Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN (PUPUK KOMPOS)

DOSEN PENGAMPUH:
Muhammad Fath, S.Si.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

FIRMAWATI (1816)

HALIMAH (181631407)

SHELIANA YUNDANI (1816)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER

KOLAKA

2020
A. Defenisi bioteknologi lingkungan

Bioteknologi lingkungan adalah salah-satu pemanfaatan bioteknologi yang banyak


melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan
lingkungan sekitarnya. Peningkatan kualitas alam tersebut seperti pencegahan terhadap
masuknya berbagai polutan agar lingkungan tidak terpolusi, membersihkan lingkungan
yang terkontaminasi oleh polutan, dan memberdayakan sumber daya alam yang masih
memiliki nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Bioteknologi lingkungan dalam biologi merupakan kajian yang menjanjikan mengenai
analisis dampak lingkungan untuk kesejahteraan dalam meningkatkan penjagaan
lingkungan hidu dalam kehiduan modern yang lebih baik lagi di masa industrialisasi.
Salah-satu perlakuan teknologi dalam bioteknologi lingkungan dilakukan melalui
mikrobiologi seperti mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan manusia) dan
pencernaan anaerobik hewan.

Untuk masalah-masalah lingkungan hidup, seperti detoksifikasi zat-zat kimia yang


berbahaya yang sudah banyak menyatu kedalam berbagai tumbuhan dan hewan
peliharaan, maka hadir banyak teknologi baru untuk memecahkan masalah-masalah
lingkungan tersebut.

Bioteknologi lingkungan telah diterapkan di Indonesia sejak perkembangan industri


danurbanisasi yang telah mengganggu lingkungan yang awalnya bersih. Perkem-bangan
bioteknologi dalam bidang lingkungan dapat merestorasi lingkungan yang tercemar serta
meningkat-kan kualitas lingkungan terutama bagi manusia. Untuk mengatasi
permasalahan lingkungan, bioteknologi me-manfaatkan mikroorganime dalam
pengolahan limbah atau permasalahan lingkungan yang lain dikarenakan penggunaan
mikroorganisme ini dinilai lebih alami dan tidak menimbulkan dampak yang berbahaya
dibanding-kan menggunakan bahan kimia atau sintetis (Susilowati, 2007).

Dalam kegiatan praktis di lapangan, istilah bioteknologi lingkungan masih kalah populer
dibandingkan dengan istilah bioremediation, biologycal process), atautechnical
microbiology, atau beberapa istilah lain. yang sebenarnya seringkali merupakan tahap
pemanfaatan jasad biologi dalam rangkaian pengolahan limbah atau mengolah
limbah.Pemanfaatan mikroorganisme untuk pengolahan limbah pada awalnya ditemukan
melalui pengamatan ekologi yang didukung oleh ilmu dasar lainnya di bidang biologi,
misalnya botani, biokimia, taksonomi, dll. Temuan dari survey ini kemudian dibuat
kultur dan diuji efektifitasnya untuk kemudian dijadikan sediaan jika sewaktu-waktu
diperlukan bantuannya untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.Dalam
pengolahan limbah, jasad biologi pada awalnya bukan hal yang menarik bagi orang
teknik, karena memang bukan bidangnya. Namun ternyata mereka sangat membutuhkan
mikroba tersebut dalam kegiatan pengolahan limbah, terutama dalam kegitan pengolahan
limbah organik, untuk itulah bioteknologi secara perlahan dikembangkan di bidang
lingkungan.
B. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi lingkungan

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki


peranan yang besar bagi lingkungan. Sebagai contoh, bakteri saprofit menguraikan
tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri
tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Contoh bakteri saprofit antara
lain clostriditum. Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa organik. Beberapa
kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.
Kelompok bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.
Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari
senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.
Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Beberapa bakteri yang memiliki peran bagi
bioteknologi lingkungan antara lain dari genus pseudomonas, flavobacterium,
arthrobacter, dan azotobacter.

1. Genus pseudomonas

Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi


berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri pseudomonas dalam upaya
bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman
tentang mekanisme interaksi antara bakteri pseudomonas sp. dengan senyawa
hidrokarbon

2. Genus flavobacterium

Bakteri dalam kelompok ini tumbuh pada kondisi aerobik maupun anaerobik. Pada
kondisi aerobik, bakteri ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat
oksigen, metabolisme menjadi bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara
memecah gula menjadi asam organik.

3. Genus arthrobacter

Spesies arthrobacter telah sangat berguna dalam bioremdiasi tanah yang


terkontaminasi dengan pestisida dengan herbisida. Hal ini dimungkinkan karena genom
mereka beradaptasi, yang dapat menangani stres kondisi dan lingkungan.
Arthtobacter adalah bakteri dasar tanah, tetapi telah ditemukan untuk melakukan
beberapa fungsi penting untuk menghilangkan racun bumi dengan berbagai bahan kimia
jahat. Baru-baru ini, telah ditemukan bahwa beberapa spesies dari arthrobacter dapat
mengurangi kromium dan heksavalen, yang dapat menyebabkan iritasi yang parah pada
manusia dan mereka juga dikenal berfungsi untuk menurunkan pestisida pada pertanian.
4. Genus azotobacter

Azotobacter adalah spesies rizobacteri yang telah dikenal sebagai agen biologis
pemfiksasi nitrogen yang mengkonversi dinitrogen ke amonium melalui reduksi
elektron dan protonisasi gas dinitrogen. Unsur hara yang membatasi produktivitas
tanaman adalah nitrogen sehingga
pupuk nitrogen selalu ditambahkan sebagai input dalam produksi tanaman. Untuk
menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input bahan kimia diperlukan
input biologis berupa rizobacteri.

C. Manfaat bioteknologi lingkungan

Bioteknologi memiliki banyak manfaat bagi lingkungan diantaranya sebagai


bioremediasi, bioleaching yaitu pele-pasan logam dari mineral atau sedimen,
memproduksi pupuk hayati yang mudah didegradasi oleh lingkungan serta mengurangi
limbah plastik dengan memproduksi bioplastik yang berasal dari gula, lemak, protein dan
se-rat tanaman (Fahmideh et al., 2014). Pendekatan biote-knologi dengan memanfaatkan
penggunaan bakteri Desulfotomaculum orientis ICBB1204 dapat menurunkan kandungan
Cr pada air limbah industri hingga 92,7% se-lama 30 hari (Santosa et al., 2008).
Penggunaan bioplas-tik akan mengurangi permasalahan lingkungan yang mana sampah
plastik saat ini menjadi permasalahan di seluruh dunia. Bioplastik adalah plastik yang
dapat di-gunakan seperti layaknya plastik pada umumnya namun ketika dibuang ke tanah
akan mudah didekomposisi oleh mikroorganisme tanah dan akan menghasilkan senya-wa
asalnya yaitu air dan karbon dioksida (Yuniarti et al., 2014). Bioleaching merupakan
aplikasi dari bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan mikroorganisme dalam
prosesnya. Bioleaching di Indonesia diterapkan untuk mengekstraksi emas, pyrate,
tembaga dan besi. Penicil-lium chrysogenum dapat dimanfaatkan untuk mengeks-traksi
logam nikel dan menghasilkan 12,87% sedangkan Aspergillus niger menghasilkan
11,83% (Kurniawan et al.,2018). Penelitian lain melaporkan bahwa bakteri mixo-trop
dapat mengekstraksi nikel sebesar 34,3% meng-gunakan substrat organik air lindi dengan
penambahan belerang 20% setelah proses berlangsung selama 28 hari (Mubarok et al.,
2016).

D. Kelebihan dan kekurangan bioteknologi lingkungan

E. Proses pembuatan kompos

1. Mengumpulkan dan memilih sampah organik


Kumpulkan sampah organik seperti sayuran dan buah dan masukan dalam satu
wadah. Selanjutnya cincang sampah tersebut menjadi potongan yang lebih kecil
agar lebih mudah terurai, semakin kecil potonganya akan semakin cepat proses
penguraian (dekomposisi) terjadi.

2. Menyiapkan wadah kompos

3. Pembuatan kompos
Masukan semua cincangan sayuran atau buah-buahan ke dalam wadah yang telah di
siapkan, kemudian menambahkan pupuk kandang atau kotoran ternak untuk
mempermudah proses penguraian.

4. Untuk mempercepat proses dekomposisi atau penguraian dapat di tambahkan


Bioaktivator EM-4, dalam membuat larutan bioaktivator sebaiknya di campur
terlebih dahulu dengan larutan gula merah dengan  dosis 10 ml EM-4
dicampur dengan larutan 50 gram gula merah untuk 1 liter air.

Hal ini bertujuan untuk mempercepat perkembangbiakan mikroorganisme,


sehingga proses dekomposisi lebih cepat terjadi. Kemudian tutup bagian atas
wadah agar suhu terjaga konstan. Buka dan aduk atau bolak-balik setiap 2
minggu sekali, kemudian jangan lupa di tutup kembali.
5. Kompos siap di gunakan

Setelah memasuki minggu ke-6 maka pupuk kompos siap di gunakan. dengan
memastikan bahwa sampah tersebut tidak lagi memiliki bau busuk yang
menyengat, tetapi lebih berbau tanah.

Warna pupuk kompos pun akan menjadi coklat kehitaman dengan tekstur
yang telah  terurai dengan sempurna. Kompos yang sudah matang bisa
langsung kamu kemas ke dalam plastik agar tahan lama. Kalau mau langsung
digunakan juga bisa.

Campur rata tanah atau media tanah dengan pupuk kompos. Tanaman pun
akan tumbuh dengan optimal.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan dan mutu kompos

Beberapa factor yang mempengaruhi pengomposan adalah (Nyoman P. Aryantha,


dkk,2010):

1. C/N rasio : C/N rasio untukpengomposan berkisar sekitar 30:1 hingga 40:1.

2. Ukuran partikel :permukaan aera yang luas akan meningkatkan terjadinya kontak mikroba
dengan bahan sehingga proses dekomposisi dapat berjalan lebih cepat.
3. Aerasi : aerasi yang baik akan mempoercepat pengomposan jika pengomposan terjadi
secara aerob/semiaerob. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan.

4. Porositas :porositas merupakan rongga-ronggaini akan fdiisi air dan udara yang sangat
diperlukan bagi pertumbuhan mikrob

5. Kelembaban : kelembaban memegang peran penting dalam metabolism mikroba.


Kelembaban dengan kisaran 40-60% merupakan kisaran optimumbagi metabolismemikroba.

6. Tempertaur: panas dihasikan dari proses metabolisme mikroba. Peningkatan suhu dapat
terjadi secara cepat dalam tumpukan kompos yang berkisar antara 30-60 ⁰C.

7. pH : pH pengomposan terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk


pengomposan antara 6.6-7.5 Kompos yang sudah matang biiasanya memiliki pH netral.

8. Kandungan hara : ketersediaan hara dalam pengomposan penting untuk mendukung


pertumbuhan mikroba . hara ini biasanya twerdapat dalam kompos-kompos limbah
peternakan. Sehingga sering pula ditambahkan kotoran ternak ataupun ompos yang sudah
jadi dalam pengomposan.

9. Kandungan bahan berbahaya : bahan berbahaya akan menghambat atupun mematikan


mikroba decomposer. Setelah selesai pengomposan maka perlu dilihat mutu kompos tersebut
agar dapat memberikan pengaruh yang baik bagi tanmanan. Mutu kompos yang baik
disebabkan karena proses dekomposisi bahan organic telah terjadi secara sempurna agar tidak
memberikan pengaruh buruk terhadap tanaman.

Menurut (Nyoman P. Aryantha, dkk,2010),mutu kompos yang baik tersebut antara lain :

1. Berwana coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.,

2. Tidak larut dalam air .

3. Nisbah C/N rasio sebesar 20-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya.

4. Berefek baik jika diaplikasikan.

5. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan

6. Tidak berbau.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai