Anda di halaman 1dari 16

TITIK TEMU ANTARA PEGETAHUAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA

M A K A L AH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Oleh: Muhammad NIM. E 63207003

Dosen Pembimbing:

Drs. Loekisno Cw, M. ag

FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2009

BAB I PENDAHULUAN Konon, orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani yang bernama Theles (kira-kira tahun 624-546 SM). Orang inilah yang gelari bapak filsafat. Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tangungjawab. Dengan akal pikiran ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut sebagai al-kain al-natiq, makhluk yang berbicara dan makhluk yang memiliki nilai luhur. Menurut Al-Aqqad (1973:21), manusia lebih tepat dijuluki makhluk yang berbicara daripada sebagai malaikat yang turun kebumi atau binatang yang berevolusi, sebab manusia lebih mulia dari pada semua itu. Oleh sebab itu, tidak heran pula jika ada yang mengatakan, bahwa manusia adalah pencipta kedua setelah Tuhan.hal ini dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi rasio oleh Tuhan itu mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains danteknologi, sementara malaikat diperintahkan sujud kepada-Nya karena tak mampu bersain secara intelektual. Betapa ilmu itu sangat penting artinya, sehimgga hampir setiap saat manusia tak pernahlepas dari apa yang disebut sebagai aktifitas pencarian ilmu itu. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga sangat tergantung kapada seberapa banyank mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan itu untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Hingga pada akhirnya Tuhan pun mengangkat derajat orang-orang yang ber ilmu ke derajat yang luhur. Apalagi dalam konsep islam terdapat kredo yang menegaskan, bahwa mencari ilmu meninggalkannya. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang pengetahuan agama, pengetahuan fisafat dan pengetahuan ilmu dari sudut tinjau ontologis, epistemologis dan aksiologisnya. Jadi, disini penulis akan menjelaskan titik temu ketiga pengetahuan tersebut tampa menyalahkan diantara satu dengan yang lain. itu suatu kewajiban, ibadah dan berdosa bagi yang

BAB II PENJELASAN

Pengetahuan Filsafat, Ilmu, dan Agama


Tiori pengetahuan Kajian tentang tiori pengetahuan disebut juga dengan epistimologi (Yunani: episcmc = knowletge, pengetahuan + logos = teori). Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1854 oleh J.F.Ferrier yang membuat perbedaan antara dua cabang filsafat yaitu antologi (Yunani: on = being, wujud, apa + logos = tiori) dan epitimologi. Ontologi sering disinonimkan dengan metafisika, meskipun yang disebutkan terakhir ini dapat berarti antologi yang merupakan tiori tentang apa, juga berarti pula epitimologi sebagai tiori pengetahuan. Epistimologi membandingkan kajian siatematik terhadap sifat, sumber dan faliditas pengetahuan. Ia berbeda dengan logika dan psikologi. Logika berkaitan dengan masalah penlara yang benar secara spesifik sedangkan epistimologi menyangkut sifat peanalara, kebenaran dan proses mengetahui itu sendiri. Adapun kajian psikologi adalah kajian deskriptif terhadap perilaku, fenomena dan keinginan, sedngkan epistimologi menyangkut pengetahuan dan apa yang kita sebut denga mengetahui1 Pengetahuan dapat di kelompokkoan dalam dua tiori, Tiori pengetahuan yang bersifat subjektifistik akan memberikan jawaban, Tiak, kita tidak mungkin mengetahui sebuah dunia yang idependem sebagai penyebab dan ide-ide kita. Kita tidak mungkin menemukan hal-hal yang ada dibalik pengalaman dan ide-ide kita, dan kita tidak dapat bercerita tentang pengalaman itu. Sementara tiori pengetahuan yang objektivistik memberikan jawaban, Ya, kita dapat mengetahui sebuah dunia idependen dari suatu benda material (salah satu bentuk dari materialisme dan realisme) atrau dunia ide-ide yang transenden (idialisme platonik).

Milton D. Hunnex, Peta Filsafat, Pendekatan Kronologis Dan Tematis, (Jakarta, PT. Mizan Publika, 2004), hlm 7-8

A.

Pengetahuan Filsafat Masih ada upaya lain untuk menjelaskan apa itu filsafat, yaitu dengen cara

memahami macam-macam pengetahuan manusia. Filsafat adalah salah satu jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat. Akan tetapi, apa itu pengetahuan? Pengetahuan ialah keadaan tahu; pengetahuah ialah semua yang diketahui. Ini bukan definisi pengetahuan tapi sekedar menunjukkan apa kira-kira pengetahuan. Manusia ingin tahu, lantas ia mencari dan memperoleh pengetahuan. Nah, yang diperoleh itunya itulah pengetahuan. Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Seorang ingin mengetahui jika jeruk ditanam, apa buahnya. Ia menanam bibit jeruk,. Ia dapat melihat buahnya adalah jeruk. Pada dasarnya pengetahuan jenis ini yang disebut pengetahuan sains (scientific knowledge). Pengetahuan sains adalah pengetahuah yang logis dan di dukung oleh bukti yang empiris. Namun, pada dasarnya, pengetahuan sains tetaplah suatu pengetahuan yang berdasarkan bukti nyata (bukti empiris).2 Jadi, jelas bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang diperoleh dengan cara berfikir yang logis tentang objek yang abstrak logis. Pengetahuan filsafat objek abstrak tetapi logis, pradikmanya logis, metode rasio, ukuran kebenaran logis atau tidak logis. Salah satu ciri filsafat yang mudah dilihat ialah kebenarannya hanya diukur dengan kelogisan argumennya ia tidak dapat diukur dengan empiris. Dan sering sekali disebutkan bahwa filsafat adalah pemikiran yang mendalam, yang radikal (dari kata radik yang berarti akar), tentang sesuatu. Maka yang dimaksud dengan mendalam atau radikal ialah berpikir tentang sesuatu yang tidak empiris, misalnya tentang Tuhan, tentang adil, berani, penakut, makmur atau tentang hukum yang mengatur jeruk selalu berbuah jeruk. Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Katalain dari fisafat adalah hakikat dan hikmah, jadi kalou ada orang yang mengatakan, apa hikmah dari semua ini?, berarti menncari latar belakang terdalam kejadian sesuatu dengan kajian secara filsafati, yaitu apa, bagai mana dan mengapa sesuatu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan antologi, epistimologi dan aksiologo.3

2 3

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung PT.Remaja Rosdakarya, 1999), hlm 16 Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung PT. Refika Aditama, 2007 ), hlm 1

Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiga penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya, komponen tersebut adalah: antologi, epistimologi dan aksiologi.4 Antologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, epistimologi menjelaskan pertanyan bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa. Antologi merupakan salah satu diantara lapagan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini dalam pikiran Barat sudah menunjukkan munculnya perenungan antologi, sebagaimana Thales ketika ia merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat yang ada (being) itu, yang pada akhirnya ia berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada) itu adalah air. Antologi merupakan azaz dalam menetapkan batas ruang linkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika). Antologi meliputi permasalahan apa hakekat ilmu itu , apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inherem dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagai mana yang ada itu. Paham idialisme atou spiritualisme,. Materialisme, dualisme, pluralisme dan seterusnya merupakan paham antologis yang akan menentukan pendapat dan bahkan keyakinan ketika masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenarandan kenyataan yang hendak dicapai oleh ilmu itu. Objek telaah ontolgi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu,, antologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran ontologi ini adalah apa objek yang ditelaah, bagaimana wujut yang hakiki dari objek tersebut, bagai mana pula objek tersebut dengan daya pikir dan penangkapan manusia.5 Ada beberapa pertanyaan ontologis yang melahirkan aliran-alira dalam filsafat. Misalnya prtanyaan: apa yang ada itu?, Bagaimana yang ada itu?, dan dimanakah yang ada itu?.

4 5

M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, (Jakarta Lintas Pustaka, 2006), hlm 24 Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, hlm 9

Apa yang ada itu? Dalam membari jawaban masalah ini lahir empat aliran filsafat, yaitu: monisme, dualisme, idialisme, dan aknotisme. 1. aliran monisme. Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu hanya satu. Bagi yang berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit, ideal, serba roh, maka dikelompokkan dalam aliran monisme-idealisme. 2. aliran dualisme. Aliran ini menggabungkan antara idialisme dan materialisme dengan mengatakan, bahwa alam wujut ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. 3. aliran pluralisme. Menurt aliran ini manusia adalah makhluk yang tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur subtansi dari segala wujud. 4. aliran aknotisisme. Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat materi mupun hakekat rohani.

Bagai mana yang ada itu? Apakah yang ada itu sesutu yang tetap, abadi atau berubah-ubah? Dalam hal ini Zeno (490_430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu sebenarnya khayalan belaka. Pendapat ini dibantah oleh Berson dan Russel.seperti yang dikatakan oleh Whiteheat, bahwa alam ini dinamis, terusbergerak dan merupakan sturuktur peristiwa yamg mengalir terus secara kreatif. Dimanakah yang ada itu? Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati, uversal, tetap abadi dan abstraknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati, individual, berubah-ubah dan riil.6 Bertitik pangkal dari keakuan manusia pribadi, dengan kepastian mutlak (metafisik) ditemuken suatu dtruktur funda mental dalam kenyataan, yakni: pluralitas subtansi-subtansi atau pengada-pengada (3 macam); setiap pengada memiliki kesendirian

M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, hlm 25-26

bentuk. Setiap pengada merupakan keutuhan tampa perpecahan atau distinsi real intern. Setiap pengada berdikari secara otonom, dengen berbeda dari yang lainnya.7 Epistimologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan. Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang epitimologi: 1. apa sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya sumber pengetahuan yang benar itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?. 2. apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar diluar pikiran kita? Dan kalou ada, apakah kita bisa mengetahuinya? 3. apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dari yang salah?.8 Objek telaah epistimologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagai mana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan yang lain, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal. jadi yang menjadi landasan dalam tataran epistimologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yamg disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral. Epistimologi moral menelaah evaluasi epistemik tentang keputusan moral dan tiori-tiori moral, walaupun hal ini membahas pula meta etik tetapi karena telah mengarah pada makna sesuatu hal, maka dia menjadi kehilangan arah. Untuk ilmu pengetahuan muncul pertanyaan mendasar yaitu, untuk apa penggunaan pengetahuan ilmiah itu, adakah batas wewenang penelitian, kemana perkembangan ilmu itu harus diarahkan, bagaimana mendapatkan pengetahuan dengan biaik benar dan indah, apakah para ilmuan dan para seniman harus selalu menjadi musuh penguasa, dan banyak pertanyaanpertanyaan lain tentang etimologis.9 Epistimologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagai mana cara memperoleh pengetahuan, tatkala manusia baru lahir , ia tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun. Nanti, tatkala ia 40 tahun, pengetahuannya banyak sekali sementara
7 8 9

Anton Bakker, Atologi Metafisika Umum, (Yokyakarta, Kanisius, 2002), hlm41 M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, hlm 28 Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, hlm 10-11

kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagai mana mereka itu masingmasing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat akurasinya? Halhal semacam ini yang dibicarakan dalam epistimologi.10 Namun epitimologi bukan hanya berusaha dengan pernyataan atau pertimbangan, tetapi epistimoplogi bena-benar berusaha dengan pertanyaan mengenai dasar dan pertimbangan. Nilai kebenaran pertimbangan harus diputuskan berdasar evidensi. Dan keterlibatan epistimologis yang sebenarnya adalah dengen persoalan evidensi.11 Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam epistimologi, yaitu rasionalisme dan empirisme, yang ada giliranya muncul beberapa isme lain, misalnya: rasionalisme seterusnya. Rasionalisme adalah suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide, sementara peran indera dinomorduakan.pemikiran para filosuf pada dasarnya tidak lepas dari orientasi ini: rasio dan indera. Dari rasio kemudian melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar antologok dealisme atau spiritualisme; dan dari indra lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar antologik materialisme. kritis (kritisisme), (fenomenalisme), intuisionisme, postifisme dan

B.

Pengetahuan Ilmu Berdasarkan teori helemorfisme Aristoteles, John Locke berpendapat bahwa

sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman empiris. Menurut Locke, ketika manusia dilahirkan di dalam akal nya merupakan sejenis buku catatan yang kosong yang lebih dikenal dengan tiori tabularasa, dan di dalam buku ini lah tercatat pengalamanpengalaman inderawi. Kebenaran yang diperoleh empirisme bersifat korespodensi, hasil hubungan antara subjek dan objekmelalui pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan diuji. Kebenaran didapat dari pengalaman melalui proses induktif, dari suatu benda lalu ditarik kesimpulan. Menurut Locke pengalaman ada dua macam: pengalaman ahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflexion) yang keduanya saling jalin menjalin,

10 11

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, hlm 23 P Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, (Yokyakarta, Kanisius, 1994) hlm 26

karena menurutnya segala sesuatu yang berada diluar dari kita menimbulkan ide-ide dalam diri kita Aksiologis adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umunya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilia parameter begi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukkan kaedah-kaedah apa yang harus kita perhatikan didalam menerapkan ilmu kedalam praksis.12 Objek telaah aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, tujuan pengetahuan dan perkembengannya. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana hubungan kaitan prosedur ilmiah dan mitode ilmiah dengan kaedah moral? Begitupula aksiologi pengembangan seni dengan kaedah moral, sehingga ketika seni tari dangdut Inul Daratista memperlihatkan goyang berang.13 Dalam pendekatan aksiologi ini, Jujun (1986: 6)menyebutkan bahwa, ilmu harus digunakan dan dimamfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Untuk kepentingan manusia tersebut, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti, bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama. Setiap orang berhak memanfatkan ilmu menurut kebutuhannya sesuai dengan komunalisme. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial, seperti: ras, idiologi atau agama. Tidak ada ilmu barat dan ilmu timur. Orang yang tahu sudah barang tentu berbeda dengan orang yang tidak tahu. Ada berapa jenis yang membedakan orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu ; pertama, berdasarkan tingkat pengetahuan orang tersebut, sedangkan kedua, berdasarkan luasnya wilayah jangkauan sesuatu yang perlu diketahui. persetubuhanya diatas

panggung yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman lain menjadi

12 13

M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, hlm 34 Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, hlm 11

Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang dapat dibagi emapt kreteria, yaitu senagai berikut: 1. Orang yang tahu ditahunya, yaitu orang yang sadar bahwa dirinya mengerti dengan begitu yang bersangkutan dengan lapang dada menjelaskan kpada orang lain yang tidak tahu. 2. Orang yang tahu di-tidak tahunya, yaitu orang yang sadarbahwa dirinya tidak mengerti, dengan begitu yang bersangkutan akan belajar agar selanjutnya menjadi tahu. 3. Orang yang tidak tahu ditahunya, yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya sudah cukup banyak pengetahuannya, dengan begitu yang bersangkutan biasanya tidak percaya diri. 4. Orang yang tidak tahu di-tidak tahunya, yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya tidak tahu apa-apa, dengan begitu yang bersangkutan biasanya sombong dan tidak sadar diri. Itulah sebabnya, kemudian lahir berabagai kajian pokok dalam pengetahuan, antara lain ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Antologhi adalah teori tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara antologi adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan refleksi, rasional serta analisis dan sintesis logika. Epistimologi adalah bagaimana sesuatu datang dan bagaimana kita

mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakannya dengan yang lain. Aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri, akhirnya dilihat

perkembangannya. Di dalam pengetahuan inilah dikenal berbagai ilmu, berbagai moral, berbagai seni yang secara keseluruhan disebut logika, etika, dan estetika. Ilmu adalah suatu objek yang memiliki seklompok prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan sistematis dan dialakukan berulangkali, telah teruji kebenarannya. Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis denag menggunakan kekuatan pemikiaran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya.

10

Ilmu adalah setiap kesatuan pengetauan, diamana masing-masing bergantungan satu sama lain yang teratur secara pasti menurut azas-azas tertentu. Dari pendapat tersebut diatas, maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, akan tetapi setiap pengetahuan tidak mesti ilmu, kemudian syarat yang paling penting untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu adalah adanya objek, baik objek materiil atau objek formal. Pengetahuan yang bukan ilmu dapat saja berupa pengetahuan berupa seni dan pengetahuan tentang moral.

C.

Pengetahuan Agama Perdebatan etimologi kata religion tidak bertolak dari pengertian mengenai agama

pada umumnya. Pengertian agama menyangkut dua unsur. Pertama orang membalikkan diri terus menerus dan berkali-kali, mempertimbangkan sesuatu sangat berhati-hati. istimewa dan agung.

Objek yang diperhatikan dalm agama merupakan objek yang

Karena itu objek itu harus diberi perhatiankhusus dan iswtimewa pula. Arti lain adalah bahwa agama memberi indikasi tentang sifat terikat kepada. Dalam hal ini terikat kepada asal usul pertama dan tujuan terakhir. Agma berkaitan dengan masalah hubungan manusia dan dunianya dengan Allah. Segala sesuatu menerima eksistensinya dari Allah karenanya berasal dari Allah. Dalam agama manusia secara keseluruhan berbalik kepada Allah. Agama sering dibedakan menjadi dua macam: agama kodrati natural dan agma wahyu. Agama natural bertumbuh dari kodrat manusia yang rohani dan yang diciptakan. Agama wahyu meperlihatkan dengan jelas bagaimana kehidupan yang relegius bertumbuh dan bekembang. Nilai mutlak itu sering disebut numinous atou yang kudus. Tidak ada alasan pokok untuk menolak alasan ini. Tetapi tidak boleh diartikan bahwa dengan demikian agama adalah sesuatu yang rasional, tetapi yang terpisah sama sekali dari pengetahuan. Tetap ada pengetahuan yang dalam mengalami yang mutlak itu, tetapi bukan pengetahuan yang bersifat dirkursif, atau hasil penalaran melainkan pengetahuan yang bersifat induksif. Agama membutuhkan eksperesi, ungkapan entah dengan kata-kata atau perilaku atau simbol-simbol tertentu. Alasannya, agama adalah untuk manusia yang mempunyai tubuh dan perasaan. Dengan demikian agama menciptakan bagi dirinya sendiri

11

ungkapan-ungkapan yang kelihatan dalam bidang kata-kata,. Perilaku dan simbol-simbol. Karena alasan ini, agama yang murni internal, spritual berlawanan dengan kodrat manusia dan tidak dapat berlangsung lama. Begitu juga hal yang paling lahiriah belaka tampa perasaan-perasaan batin yang terkait memperlihatkan teanda-tanda kematian agama sejati. Disiplin ilmu filsafat agama tidak lain dari analisis filosof yang diterapkan pada data keagamaan. Sebagian filosuf yang disebutkan tadi misalnya Otto, dianngap sebagai filosuf agama, lainnya sebagai tiolog, sejarawan, dan sosiologi. Selain pandangan diatas filosuf agama telah menganalisisbahasa keagamaan.14

14

Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta PT Gramedia, 2002),hlm 12-17

12

BAB II ANALISIS

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan dengan cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat dan langkahlangkah sebagai berikut; perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Terhadap pendidikan filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal mula, eksistensi dan tujuan kehidupan manusia. Tampa filsafat pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya tanpa pendidikan filsafat tetap berada pada topiknya. Dan pada dasarnya semua disiplin ilmu pengetahuan dari tingkat filosofis, teoritis dan sampai pada tingkat praktis diawali, dibimbing dan diakhiri oleh pendidikan. Objek kajian filsafat adalah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan alam, manusia dan Tuhan. Filsafat merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan. Adapun cabang dari filsafat adalah ontologi yang membicarakan tentang wujud hakikat sesuatu objek; epistimologi yang mengkaji tentang metode atau tata cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumbernya; dan aksiologi yang membahas tentang nilai dan kegunaan suatu pengetahuan, dalam arti kebermanfaatannya terhadap kemaslahatan hidup manusia. Ciri-ciri berpikir filsafat adalah radikal, sistematis, universal dan menyeluruh serta bersifat spekulatif dan mendasar dalam mengungkap hakikat suatu kebenaran. Ilmu dalam arti science adalah pengetahuan, yakni pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri dan syarat-syarat tertentu; memiliki objek, metode, sistematika dan tujuan serta kebenarannya dapat dibuktikan secara empirik. Sedangkan pengetahuan dalam arti Knowledge adalah apa yang kita ketahui melalui penginderaan, pengalaman, intuisi,

13

percobaan,

penyuluhan,

pelatihan,

dan

lain-lain.

Sumber pengetahuan

adalah

rasionalisme, empirisme dan intuisis dan wahyu. Sedangkan teori kebenarannya adalah teori koherensi, teori korenpondensi dan teori pragmatis. Adapun metode berpikir ilmiah adalah dengan deduktif dan induktif. Kebenaran ilmu pengetahuan merupakan kebenaran relatif tidak absolut, sehingga memungkinkan manusia mengembangkan daya pikirnya untuk memenuhi hasrat dan naluri

keingintahuannya tentang sesuatu yang diketahuinya sebelumnya. Karena itu, ilmu pengetahuan di samping sebagi hasil produk berpikir, juga sebagai sarana kegiatan pengembangan daya pikir manusia. Agmaa berkaitan dengan masalah hubungan manusia dan dunianya dengan Allah. Segala sesuatu menerima eksistensinya dari Allah karenanya berasal dari Allah. Dalam agama manusia secara keseluruhanberbalik kepada Allah. Agama sering dibedakan menjadi dua macam: agama kodrati, natural dan agma wahyu. Agama natural bertumbuh dari kodray manusia yang rohani dan yang diciptakan. Agama wahyu meperlihatkan dengan jelas bagaimana kehidupan yang relegiusbertumbuh dan bekembang.

14

BAB III SIMPULAN

Filsafat ialah sejenis pengetahuan yang diperoleh dengan cara berfikir yang logis tentang objek yang abstrak logis. Pengetahuan filsafat objek abstrak tetapi logis, pradikmanya logis, metode rasio, ukuran kebenaran logis atau tidak logis. Salah satu ciri filsafat yang mudah dilihat ialah kebenarannya hanya diukur dengan kelogisan argumennya ia tidak dapat diukur dengan empiris. Pengetahuan dapat dikelompokkoan dalam dua tiori, Tiori pengetahuan yang bersifat subjektifistik dan tiori pengetahuan yang objektivistik. Disiplin ilmu filsafat agama tidak lain dari analisis filosof yang diterapkan pada data keagamaan. Agama sering dibedakan menjadi dua macam: agama kodrati, natural dan agma wahyu. Agama natural bertumbuh dari kodrat manusia yang rohani dan yang diciptakan. Agama wahyu meperlihatkan dengan jelas bagaimana kehidupan yang relegiusbertumbuh dan bekembang. Epistemologi membandingkan kajian siatematik terhadap sifat, sumber dan faliditas pengetahuan. Ia berbeda dengan logika dan psikologi. Logika berkaitan dengan masalah penalara yang benar secara spesifik sedangkan epstimologi menyangkut sifat penalaran, kebenaran dan proses mengetahui itu sendiri. Adapun kajian psikologi adalah kajian deskriptif terhadap perilaku, fenomena dan keinginan, sedangkan epistimologi menyangkut pengetahuan dan apa yang kita sebut denga mengetahui. Dengan demikian dalam ketiga-tiga pembahasan antara filsfat, agam, dan ilmu memang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, sebab ketiga-tiganya saling terikat.

15

DAFTARPUSTAKA

Bakker, Anton, Atologi Metafisika Umum, Kanisius, Yokyakarta, 2002 Bagus, Loren, Kamus Filsafat, PT Gramedia, Jakarta, 2002 D. Hunnex ,Milton, Peta Filsafat, Pendekatan Kronologis Dan Tematis, PT. Mizan Publika, Jakarta, Hadi, P Hardono, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Kanisius, Yokyakarta, 1994 Syafiie, Inu Kencana, Pengantar Filsafat, PT. Refika Aditama, Bandung, 2007 Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999 Zainuddin, M, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Lintas Pustaka, Jakarta, 2006

16

Anda mungkin juga menyukai