Anda di halaman 1dari 17

REVIEW MATERI

Problematic Integration Theory

Oleh Kelompok 7:

Afif                 NPM 2206017260


Atika Silvia                    NPM 2206017336
Ratu Suud Hanum        NPM 2206017885

Pascasarjana Manajemen Komunikasi

Universitas Indonesia

2022
1. PENGEMBANGAN TEORI

Teori Problematic Integration diperkenalkan pada tahun 1992 oleh Austin S. Babrow
pada artikel jurnalnya “Communication and Problematic Integration: Understanding
Diverging Probability and Value, Ambiguity, Ambivalence, and Impossibility,” yang dimuat
pada Jurnal “Communication Theory 2.” Dan Teori Problematic Integration dijelaskan lagi
secara singkat pada buku “Explaining Communication: Contemporary Theories and
Exemplars, ed. Bryan Whaley and Wendy Sampter” di tahun 2006 dan juga pada buku
“Encyclopedia of Communication Theory, vol. 2, ed. Stephen W. Littlejohn and Karen A.
Foss” di tahun 2009.

Teori yang mendukung kemunculan Teori Problematic Integration adalah Teori


Uncertainty Management yang pertama kali dikenalkan oleh Charles Berger dan Richard
Callabrese pada tahun 1975

TUJUAN UTAMA PROBLEMATIC INTEGRATION THEOR Y


Salah satu tujuan teori PI adalah untuk menjelaskan fenomena komunikasi yang
penting dan ada di mana-mana dengan cara baru. Seperti dalam banyak perspektif lain, teori
PI mengakui bahwa orang terus-menerus membentuk keyakinan tentang, dan evaluasi, dunia
mereka. Teori PI dibangun di atas pengakuan bahwa apa yang kita yakini demikian (orientasi
probabilistik kita) dapat dibedakan dari apa yang kita inginkan (orientasi evaluatif kita).
Babrow (1992) juga mencatat nuansa makna yang membedakan berbagai bentuk ambivalensi
(misalnya, perasaan campur aduk tentang pilihan vs tentang satu objek, seperti orang), serta
ketidakmungkinan (misalnya, ketidakmungkinan teoritis vs praktis).

Dua tujuan lain dari teori ini adalah untuk meningkatkan kecanggihan komunikator
dan memperluas pilihan komunikatif mereka. Hidup seringkali sulit untuk dipahami dan
berbeda dari yang kita inginkan sehingga kita dapat mengatakan bahwa PI ada di mana-mana
dalam pengalaman manusia

Satu tujuan lain dari teori ini dibangun secara langsung adalah adanya kesadaran yang
lebih besar akan keberadaan PI dan wawasan tentang tantangannya menumbuhkan simpati,
empati, dan kasih sayang. Kita menyadari bahwa perjuangan dengan keyakinan dan
keinginan telah menjadi karakteristik manusia sejak manusia muncul sebagai entitas yang
memiliki kesadaran melampaui persepsi indrawi belaka. Perjuangan ini sebagian besar
menentukan kemanusiaan kita, itulah sebabnya kasih sayang adalah nilai dasar dalam begitu
banyak tradisi kebijaksanaan spiritual dan agama yang agung di dunia.
2. PERSPEKTIF

Problematic Integration Theory (PI) adalah perspektif komunikasi ketika makna


bermasalah untuk serangkaian alasan yang saling terkait (Babrow, 1992, 2001, 2007). Teori
ini sering disebut sebagai salah satu dari beberapa perspektif (misalnya, Afifi & Robbins,
2015; Brashers, 2007) tentang komunikasi dan ketidakpastian. Tidak seperti perspektif lain
ini, teori PI memuat mengenai:

a. Menekankan beragam makna ketidakpastian dan cara khas mereka untuk menantang
makna.
b. Memahami ketidakpastian hanya sebagai salah satu dari beberapa sumber yang dapat
dibedakan tetapi terkait dari makna yang bermasalah.
c. Melampaui biner pencarian informasi/penghindaran informasi yang menjadi ciri teori
ketidakpastian dan manajemen informasi,
d. Memahami ketidakpastian dan bentuk lain dari makna bermasalah sebagai komunikatif
yang berkelanjutan sebagai konstruksi bersama
e. Memeriksa konstruksi komunikatif ini karena mereka menjalin bersama beberapa tingkat
makna, termasuk pemahaman individu, interpersonal, dan sosial dan budaya yang lebih
luas.

Contoh Problematic Integration Theory (PI) dalam kehidupan sehari-hari Misalnya,


Kosenko (2020) berfokus pada konteks infertilitas dan menentukan tiga bentuk, yaitu:
divergensi, ambivalensi, ketidakpastian dan delapan fokus PI misalnya: tes kehamilan,
pernikahan, keputusan pengobatan, yang pada umumnya dalam pengalaman infertilitas.
Sundstrom dan rekan (2017) menggunakan PI sebagai lensa teoretis untuk memeriksa
orientasi probabilistik dan evaluatif wanita muda terhadap kontrasepsi. Temuan mereka
menunjukkan bahwa peserta mengalami dilema integratif ketika dihadapkan dengan
ambivalensi kehamilan dan ketika dua nilai mendalam dipertaruhkan saat mereka
memutuskan perawatan kontrasepsi serta menghindari kehamilan di masa sekarang dan
melindungi kesuburan di masa depan.
3. PENDEKATAN SCIENTIFIC-HUMANISTIC-SOCIAL SCIENCES

Pendekatan Ilmu Komunikasi Problematic Integration Theory

Teori Problematic (PI) Integration lahir dari ketidakpuasan dengan teori komunikasi
psikologis berdasarkan model nilai harapan (EV) pengaruh sosial dan perilaku (Babrow,
1992, p 68). Orientasi probabilistik dan evaluatif menentukan bagaimana situasi disonansi
kognitif dikelola, dimana perhatian dipusatkan pada perjuangan dengan ketidakpastian,
harapan dan keinginan yang tidak konsisten (kebahagiaan yang tidak mungkin, kemungkinan
kesedihan), ambivalensi yang menyakitkan, mimpi yang buruk tak dapat terhindarkan.
Tantangan-tantangan ini meresap dalam berkomunikasi tentang topik-topik seperti
ketidakadilan rasial, ekonomi, krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19, krisis perubahan
iklim. Sudah barang tentu topik penting ini memunculkan tantangan komunikasi yang
menyatukan "semua tingkat pengalaman, dari dialog antarpribadi kita yang paling intim
hingga wacana publik kita yang paling luas" (Babrow, 1992, p 97).

Dalam pengalaman ini, keyakinan dan evaluasi diharapkan rapuh dan sangat
dipertahankan (Babrow, 2001), membuat teori makna dan tindakan menjadi kurang relevan
dan membuat prediksi serta pengukuran menjadi sulit jika bukan tidak berarti. Dalam situasi
seperti itu, deskripsi padat tentang makna yang muncul dan terletak adalah pendekatan yang
lebih disukai untuk penyelidikan.

Teori PI menerangi makna yang bermasalah dalam pemahaman yang sedang


berlangsung dan terletak dari perspektif konstruksionis sosial menggunakan metode
penelitian interpretatif. Menurut Littlejohn, dalam bukunya yang berjudul Theories of Human
Communication sejak terbit pada tahun 1991, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut
cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam 3 (tiga) aliran pendekatan
yakni pendekatan scientific (ilmiah-empiris), pendekatan humanistic (humaniora
interpretatif), serta pendekatan social sciences (ilmu-ilmu sosial).

1. Pendekatan scientific (ilmiah-empiris), yaitu Pendekatan yang dikenal sebagai


objective asosiasikan melalui sebab akibat, kesederhanaan menjadi kunci daya
tarik, menggunakan penelitian kuantitatif maupun kualitatif.

2. Pendekatan Humaniora Interpretatif, yaitu Pendekatan yang sering digunakan


dalam aliran Humanistic yaitu “partisi observasi”. Pendekatan ini bersifat
subjektif-interpretatif, dengan tujuan teori memahami dengan fokus penelitian
mengkaji persoalan yang menyangkut kesenian, budaya, sejarah, dan pengalaman
pribadi

3. Pendekatan social sciences (ilmu-ilmu sosial), yaitu pendekatan yang


menggabungkan pendekatan Scientific dan Humanistic. Bersama memahami dan
memprediksi kehidupan manusia menggunakan metode penelitian eksperimen,
survey kuantitatif dan analisis tekstual

Jika diuraikan melalui pendekatan tadi, teori Problematic Integration dapat


mengambil peran menggunakan pendekatan humanistis – interpretatif dimana beberapa
contoh pada (Goffman, 1967), Ketika bertemu dengan orang lain yang mengalami PI, kita
harus memutuskan apakah akan mengungkapkan keprihatinan atau menghormati penderitaan
pribadi orang lain dengan tidak mengatakan apa-apa. Albrecht dan Adelman (1987)
menggambarkan tantangan dalam konteks mencari dan memberikan dukungan sosial.
Pencarian dukungan membuka seseorang untuk atribusi diri yang negatif (misalnya,
ketidakberdayaan, kerentanan) dan atribusi oleh penyedia dukungan (misalnya, kelemahan,
kebutuhan, ketidakmampuan). Empat bentuk integrasi bermasalah dalam Babrow (2007)
yakni, ketidakpastian, divergensi, ambivalensi, dan ketidakmungkinan/kepastian.
Ketidakpastian dapat berakar pada sifat apa yang diketahui atau sifat mengetahui:
ketidakpastian ontologis dan epistemologis, masing-masing.

Banyak ketidakpastian epistemologis dapat diatasi melalui strategi manajemen


informasi seperti pencarian informasi atau penghindaran dan ketidakpastian kompleks masih
memerlukan cara lain untuk mengatasi. Teori PI menyoroti pentingnya memahami makna
ketidakpastian (Babrow et al., 1998) dan mengidentifikasi strategi (komunikatif) yang sesuai
dengan bentuk spesifik dari ketidakpastian yang dialami (misalnya ketidakpastian yang
berbentuk probabilitas kuantitatif yang jelas versus ketidakpastian yang tidak dapat direduksi
menjadi penilaian probabilitas yang dapat diukur) empat bentuk integrasi bermasalah. Contoh
dari jurnal yang ditulis oleh Kai Kuang & Austin S. Babrow (2021) dengan judul Problematic
integration theory: a systematic review menjabarkan dalam tiga dekade terakhir, para sarjana
telah menerapkan teori PI untuk berbagai konteks seperti kesehatan Ford et al., 1996; Vos et
al., 2014), lingkungan komunikasi organisasi (misalnya Chatterjee & Kozar, 2020), dan
hubungan interpersonal (misal Corriero, 2019, Obradovich 2011) juga artikel jurnal Delaney
dan Basinger tentang Ketidakpastian dan Pencarian dukungan dalam forum diabetes online
berbasis di Amerika dimana penelitian ini mendorong dua tanggapan yang saling
berpengaruh: khawatir/takut dan mengendalikan diabetes. Pencarian dukungan muncul
sebagai tujuan komunikatif utama bagi penderita diabetes, karena mereka mengelola
ketidakpastian melalui menavigasi keuangan, memilih alat untuk mengelola penyakit,
menetapkan norma, dan perawatan.

Peran Komunikasi dalam Problematic Integration

Babrow (2017) menyatakan komunikasi merupakan jawaban untuk mengatasi PI.


Komunikasi tidak hanya berperan penting dalam membangun makna dan evaluasi sesuatu
sejak awal tetapi juga menyediakan cara untuk mengatasi sehingga makna baru dapat
diciptakan dengan merefleksikan situasi dan memilih untuk melihatnya secara berbeda atau
berbicara dengan orang lain tentang hal itu. Melalui aliran pendekatan humanistic –
intepretatif, fenomena dalam sebuah masalah dapat tergambar dari perilaku orang/subjek
yang diteliti melalui pengamatan perilaku yang tak hanya bisa digunakan pada pendekatan
komunikasi, tapi juga berlaku untuk berbagai bidang.

4. PENDEKATAN KUALITATIF-KUANTITATIF-MIX METHOD

Menurut Griffin (et.al, 2019), teori dengan kategori objektif (yang dipakai untuk
penelitian kuantitatif) dan interpretif (dipakai untuk penelitian kualitatif) mempunyai
perbedaan. Perbedaan ini bisa dilihat dari tujuan teori, nilai-nilai yang terkandung dalam
teori, pandangan mengenai dunia (realitas) hingga pandangan mengenai manusia (human
nature).
A. Pendekatan Kuantitatif

B. Pendekatan Kualitatif
C. Pendekatan Mix Method

Pendekatan ini menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Creswell


(2005) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis, mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif pada proses
tahap penelitian dalam satu studi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih
baik terhadap masalah penelitian.

Creswell dan Clark (2007) membagi tipe pendekatan campuran menjadi empat desain
utama yaitu triangulation, embedded, explanatory, dan exploratory.

(a) Convergent Parallel

Peneliti menyatukan data kuantitatif dan kualitatif dalam rangka menyediakan analisis
yang komprehensif terhadap permasalahan penelitian. Peneliti biasanya mengumpulkan
data kuantitatif dan kualitatif pada saat yang bersamaan, kemudian mengintegrasikan hasil
informasi yang diperoleh untuk dilakukan interpretasi terhadap keseluruhan hasilnya. Pada
model ini, temuan yang saling berkontradiksi atau tidak sesuai akan dijelaskan atau
diselidiki lebih lanjut.

(b) Exploratory Sequential

Peneliti mulai dari mengumpulkan data kualitatif dengan mengeksplorasi cara


pandang para informannya. Kemudian data kualitatif tersebut dianalisis dan hasil
analisisnya digunakan untuk membangun tahapan berikutnya, yaitu data kuantitatif. Data
kualitatif sebelumnya dapat digunakan untuk membangun sebuah instrumen kuantitatif
yang sesuai dengan kriteria sampel,dapat juga untuk mengidentifikasi instrumen-instrumen
kualitatif yang dianggap tepat untuk dipergunakan pada tahap kuantitatif berikutnya ,atau
bisa juga untuk menentukan variabel-variabel yang diperlukan untuk ditindaklanjuti
melalui studi kuantitatif selanjutnya.

(c) Explanatory Sequential

Peneliti pertama kali melakukan pengumpulan data kuantitatif, menganalisis hasilnya,


lalu membangun hasil temuan tersebut digunakan pada penelitian kualitatif berikutnya
guna mendapatkan penjelasan secara lebih detail. Model ini sepenuhnya bersifat
eksplanatori, yaitu hasil data kuantitatif sebelumnya akan dijelaskan secara lebih
mendalam melalui data kualitatif. Sehingga otomatis bersifat berurutan (sequential), yaitu
tahapan kuantitatif akan diikuti selanjutnya oleh tahapan kualitatif.

Pendekatan pada Problematic Integration Theory :

Teori PI berasal dari ketidakpuasan dengan teori komunikasi psikologis berdasarkan


model nilai harapan (EV) pengaruh sosial dan perilaku (lihat Babrow, 1992). Penelitian
berbasis EV secara eksplisit kurang menonjol saat ini, tetapi asumsi dasar EV tidak kurang
jelas dalam beasiswa komunikasi kontemporer. Misalnya, ahli komunikasi terus menyelidiki
cara keyakinan tentang hasil perilaku dan evaluasi hasil tersebut membentuk, dan dibentuk
oleh, berbagai perilaku komunikasi dengan sedikit perhatian sistematis pada ketegangan
antara harapan dan keinginan. (Engaging Theory In Interpersonal Communication ; Third
Edition (Edited by Dawn O. Braithwaite and Paul Schrodt hlmn 64).

Pada pendekatan yang diambil jika ditelaah dari Journal

Kai Kuang & Austin S. Babrow (2021) Problematic integration theory: a systematic
review, Annals of the International Communication Association, 45:4, 234-257, DOI:
10.1080/23808985.2022.2033633.

Didapati pendekatan Mix Method dengan data sampel jurnal a systematic review
dengan jumlah sampel jurnal sebanyak 64 jurnal dan 16 diantaranya menggunakan mix
method.
5. POSITION OF RESEARCHER

Problematic Integration Theory (PI) merupakan teori dengan orientasi probabilistik


dan evaluatif yang menentukan bagaimana menyikapi suatu situasi yang tidak sesuai dengan
ekspektasi dapat dikelola dengan baik komunikasinya (Little John, 2017:93).

Burrell And Morgan (1979) yang dikutip pada Littlejohn (2017) teori sosial ilmiah
dapat dikategorisasikan menjadi rangkaian kesatuan objektif-subjektif. Objektif sendiri
mencoba untuk mengimplementasikan model dan metode yang diambil dari ilmu alam
sampai ilmu manusia dan diperlakukan sebagaimana nyatanya. Sementara subjektif sendiri
menilai bahwa permasalahan manusia tidak semuanya bisa dipahami dengan metode ilmu
ilmiah, melainkan dibutuhkannya pandangan personal untuk melihat suatu kejadian. Disini
dapat dikategorisasikan bahwa yang termasuk dalam ketentuan posisi peneliti melihat secara
objektif adalah pada pendekatan realisme, positivism, determinisme, dan nomothetic.
Sementara pemposisian peneliti secara subjektif diantaranya bisa dilihat pada pendekatan
nominalisme, anti positivisme, voluntarisme, dan ideographic.

Dari penjelasan Burrell And Morgan (1971) mengenai pemposisian peneliti pada
sebuah teori serta dari penjelasan buku Theories of Human Communication yang mengutip
Babrow (1992) bahwa teori PI menggali bagaimana cara individu memandang dan mengelola
suatu masalah ketika ditemukannya ketidaksesuaian antara sikap, kepercayaan, dan nilai
dengan realitas yang terjadi. Maka dapat dilihat bahwa posisi peneliti pada teori PI cenderung
bersifat subjektif.

Teori PI diakui juga bahwa komunikasi adalah sumber dan cara untuk mengatasi
pemahaman suatu masalah. Jika PI diatasi secara baik, diskusi ini akan memperdalam
kedekatan emosional dan kemanusiaan kita. Sedangkan jika PI diatasi secara buruk, maka
akan mengancam identitas dan hubungan antar individu.

Dalam buku Engaging Theories in Interpersonal Communication (2020:67) Agar


sejalan dengan keberhasilannya, teori PI kerap kali memperluas konsep proses komunikasi
dengan menyediakan pilihan-pilihan untuk merespon suatu permasalahan atas ketidakpastian,
baik melalui mencari informasi maupun menghindari informasi. Dimana mencari informasi
lewat observasi dapat membuat individu memahami permasalahan tersebut sehingga akan
mengurangi hal-hal yang tidak pasti (Berger & Calabrese,1975) Sementara ketika
menghindari informasi, hal ini menjadi suatu jalan bagi individu untuk tidak terjebak dalam
situasi “ambivalence” ketika ada hal-hal yang bertentangan dengan kepercayaan dan
keinginan. Namun, disini Peneliti Teori Problematic Integration (PI) sendiri akan menyikapi
komunikasi PI dengan cara mencari tahu kedua sisi dari dilemma yang ada agar lebih mudah
ketika memperjelas nilai-nilai pada tiap sisi, karena memang suatu ketidakpastian banyak
bentuknya tetapi ketika komunikator tidak sensitif terhadap perbedaan ini, maka ia akan
kehilangan kesempatan penting dalam membangun teorinya atau praktiknya.

6. COMMUNICATION TIER

Dalam pendekatan untuk mengatur atau menyusun sebuah teori, dibutuhkan adanya
tingkatan yang bisa membantu mengklasifikasikan suatu teori. Pada tahun 1995, John Powers
menunjukkan ketertarikannya dalam melihat apa yang membedakan disiplin komunikasi dan
juga perbedaan intelektual dari penelitian berperan dalam konteks komunikasi yang berbeda-
beda. Dalam melakukan ini, Powers membuat sebuah model yang terdiri atas 4 tingkat (tiers).
Setiap tingkat membahas aspek yang berbeda dari setiap bidang. Hasil akhir dari model ini
adalah pengetahuan akan disiplin intelektual komunikasi dan fokus dalam konteksnya.

Teori ini cukup terkait erat dengan tingkatan ketiga yang berpusat pada level, yaitu
menjelaskan lingkup komunikasi (interpersonal, kelompok, dan publik). Banyaknya orang
yang terlibat dalam interaksi menjadi pembeda level komunikasi, begitu juga dengan derajat
formalitas. Problematic Integration Theory sangat penting dalam berbagai lapisan
‘pembuatan arti’ (baik secara individu, interpersonal, organisasi, budaya, masyarakat, dll) dan
teori ini dapat berkembang dalam beragam bentuk dan menciptakan banyak pengertian.
Contohnya adalah studi kasus dari Babrow dan Rose (2014) menggunakan film The Three
Burials of Melquiades Estrada melihat tantangan etis dalam pertemanan yang sebagian besar
interpersonal, tapi juga berkaitan dengan politik. Analisis mereka menyatakan bahwa
integrasi etis dan kemungkinan dalam pertemanan dibentuk oleh faktor sosial dan politik-
ekonomi. Dalam kasus ini, teori PI dapat digunakan untuk melihat hubungan interpersonal
dan juga kelompok pertemanan. Jadi, level yang bisa dianalisis oleh teori PI ini tidak terbatas
pada satu level saja, tetapi PI ini telah digunakan untuk menganalisis fenomena di berbagai
area seperti interpersonal, keluarga, komunikasi organisasi, budaya, public relation,
komunikasi risiko, dan komunikasi etika. Namun, penggunaan teori PI juga sudah banyak
digunakan untuk melihat isu kesehatan.

7. TRADISI

Komunikasi adalah proses yang cukup rumit yang memiliki banyak partikel, variabel,
dan bagian yang harus kita pertimbangkan. Robert Craig mengembangkan sebuah model
yang melabelkan dan memisahkan bidang komunikasi menjadi tujuh tradisi komunikasi.
Craig menyimpulkan bahwa ketujuh tradisi tersebut melihat komunikasi dengan cara yang
berbeda. Tradisi Sibernetik, ini semua tentang proses linier atau tidak linier tetapi tentang
sistem melalui mana kita mengirimkan pesan kita. Tradisi Sosio-Psikologis, berfokus pada
individu dan aspek perilaku dari praktik komunikasinya. Tradisi Sosial Budaya akan
bergantung pada konteksnya dan budaya dan cara bagaimana kita memproduksi budaya ini di
seluruh komunikasi. Tradisi Kritis adalah tentang ideologi dan wacana. Tradisi Retoris adalah
seni berbicara di depan umum. Ini komunikasi adalah seni berbicara di depan umum. Tradisi
Fenomenologis berfokus pada cara bagaimana kami memahami pengalaman orang lain dan
pengalaman praktik komunikasi diri. Tradisi Semiotik, semua tentang ilmu pengetahuan dan
simbol-simbol yang dapat kita dekode atau yang kita akan gagal untuk memecahkan kode.

Secara umum, Teori Problematic Integration (PI) terstimulasi dan distimulasi oleh
interaksi sosial, sehingga teori ini berada di bawah tradisi socio-psychological dan socio-
cultural. Tradisi socio-psychological mencari hubungan sebab-akibat yang dapat
memprediksi hasil dari komunikasi yang terjadi, sedangkan socio-cultural adalah tradisi yang
mempercayai bahwa kenyataan dapat diciptakan dari komunikasi (secara bahasa) yang
terjadi.

Kedua tradisi ini sejalan dengan Teori PI di mana sebuah keyakinan atau kenyataan
dapat disebabkan oleh komunikasi yang terjadi, sehingga melahirkan persepsi dalam masing-
masing individu akan hasil yang diinginkan serta hasil yang diprediksi.

8. ANALYTICAL APPROACH
Teori Problematic Integration (PI) mengidentifikasi dua dimensi yang luas dalam
memahami dunia yaitu orientasi probabilistik dan orientasi evaluatif. Perbedaan antara
keduanya cukup jelas, bahwa apa yang kita yakini (orientasi probabilistik) bukanlah hal yang
sama dengan apa yang kita inginkan untuk terjadi (orientasi evaluatif). Kesulitan dalam
mengintegrasikan antara kedua orientasi itulah yang disebut sebagai problematic integration.

Menurut Babrow (2007), teori PI menjelaskan secara umum adanya empat bentuk
problematic integration yaitu uncertainty, divergence, ambivalence, dan impossibility.
Keempat hal tersebut membentuk suatu pertentangan yang terjadi secara personal antara
kepercayaan dan nilai, yaitu antara “bagaimana kita mempercayai sesuatu akan terjadi”
(sangat mungkin, mungkin, tidak mungkin, sangat tidak mungkin, atau bahkan tidak ada
kejelasan) dan “bagaimana kita menilai terjadinya hal tersebut” (positif, netral, atau negatif).

Berdasarkan konseptual komunikasi yang terbentuk, teori PI cenderung bersifat


interpretatif. Pertentangan antara orientasi probabilistik dan orientasi evaluatif bisa bersifat
sangat relatif antar situasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Babrow & Matthias
(2009) bahwa dalam teori PI, pemanfaatan komunikasi sebagai upaya penanggulangan
problematic integration tergantung dari seberapa baik komunikasi tersebut dapat
diadaptasikan terhadap bentuk problematic integration yang terjadi di situasi tersebut.

Unsur personal dan situasional ini lah yang mendorong pendekatan-pendekatan dalam
analisis penelitian tentang komunikasi yang terjadi berkenaan PI masih banyak yang bersifat
subyektif. Dalam melakukan analisa tersebut, dimungkinkan terdapat hal-hal yang tidak
terlihat dan bisa menjadi unseen challenge bagi peneliti.

Namun di sisi lain, temuan-temuan tersebut justru bisa menjadi pembuka jalan bagi
pengembangan teori PI mengingat uncertainty sebagai bentuk utama PI dapat berubah-ubah.
Babrow & Kuang dalam Braithwaite & Schrodt (2022) menyoroti pentingnya untuk tidak
terlalu terpaku pada uncertainty menyelidiki bentuk-bentuk PI lainnya.

Dengan semakin beragamnya penggunaan metode dalam penelitian tentang PI,


analisis yang dihasilkan bisa semakin kaya. Kombinasi antara metode kuantitatif dan
kualitatif dapat menggabungkan tipe analisa obyektif dan subyektif dalam melihat
implementasi teori PI dalam komunikasi yang terjadi di beberapa konteks yang berbeda.
Seperti yang disampaikan oleh Kuang & Babrow (2021), sangat dimungkinkan adanya
pengembangan terhadap jangkauan aplikasi dan sintesis teori PI ke depannya.
9. STUDI KASUS JURNAL

Sebagai sebuah teori yang berfokus pada situasi dimana pemaknaan sulit untuk
terbentuk dan dipertahankan, teori PI mengenali bahwa komunikasi dapat menjadi solusi
untuk mengatasinya. Sebagian besar aplikasi PI dilakukan dalam penelitian tentang
komunikasi di bidang kesehatan, karena berkomunikasi tentang masalah kesehatan seringkali
menantang dan komunikasi sendiri dapat berfungsi sebagai sumber terjadinya PI.

Kuang dan Barrow (2021) melakukan sebuah systematic review untuk melihat lebih
dalam konteks-kontes pengaplikasian teori PI, kaitannya dalam kontribusi unik teori PI bagi
perkembangan ilmu komunikasi. Mereka mengumpulkan total 385 abstrak publikasi yang
dinilai berhubungan dengan implementasi teori PI. Dari 385 abstrak tersebut, dikerucutkan
menjadi 158 artikel publikasi yang dinilai memenuhi syarat. Kemudian dilakukan kembali
proses evaluasi berdasarkan adanya duplikasi dan tersortir 54 artikel sebagai sumber
penyusunan systematic review.

Hasil analisis atas 54 artikel tersebut, 27 di antaranya alias 50% merupakan studi yang
terjadi dalam 10 tahun terakhir sehingga cukup berimbang untuk melihat bagaimana aplikasi
teori PI pada tahun-tahun awal teori ini dimunculkan dan perbandingannya dengan aplikasi
pada kondisi terkini. Berdasarkan penggunaan teori, 30 studi melihat cakupan masalah
penelitian hanya berhubungan dengan teori PI saja. Sedangkan sisanya merupakan mixed
dengan beberapa teori lainnya

Konteks yang ada dalam 54 studi dalam artikel-artikel yang diulas oleh Kuang dan
Barrow (2021) cukup beragam, meskipun didominasi oleh konteks di bidang kesehatan, yaitu
sebanyak 40 studi (74.07%). Terdapat variasi topik di bidang kesehatan itu sendiri, seperti
kanker dan penyakit kronis (13 studi), kebidanan dan kandungan (10 studi), geriatric dan end
of life (9 studi), dan topik kesehatan lainnya (8 studi). Di luar bidang kesehatan, konteks
lainnya adalah tentang hubungan pribadi dan sosial (9 studi; 16.67%) dan tentang
permasalahan sosial politik dan lingkungan yang lebih luas (5 studi; 9.26%).

Penggunaan teori PI dalam berbagai konteks yang berbeda ini sebenarnya sejalan
dengan Barrow (1995) yang menyatakan bahwa komunikasi adalah sebuah media sekaligus
sumber terjadinya dilema yang bersifat integratif. Hal ini menjadikan peran komunikasi
cukup dinamis dalam hubungannya terhadap bentuk-bentuk PI dan manifestasinya dalam
masalah pemaknaan. Komunikasi dalam teori PI dapat ditemukan dalam berbagai aplikasi,
meskipun secara teoritis tedapat perbedaan-perbedaan yang saling membayangi satu sama
lain.

Contoh Aplikasi Teori PI Dalam Jurnal Terkini

Drummond, et al. (2022): Problematic Integration: Racial Discordance in End-of-Life


Decision Making, Journal of Health Communication, 37 (11)
https://doi.org/10.1080/10410236.2022.2111631

Studi ini merupakan salah satu studi terbaru mengenai teori PI, karena baru
dipublikasikan secara daring pada 18 Agustus 2022 lalu. Konteks yang diangkat pun sangat
menarik karena mengkombinasikan dua situasi komunikasi dimana aplikasi teori PI bisa
terjadi menurut Babrow (1992), yaitu kondisi kritis di bidang kesehatan (perawatan EOL/end
of life) dan ketidaksesuaian ras (interaksi antara nakes/tenaga kesehatan non-kulit hitam dan
pasien kulit hitam).

PI sebagai teori yang berhubungan dengan ketidakpastian membantu peneliti untuk


bisa memahami bagaimana nakes memaknai adanya hubungan komunikasi antar ras yang
kurang nyaman dalam situasi mendiskusikan perawatan EOL dengan pasien kanker. Tujuan
dari penelitian ini adalah memberikan gambaran yang lebih luas tentang bagaimana persepsi
para nakes non-kulit hitam terhadap pasien kulit hitam yang menderita kanker dan bagaimana
strategi komunikasi yang mereka gunakan dalam pengambilan keputusan terkait perawatan
EOL.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif berupa interview terhadap 57


nakes non dokter yang bekerja di National Cancer Institute Amerika Serikat interview
dilakukan melalui sambungan telpon, internet, dan tatap muka. Hasil interview
memperlihatkan adanya beberapa situasi problematic integration yang dikelompokkan
menjadi lima yaitu uncertainty epistemological (berhubungan dengan pengetahuan dan
perilaku mendasar), uncertainty ontologis (berhubungan dengan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan), ambivalence, divergence, dan impossibility. Sebagian besar PI yang
terjadi adalah berhubungan dengan uncertainty epistemological dan ontological.

Situasi-situasi tersebut memperlihatkan bahwa diskusi tentang perawatan EOL antara


nakes non-kulit hitam dan pasien kulit hitam seringkali kompleks dan menyebabkan
kecemasan. Beberapa strategi komunikasi yang dilakukan oleh nakes bersifat stereotip secara
tidak langsung, sikap mempertanyakan atas nilai-nilai, blame-guilt framing, dan bahkan
penghindaran.

Peneliti menyimpulkan bahwa persepsi nakes terhadap ketidakpercayaan orang kulit


hitam, agama, dan dukungan sosial, mempengaruhi efektifitas komunikasi. Temuan-temuan
dalam penelitian ini seakan memperkuat hasil-hasil studi sebelumnya tentang masalah ras dan
kesehatan bahwa masih terdapat bias rasial secara implisit dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat.

Kaitannya dalam pengembangan teori PI, penelitian ini memperluas penyelidikan


tentang unsur-unsur problematic integration yang sebelumnya diungkap dalam studi
Chatterjee & Kozar (2020) dan Ohs et al. (2017). Berbagai cara terbentuknya elemen-elemen
PI (uncertainty, ambivalence, divergence, dan impossibility) saling tumpang tindih dan
bahkan bertransformasi satu sama lain. Sebagai contoh, uncertainty yang bersifat ontologis
dan epistemologis saling bersinggungan. Selain itu, uncertainty epistemologis dapat berubah
menjadi ambivalence sedangkan uncertainty onkologis berubah menjadi impossibility.

REFERENSI
‌ fifi, W. A., & Robbins, S. (2015). Theory of motivated information management: Struggles
A
with uncertainty and its outcomes. In D. O. Braithwaite & P. Schrodt (Eds.), Engaging
theories in interpersonal communication: Multiple perspectives (2nd ed., pp. 141– 154). Sage

Babrow, A.S. (1992). Communication and Problematic Integration: Understanding Diverging


Probability and Value, Ambiguity, Ambivalence, and Impossibility. Communication Theory,
[online] 2(2), pp.95–130. DOI:10.1111/j.1468-2885.1992.tb00031.x.

Babrow, A. S. (2007), “Problematic Integration Theory,” in Explaining Communication:


Contemporary Theories and Exemplars, ed. Bryan Whaley and Wendy Sampter (Mahwah,
NJ: Lawrence Erlbaum, 2006), 181–200.

Babrow, A. S. (2007), “Problematic Integration Theory,” in Encyclopedia of Communication


Theory, vol. 2, ed. Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss (Thousand Oaks, Sage, 2009),
800–02;

Chatterjee, K., & Kozar, P. (2020). How inter-disciplinary group members manage
communication challenges when providing hos-pice care: An application of problematic
integration theory. Health Communication, 35(5), 637–648. DOI :
10.1080/10410236.2019.1582136

Darlene K. Drummond, Satveer Kaur-Gill, Genevra F. Murray, Karen E.Schifferdecker,


Rebecca Butcher, Amanda N. Perry, Gabriel A. Brooks, Nirav S. Kapadia & Amber E.
Barnato (2022): Problematic Integration: Racial Discordance in End-of-Life Decision
Making, Health Communication, DOI: 10.1080/10410236.2022.2111631

Delaney Amy L & Basinger, Erin (2021) Uncertainty and support-seeking in US-based
online diabetes forums, Journal of Applied Communication Research, DOI:
10.1080/00909882.2020.1851039

Kai Kuang & Austin S. Babrow (2021) Problematic integration theory: a systematic review,
Annals of the International Communication Association, 45:4, 234-257, DOI:
10.1080/23808985.2022.2033633

Laura D.Russell and Austin S. Babrow, “Riskin the Making: Narrative, Problematic
Integration, and the Social Construction of Risk,” Communication Theory 21 (2011): 240.

Littlejohn, S.W., Foss, K.A. and (2009). Encyclopedia of communication theory. [online]
Thousand Oaks, Calif.: Sage. Available at:
https://remote-lib.ui.ac.id:2198/reference/communicationtheory [Accessed 13 Sep. 2022].

Littlejohn, S.W., Foss, K.A. (2011). Theories of Human Communication. [online]


ResearchGate. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/331627746_Theories_of_Human_Communication
[Accessed 13 Sep. 2022].

Ohs, J. E., Trees, A. R., & Kurian, N. (2017). Problematic integration and family
communication about decisions at the end of life. Journal of Family Communication, 17(4),
356–371. DOI : 10.1080/5267431.2017.1348947

Whaley, B.B. and Samter, W. eds., (2013). Explaining Communication. [online] Routledge.
doi:10.4324/9781410614308.

Anda mungkin juga menyukai