Oleh Kelompok 7:
Universitas Indonesia
2022
1. PENGEMBANGAN TEORI
Teori Problematic Integration diperkenalkan pada tahun 1992 oleh Austin S. Babrow
pada artikel jurnalnya “Communication and Problematic Integration: Understanding
Diverging Probability and Value, Ambiguity, Ambivalence, and Impossibility,” yang dimuat
pada Jurnal “Communication Theory 2.” Dan Teori Problematic Integration dijelaskan lagi
secara singkat pada buku “Explaining Communication: Contemporary Theories and
Exemplars, ed. Bryan Whaley and Wendy Sampter” di tahun 2006 dan juga pada buku
“Encyclopedia of Communication Theory, vol. 2, ed. Stephen W. Littlejohn and Karen A.
Foss” di tahun 2009.
Dua tujuan lain dari teori ini adalah untuk meningkatkan kecanggihan komunikator
dan memperluas pilihan komunikatif mereka. Hidup seringkali sulit untuk dipahami dan
berbeda dari yang kita inginkan sehingga kita dapat mengatakan bahwa PI ada di mana-mana
dalam pengalaman manusia
Satu tujuan lain dari teori ini dibangun secara langsung adalah adanya kesadaran yang
lebih besar akan keberadaan PI dan wawasan tentang tantangannya menumbuhkan simpati,
empati, dan kasih sayang. Kita menyadari bahwa perjuangan dengan keyakinan dan
keinginan telah menjadi karakteristik manusia sejak manusia muncul sebagai entitas yang
memiliki kesadaran melampaui persepsi indrawi belaka. Perjuangan ini sebagian besar
menentukan kemanusiaan kita, itulah sebabnya kasih sayang adalah nilai dasar dalam begitu
banyak tradisi kebijaksanaan spiritual dan agama yang agung di dunia.
2. PERSPEKTIF
a. Menekankan beragam makna ketidakpastian dan cara khas mereka untuk menantang
makna.
b. Memahami ketidakpastian hanya sebagai salah satu dari beberapa sumber yang dapat
dibedakan tetapi terkait dari makna yang bermasalah.
c. Melampaui biner pencarian informasi/penghindaran informasi yang menjadi ciri teori
ketidakpastian dan manajemen informasi,
d. Memahami ketidakpastian dan bentuk lain dari makna bermasalah sebagai komunikatif
yang berkelanjutan sebagai konstruksi bersama
e. Memeriksa konstruksi komunikatif ini karena mereka menjalin bersama beberapa tingkat
makna, termasuk pemahaman individu, interpersonal, dan sosial dan budaya yang lebih
luas.
Teori Problematic (PI) Integration lahir dari ketidakpuasan dengan teori komunikasi
psikologis berdasarkan model nilai harapan (EV) pengaruh sosial dan perilaku (Babrow,
1992, p 68). Orientasi probabilistik dan evaluatif menentukan bagaimana situasi disonansi
kognitif dikelola, dimana perhatian dipusatkan pada perjuangan dengan ketidakpastian,
harapan dan keinginan yang tidak konsisten (kebahagiaan yang tidak mungkin, kemungkinan
kesedihan), ambivalensi yang menyakitkan, mimpi yang buruk tak dapat terhindarkan.
Tantangan-tantangan ini meresap dalam berkomunikasi tentang topik-topik seperti
ketidakadilan rasial, ekonomi, krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19, krisis perubahan
iklim. Sudah barang tentu topik penting ini memunculkan tantangan komunikasi yang
menyatukan "semua tingkat pengalaman, dari dialog antarpribadi kita yang paling intim
hingga wacana publik kita yang paling luas" (Babrow, 1992, p 97).
Dalam pengalaman ini, keyakinan dan evaluasi diharapkan rapuh dan sangat
dipertahankan (Babrow, 2001), membuat teori makna dan tindakan menjadi kurang relevan
dan membuat prediksi serta pengukuran menjadi sulit jika bukan tidak berarti. Dalam situasi
seperti itu, deskripsi padat tentang makna yang muncul dan terletak adalah pendekatan yang
lebih disukai untuk penyelidikan.
Menurut Griffin (et.al, 2019), teori dengan kategori objektif (yang dipakai untuk
penelitian kuantitatif) dan interpretif (dipakai untuk penelitian kualitatif) mempunyai
perbedaan. Perbedaan ini bisa dilihat dari tujuan teori, nilai-nilai yang terkandung dalam
teori, pandangan mengenai dunia (realitas) hingga pandangan mengenai manusia (human
nature).
A. Pendekatan Kuantitatif
B. Pendekatan Kualitatif
C. Pendekatan Mix Method
Creswell dan Clark (2007) membagi tipe pendekatan campuran menjadi empat desain
utama yaitu triangulation, embedded, explanatory, dan exploratory.
Peneliti menyatukan data kuantitatif dan kualitatif dalam rangka menyediakan analisis
yang komprehensif terhadap permasalahan penelitian. Peneliti biasanya mengumpulkan
data kuantitatif dan kualitatif pada saat yang bersamaan, kemudian mengintegrasikan hasil
informasi yang diperoleh untuk dilakukan interpretasi terhadap keseluruhan hasilnya. Pada
model ini, temuan yang saling berkontradiksi atau tidak sesuai akan dijelaskan atau
diselidiki lebih lanjut.
Kai Kuang & Austin S. Babrow (2021) Problematic integration theory: a systematic
review, Annals of the International Communication Association, 45:4, 234-257, DOI:
10.1080/23808985.2022.2033633.
Didapati pendekatan Mix Method dengan data sampel jurnal a systematic review
dengan jumlah sampel jurnal sebanyak 64 jurnal dan 16 diantaranya menggunakan mix
method.
5. POSITION OF RESEARCHER
Burrell And Morgan (1979) yang dikutip pada Littlejohn (2017) teori sosial ilmiah
dapat dikategorisasikan menjadi rangkaian kesatuan objektif-subjektif. Objektif sendiri
mencoba untuk mengimplementasikan model dan metode yang diambil dari ilmu alam
sampai ilmu manusia dan diperlakukan sebagaimana nyatanya. Sementara subjektif sendiri
menilai bahwa permasalahan manusia tidak semuanya bisa dipahami dengan metode ilmu
ilmiah, melainkan dibutuhkannya pandangan personal untuk melihat suatu kejadian. Disini
dapat dikategorisasikan bahwa yang termasuk dalam ketentuan posisi peneliti melihat secara
objektif adalah pada pendekatan realisme, positivism, determinisme, dan nomothetic.
Sementara pemposisian peneliti secara subjektif diantaranya bisa dilihat pada pendekatan
nominalisme, anti positivisme, voluntarisme, dan ideographic.
Dari penjelasan Burrell And Morgan (1971) mengenai pemposisian peneliti pada
sebuah teori serta dari penjelasan buku Theories of Human Communication yang mengutip
Babrow (1992) bahwa teori PI menggali bagaimana cara individu memandang dan mengelola
suatu masalah ketika ditemukannya ketidaksesuaian antara sikap, kepercayaan, dan nilai
dengan realitas yang terjadi. Maka dapat dilihat bahwa posisi peneliti pada teori PI cenderung
bersifat subjektif.
Teori PI diakui juga bahwa komunikasi adalah sumber dan cara untuk mengatasi
pemahaman suatu masalah. Jika PI diatasi secara baik, diskusi ini akan memperdalam
kedekatan emosional dan kemanusiaan kita. Sedangkan jika PI diatasi secara buruk, maka
akan mengancam identitas dan hubungan antar individu.
6. COMMUNICATION TIER
Dalam pendekatan untuk mengatur atau menyusun sebuah teori, dibutuhkan adanya
tingkatan yang bisa membantu mengklasifikasikan suatu teori. Pada tahun 1995, John Powers
menunjukkan ketertarikannya dalam melihat apa yang membedakan disiplin komunikasi dan
juga perbedaan intelektual dari penelitian berperan dalam konteks komunikasi yang berbeda-
beda. Dalam melakukan ini, Powers membuat sebuah model yang terdiri atas 4 tingkat (tiers).
Setiap tingkat membahas aspek yang berbeda dari setiap bidang. Hasil akhir dari model ini
adalah pengetahuan akan disiplin intelektual komunikasi dan fokus dalam konteksnya.
Teori ini cukup terkait erat dengan tingkatan ketiga yang berpusat pada level, yaitu
menjelaskan lingkup komunikasi (interpersonal, kelompok, dan publik). Banyaknya orang
yang terlibat dalam interaksi menjadi pembeda level komunikasi, begitu juga dengan derajat
formalitas. Problematic Integration Theory sangat penting dalam berbagai lapisan
‘pembuatan arti’ (baik secara individu, interpersonal, organisasi, budaya, masyarakat, dll) dan
teori ini dapat berkembang dalam beragam bentuk dan menciptakan banyak pengertian.
Contohnya adalah studi kasus dari Babrow dan Rose (2014) menggunakan film The Three
Burials of Melquiades Estrada melihat tantangan etis dalam pertemanan yang sebagian besar
interpersonal, tapi juga berkaitan dengan politik. Analisis mereka menyatakan bahwa
integrasi etis dan kemungkinan dalam pertemanan dibentuk oleh faktor sosial dan politik-
ekonomi. Dalam kasus ini, teori PI dapat digunakan untuk melihat hubungan interpersonal
dan juga kelompok pertemanan. Jadi, level yang bisa dianalisis oleh teori PI ini tidak terbatas
pada satu level saja, tetapi PI ini telah digunakan untuk menganalisis fenomena di berbagai
area seperti interpersonal, keluarga, komunikasi organisasi, budaya, public relation,
komunikasi risiko, dan komunikasi etika. Namun, penggunaan teori PI juga sudah banyak
digunakan untuk melihat isu kesehatan.
7. TRADISI
Komunikasi adalah proses yang cukup rumit yang memiliki banyak partikel, variabel,
dan bagian yang harus kita pertimbangkan. Robert Craig mengembangkan sebuah model
yang melabelkan dan memisahkan bidang komunikasi menjadi tujuh tradisi komunikasi.
Craig menyimpulkan bahwa ketujuh tradisi tersebut melihat komunikasi dengan cara yang
berbeda. Tradisi Sibernetik, ini semua tentang proses linier atau tidak linier tetapi tentang
sistem melalui mana kita mengirimkan pesan kita. Tradisi Sosio-Psikologis, berfokus pada
individu dan aspek perilaku dari praktik komunikasinya. Tradisi Sosial Budaya akan
bergantung pada konteksnya dan budaya dan cara bagaimana kita memproduksi budaya ini di
seluruh komunikasi. Tradisi Kritis adalah tentang ideologi dan wacana. Tradisi Retoris adalah
seni berbicara di depan umum. Ini komunikasi adalah seni berbicara di depan umum. Tradisi
Fenomenologis berfokus pada cara bagaimana kami memahami pengalaman orang lain dan
pengalaman praktik komunikasi diri. Tradisi Semiotik, semua tentang ilmu pengetahuan dan
simbol-simbol yang dapat kita dekode atau yang kita akan gagal untuk memecahkan kode.
Secara umum, Teori Problematic Integration (PI) terstimulasi dan distimulasi oleh
interaksi sosial, sehingga teori ini berada di bawah tradisi socio-psychological dan socio-
cultural. Tradisi socio-psychological mencari hubungan sebab-akibat yang dapat
memprediksi hasil dari komunikasi yang terjadi, sedangkan socio-cultural adalah tradisi yang
mempercayai bahwa kenyataan dapat diciptakan dari komunikasi (secara bahasa) yang
terjadi.
Kedua tradisi ini sejalan dengan Teori PI di mana sebuah keyakinan atau kenyataan
dapat disebabkan oleh komunikasi yang terjadi, sehingga melahirkan persepsi dalam masing-
masing individu akan hasil yang diinginkan serta hasil yang diprediksi.
8. ANALYTICAL APPROACH
Teori Problematic Integration (PI) mengidentifikasi dua dimensi yang luas dalam
memahami dunia yaitu orientasi probabilistik dan orientasi evaluatif. Perbedaan antara
keduanya cukup jelas, bahwa apa yang kita yakini (orientasi probabilistik) bukanlah hal yang
sama dengan apa yang kita inginkan untuk terjadi (orientasi evaluatif). Kesulitan dalam
mengintegrasikan antara kedua orientasi itulah yang disebut sebagai problematic integration.
Menurut Babrow (2007), teori PI menjelaskan secara umum adanya empat bentuk
problematic integration yaitu uncertainty, divergence, ambivalence, dan impossibility.
Keempat hal tersebut membentuk suatu pertentangan yang terjadi secara personal antara
kepercayaan dan nilai, yaitu antara “bagaimana kita mempercayai sesuatu akan terjadi”
(sangat mungkin, mungkin, tidak mungkin, sangat tidak mungkin, atau bahkan tidak ada
kejelasan) dan “bagaimana kita menilai terjadinya hal tersebut” (positif, netral, atau negatif).
Unsur personal dan situasional ini lah yang mendorong pendekatan-pendekatan dalam
analisis penelitian tentang komunikasi yang terjadi berkenaan PI masih banyak yang bersifat
subyektif. Dalam melakukan analisa tersebut, dimungkinkan terdapat hal-hal yang tidak
terlihat dan bisa menjadi unseen challenge bagi peneliti.
Namun di sisi lain, temuan-temuan tersebut justru bisa menjadi pembuka jalan bagi
pengembangan teori PI mengingat uncertainty sebagai bentuk utama PI dapat berubah-ubah.
Babrow & Kuang dalam Braithwaite & Schrodt (2022) menyoroti pentingnya untuk tidak
terlalu terpaku pada uncertainty menyelidiki bentuk-bentuk PI lainnya.
Sebagai sebuah teori yang berfokus pada situasi dimana pemaknaan sulit untuk
terbentuk dan dipertahankan, teori PI mengenali bahwa komunikasi dapat menjadi solusi
untuk mengatasinya. Sebagian besar aplikasi PI dilakukan dalam penelitian tentang
komunikasi di bidang kesehatan, karena berkomunikasi tentang masalah kesehatan seringkali
menantang dan komunikasi sendiri dapat berfungsi sebagai sumber terjadinya PI.
Kuang dan Barrow (2021) melakukan sebuah systematic review untuk melihat lebih
dalam konteks-kontes pengaplikasian teori PI, kaitannya dalam kontribusi unik teori PI bagi
perkembangan ilmu komunikasi. Mereka mengumpulkan total 385 abstrak publikasi yang
dinilai berhubungan dengan implementasi teori PI. Dari 385 abstrak tersebut, dikerucutkan
menjadi 158 artikel publikasi yang dinilai memenuhi syarat. Kemudian dilakukan kembali
proses evaluasi berdasarkan adanya duplikasi dan tersortir 54 artikel sebagai sumber
penyusunan systematic review.
Hasil analisis atas 54 artikel tersebut, 27 di antaranya alias 50% merupakan studi yang
terjadi dalam 10 tahun terakhir sehingga cukup berimbang untuk melihat bagaimana aplikasi
teori PI pada tahun-tahun awal teori ini dimunculkan dan perbandingannya dengan aplikasi
pada kondisi terkini. Berdasarkan penggunaan teori, 30 studi melihat cakupan masalah
penelitian hanya berhubungan dengan teori PI saja. Sedangkan sisanya merupakan mixed
dengan beberapa teori lainnya
Konteks yang ada dalam 54 studi dalam artikel-artikel yang diulas oleh Kuang dan
Barrow (2021) cukup beragam, meskipun didominasi oleh konteks di bidang kesehatan, yaitu
sebanyak 40 studi (74.07%). Terdapat variasi topik di bidang kesehatan itu sendiri, seperti
kanker dan penyakit kronis (13 studi), kebidanan dan kandungan (10 studi), geriatric dan end
of life (9 studi), dan topik kesehatan lainnya (8 studi). Di luar bidang kesehatan, konteks
lainnya adalah tentang hubungan pribadi dan sosial (9 studi; 16.67%) dan tentang
permasalahan sosial politik dan lingkungan yang lebih luas (5 studi; 9.26%).
Penggunaan teori PI dalam berbagai konteks yang berbeda ini sebenarnya sejalan
dengan Barrow (1995) yang menyatakan bahwa komunikasi adalah sebuah media sekaligus
sumber terjadinya dilema yang bersifat integratif. Hal ini menjadikan peran komunikasi
cukup dinamis dalam hubungannya terhadap bentuk-bentuk PI dan manifestasinya dalam
masalah pemaknaan. Komunikasi dalam teori PI dapat ditemukan dalam berbagai aplikasi,
meskipun secara teoritis tedapat perbedaan-perbedaan yang saling membayangi satu sama
lain.
Studi ini merupakan salah satu studi terbaru mengenai teori PI, karena baru
dipublikasikan secara daring pada 18 Agustus 2022 lalu. Konteks yang diangkat pun sangat
menarik karena mengkombinasikan dua situasi komunikasi dimana aplikasi teori PI bisa
terjadi menurut Babrow (1992), yaitu kondisi kritis di bidang kesehatan (perawatan EOL/end
of life) dan ketidaksesuaian ras (interaksi antara nakes/tenaga kesehatan non-kulit hitam dan
pasien kulit hitam).
REFERENSI
fifi, W. A., & Robbins, S. (2015). Theory of motivated information management: Struggles
A
with uncertainty and its outcomes. In D. O. Braithwaite & P. Schrodt (Eds.), Engaging
theories in interpersonal communication: Multiple perspectives (2nd ed., pp. 141– 154). Sage
Chatterjee, K., & Kozar, P. (2020). How inter-disciplinary group members manage
communication challenges when providing hos-pice care: An application of problematic
integration theory. Health Communication, 35(5), 637–648. DOI :
10.1080/10410236.2019.1582136
Delaney Amy L & Basinger, Erin (2021) Uncertainty and support-seeking in US-based
online diabetes forums, Journal of Applied Communication Research, DOI:
10.1080/00909882.2020.1851039
Kai Kuang & Austin S. Babrow (2021) Problematic integration theory: a systematic review,
Annals of the International Communication Association, 45:4, 234-257, DOI:
10.1080/23808985.2022.2033633
Laura D.Russell and Austin S. Babrow, “Riskin the Making: Narrative, Problematic
Integration, and the Social Construction of Risk,” Communication Theory 21 (2011): 240.
Littlejohn, S.W., Foss, K.A. and (2009). Encyclopedia of communication theory. [online]
Thousand Oaks, Calif.: Sage. Available at:
https://remote-lib.ui.ac.id:2198/reference/communicationtheory [Accessed 13 Sep. 2022].
Ohs, J. E., Trees, A. R., & Kurian, N. (2017). Problematic integration and family
communication about decisions at the end of life. Journal of Family Communication, 17(4),
356–371. DOI : 10.1080/5267431.2017.1348947
Whaley, B.B. and Samter, W. eds., (2013). Explaining Communication. [online] Routledge.
doi:10.4324/9781410614308.