Anda di halaman 1dari 6

KOMUNIKASI SOSIAL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN

MASYARAKAT ISLAM

Jamaludin Al Afgani

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam - Fakultas Dakwah dan


Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Bandung

E-mail : jamalafgan77@gmail.com
ABSTRAK

Pada kenyataannya, kompleksitas masyarakat terus meningkat. Sementara itu,


interpendensi antarmanusia, antara manusia denga kelompk, serta antara manusia dan
berbagai sector kehidupan, membuat semakin sulit bagi seorang individu bekerja sendiri
untuk mendorong perubahan. Gerakan perubahan dalam masyarakat yang diupayakan
oleh masyarakat sendiri dan diarahkan pada tercapainya kondisi ideal bagi masyarakat
bersangkutan, baik dalam sector social, ekonomi, kesehatan, lingkungan, atau lainnya,
dikenal dengan istilah community development, yang dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan istilah “pengembangan masyarakat”.

Tema yang diangkat dalam community development, tiga tema yang paling utama
adalah self-help, technical assistance, dan konflik. Gagasan dasar self-help adalah
merangsang kesadaran komunitas akan kemampuannya untuk menolong diri sendiri.
Sementara tema technical assistance lebih menekankan proses pembimbingan teknis
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian tema konflik bermaksud
untuk menajamkan perbedaan antara kelompok dalam suatu isu tertentu.
Sehingga, membantu masyarakat atau kelompok untuk mengenal lingkungan dan
menjadikannya sebagai tempat yang nyaman untuk di tinggali.
Komunikasi Sosial sebagai Dasar Pengembangan Masyarakat Islam

Permasalahan yang terjadi dimasyarakat biasanya terjadi karena sesuatu


kesalahpahaman antara satu pihak terhadap pihak yang lain, yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan pendapat dan hal inilah yang sering mengakibatkan
discuilibrium di masyarakat. Kemudian bisa juga terjadi karena ketidaksengajaan
ucapan yang dilontarkan dilakukan tanpa rencana dan merupakan reaksi spontan
yang muncul dari dalam dirinya yang mengakibatkan hal serupa yakni permasalah
social dan perbedaan pendapat di masyarakat.

Salah satu contoh kasus ketidaksengajaan tapi berdampak pada psikologis


dan social masyarakat. Susetyo (dalam Yuli, 2012:16) dalam sebuah cerita “Pak
Robi bercerita tentang berbagai jenis setan di dunia ini. Salah satu jenis setan
tersebut adalah gunderwo. Dengan bercanda dan sekadar untuk menghibur
siswanya, ia menceritakan bahwa genderwo berkulit hitam dan besar. Saat itu,
tatapan mata guru mengarah pada siswanya yang berkulit hitam, siswa lai yang
begitu tertarik terhadap gurunya mengikuti tatapan mata guru tersebut dan
sambil tertawa guru berkata: “wah kalau hitam dan nakal ya seperti gunderwo”.
Apa yang terjadi ? ketika guru tersebut keluar kelas dengan perasaan senang
karena mengajar dengan ceria dan siswanya puas, di ruang kelas terjadi
peristiwa yang kontradiktif. Siswa yang hitam tadi diejek oleh beberapa siswa
sebagai gunderwo. Bagaimanakan perasaan anak yang berkulit hitam
tersebut ?”. Dari cerita diatas apa yang dapat kita ambil pelajarannya adalah
sesuatu yang menurut kita baik tidak selalu dianggap orang baik, dan sesuatu hal
itu bisa mengakibatkan atau membawa petaka bagi orang lain.

Bagi pengembang masyarakat hal seperti itu adala sesuatu yang harus di
jauihi dan dibatasi karena tugas seorang pengembang adalah memberdayakan
bukan menjerumuskan, memberbaiki kondisi hidup bukan memperburuk kondisi
hidup. Agus Ahmad (2017:168) mengatakan bahwa pengembang masyarakat
dapat dimengerti sebagai sekumpulan orang yang mendiami suatu lokalitas,
berinisiatif untuk bersama-sama melakukan suatu proses aksi sosial untuk
mengubah situasi ekonomi, social, budaya dan atau lingkungan mereka.

Dan apa yang harus dilakukan oleh seorang pengembang ? Untuk


memahami dan membatasi perilaku, adalah dengan komunikasi. Komunikasi
menjadi bisa menjadi kunci untuk memahami dan merencanakan apa yang harus
di lakukan karena dengan komunikasi orang menjadi tahu apa yang kita pikirkan
dan kita tahu apa yang orang lain pikirkan. Salah satu kajian dalam komunikasi
yang bertujuan dalam membantu masyarakat juga fasilitator adalah komunikasi
social. Fredian Tonny (2014: 181) mengatakan bahwa Komunikasi social lebih
dikenal dengan istilah “Instrumen komunikasi social” yakni sebuah transmisi
pesan dari satu titik ke titik lainnya dan komunikatorlah dengan isntrumen dan
kemampuannya dapat menjangkau khalayak yang luas dan membuat mereka
berpengalaman, percaya dan melakukan apa yang dia inginkan. Kemudian agar
komunikasi disebut sebagai komunikasi sosial, juga harus mempunyai
kepentingan tertentu, sekurang-kurangya terhadap seorang anggota komunitas dan
kehidupannya.

Komunikasi social menjadi dasar bagi seorang pengembang masyarakat


untuk berhubungan dengan masyarakat, tidak menutup kemungkinan bila
komunikasi sosial ini pula menjadi tema utama dan mendorong atas tiga tema,
Agus Ahmad (2017: 169) Tema yang diangkat dalam community development,
tiga tema yang paling utama adalah self-help, technical assistance, dan konflik.
Gagasan dasar self-help adalah merangsang kesadaran komunitas akan
kemampuannya untuk menolong diri sendiri. Tema dasar relasi antara fasilitator
dan komunitas adalah mitra yang setara. Sementara tema technical assistance
lebih menekankan proses pembimbingan teknis dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tema dasar relasi antara konsultan dan komunitas adalah kepekaran
serta klien, jadi mengacu pada keahlian konsultan. Adapun tema konflik
bermaksud untuk menajamkan perbedaan antara kelompik dalam suatu isu
tertentu. Pihak yang berada pada posisi “merugi” akan memperjuangkan hak-
haknya melalui proses yang terbentang antara negosisasi sampai benturan.
Dengan demikian, komunikasi sosial menjadi dasar untuk mendorong
tema-tema diatas yang nantinya mendukung keseluruhan tema dalam
mengembangkan dan melaksakannya. Giogio Braga (dalam Fredian, 2014: 178)
menyebutkan bahwa komunikasi sosial sebagai “studi tentang proses komunikatif
dalam masyarakat” dimana, menurutnya, mengacu pada masalah semantic
sebagaimana dan disarakan pada sosiologi dimana menempatkan komunikasi
sebagai pusat kehidupan masyarakat. Hal ini bisa menjadi dasar, mengapa
komunikasi bisa menjadi tema utama bagi pengembangan masyarakat, karena
komunikasi adalah pusat kehidupan dan dari komunikasi pula timbul keinginan
atau hasrat untuk melakukan sesuatu. Dalam sebuah pribahasa mengatakan “Malu
bertanya sesat dijalan” sehingga mewajibkan bagi setiap pengembang untuk
berkomunikasi agar menjauhkan diri dari kesalahpahaman seseorang, masyarakat
atau kelompok.

Fredian Tonny (2014: 183) komunikasi sosial sebagai dimensi yang luas
dan dalam dari hubungan antar manusia, menempatkan kemanusiaan ke dalam
saling keterhubungan secara individual dan kolektif.

Maka, keterhubungan inilah yang nantinya memberikan kepahaman


kepada masyarakat tentang nilai dan fungsi dari perbedaan pendapat yang
memunculkan permasalahan di masyarakat. dan membuka mata masyarakat
tentang pentingnya komunikasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga
menuntun masyarakat untuk sama-sama memperbaiki kondisi kehidupan dan
mendamaikan. Bahwa dari komunitas bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa
dan bermanfaat dalam kehidupan.

Rogers dan Kincaid (dalam Fredian, 2014: 183) memandang bahwa


komunikasi lebih sebagai “proses perkembangan dinamis sepanjang waktu”
dimana kemudian mengarahkan pada perspektif relasional atas komunikasi
manusia yang terikat ke dalam jaringan komunkasi masyarakat manusia.
Menyatakan secara lengkap bahwa dari komunikasi yang disebut sebagai
“perkembangan dinamis sepanjang waktu” dapat menjadi acuan bahwa dalam
perkembangan atau dalam memberddayakan masyarakat tidak mesti secara
langsung, tetapi ada tahapan yang harus dilewati dan tahapan itulah yang nantinya
berkembang dan terus berkembang seiring waktu dan secara proses itulah yang
dinamakan mengembangkan masyarakat.

Referensi :

Agus Ahmad Safei. 2017. Sosiologi Islam :Transformasi sosial berbasis tauhid.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Fredian Tonny Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Diterbitkan


atas kerjasama antara Departemen Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Yayasan
Pustaka Obor Idonesia.

Yuli Fajar Susetyo. 2014. Guru Peduli Kesejahteraan Siswa. Dalam buku
Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat.
Yogyakarta : diterbitkan atas kerjasama Fakultas
Psikologi UGM dengan Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai