Anda di halaman 1dari 11

BAB Pengolahan Buangan Secara

14
Mikrobiologi
*Nurmi Hasbi, M.Si*

 Pendahuluan
Aktivitas manusia selama beberapa dekade trakhir ini
beriringan dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat,
perambahan wilayah dan eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan. Populasi dunia mencapai jumlah yang sangat besar
dan diperkirakan pada tahun 2030 populasi manusia di dunia
akan mencapai sekitar 8,6 miliar (Bloom and Reenen, 2023).
Pertumbuhan populasi yang cepat dapat menimbulkan berbagai
tantangan seperti tentangan terhadap sumber daya alam,
kebutuhan akan infrastruktur yang lebih baik, akses yang lebih
baik terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, dan juga
masalah-masalah lingkungan seperti polusi dan pengelolaan
limbah
Pencemaran pada lingkungan merupakan suatu kejadian
kontaminasi terhadap lingkungan yang dapat mengganggu
kesehatan dan ekosistem yang ada di daerah tersebut. Polutan
penyebab pencemaran sangat banyak jenisnya yang bersifat bisa
didegrasi ataupun sebaliknya. Saat ini buangan limbah masih
menjadi masalah yang serius di dunia. Limbah tersebut dapat
berasal dari limbah domestik dan limbah industi. Pengolahan
limbah sampah organik menjadi kompos saat ini telah dilakukan
di banyak daerah, namun masih membutuhkan waktu yang lama.
Kondisi ini terjadi dikarenakan pengomposan secara konvensional

1
paling cepat membutuhkan waktu sekitar 14 hari serta
memerlukan lahan yang sangat luas. Pengelolaan sampah dengan
memanfaatkan konsorsium mikroorganisme sebagai bakteri
ataupun jamur pengurai (Kastolani et al., 2019) . Pengelolaan
sampah dengan menggunakan konsorsium mikroorganisme akan
mempercepat proses penguraian sampah organik, tidak
menimbulkan bau, tidak menimbulkan gas sehingga ramah
terhadap lingkungan. proses tersebut masih mengeluarkan gas
yang dapat meningkatkan pemanasan global. Teknologi ini
melibatkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan organisme
mikroskopis lainnya untuk memecah limbah organik menjadi
bahan yang lebih aman secara alami (Adebayo and Obiekezie,
2018).
Prinsip degradasi polutan misalnya sampah juga dapat berjalan
lambat. Ini dapat terjadi jika aktivitas penumpukan sampah yang
berlebihan, sedangkan mikroorganisme yang berkerja juga sangat
sedikit. Hal ini tentu membutuhkan keseimbangan jenis dan
jumlah mikroorganisme yang digunakan dalam proses tersebut.
Oleh karena itu, bab ini membahas berbagai penerapan
mikroorganisme dalam pengelolaan limbah. Bab ini mengulas
berbagai peran mikroorganisme dalam lingkungan. Bab ini juga
membahas cara menghasilkan dan mengelola limbah, serta
beberapa kegunaan spesifik mikroorganisme (bakteri, jamur, alga,
virus, dan protozoa) dalam pengelolaan limbah.

 Konsep Pengolahan Buangan Secara Mikrobiologi


1. Prinsip mikrobiologi lingkungan
Mikroorganisme merupakan mahkluk hidup yang berukuran
kecil yang bersifat ubiquitus yakni mampu tumbuh dimanapun
kondisi lingkungan. Mikroorganisme berperan sebagai dekompose

2
dalam suatu rantai makanan. Mikroorganisme dapat
menguntungkan proses perbaikan polutan di lingkungan. Kondisi
ini diakibatkan karena mikroorganisme yang berukuran kecil dan
mampu adaptasi dengan kondisi lingkungan. Mikroorganisme
diantaranya bakteri, jamur ataupun virus. Bakteri dan jamur
berperan penting dalam proses penguraian serta pencemaran yang
terdapat di lingkungan (Martianingsih and Rahmi, 2019).

Gambar 1 Skema proses pengelolaan limbah oleh mikroorganisme


(sumber: (Mondal and Palit, 2019)

Mikroorganisme memainkan peran penting dalam


pemeliharaan banyak fenomena alam dan buatan manusia di

3
lingkungan. Mereka mempunyai fungsi positif yang membuat
hidup lebih mudah dan lebih baik bagi manusia. Salah satu bidang
yang mengadopsi mikroorganisme adalah dalam pengelolaan
limbah. Pembuangan limbah besar yang dihasilkan manusia
dalam aktivitas sehari-hari merupakan tantangan besar yang terus
dicari oleh pemerintah dan badan lingkungan hidup untuk
mencari cara yang lebih baik untuk mengatasinya. Cara penting
untuk berhasil mengatasi ancaman ini adalah melalui penggunaan
mikroorganisme (Singh, 2013).
Mikrobiologi lingkungan merupakan salah satu cabang ilmu
mikrobiologi yang memberikan dasar- dasar pemahaman akan
konsep peranan mikroorganisme di lingkungan terkait dinamika
yang terjadi di biosfer dan pengaruhnya pada kehidupan manusia.
Mikrobiologi Lingkungan berfokus pada pemanfaatan potensi
mikroba serta meminimalisir dampak negatif yang ada pada
mikroba untuk kesejahteraan manusia. Dalam mikrobiologi
lingkungan kita akan mempelajari tentang mikroorganisme tingkat
rendah dan tingkat tinggi, serta peran mikroorganisme dalam
lingkungan tersebut. Pemahaman tentang ekologi sangatlah
penting untuk memahami hubungan antara mikroorganisme dan
lingkungannya. Mikroorganisme berperan sebagai katalis biologi
antara komponen abiotik dengan organisme hidup lainnya.
Mikroba saat ini sering dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi
lingkungan. Kualitas Lingkungan yang tercemar baik udara, darat
maupun perairan (Jekti, 2018).

2. Pengolahan buangan secara mikrobiologis


Buangan atau limbah berdasarkan bentuknya disebut
dengan padat, cair ataupun gas. merupakan Beberapa jenis

4
limbah padat diantaranya potongan kayu, sobekan kertas dan
limbah infeksius di rumah sakit atau fasilitas kesehatan. Jenis
limbah padat yaitu infus, spuit, botol infus dan sebagainya.
Jenis limbah cair seperti limbah cair dari suatu pabrik ataupun
industri.
a. Pemanfataan bakteri dalam penangan limbah amonia
industri pupuk
Alkahf et al., (2021) melakukan penelitian tentang
pemanfaatan bakteri petrofilik dalam pengolahan amonia yang
berasal dari air limbah pupuk industri. Amonia yang terdapat
dalam limbah cair pupuk dapat membahayakan lingkungan,
sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan. Bakteri yang dapat mengurai amonia menjadi zat
yang aman untuk lingkungan adalah Brevundiminas diminuta.
Tahapan pertama yang dilakukan dengan menumbuhkan
bakteri B. diminuta pada media selektif zobell.

Gambar 2 Pertumbuhan B. diminuta (sumber: Alkahf et al., (2021))

5
Gambar 3 Skema rangkaian alirlif bioreaktor
(sumber: Alkahf et al. 2020)

Penelitian dilakukan dengan mengujikan air limbah industri


pupuk pada kadar 2,94 mg/L sebanyak 1 liter dan inolukum
bakteri B. diminuta sebanyak 25% yang dimasukkan ke dalam alat
airlift bioreaktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
amonia terbukti menurun pada laju aerasi 3L/min dengan waktu
operasi selama 6 jam. Penurunan kadar amonia yaitu sebanyak
40,14% dibandingkan kadar awal amonia. Selain itu, kenaikan pH
juga terjadi yaitu dari pH 8 menjadi pH 9. Kadar oksigen terlalut
juga meningkat dari 4,30 menjadi 9,20 mg/L.

Gambar 4 Penuruan kadar amonia berdasarkan waktu proses


mikrobiologi (sumber: Alkahf et al., (2021))
b. Pemanfataan jamur dalam penangan limbah tekstil
Sastrawidana, Maryam and Sukarta,(2012) melakukan
penelitian dengan memanfaatkan jamur Polyporus sp.
terhadap limbah cair tekstil. Jamur Polyporus sp.
merupakan jenis jamur pendegradasi kayu atau pengurai

6
serta penghancur kayu. Jamur ini diisolasi dari isolat lokal
buleleng. Tahapan penelitian terdiri atas persiapan jamur
dan pengolahan air limbah tekstil dalam reaktor.

Gambar 5 Jamur Polyporus sp. isolat lokal Buleleng


(sumber: Sastrawidana, Maryam and Sukarta,(2012))

Tahapan persiapan jamur diawali dengan


menumbuhkan jamur pada media Potato Dextrose Agar
(PDA) yang telah ditambahkan antibiotik kloramfenikol
untuk menghindari bakteri kontaminan. Jamur Polyporus
sp. ditumbuhkan pada media yang telah diberi pewarna
tekstil golongan azo yaitu remazol red BB dan remabol black
B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari kelima
inkubasi, jamur Polyporus sp. mampu mendegrasi warna
merah dan hitam dari pewarna tekstil menjadi pudar.
Hasil ini diduga terjadi akibat jamur tersebut mampu
menghasilkan enzim ligninolitik.

7
Gambar 6 Jamur Polyporus sp. pada media PDA yang telah diberi
pewarna tekstil golongan azo (sumber: Sastrawidana, Maryam and
Sukarta,(2012))

Gambar 7 Design reaktor air limbah tekstil (sumber: Sastrawidana,


Maryam and Sukarta,(2012))
Tahapan pengolahan air limbah tekstil menggunakan
Polyporus dalam reaktor yang telah didesign. Air lmbah tekstil
sebanyak 2500 mL dimasukkan kedalam bak pengisi dan
ditambahkan sebanyak 7.5 gram sukrosa (sebagai sumber energi
bagi jamur) dan pengaturan pada pH 5. Air limbah tersebut
kemudian disalurkan ke bak pengolah aerob dan disirkuasi
menggunakan aerator untuk ketersediaan oksigen. Pengolahan
limbah dalam reaktor ini dilakukan selama 7 hari, kemudian tahap
akhir dihitung nilai beberapa parameter diantaranya Biological
Oxygen Demand (DOD), Chemical Oxygen Demand (COD), pH dan
warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
kesemua nilai parameter masing-masing sebesar 73,48; 53,18; 75,23
dan 79,94%. Menurut KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995 nilai
COD, BOD, TSS, dan pH tersebut diatas telah memenuhi
persyaratan baku mutu (Kepmen LH., 1995)

DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, F.O. and Obiekezie, S.O., 2018. Microorganisms in Waste


Management. Research Journal of Science and Technology, 10(1),
p.28.

Alkahf, M.I., Razikah, Y.A., Nurisman, E., Kunci, K., Amonia, :,


Petrofilik, B., Limbah, A. and Limbah Biologis, P., 2021.

8
Pengolahan Amonia Pada Air Limbah Industri Pupuk
Secara Biologis dengan Bakteri Petrofilik Biological
Treatment of Ammonia in Fertilizer Industry Wastewater
with Petrophilic Bacteria. Jurnal Teknik Kimia, [online] 27(3),
pp.2721–4885. Available at:
<http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/jtk>.

Bloom, N. and Reenen, J. Van, 2023. Demografi. [online] NBER


Working Papers. Available at:
<http://www.nber.org/papers/w16019>.

Jekti, D.S.D., 2018. Peranan Mikroba Dalam Pengelolaan


Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi,
pp.1–9.

Kastolani, W., Darsiharjo, Setiawan, I. and Paramida, I., 2019.


Development of microbial organic waste processing model
in community of Sukasari Sub-District Bandung. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 243(1).

Mondal, S. and Palit, D., 2019. Sustainable Agriculture, Forest and


Environmental Management. Sustainable Agriculture, Forest and
Environmental Management, .

Rahmi, S.U., St, S. and Pd, M., 2009. EFEKTIFITAS BAKTERI


INDIGENOUS LIMBAH CAIR BATIK UNTUK
Martiningsih , ST ., M . Si.

Sastrawidana, I.D.K., Maryam, S. and Sukarta, I.N., 2012.


PEROMBAKAN AIR LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN
JAMUR PENDEGRADASI KAYU JENIS Polyporus sp
TERAMOBIL PADA SERBUK GERGAJI KAYU. Jurnal Bumi
Lestari, 12(2), pp.382–389.

Singh, R., 2013. Microbial Waste Management. [online] (July 2013),


p.192. Available at:
<https://www.researchgate.net/publication/296783756_Mi
crobial_Waste_Management>.

Kepmen LH 1995. KepMen LH No. 51/MENLH/10. 01, pp.1–23.

9
BIODATA PENULIS

Nurmi Hasbi, M.Si, lahir di


Kota Pekanbaru, Provinsi
Riau, 21 Februari 1992.
Penulis adalah anak bungsu
dari tujuh bersaudara.
Jenjang pendidikan S1
Biologi di Universitas Riau,

10
Kota Pekanbaru lulus tahun
2014. Pendidikan S2
Mikrobiologi, lulus tahun
2019 di Institut Pertanian
Bogor. Saat ini penulis
menjadi dosen di Program
Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas
Mataram.

11

Anda mungkin juga menyukai