Anda di halaman 1dari 6

ONTOLOGI ILMU

ABSTRAk
Ontologi merupakan ilmu yang menelaah apa dasar ilmu ataupun wawasan objektif
yang kerap kali dengan cara terkenal oleh banyak orang dengan wawasan, bukti logis
ataupun bukti deduktif serta realitas empiris yang tidak terbebas dari anggapan ilmu
mengenai apa serta bagaimana. Ontologi ilmu menghalangi diri pada ruang kajian
keilmuan yang bisa dipikirkan orang dengan cara logis serta dapat dicermati lewat
panca indera orang. Sedangkan subjek penelaahan yang terletak dalam batasan
prapengalaman. Ontologi merupakan agen dari ilmu metafisika yang berkaitan
dengan dasar hidup mengenai suatu kehadiran yang mencakup kehadiran seluruh
yang terdapat serta yang bisa jadi terdapat. Ontologis dasarnya berdialog mengenai
dasar “yang terdapat “ilmu wawasan, dasar subjek wawasan, serta dasar ikatan
subjek- objek ilmu.

PENDAHULUAN
Istilah metafisik tidak pernah digunakan oleh Aristoteles. Metafisika
dinamakan filsafat pertama oleh Aristoteles. Realitas, kualitas, kesempurnaan, dan
yang ada merupakan filsafat pertama artinya filsafat yang bersangkutan dengan sebab
terdalam dan unsur abstrak tertinggi dari segala sesuatu Karya-karya Aristoteles
dikumpulkan rapi di perpustakaannya. Perpustakaan Aristoteles tersebut diwariskan
kepada muridnya bernama Teofratos. Teofratos mewariskan perpustakaannya kepada
Neleo. Karya-karya Aristoteles oleh raja-raja dari Pergamon dan Alexandria pernah
disembunyikan. Pada tahun 100 SM buku-buku Aristoteles diketemukan oleh
Appelicone dan semuanya dibawa ke Athena. Pada tahun 86 SM semua karya
Aristoteles dibawa ke Roma dirawat oleh Andronikos dari Rodos. Andronikos
menyusun dan mengelompokkan karya-karya Aristoteles tersebut. Andronikos
mengelompokkan lebih dahulu karya-karya Aristoteles mengenai fisika.1

1
Rusli Malli, Landasan Ontologi Ilmu Pengetahuan, TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 4,
No. 1, 2019, hlm. 87.
Pada abad ke-17 melalui pengaruh seorang ilmuwan bernama Christian Wolff
metafisika menjadi populer dan mulai diperhitungkan sebagai bidang keilmuan.
Wolff membagi Metafisika ke dalam Metafisika umum dan Metafisika khusus.2
Obyek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada suatu perwujudan
tertentu, ontology membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inri yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya. Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam filsafat, seperti filsafat
manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian disusunlah
uraian ontology. Maka ontologi sangat sulit difahami jika terlepas dari bagian-bagian
dan bidang filsafat lainnya. Dan ontology adalah bidang filsafat yang paling sukar.3

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi Secara Umum
Secara bahasa, ontologi berawal dari Bahasa Yunani yang asal tuturnya
merupakan “Ontos “serta “Logos”. Ontos merupakan “yang terdapat “sebaliknya
Logos merupakan “ilmu”. Sederhananya, ontologi ialah ilmu yang berdialog
mengenai yang terdapat. Dengan cara sebutan, ontologi merupakan agen dari ilmu
metafisika yang berkaitan dengan dasar hidup mengenai cakupan kehadiran
seluruh yang terdapat serta yang bisa mungkin terdapat.4
Tutur ilmu itu sendiri berawal dari Bahasa Arab ialah dari asal tutur Alima
yang maksudnya “wawasan”. Dalam Bahasa Indonesia, Ilmu diketahui dengan
sebutan Science yang berarti “wawasan”. Jadi, ilmu merupakan wawasan.
Ontologi ialah the theory of being qua being (filosofi mengenai kehadiran
selaku kehadiran). Ontology merupakan ilmu yang mangulas mengenai dasar yang
ada, ialah ultimate reality bagus yang berupa jasmani (konkret) maupun rohani
(abstrak). filsafat ilmu pengetahun ontology mangulas mengenai yang terdapat,

2
Rusli Malli, hlm. 88.
3
Bahrum, Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi, Sulesana, Vol. 8, No. 2, 2013, hlm 36-37.
4
Ermida dan Erdimen, Ontologi Ilmu Pengetahuan, Journal on Education, Vol. 06, No. 01, hlm. 3307.
yang tidak terikat oleh satu konkretisasi khusus, umum dan berupaya mencari inti
yang ada dalam tiap realitas.5

B. Bagian-Bagian Ontologi
Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakekat kebenaran
dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari
pandangan tentang apa dan bagaiman yang ada (being) itu.
Paham idealisme atau spiritualisme, materialisme, dualisme, pluralisme dan
seterusnya merupakan paham ontologis yang akan menentukan pendapat dan
bahkan keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenaran dan
kenyataan yang hendak dicapai oleh ilmu itu.6
Louis O. Kattsoff (1987 : 192) membagi ontologi dalam tiga bagian: ontologi
bersahaja, ontologi kuantitatif dan kualitatif, serta ontologi monistik. Dikatakan
ontologi bersahaja sebab segala sesuatu dipandang dalam keadaan sewajarnya dan
apa adanya. Dikatakan ontologi kuantitatif karena dipertanyakannya mengenai
tunggal atau jamaknya dan dikatakan ontologi kualitatif juga berangkat dari
pertanyaan: apakah yang merupakan jenis kenyataan itu. Sedangkan ontologi
monistik adalah jika dikatakan bahwa kenyataan itu tunggal adanya;
keanekaragaman, perbedaan dan perubahan dianggap semu belaka. Pada
gilirannya ontologi monistik
melahirkan monisme atau idealisme dan materialisme
Ada beberapa pertanyaan ontologis yang melahirkan aliran-aliran dalam
filsafat. Misalnya pertanyaan: Apakah yang ada itu? (what is being?),
bagaimanakah yang ada itu (how is being?) dan di manakah yang ada itu? (where
is being?). A. Apakah yang ada itu (what is being ?) Dalam memberikan jawaban
masalah ini lahir empat aliran filsafat, yaitu: monisme, dualisme, idealisme dan
agnotisme.

5
Ermida & Erdimen.
6
Lihat Zainudin, Ontologi, Gema Media Informasi dan Kebijakan Kampus, 2013.
1. Aliran monisme. Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu hanya satu. Bagi
yang berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit, ideal, serba roh, maka
dikelompokkan dalam aliran monisme-idealisme. Plato adalah tokoh filosuf
yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam
ide merupakan kenyataan yang sebenarnya.
2. Aliran dualisme. Aliran ini menggabungkan antara idealisme dan materialisme
dengan mengatakan, bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai
sumber, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Descartes bisa digolongkan
dalam aliran ini
3. Aliran pluralisme. Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah dan
udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud.
4. Aliran pluralisme. Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah dan
udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud.7
Bagaimanakah yang ada itu? (how is being ?) Apakah yang ada itu sebagai
sesuatu yang tetap, abadi atau berubah-ubah? Dalam hal ini Zeno (490-430 SM)
menyatakan, bahwa sesuatu itu sebenarnya khayalan belaka (Kattsoff, 1987:246).
Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan Russel. Seperti yang dikatakan oleh
Whitehead, bahwa alam ini dinamis, terus bergerak dan merupakan struktur
peristiwa yang mengalir terus secara kreatif. Di manakah yang ada itu? (where
is being ?). Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi
kudrati, universal, tetap abadi dan abstrak. Sementara aliran materilaisme
berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati, individual,
berubah-ubah dan riil. Dalam hal ini Kattsoff memberikan banyak term dasar
mengenai bidang ontologi, misalnya: yang ada (being), kenyataan (reality),

7
https://uin-malang.ac.id/r/131101/ontologi.html#:~:text=Louis%20O.,keadaan%20sewajarnya
%20dan%20apa%20adanya.
eksistensi (existence) perubahan (change), tunggal (one), dan jamak (many).
Semua istilah tersebut dijabarkan secara rinci oleh Kattsoff (lihat Kattsoff, 1987:
194). Secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah-daerah yang berbeda dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek
penalaahan yang berada dalam batas pra-pengalaman (seperti penciptaan manusia)
dan pasca-pengalaman (seperti penciptaan surga dan neraka) diserahkan ilmu
kepada pengetahuan lain (agama). Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan
dari sekian banyak pengetauhan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-
batas ontologi tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang
bersifat impiris ini adalah merupakan konsistensi pada asas epistemologi keilmuan
yang mensyaratkan adanya verifikasi secara empiris dalam proses penyusunan
peryataan yang benar secara ilmiah.8

C. Cara Berfikir Ontologis dalam Ilmu Pengetahuan


Salah satu agen metafisika merupakan ontologi, yang bersumber di Yunani.
Kehadiran suatu yang konkrit diulas dalam buatan Thales, Plato, serta Aristoteles
merupakan pengarang Yunani yang mempunyai perspektif ontologis. Misalnya,
Thales yakin kalau air merupakan “zat terdalam “serta pangkal seluruh suatu
sehabis merenungkan kehadiran air di mana- mana. Ia mengarahkan kalau air
merupakan pangkal dari seluruh kehidupan, namun yang sangat berarti untuk kita
merupakan keyakinannya kalau “amat bisa jadi keseluruh kehidupan berawal dari
satu materi."9
Pemikiran ontologi kepada berasumsi kritis dalam ilmu difokuskan pada
pengembangan keahlian buat menganalisa artikel dengan cara kritis untuk
meningkatkan suatu aksi. Sehingga terdapat keinginan untuk meningkatkan tata
cara ontologis yang bisa jadi bermanfaat buat kurikulum pembelajaran. Ontologi

8
https://uin-malang.ac.id/r/131101/ontologi.html#:~:text=Louis%20O.,keadaan%20sewajarnya
%20dan%20apa%20adanya.
9
Ermida dan Erdimen, 3309.
kritis wajib dikira bukan saja selaku filosofi, ajaran, ataupun apalagi berkas
wawasan permanen yang terhimpun; namun wajib dimengerti selaku tindakan,
etos, kehidupan filosofis di mana kritik mengenai siapa kita dikala yang serupa
merupakan analisa historis mengenai batas yang dikenakan pada kita serta
penelitian dengan mungkin melampauinya. Bagi Foucault, tujuan dari ontologi
kritis merupakan buat mempersoalkan diri lewat analisa historis dari batas- batas
yang dikenakan pada kita. Suatu ontologi kritis berupaya buat menganalisa
sebagian jenis pandangan, sebagian institusi serta sebagian imperatif adat yang
diresmikan selaku bukti, serta buat menyelidiki apa yang dikategorikan selaku
yang berdaulat. Butler melukiskan tipe pelacakan ontologis ini mengajukan
“persoalan mengenai batasan metode yang sangat pasti buat mengetahui".10

KESIMPULAN
Ontologis dasarnya berdialog mengenai dasar “yang terdapat “ilmu wawasan,
dasar subjek wawasan, serta dasar ikatan subjek- objek ilmu. Gimana ilmu wawasan
ditinjau dengan cara ontologi hingga pembahasannya merupakan ontologi
melaksanakan pengecekan, melaksanakan analisa kepada ilmu wawasan bersumber
pada apakah ilmu wawasan itu betul- betul terdapat ataupun tidak terdapat. Penafsiran
sangat biasa pada ontology bagian dari aspek metafisika yang berupaya mencari dasar
dari suatu. Penafsiran jadi meluas serta dikaji dengan cara tertentu bagi lingkup
cabang-cabang keilmuan tertentu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan leih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan
sumber-sumber yang lebih banyak menjelaskan pokok pembahasannya.

10
Ermida dan Erdimen,

Anda mungkin juga menyukai