Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUMANIORA

ONTOLOGI

OLEH :
INDAH LANOVIA FARKHANI
165129100

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK


FAK U LTAS I LM U K E S E H ATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato dan Aristoteles. Pada masanya,
kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan.
Thales terkenals ebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi segala yang ada
dan yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya bukan
kenyataan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan
apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran
suatu fakta.
Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu
yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada
(Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobiah) maupun metafisik (ma bada
al-Thobiah).
Sedangkan Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas
segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti
hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang
kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-
pandangan pokok pemikiran, seperti: Monoisme, dualisme, pluralisme,
nikhilisme, dan agnotisime.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan bidang kajian Ontologi?
2. Apa saja macam-macam Aliran-aliran Ontologi?
3. Apa yang menjadi Aspek dan manfaat Ontologi?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan bidang kajian Ontologi
2. Menjelaskan Aliran-aliran Ontologi
3. Menerangkan Aspek dan Manfaat Ontogi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Ontologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan mengalami
dinamika dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan
ilmu-ilmu yang lain, yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi
suatu disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian
itu ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori
nilai (aksiologi). (Cecep Sumarna, 2006:47)
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk
menjawab apa yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy
dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The Theory
of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). (Amsal
Bakhtiar, 2007:132)
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang ada. (Jujun S.
Suriasumantri, 1985:5)
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
- Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat
yang ada.
- Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan Kenyataan yang asas, baik yang berbentuk
jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.

B. Bidang Kajian Ontologi


Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M yang menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis.
Dalam perkembangannya, Christian Wolff (1679 1754 M) membagi
metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Sedang
metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.
(Amsal Bahtiar, 2004:135). Objek kajian ontologi adalah hakikat seluruh
kenyataan. Yang nantinya, objek ini melahirkan pandangan-pandangan (point
of view)/aliran-aliran pemikiran dalam kajian ontologi antara
lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, danAgnotisisme.

C. Aliran-aliran Ontologi
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi
ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1) Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal
itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa
sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini
sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati
merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah
materi/alam, sedangkan jiwa/ruh tidak berdiri sendiri. Anaximander
(585-525 SM). Dia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara
dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan.
Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori
Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan
yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan.
Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom.
Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini
merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan
amat halus. Atom-atom inilah yang merupkan asal kejadian
alam. (Jujun S. Suriasumantri, 1996:64)
2) Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. (Amsal Bakhtiar, 2007:138) Aliran ini menganggap bahwa
dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran
ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam
ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-
bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik
akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran
sejati. (Cecep Sumarna, 2006:48)
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato
(428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di
dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam
nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari
alam ide itu. Jadi, idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu. (Harun Nasution, 1982:53) juga Aristoteles, George
Barkeley, Immanuel Kant, Fichte, Hegel dan Schelling.
2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda
dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas
dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya
menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap
sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan
istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini
tercantum dalam bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations
de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan
metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan
Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de
Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716
M). (Amsal Bakhtiar, 2007:142)
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur.

Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan
terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara.

Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M)


yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam
bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada
kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang
berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar
sebelumnya dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.

4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak
ada. Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno,
tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi
tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis, Kedua,
bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu
dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia
dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), dengan pendapatnya bahwa dunia
terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Ia dilahirkan di Rocken,
Prusia dari keluarga pendeta.
5. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme
berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown.
A artinya not, Gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan
adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
seperti Filsafat Eksistensinya Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang
terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme yang
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum,
tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat
dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin
Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada
itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya
sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang
mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya
manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi,
agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap
kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun
ruhani. (Amsal Bakhtiar, 2007:148)

D. ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan
tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup
penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan
pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya
diuraikan/ditelaah secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung
uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di
mana saja.

Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika


Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b. Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya
kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c. Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika
saling bertautan dan tidak bertentangan
d. Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan
logis
e. Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara
multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f. Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma Universal; ilmu
matematika kebenarannya berlaku secara umum dan dimana saja. (Ani,
2011)

E. MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI


Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai
beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan
sistem pemikiran yang ada.
2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan
eksistensi.

Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah


keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika. (Farina Anis, 2007)
BAB 3
PEMBAHASAN

A. Landasan Ontologi Ilmu Kebidanan................................................................


Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri memerlukan
pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan berpedoman kepada
filsafat ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan spesifikasi
pengetahuan yang berdimensi dan besifat ilmiah. Ilmu kebidanan mempunyai
beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi baik obyek forma maupun obyek
materia yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Obyek materia Ilmu Kebidanan.....................................................................
Obyek materia ilmu kebidanan adalah substansi dari obyek penelaahan
dalam lingkup tertentu. Objek materia dalam disiplin keilmuan kebidanan
adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak dibawah lima tahuan (balita)
dan wanita secara utuh (holistik) dalam siklus kehidupannya (kanak-
kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa lansia dini dan lansia
lanjut) terutama dalam masa reproduksi pada masa pra konsepsi, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas/masa menyusui dan bayi baru
lahir.
2. Obyek forma Ilmu Kebidanan........................................................................
Obyek forma ilmu kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada
obyek penelaahan dalam batas atau ruang lingkup tertenu. Obyek forma
dari disiplin keilmuan kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan
reproduksi yaitu kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya
termasuk upaya keamanan dan kesejahteraan ibu dan janinnya pada pra
konsepsi masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas/masa menyusui,
sehingga tercapai kondisi yang sejahtera pada ibu dan janinnya dan
selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara optimal.

Dengan demikian kajian ilmu kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan


konsep dasar tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas,
berdimensi dan bersifat ilmiah. Secara umum berdasarkan fikiran dasar
obyek forma dan obyek materia dalam mengisi kerangka konseptual ilmu
kebidanan, maka ilmu kebidanan ini dapat menerima dan menerapkan
unsur pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang lain sesuai dengan
kebutuhan ilmu kebidanan itu sendiri, maka disusunlah tubuh pengetahuan
kebidanan (Body of midwifery knowledge) yang dikelompokan menjadi
empat, yaitu :................................................................................................
1. Ilmu Dasar..................................................................................................
a.Anatomi
b.Psikologi
c.Mikrobiologi dan para sitologi................................................................
d.Patofisiologi
e.Fisika
f.Biokimia
2. Ilmu sosial..................................................................................................
a.Pancasila dan Wawasan Nusantara........................................................
b.Bahasa Indonesia....................................................................................
c.Bahasa Inggris........................................................................................
d.Sosiologi
e.Antropologi
f.Psikologi
g.Administrasi dan Kepemimpinan...........................................................
h.Ilmu Komunikasi....................................................................................
i.Humaniora
j.Pendidikan (Prinsip Belajar dan Mengajar)............................................
3. Ilmu terapan..............................................................................................
a.Kedokteran
b.Farmakologi
c.Epidemiologi
d.Statistik
e.Tenik Kesehatan Dasar (TKD)/Keperawatan Dasar...............................
f.Paradigma Sehat......................................................................................
g.Ilmu Gizi.................................................................................................
h.Hukum Kesehatan...................................................................................
i.Kesehatan Masyarakat.............................................................................
j.Metode Riset............................................................................................
4. Ilmu Kebidanan.........................................................................................
a. Dasar-dasar kebidanan (Perkembangan kebidanan, registrasi dan
..........organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)..................................
b. Teori dan model konseptual kebidanan.............................................
c. Siklus Kehidupan Wanita..................................................................
d. Etika dan Etiket Kebidanan............................................................
e. Pengantar Kebidanan Profesional (Konsep kebidanan, Definisi dan
..........lingkup kebidanan, dan manajemen kebidanan)..................................
f. Teknik dan Prosedur Kebidanan....................................................
g. Asuhan Kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan
..........siklus kehidupan manusia dan wanita).................................................
h. Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan..........................................
i. Legislasi Kebidanan..........................................................................
j. Praktek Klinik Kebidanan.............................................................

Adapun wujud yang hakiki dari obyek ilmu kebidanan adalah sebagai
berikut:
1.Wanita
Wanita adalah mahluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh
dan unik , mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Wanita/ibu adalah penerus generasi
keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan
rohani serta social sangat diperlukan.Wanita/Ibu adalah pendidik pertama
dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh
keberadaan dan kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga.
2.Reproduksi
Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk
mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat
pembuahan, melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik
kulminasi berupa persalinan, maka lahirlah insan yang menjadi generasi
penerus.
3.Keluarga
Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan
juga individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang tinggal
dibawah satu atap. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau
daerah membentuk masyarakat. Kumpulan dari masyarakat Indonesia
terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.Masyarakat terbentuk
karena adanya interaksi antar manusia dan budaya dalam lingkungan yang
bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisasi.
4.Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, unik itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan
pelayanan yang berkualitas............................................................................

Sebagai Bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila,


seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam
dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk biopsikososialkultural dan
spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh
dan tidak ada individu yang sama. Manusia terdiri dari pria dan wanita
yang kemudian kedua jenis individu itu berpasangan menikah membentuk
keluarga dan mempunyai anak.......................................................................

Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan menusia
dan perbedaan budaya.Setiap individu berhak untuk menentukan nasib
sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan disegala
aspek pemeliharaan kesehatannya..................................................................

Untuk dapat tercapainya keamanan dan kesejahteraan bagi ibu dengan


janinnya dapat dikembangkan prinsip dari kebidanan dalam pemberian
asuhannya. Pelayanan bidan di Indonesia berdasarkan konsep yang
menjelaskan proses asuhan kebidanan sebagai berikut
a. Tindakan kebidanan yang tepat dan aman,yaitu semua tindakan yang
diberikan oleh bidan untuk ibu/wanita, bayi dan keluarga terhadap hal-hal
yang dapat merugikan kesehatannya..............................................................
b. Memberi kepuasan klien adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan
keadaan permasalahannya dan hasil yang dicapai dari tindakan tersebut.
c. Menghargai derajat manusia dan haknya untuk dapat mengambil
keputusan sendiri, yaitu:tindakan yang dilakukan mennjukan sikap bahwa
bidan dihargai ibu/wanita sebagai individu yang mandiri dan mendukung
hak dan tanggung jawab untuk ikut menentukan atau mengambil
keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dirinya dan asuhan yang
diberikan.
d. Menghargai perbedaan sosial budaya seseorang yaitu tindakan dan sikap
yang menunjukan pengertian bahwa individu dan keadaan kesehatan dapat
dipengaruhi oleh adat kebiasaan dan perilaku keluarga atau lingkungan.
e. Kontak keluarga adalah tindakan/asuhan yang diberikan dengan
mengikutsertakan keluarga sebagai komponen penting dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas serta meningkatkan secara optimal
kesehatan keluarga sesuai keinginan ibu maupun keluarga.
f. Peningkatan kesehatan adalah tindakan yang mendukung prilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan ibu/wanita sepanjang siklus kehidupannya,
terutama berkaitan dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas yang
normal
g. Mengikutsertakan masyarakat dalam hal ini kelompok ibu-ibu.Dengan
mengerakan peranserta masyarakat adalah upaya menyadarkan
masyarakat, agar masyarakat dapat mengerti dalam memecahkan masalah
kesehatannya sendiri terutama yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas dalam mencapai kesehatan reproduksi menuju
tercapainya NKKBS.
BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa
ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi
membicarakan tentang hakikat tentang segala sesuatu. Hakikat disini berarti
kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang fatamorgana).
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran,
yaitu monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme.
Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu
hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun rohani
(spirit, ruh). Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda
terdiri dari dua hakikat (hakikat materi dan rohani, hakikat benda dan ruh,
hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa
segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak
mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham
yang mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakikat
benda.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran
dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas
dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada itu. Adapun
monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya menentukan
pendapat dan kenyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang
ada itu (whats being).
DAFTAR PUSTAKA

Ani. 2011. Aspek Ontologi dalam Filsafat Ilmu.


(http://bermenschool.wordpress.com/)
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta
Farina Anis. Ontologi Islam. 2007.
(http://permenungan.multiply.com)
Nasution, Harun, Filsafat Agama. Jakarta
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai.
Suriasumantri, Jujun S. Pengantar Ilmu dalam Perspektif.

Anda mungkin juga menyukai