ONTOLOGI
OLEH :
INDAH LANOVIA FARKHANI
165129100
A. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato dan Aristoteles. Pada masanya,
kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan.
Thales terkenals ebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi segala yang ada
dan yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya bukan
kenyataan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan
apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran
suatu fakta.
Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu
yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada
(Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobiah) maupun metafisik (ma bada
al-Thobiah).
Sedangkan Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas
segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti
hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang
kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-
pandangan pokok pemikiran, seperti: Monoisme, dualisme, pluralisme,
nikhilisme, dan agnotisime.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan bidang kajian Ontologi?
2. Apa saja macam-macam Aliran-aliran Ontologi?
3. Apa yang menjadi Aspek dan manfaat Ontologi?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan bidang kajian Ontologi
2. Menjelaskan Aliran-aliran Ontologi
3. Menerangkan Aspek dan Manfaat Ontogi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Ontologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan mengalami
dinamika dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan
ilmu-ilmu yang lain, yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi
suatu disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian
itu ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori
nilai (aksiologi). (Cecep Sumarna, 2006:47)
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk
menjawab apa yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy
dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory
of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). (Amsal
Bakhtiar, 2007:132)
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang ada. (Jujun S.
Suriasumantri, 1985:5)
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
- Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat
yang ada.
- Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan Kenyataan yang asas, baik yang berbentuk
jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.
C. Aliran-aliran Ontologi
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi
ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1) Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal
itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa
sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini
sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati
merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah
materi/alam, sedangkan jiwa/ruh tidak berdiri sendiri. Anaximander
(585-525 SM). Dia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara
dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan.
Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori
Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan
yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan.
Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom.
Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini
merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan
amat halus. Atom-atom inilah yang merupkan asal kejadian
alam. (Jujun S. Suriasumantri, 1996:64)
2) Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. (Amsal Bakhtiar, 2007:138) Aliran ini menganggap bahwa
dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran
ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam
ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-
bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik
akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran
sejati. (Cecep Sumarna, 2006:48)
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato
(428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di
dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam
nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari
alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu. (Harun Nasution, 1982:53) juga Aristoteles, George
Barkeley, Immanuel Kant, Fichte, Hegel dan Schelling.
2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda
dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas
dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya
menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan
istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini
tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations
de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan
metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan
Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de
Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716
M). (Amsal Bakhtiar, 2007:142)
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak
ada. Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno,
tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi
tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis, Kedua,
bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu
dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia
dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), dengan pendapatnya bahwa dunia
terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Ia dilahirkan di Rocken,
Prusia dari keluarga pendeta.
5. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme
berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown.
A artinya not, Gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan
adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
seperti Filsafat Eksistensinya Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang
terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme yang
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum,
tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat
dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin
Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada
itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya
sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang
mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya
manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi,
agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap
kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun
ruhani. (Amsal Bakhtiar, 2007:148)
D. ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan
tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup
penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan
pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya
diuraikan/ditelaah secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung
uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di
mana saja.
Adapun wujud yang hakiki dari obyek ilmu kebidanan adalah sebagai
berikut:
1.Wanita
Wanita adalah mahluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh
dan unik , mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Wanita/ibu adalah penerus generasi
keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan
rohani serta social sangat diperlukan.Wanita/Ibu adalah pendidik pertama
dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh
keberadaan dan kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga.
2.Reproduksi
Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk
mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat
pembuahan, melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik
kulminasi berupa persalinan, maka lahirlah insan yang menjadi generasi
penerus.
3.Keluarga
Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan
juga individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang tinggal
dibawah satu atap. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau
daerah membentuk masyarakat. Kumpulan dari masyarakat Indonesia
terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.Masyarakat terbentuk
karena adanya interaksi antar manusia dan budaya dalam lingkungan yang
bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisasi.
4.Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, unik itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan
pelayanan yang berkualitas............................................................................
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa
ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi
membicarakan tentang hakikat tentang segala sesuatu. Hakikat disini berarti
kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang fatamorgana).
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran,
yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme.
Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu
hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun rohani
(spirit, ruh). Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda
terdiri dari dua hakikat (hakikat materi dan rohani, hakikat benda dan ruh,
hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa
segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak
mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham
yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat
benda.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran
dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas
dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada itu. Adapun
monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya menentukan
pendapat dan kenyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang
ada itu (whats being).
DAFTAR PUSTAKA