinerja,
dan hasil. Bioremediasi merupakan metode yang efektif untuk mengobati tanah yang
tercemar logam berat. Bioremediasi adalah metode yang diterima secara luas yang
sebagian besar dilakukan in situ; karena itu metode ini cocok untuk pembentukan
atau pembangunan kembali tanaman pada tanah tersebut. Mikroorganisme dan
tanaman menggunakan mekanisme yang berbeda untuk bioremediasi tanah tercemar.
Menggunakan tanaman untuk pengobatan tanah tercemar adalah pendekatan yang
lebih umum dalam bioremediasi tanah tercemar logam berat. Penggabungan antara
mikroorganisme dan tanaman adalah sebuah pendekatan untuk bioremediasi yang
menjamin pembersihan yang lebih efisien dari tanah tercemar logam berat. Namun,
keberhasilan pendekatan ini sangat tergantung pada spesies organisme yang terlibat
dalam proses.
(Chibuike dan Obiora, 2014)

Bioremediasi didefinisikan sebagai penggunaan proses biologis untuk media


detoksifikasi, menurunkan atau mengubah polutan ke dalam kondisi tidak berbahaya.
Bakteri tanaman termasuk endofit, phyllospheric, dan bakteri rizosfer, kerjasama
antara bakteri ini dan tumbuhan inangnya memungkinkan untuk tanaman bertahan
hidup dan didapatkan hasil pengobatan yang lebih besar di lokasi yang
terkontaminasi. Sebagai alternatif, penambahan tanaman dapat sangat meningkatkan
taraf bioremediasi dan hasil tanaman menyediakan habitat mikroba, meningkatkan
porositas tanah (sehingga meningkatkan perpindahan massa dari substrat dan
elektron akseptor), dan pertukaran nutrisi dengan rekan-rekan mikroba mereka.
Sebagai imbalannya, mikroorganisme tanaman meningkatkan pertumbuhan tanaman
dengan mengurangi toksisitas tanah melalui penghapusan kontaminan, memproduksi
pertumbuhan tanaman mendorong metabolit, membebaskan nutrisi tanaman yang
diserap dari tanah, memperbaiki nitrogen, dan lebih umum membangun siklus nutrisi
tanah.
(Gkorezis et al, 2016)

Polusi tanah dengan kontaminan organik merupakan salah satu masalah


lingkungan yang paling mengacam masa ini, ancaman serius bukan hanya bagi
lingkungan namun juga bagi manusia. Strategi inovatif untuk mengembalikan
kondisi awal tanah organik yang terkontaminasi sangatlah dibutuhkan. Fitoremediasi,
berdasarkan tindakan sinergis dari tumbuhan dan mikroorganisme yang terkait, telah
diakui sebagai penanganan yang sangat baik untuk remediasi tanah secara insitu.
Kombinasi yang cocok antara tanaman dan endofitik yang terkait dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan biodegradasi kontaminan
organik di rhizosfer dan / atau endosphere. Secara dramatis mempercepat
penghapusan polutan organik dari tanah.
(Feng, 2017)
Data kimia saja tidak cukup untuk mengevaluasi efektivitas fitoremediasi
dengan benar, dalam hal pemulihan fungsi tanah. Sifat mikroba telah
direkomendasikan sebagai indikator fungsi ekosistem tanah di logam terkontaminasi
dan tanah yang telah difitoremediasi.
Pengaruh positif dari tumbuhan campuran dalam mikroba tanah sudah cukup
populer. Menunjukkan bahwa penanaman beberapa spesies tanaman dapat
menyebabkan peningkatan aktivitas mikroba tanah. Kami menemukan di sini bahwa
penanaman tumbuhan dan aktivitas enzim tanah, berkorelasi negatif. Biomassa
mikroba, sebaliknya, positif dipengaruhi oleh penanaman, sebagaimana terlihat
dalam nilai-nilai yang lebih tinggi dari SIR dan bakteri yang berkelimpahan gen.
(Burges, 2016)

Setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan


dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tumbuhan berada selalu
mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada dalam
batas toleransi tumbuhan tersebut, tetapi sering kali terjadi perubahan lingkungan
yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas atau bahkan kematian pada
tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tumbuhan memiliki faktor pembatas
dan daya toleransi terhadap lingkungan.
(Purwadi, 2011)
Propagasi tanaman adalah proses menciptakan tanaman baru dari berbagai
sumber : benih, stek, umbi, dan bagiab tanaman lainnya. Teknik untuk perbanyakan
vegetatif antara lain : udara atau tanah layering penyambungan dan kuncup
mencangkok, banyak digunakan dalam propagasi pohon buah Stolonsatau
penyimpanan organ seperti umbi, batang di bawah tanah, umbi dan rimpang
mencolok atau stek.
(Bishay, 2009)

Tahap propagasi ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman
yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan
tertentu, sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada
tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya
pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya
tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi
kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus
terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang
dibutuhkan secara tepat.
(Khanavi, 2009)

Perlu dikembangkan teknik ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk


memulihkan pencemaran ini. Fitoremediasi adalah teknik yang berpotensi membantu
pemulihan tanah yang tercemar. Yao dkk. (2009) disebutkan bahwa fitoremediasi
adalah metode pembersihan polutan dari lingkungan oleh tanaman. Fitoremediasi
memiliki kelebihan biaya rendah, menghemat sumber daya lahan dan tidak ada
polusi sekunder. Jadi ada masa depan yang cerah bagi fitoremediasi tanah yang
terkontaminasi.
(Ibrahim, 2012)

Fitoremediasi sebagai disiplin dalam ilmu lingkungan didirikan pada akhir tahun
1970an menyusul ditemukannya serangkaian hiperplumulator. Sejak saat itu
penerapannya telah berkembang tidak hanya pada penelitian ilmiah tapi juga dari
pengelola industri dan lingkungan swasta. Sampai saat ini, penelitian intensif di
bidang ini telah menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan
tentang hyperaccumulators dan unsur afinitas mereka. Sekarang umumnya disepakati
bahwa untuk membedakan 'hiperaccumulator' dari normal atau akumulator, bebapa
nilai ambang dari konsentrasi unsur dalam biomassa tanaman (berat kering)
digunakan untuk menentukan hiperpluktuasi: Mn dan Zn hyperaccumulators
mengandung> 10.000 mg / g , hyperaccumulators dari As, Co, Cu, Ni, Se, dan Pb
memiliki> 1000 mg / g, dan hyperaccumulators Cd memiliki> 100 mg / g.
(Jiang, 2015)

Fitoremediasi adalah teknologi terbarukan yang menggunakan tanaman untuk


menurunkan kadar beberapa bahan kimia beracun di tanah, sedimen, air tanah, air
permukaan, dan udara. Fitoremediasi dapat digunakan sebagai teknologi remidiasi
yang berdiri sendiri atau sebagai bagian dari alternatif pengelolaan situs yang lebih
luas yang terdiri dari sejumlah teknologi remediasi. Tanaman dapat tumbuh secara
alami di tempat-tempat limbah yang terkontaminasi maupun yang ditanam. Saat ini,
fitoremediasi digunakan untuk meremediasi berbagai kelas kontaminan, termasuk
hidrokarbon minyak bumi, pestisida, bahan peledak, logam berat dan radionuklida,
serta CVOC.
(Jayanthy, 2013)
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Skema Praktikum

Pengamatan Fisik

Tanaman Adiantum sp

-Ditanam pada tanah kebun yang diwadahi ember plastik

-Diberi label pada setiap tanaman (1-8)

-Di ukur panjang akar, panjang batang, panjang daun, lebar daun, setiap
minggu sekali pada setiap tanaman

Hasil

Pengukuran Biomassa

Tanaman Adiantum sp

-Dipisahkan menjadi bagian akar dan daun

-Ditimbang sebagai berat basah

-Dibungkus dengan alumunium foil

-Dikeringkan pada oven 105oC selama 24-36 jam

-Diletakkan pada desikator hingga suhu seperti suhu ruangan selama 15 menit

-Ditimbang sebagai berat kering

Hasil
2.2 Tabel Pengamatan
A. Pengamatan Fisik
No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

1 Ditanam tumbuhan pada Karakteristik tanaman Suplir:


tanah.
Karakteristik tanah:
Tidak ada gambar

2 Diberi label pada setiap Label ditempel pada batang


tanaman tanaman dan menjadi subjek Tidak ada gambar
pengukuran
3 Diukur panjang akar, Pada setiap minggu, tanaman
panjang daun, lebar daun menjadi layu dan ujung daun
setiap seminggu sekali menjadi kering.
menggunakan penggaris

B. Pengukuran Biomassa Tumbuhan


No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

1 Dipisahkan bagian- Karakteristik tanaman Suplir:


bagian pada tanaman  Berwarna hijau
menjadi bagian akar,  Batang tipis, daun banyak,
batang, dan daun akar serabut tidak
beraturan

2 Ditimbang per bagian Hasil penimbangan dapat dilihat


tumbuhan sebagai berat di pembahasan
basah
3 Dibungkus dengan Diusahakan seluruh bagian
Alumunium foil per tumbuhan tertutup sempurna oleh
bagian tumbuhan alumunium foil sehingga tidak
terjadi kerancuan data pada
penimbangna berikutnya

4 Dikeringkan pada oven Setelah pengeringan karakteristik


1050C selama 24-36 jam masing-masing bagian tumbuhan
tidak mengalami perubahan yang
signifikan, kecuali suhu yang
semakin tinggi dan tekstur yang
semakin kering

5 Diletakkan pada Setelah didesikator suhu bagian-


desikator hingga suhu bagian tumbuhan menjadi sama
seperti suhu ruangan seperti suhu ruangan
selama 15 nenut

6 Ditimbang sebagai berat Hasil penimbangan akar, batang,


kering tumbuhan dan daun tanaman Suplir akan
dilampirkan pada bab pembahasan
pada laporan praktikum ini
3. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Remediasi kali ini dilakukan percobaan mengenai propagasi dan
laju pertumbuhan tanaman. Praktikum dilakasanakan kurang lebih selama 7 minggu di
Laboratorium Remediasi Lingkungan Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lingkungan dan Kebumian ITS dengan waktu pengamatan 2x dalam seminggu. Dengan tujuan
untuk menentukan pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan baik tumbuhan darat, ataupun
tumbuhan air, serta mengukur laju pertumbuhan sesuai dengan karakteristik pertumbuhan
tumbuhan, yang dapat digunakan untuk fitoremediasi melalui:
 Pengamatan pertumbuhan fisik, meliputi antara lain tinggi tumbuhan, panjang
tumbuhan, panjang akar, jumlah daun dan luas daun.
 Berat basah dan berat kering total massa tumbuhan dan per bagian massa tumbuhan
(akar dan daun).
Jenis tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah tanaman Suplir (Adiantum sp).
Tanaman ini mempunyai penampilan yang khas, yang membuatnya mudah dibedakan dari jenis
paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Suplir
memperbanyak diri secara generatif dengan spora yang terletak pada bagian tepi sisi bawah daun
yang sudah dewasa.
3.1 Pengamatan Fisik

Pada pengamatan fisik, hal pertama yang dilakukan adalah menanam Suplir didalam
polybag kemudian memberi label pada setiap tanaman yang ditanam, selanjutunya mengukur
panjang daun, tinggi tanaman, dan pertumbuhan tunas dengan menggunakan penggaris yang
dilakukan 2 kali dalam seminggu.

Tahap propagasi ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu, sehingga
sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat
dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan
aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung
maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam
media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang
dibutuhkan secara tepat. (Khanavi, 2009)

3.1.1 Pengukuran Panjang Batang

Pengukuran panjang daun Suplir dilakukan dengan mengukur panjang daun


terpanjang pada setiap tanaman sample. Hasil pengukuran tinggi tanaman pada 5 sampel
tanaman Suplir berbeda-beda disajikan pada tabel serta grafik dibawah ini.

Tabel 3.a Hasil pengukuran panjang batang tanaman (cm)


Pengamatan Tanaman ke-
ke- 1 2 3 4 5
1 15 30 21 20 19
2 15 30 21 20 19
3 15 30 21 20 19
4 15 30 21 20 19
5 15 30 21 20 19
6 15 30 21 20 19
7 16 30.3 20 21 19.8
8 16 30.3 20 21 19.8
9 16 30.3 20 21 19.8
10 16 30.3 20 21 19.8
11 16 30.3 20 21 19.8
12 16 30.3 20 21 19.8
13 16 30.3 20 21 19.8
14 16 30.3 20 21 19.8
Grafik Pertambahan Panjang Batang Tanaman
35
30
25
Panjang Batang (cm) tanaman 1
20
tanaman 2
15
tanaman 3
10
tanaman 4
5
0 tanaman 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pengamatan ke-

Tabel 3.a Hasil pengukuran panjang batang tanaman (cm)

Pada pengamatan ke-10, Suplir mati karena kekeringan. Daunnya berubah menjadi
kering dan kuning sehingga membuat pertumbuhan tumbuhan tersebut berhenti. Suplir tidak
memiliki nilai ekonomi penting selain sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam
ataupun di luar ruang namun tidak tahan penyinaran matahari langsung. Suplir menyukai
tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih
tinggi disukainya.

Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium. Pemeliharaan suplir


sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir
tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih.
Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma
dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan
muncul.

3.1.1.1 Pengukuran Laju Pertumbuhan Daun Tanaman

Dari data panjang daun, panjang batang serta tunas yang ada, praktikan dapat
menghitung lajur pertumbuhan tanaman dengan cara mencari selisih panjang yang ada setiap
pengukuran, lalu dibagi jumlah hari jarak antar pengukuran. Persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
(𝑃1 − 𝑃2)
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 =
(𝑡1 − 𝑡2)

Dimana :

P1 = panjang bagian tumbuhan t1


P2 = panjang bagian tumbuhan t2
t1 = waktu ke-t
t2 = waktu ke-0
Berikut contoh perhitungan untuk mendapatkan laju pertumbuhan masing-masing
tanaman :

(3.8−3.2)
Laju pertumbuhan daun tanaman 1 = = 0,02 cm/hari
(28−0)

Tabel 3.b Hasil perhitungan laju pertambahan panjang daun tanaman


Laju pertambahan panjang daun tanaman
Tanaman ke- P1-P2 t1-t2 Hasil
Tanaman 1 0,8 28 0,020
Tanaman 2 0,2 28 0.007
Tanaman 3 0,5 28 0.017
Tanaman 4 0,2 28 0.007
Tanaman 5 0,4 28 0.014

Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan panjang daun tanaman di atas dapat
diketahui bahwa tanaman nomor 1 memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan
tanaman lain yaitu 0,020 cm/hari. Sedangkan pertumbuhan yang paling rendah sebesar 0,007
cm/hari, yaitu yang terjadi pada tanaman nomor 2 dan 4.

Suplir tidak memiliki nilai ekonomi penting selain sebagai tanaman hias yang bisa
ditanam di dalam ataupun di luar ruang namun tidak tahan penyinaran matahari langsung. Suplir
menyukai tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen
lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan
yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering
tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga
dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas
baru akan muncul.

3.1.2 Pengukuran Biomassa Tumbuhan

Dalam pengukuran berat basah dan berat kering tanaman sampel, hal pertama yang
dilakukan adalah mengambil tanaman Suplir. Selanjutnya mencuci tanaman agar bersih dari sisa
tanah sehingga tidak mempengaruhi berat, lalu memisahkan setiap bagian tanaman menjadi
bagian akar dan daun. Pemisahan ini bertujuan untuk mengetahui berat basah masing bagian
tumbuhan. Kemudian menimbang berat basah masing-masing bagian tumbuhan menggunakan
neraca analitik. Selanjutnya membungkus setiap bagian tanaman yang telah ditimbang
menggunakan alumunium foil sebelum dimasukkan ke dalam oven 105˚C selama 24 jam. Tujuan
bagian tanaman dibungkus menggunakan alumunium foil adalah agar panas dari oven merata ke
seluruh bagian tanaman sehingga saat pengukuran berat kering tidak terdapat kandungan air di
dalamnya. Tujuan pengovenan sendiri adalah untuk menghilangkan kadar air yang ada dalam
bagian-bagian tumbuhan sehingga dengan mudah diketahui berat kering tiap bagian dari
tumbuhan. Lalu memasukkan bagian tanaman yang masih di balut aluminium foil ke dalam
desikator selama 15 menit. Tujuan dari dimasukkan dalam desikator adalah untuk menurunkan
suhu dari bagian-bagian tumbuhan sesuai suhu ruang. Kemudian menimbang berat kering
masing-masing bagian tumbuhan yang telah dikeluarkan dari alumunium foil menggunakan
neraca analaitik.
Tujuan dari penentuan biomassa tumbuhan yaitu untuk mengetahui berapa banyak bahan
tumbuhan yang ada di dalam suatu kawasan, dimana biomassa adalah jumlah keseluruhan bahan
yang hidup di dalam suatu habitat, populasi atau sampel. Perhitungan laju pertumbuhan mutlak
(biomassa) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
g W2 − W1
Laju pertumbuhan mutlak (AGR)( )=
hari t2 − t1

Dimana :
W1 dan W2 = berat kering pada waktu awal dan berat kering pada waktu akhir
t1 dan t2 = waktu akhir dan waktu awal

Berikut adalah tabel berat kering dan basah daun serta akar tanaman :

Minggu Daun Akar Batang


ke-
Berat Berat Berat Berat Berat Berat
basah kering basah kering basah kering

1 0.2972 0.0890 0.055 0.0405 0.0968 0.0239

2 0.1961 0.2345 0.6055 0.0273 0.0706 0.0439

3 0.1889 0.0738 0.2760 0.0211 0.0921 0.0534

4 0.2862 0.0960 0.0765 0.0325 0.0945 0.0340

5 0.1961 0.2345 0.6055 0.0273 0.0439 0.0706

6 0.1596 0.0693 0.1403 0.0712 0.0337 0.0154

7 0.1072 0.0593 0.1030 0.0594 0.0218 0.0136

8 0.1932 0.0980 0.1765 0.0452 0.0572 0.0321

Tabel 3.c Hasil perhitungan berat basah dan berat kering daun, batang, dan akar tanaman

Laju Pertumbuhan Mutlak Daun :


g 0.0980 − 0.0550
Laju pertumbuhan mutlak (AGR) ( )= = 0.00143 g/hari
hari 30 − 0
Laju Pertumbuhan Mutlak Akar :
g 0.0452 − 0.0405
Laju pertumbuhan mutlak (AGR) ( )= = 0.0047 g/hari
hari 30 − 0
Laju Pertumbuhan Mutlak Batang :
g 0.0321 − 0.0239
Laju pertumbuhan mutlak (AGR) ( )= = 0.0082 g/hari
hari 30 − 0

Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan akar lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan daun.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari percobaan tentang propagasi yang dilakukan dengan dua pengamatan, praktikan
dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengamatan pertumbuhan fisik yang meliputi panjang daun, jumlah daun, dan jumlah
tunas baru yang tumbuh dapat dilihat laju pertumbuhannya yang fluktuatif hal ini dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor lingkungan yaitu temperatur udara dan
intensitas penyiraman tanaman. Hasil analisis pertumbuhannya adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan panjang daun tanaman
Tanaman nomor 7 memiliki laju pertumbuhan panjang daun yang paling tinggi
dibandingkan tanaman lain yaitu 0,183 cm/hari, sedangkan tanaman 1,2 4 dan 8 dengan
pertumbuhan panjang daun paling rendah yaitu 0,033 cm/hari,
2. Berat basah dan berat kering total per bagian tanaman yaitu daun dan akar yang
mengindikasikan laju pertumbuhan mutlak pada tanaman mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif. Hasilnya adalah sebagai berikut :
a) Laju pertumbuhan mutlak daun = 0,00143 g/hari
b) Laju pertumbuhan mutlak akar = 0,0047 g/hari
c) Laju pertumbuhan mutlak batang= 0,0082 g/hari
3. Soal Pendalaman
Apa manfaat pengukuran berat basah dan kering tumbuhan dalam fitoremediasi? Sifat
genetic tanaman mempengaruhi kualitas dan ketahanan tanaman terhadap hama dan
penyakit, potensi hasil, serta proses fisiologis lainnya maka dari itu pengukuran berat
basah dan kering tumbuhan penting dalam fitoremediasi.

5. DAFTAR PUSTAKA

Bishay, Abdel-Baky.2009. Macro and Micromorphology of The Leaf and Stem of Reullia
Brittoniana Leonard Cultivated in Egypt. Bull. Pharm. Sci., Assiut
University,32(2):279-300.
Burges, Aritzl. 2016. Ecosystem services and plant physiological status during endophyte-
assisted phytoremediation of metal contaminated soil. Science of the Total
Environment 584–585 329–338.
Chibuike, G. U. dan S. C. Obiora. 2014. Heavy Metal Polluted Soils: Effect on Plants and
Bioremediation Methods. Hindawi Review Article Applied and Environmental
Soil Science : 1 – 12.
Feng, Nai-Xian. 2017. Efficient phytoremediation of organic contaminants in soils using
plant endophyte partnerships. Science of the Total Environment 583 (2017) 352-
368.
Gkorezis, P. 2016. The Interaction between Plants and Bacteria in the Remediation of
Petroleum Hydrocarbons: An Environmental Perspective. Frontiers in
Microbiology :1 – 27.
Ibrahim. S. I. 2012. Phytoremediation of Atrazine-Contaminated Soil using Zea mays
(maize). Annals of Agricultural Science.
Jayanthy V. 2013. Phytoremediation of Dye Contaminated Soil by Leucaena leucocephala
(subabul) Seed and Growth Assessment of Vigna radiata in the Remediated Soil.
Saudi Journal of Biological Sciences.
Jiang Y. 2015. Integrating Phytoremediation with Biomass Valorisation and Critical
Element Recovery: A UK Contaminated Land Perspective. Biomass and Bioenergy.
Khanafi, M. 2009. Comparison of The Antioxidant Activity and Total Phenolic Contents in
Some Stachys Species. African Journal of Biotechnology 8 : 1143-1147.
Purwadi, M. 2011. Antioxidative Activity and Total Phenolic Efficiency of Nitrogen
Absorbtion, Growth, and Yield of Several New Soybean Cultivars with Drought
Stress and Biofertilizer Application. Agrosains 6 (2) : 70-74.

Luas Daun Pengamatan ke-1 sampai dengan ke-5


No. Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5
1 p l p l p l p l p l
2 1.5 1.1 2.5 2.4 1.7 1.7 2 1 2 1
3 1.5 1.1 3.2 2.4 2.5 1.1 2.6 1.1 2.6 1
4 2.3 1.1 3.2 1.3 2 1 2.5 1 2.5 1
5 3.5 2.5 3.2 1.3 2.7 1 2.9 1.1 1.8 1
6 3.7 2.5 3.2 1.3 2.7 1 3 1.1 1.2 1
7 3.2 1.5 3.2 1.3 2.4 1 3 1.1 1.2 1
8 4 1.5 4 1.4 2.5 1 2.6 1.1 1.2 1
9 3.5 1.2 3.1 1.2 2.8 1.6 3 2 1.2 1
10 3.2 1.5 3.1 2.3 2.2 1.1 1.9 1 3 2.2
11 4 1.5 2.3 2 2.2 1.1 2.2 1 3.8 1.5
12 3.5 1.5 2.8 1.3 2.2 1.1 1 0.8 3.8 1.5
13 4.5 2.5 3 1.3 2.5 1 2.5 1 3.8 1.5
14 3 1.3 2.5 1 2.5 1 3.8 1.5
15 3 1.3 2.2 1 2.5 1 3.8 1.5
16 3 1.3 2.2 1 2.5 1 3.8 1.5
17 3 1.3 2.2 1 2.5 1 3.8 1.5
18 3.2 1.3 2.2 1 2.4 1.2 3.8 1.5
19 3.7 1.3 2.5 1.8 3.5 2.2 4 2.2
20 3.5 1.2 2 1 1.5 1
21 3.2 1.3 1.7 1.1 3.5 1.2
22 3.4 1.9 2.2 1 3.8 1.3
23 2.1 1.3 2.5 1 3.8 1.3
24 2.5 1.1 2.7 1 3.8 1.3
25 2.3 1.1 2.5 1 3.8 1.3
26 3 1.1 2.9 1.5 3.8 1.3
27 2.8 1.1 2.7 1.2 3.8 1.3
28 3.1 1.1 3 1.1 3.8 2.5
29 2.9 1.2 3 1.1
30 2 1.5 3 1.1
31 2.8 1.1 3 1.1
32 1.8 1 3 1.1
33 2.4 1.2 3 1.1
34 3.5 2 3 1.1
35 3.6 1.4 3.6 2.2
36 3.6 1.4
37 3.6 1.4
38 3.6 1.4
39 3.6 1.4
40 3.5 1
41 2.5 1.2
42 3.6 2

Luas Daun Pengamatan ke-5 sampai dengan ke-7


No. Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5
1 p l p l p l p l p l
2 1.6 1.4 2.5 2.4 1.7 1.7 2 1 2 1.2
3 1.6 1.4 3.2 2.4 2.5 1.1 2.6 1.1 2.6 1.2
4 2.3 1.4 3.2 1.3 2 1.2 2.6 1.1 2.6 1.2
5 3.5 2.7 3.2 1.3 2.7 1.2 2.9 1.1 2 1.2
6 3.75 2.7 3.21 1.3 2.7 1.2 3 1.1 1.5 1
7 3.2 2 3.21 1.3 2.4 1.2 3 1.1 1.5 1
8 4 2 4 1.4 2.5 1.2 2.6 1.1 1.5 1
9 3.5 1.3 3.1 1.2 2.8 1.6 3 2 1.5 1
10 3.2 1.5 3.1 2.3 2.2 1.1 1.9 1 3 2.2
11 4.08 1.5 2.3 2 2.8 1.1 2.2 1 3.8 1.5
12 3.5 1.5 2.8 1.3 2.2 1.1 1.2 1 3.8 1.5
13 4.5 2.5 3.1 1.3 2.5 1.2 2.5 1 3.8 1.5
14 3.1 1.3 2.5 1.2 2.5 1 3.8 1.5
15 3.1 1.3 2.5 1.2 2.5 1.2 3.8 1.5
16 3.1 1.3 2.5 1.2 2.5 1.2 3.8 1.5
17 3.1 1.3 2.5 1.2 2.5 1.2 3.8 1.5
18 3.2 1.3 2.5 1.2 2.4 1.2 3.8 1.5
19 3.7 1.3 2.9 1.8 3.5 2.2 4 2.3
20 3.5 1.2 2.2 1 1.5 1
21 3.2 1.3 1.7 1.1 3.5 1.2
22 3.4 1.9 2.2 1.1 3.8 1.3
23 2.1 1.3 2.5 1.1 3.8 1.3
24 2.5 1.1 2.7 1.1 3.8 1.3
25 2.3 1.1 2.5 1.1 3.8 1.3
26 3 1.1 2.9 1.5 3.8 1.3
27 2.8 1.1 2.9 1.2 3.8 1.3
28 3.1 1.1 3 1.2 3.8 2.5
29 2.9 1.2 3 1.2
30 2.1 1.5 3 1.2
31 2.8 1.1 3 1.2
32 1.8 1 3 1.2
33 2.4 1.2 3 1.2
34 3.5 2 3 1.2
35 3.6 1.4 3.6 2.2
36 3.6 1.4
37 3.6 1.4
38 3.6 1.4
39 3.6 1.4
40 3.5 1
41 2.5 1.2
42 3.6 2

Luas Daun Pengamatan ke-7 sampai dengan ke-9


No. Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5
1 p l p l p l p l p l
2 1.6 1.4 2.5 2.4 1.7 1.7 2 1 2 1.2
3 1.6 1.4 3.2 2.4 2.5 1.1 2.6 1.1 2.6 1.2
4 2.3 1.4 3.2 1.3 2 1.2 2.6 1.1 2.6 1.2
5 3.5 2.7 3.2 1.3 2.7 1.2 2.9 1.1 2 1.4
6 3.75 2.7 3.21 1.3 2.7 1.2 3 1.1 1.5 1.4
7 3.8 2 3.21 1.3 2.4 1.2 3 1.1 1.5 1.4
8 4 2 4 1.4 2.5 1.2 2.6 1.1 1.5 1.2
9 3.5 1.3 3.1 1.2 2.8 1.6 3 2 1.5 1.2
10 3.2 1.5 3.1 2.3 2.2 1.1 1.9 1.2 3 2.2
11 4.08 1.5 2.3 2 2.8 1.1 2.2 1.2 3.8 1.7
12 3.5 1.5 2.8 1.3 2.2 1.1 1.2 1.2 3.8 1.7
13 4.5 2.5 3.1 1.3 2.5 1.2 2.7 1.2 3.8 1.5
14 3.1 1.3 2.5 1.2 2.7 1.2 3.8 1.5
15 3.1 1.3 2.5 1.2 2.7 1.2 3.8 1.5
16 3.1 1.3 2.5 1.2 2.7 1.2 3.8 1.5
17 3.1 1.3 2.5 1.2 2.5 1.2 3.8 1.5
18 3.2 1.3 2.5 1.2 2.5 1.2 3.8 1.5
19 3.7 1.3 2.9 1.8 3.5 2.2 4 2.3
20 3.5 1.2 2.2 1 1.5 1
21 3.2 1.3 1.7 1.1 3.5 1.2
22 3.4 1.9 2.2 1.1 3.8 1.3
23 2.1 1.3 2.5 1.1 3.8 1.3
24 2.5 1.1 2.7 1.1 3.8 1.3
25 2.3 1.1 2.5 1.1 3.8 1.3
26 3 1.1 2.9 1.5 3.8 1.3
27 2.8 1.1 2.9 1.2 3.8 1.3
28 3.1 1.1 3 1.2 3.8 2.5
29 2.9 1.2 3 1.2
30 2.1 1.5 3 1.2
31 2.8 1.1 3 1.2
32 1.8 1 3 1.2
33 2.4 1.2 3 1.2
34 3.5 2 3 1.2
35 3.6 1.4 3.6 2.2
36 3.6 1.4
37 3.6 1.4
38 3.6 1.4
39 3.6 1.4
40 3.5 1
41 2.5 1.2
42 3.6 2

Anda mungkin juga menyukai