DOSEN PENGAMPUH:
Muhammad Fath, S.Si.,M.Pd
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
FIRMAWATI (1816)
HALIMAH (181631407)
KOLAKA
2020
A. Defenisi bioteknologi lingkungan
Dalam kegiatan praktis di lapangan, istilah bioteknologi lingkungan masih kalah populer
dibandingkan dengan istilah bioremediation, biologycal process), atautechnical
microbiology, atau beberapa istilah lain. yang sebenarnya seringkali merupakan tahap
pemanfaatan jasad biologi dalam rangkaian pengolahan limbah atau mengolah
limbah.Pemanfaatan mikroorganisme untuk pengolahan limbah pada awalnya ditemukan
melalui pengamatan ekologi yang didukung oleh ilmu dasar lainnya di bidang biologi,
misalnya botani, biokimia, taksonomi, dll. Temuan dari survey ini kemudian dibuat
kultur dan diuji efektifitasnya untuk kemudian dijadikan sediaan jika sewaktu-waktu
diperlukan bantuannya untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.Dalam
pengolahan limbah, jasad biologi pada awalnya bukan hal yang menarik bagi orang
teknik, karena memang bukan bidangnya. Namun ternyata mereka sangat membutuhkan
mikroba tersebut dalam kegiatan pengolahan limbah, terutama dalam kegitan pengolahan
limbah organik, untuk itulah bioteknologi secara perlahan dikembangkan di bidang
lingkungan.
B. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi lingkungan
1. Genus pseudomonas
2. Genus flavobacterium
Bakteri dalam kelompok ini tumbuh pada kondisi aerobik maupun anaerobik. Pada
kondisi aerobik, bakteri ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat
oksigen, metabolisme menjadi bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara
memecah gula menjadi asam organik.
3. Genus arthrobacter
Azotobacter adalah spesies rizobacteri yang telah dikenal sebagai agen biologis
pemfiksasi nitrogen yang mengkonversi dinitrogen ke amonium melalui reduksi
elektron dan protonisasi gas dinitrogen. Unsur hara yang membatasi produktivitas
tanaman adalah nitrogen sehingga
pupuk nitrogen selalu ditambahkan sebagai input dalam produksi tanaman. Untuk
menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat adanya input bahan kimia diperlukan
input biologis berupa rizobacteri.
3. Pembuatan kompos
Masukan semua cincangan sayuran atau buah-buahan ke dalam wadah yang telah di
siapkan, kemudian menambahkan pupuk kandang atau kotoran ternak untuk
mempermudah proses penguraian.
Setelah memasuki minggu ke-6 maka pupuk kompos siap di gunakan. dengan
memastikan bahwa sampah tersebut tidak lagi memiliki bau busuk yang
menyengat, tetapi lebih berbau tanah.
Warna pupuk kompos pun akan menjadi coklat kehitaman dengan tekstur
yang telah terurai dengan sempurna. Kompos yang sudah matang bisa
langsung kamu kemas ke dalam plastik agar tahan lama. Kalau mau langsung
digunakan juga bisa.
Campur rata tanah atau media tanah dengan pupuk kompos. Tanaman pun
akan tumbuh dengan optimal.
1. C/N rasio : C/N rasio untukpengomposan berkisar sekitar 30:1 hingga 40:1.
2. Ukuran partikel :permukaan aera yang luas akan meningkatkan terjadinya kontak mikroba
dengan bahan sehingga proses dekomposisi dapat berjalan lebih cepat.
3. Aerasi : aerasi yang baik akan mempoercepat pengomposan jika pengomposan terjadi
secara aerob/semiaerob. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan.
4. Porositas :porositas merupakan rongga-ronggaini akan fdiisi air dan udara yang sangat
diperlukan bagi pertumbuhan mikrob
6. Tempertaur: panas dihasikan dari proses metabolisme mikroba. Peningkatan suhu dapat
terjadi secara cepat dalam tumpukan kompos yang berkisar antara 30-60 ⁰C.
Menurut (Nyoman P. Aryantha, dkk,2010),mutu kompos yang baik tersebut antara lain :
3. Nisbah C/N rasio sebesar 20-20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya.
6. Tidak berbau.
DAFTAR PUSTAKA