Anda di halaman 1dari 12

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Filsafat
Ilmu, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah 2, Semester ganjil, Fakultas
Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

A.Anisa Salsabila Dwi Maharani S. (742342021060)

Andi Ratu Felisyah Amin (742342021051)

Valentina putri anansyah (742342021050)

Muh. iksan (742342021054)

DOSEN PEMBIMBING :

A.Sultan Sulfian, M.H.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmarullaah wa barakaatuh.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah


melimpahkan hidayah, taufik, dan inayah nya kepada kita semua. Karena berkat
rahmat dan hidayah nya itulah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Ontologi, Epistemologi, Aksiologi Ilmu Pengetahuan ini. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat ilmu.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok


atau bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas
bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang
membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan
dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan .
Dengan makalah ini penulis akan memeparkan apa pengertian dari ontologi,
epistemologi, dan aksiologi Ilmu pengetahuan tersebut.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis mendapat


bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan
pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak


kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Bone, 23 November 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Ontologi 3
B. Epistemologi 5
C. Aksiologi 7

BAB III PENUTUP 8

A. Simpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang


terapan untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan
cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada tindakan yang
telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan pengarahan
tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang
mungkin ada baik bersifat abstrak ataupun reel meliputi Tuhan,
manusia dan alam semesta. Sehingga untuk faham betul semua masalah
filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita
hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok
atau bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang
membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori
hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang
melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas
tentang guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga cabang
tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas
ruang lingkup dan pembahasannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,
hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana kita
bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas
tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan
hubungannya dengan daya . pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai

1
2

membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi,


tujuan d a n perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu Ontologi ?


2. Apa itu Epistemologi ?
3. Apa itu Aksiologi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Ontologi


2. Untuk mengetahui apa itu Epistemologi
3. Untuk mengetahui apa itu Aksiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi

a) Pengertian ontologi

Ontologis merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Kajian tersebut mrmbahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah
Thales, Plato, dan Aristeles. Thales ,misalnya, melalui perenungannya terhadap
air yang terdapat di mana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan
“substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting
bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan bahwa air itulah
asal mula segala sesuatu, melainkan pendirian-pendiriannya bahwa “mungkin
sekali segala sesuatu berasal dari satu subtansi belaka.

Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu: On/Ontos=


ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada. Adapun
menurut istilah ontology adalah ilmu yang membaas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Adapun pengertian paling umum pada ontology adalah bagian dari
bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu.

b. Istilah-istilah dalam ontology

Diantara istilah-istilah terpenting yang terdapat dalam bidang antologi


ialah: yang ada(being), kenyataan atau realitas (reality), eksitensi(existence),
tunggal(one), dan jamak(many). Istilah-istilah ini akan dibahas, terutama ketika
dikaitkan dengan sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah tadi.1

1
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004, h. 185-186.

3
4

c. karakteristik Ontologi

1. Ontologi adalah kajian tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri
esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang
paling abstrak.
2. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur
realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-
kategori seperti ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau
penampakan,esensi atau eksitensi, kesempurnaan, ruang, dan waktu,
perubahan dan sebagainya.
3. Ontologi adala cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat terakir
yang ada, yang satu, yang yang absolut, bentuk abadi, sempurna, dan
keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepadanya.
4. Cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau
semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya.2

d. Aliran-aliran dalam ontologi

1. Monoisme, Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu adalah satu saja, tidak mungkin dua.
2. Paralelisme/Dualisme, Paham ini merupakan kebalikan dari paham
monoisme. Kalau monoisme menyatakan bahwa hakikat yang ada itu
adalah satu, maka paham paralelisme/dualisme menyatakan bahwa
hakikat yang ada itu ada dua.
3. Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan.
4. Naturalisme, paham ini menolak “yang ada” yang supranatural, menolak
yang mental, dan menolak universal platonik.
5. Materialisme, menurut aliran ini yang terdalam adalah materi.
6. Idealisme, adalah satu aliran yang berpandangan bahwa hakikat kenyataan
yang beraneka ragam itu semua berasal dari roh atau sejenis dengannya,
yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruang.
2
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2005, h. 111.
5

7. Agnostisime, adalah suatu pandangan filosofi bahwa suatu nilai


kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan
teologi, metafisika, keberadaan tuhan, dewa,dan lainnya yang tidak dapat
diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas.
8. Hylomorphisme, paham hylomorphisme ditengahkan pertama kali oleh
Aristoles dalam bukunya De Anima.
9. Nihilisme berasal dari bahasa latin yaitu nihil atau nothing atau tidak ada.

B. Epistemologi
a) Persoalan epistemologis

Ilmu pengetahuan selalu menaungi manusia pada umumnya. Sejak duduk


di bangku sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi, baik pendidikan
formal maupun nonformal setiap manusia pasti pernah menyerap ilmu
pengetahuan, baik tidak di ajarkan maupun diajarkan, baik disadari maupun
tidak disadari. Inilah yang disebut oleh Aristoteles sebagai kodrat manusia
yang selalu ingin tahu.3 Keingintahuan manusia bahkan tidak pernah
mengenal titik terminasi. Bagaimanapun bentuk pengetahuan tentang realitas,
manusia tetap tidak akan puas. Jika pada suatu saat manusia mengetahui
tentang sesuatu, maka segera akan muncul keinginan untuk melampaui
pengetahuan sebelumnya.
Pertanyaan sederhana dapat diajukan, mengapa manusia merasa tidak puas
dalam ketahuannya itu ? pertanyaan ini dapat dirujuk kepada sifat realitas
alam itu sendiri. Di hadapan manusia realitas alam itu sendiri. Di hadapan
manusia realitas alam menyajikan dua aspek, yaitu aspek statis dan dinamis.
Pada satu sisi lain tampak adanya perubahan-perubahan. Adanya ketegangan
antara kedua aspek inilah , kata Koentjaraningrat, yang menggerakkan
manusia untuk selalu ingin tahu.
Berbeda dengan Koentjaraningrat, Verhaak, melihat dua unsur penting
dalam diri manusia sama dengan realitas alam, sedangkan unsur rohani dapat
membuat manusia mengatasi dunia sekitar serta dirinya sendiri sebagai
jasmani. Unsur rohani inilah yang menyebabkan manusia ingin tahu, ingin
mengenal dan dikenal. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dimana alam
dipandang sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dinikmati semaksimal
mungkin. Sehingga keingintahuan dalam diri manusia terkait dengan

3
C. Verhaak dan R. Haryono imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gramedia, 1997, h. 4.
6

fenomena dan realitas alam sesungguhnya merupakan fitrah yang menjadi


motivasi untuk terus mencari ilmu pengetahuan.
Persoalannya sekarang, bagaimana cara dan dari mana manusia
memperoleh pengetahuan ? metode apa saja yang digunakan dalam
memahami ilmu pengetahuan ? lalu apakah kaitan antara pengetahuan dan
kepercayaan ? inilah pertanyaan pertanyaan penting yang akan diurai berikut
ini dengan konsep epistemologi.
Istilah epistemologi dipopulerkan oleh J. F. Ferrier dalam karyanya
“institute of metaphysics” di mana ia membagi filsafat menjadi dua bagian;
metafisika dan epistemology. Dalam sejarah pemikiran Barat, tidak kurang
dari 20 abad lamanya para filsuf tak henti-hentinya memikirkan tentang
realitas, mulai dari Thales sampai Khun. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dengan seabreg problem yang mengitarinya selama itu pula
berbagai temuan mewarnai percaturan duna, mulai dari “arche’-nya filsuf pra-
Socrates, definisi Socrates, idealisme Plato, hyle-morfisisme Aristoteles,
emanasi Plotinus hingga persoalan teologi para filsuf Abad Pertengahan.
Temuan-temuan ini telah mendorong filsuf Barat modern, Rene Descartes
(1596-1650) untuk memikirkan “bagaimana manusia mendapatkan
pengetahuan?” atau “bagaimana para filsuf itu sampai pada kesimpulan?” 4
inilah yang dimaksud dengan persoalan-persoalan epistemologis.

b) Perkembangan Pemikiran Epistemologi

1. Pemikiran Epistemologi era yunani


Para filsuf pra-socratik tidak memberikan perhatian pada cabang
filsafat ini sebab mereka memusatkan perhatian pada alam, dan
kemungkinan perubahannya, sehingga mereka kerab dijuluki filsuf alam.
Mereka mengandaikan begitu saja, bahwa pengetahuan mengenai itu
mungkin, meski beberapa diantara mereka menyarankan bahwa
pengetahuan tentang struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari
sumber-sumber tertentu, ketinmbang sumber-sumber lain.
2. Pemikiran epistemologi era modern
Pemikiran epistemologi yang dibangun aristoteles yang notabene
paling matang pada zaman nya kemudian disempurnakan oleh para filsuf
muslim, filsuf renaisans dan para filsuf modern. Metode empirisme yang
dibangun aristoteles, misalnya, dikembangkan oleh Francis Bacon
menjadi metode induksi dan sistematisasi prosedur ilmiah.
3. Pemikiran epistemologi era kontenporer

4
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Jogjakarta: Belukar, 2004 h. 16-17.
7

Selanjutnya, kemunculan ilmu pengetahuan biologi (yang


mengelaborasi gejala kehidupan material) dan fisika (yang mengelaborasi
benda-benda mati) sebagai implikasi pola positifistik augeste comte yang
diterapkan pada ilmu ilmu alam, yang kemudian disusun oleh program
riset ilmiah ala Lakatos, ternyata tidak serta merta memberikan kepuasan
bagi para ilmuan, sosiolog, dan filsuf dalam mengembangkan
pengetahuan.

C. Aksiologi

Aksiologi merupakan bagian dari pembahasan filsafat ilmu. Aksiologi


berasal dari axio (Yunani) yang berarti nilai, dan logos berarti theory. Secara
sederhana aksiologi dipahami sebagai teori tentang nilai. Menurut Jujun S.
Suriasumantri aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.5

Bramel, membagi aksiologi kedalam tiga bagian, pertama, moral conduct,


yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika;
kedua, esthetuc ekspression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan
keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang
akan melahirkan sosiopolitik.

Pandangan lain tentang aksiologi disamakan dengan value dan volution,


dengan tiga bentuk berikut. Pertama, nilai digunakan sebagai kata benda
abstrak seperti baik, menarik dan bagus; kedua, nilai sebagai kata benda
konkret, seperti kata nilai dipakai merujuk kepada sesuatu yang bernilai; dan
ketiga, nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi nilai, memberi nilai
dan dinlai, yang juga bisa berarti menghargai, dihargai, dan memberi harga.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, aksiologi


merupakan filsafat tentang nilai. Nilai adalah sesuatu pertimbangan yang akan
diberikan manusia terhadap sesuatu yang dinilai. Adapun teori nilai dalam
filsafat mengacu kepada etika dan estetika.

5
Jujun S. Suriasumantri, Pengantar Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003, h. 234
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan  merupakan cabang dari filsafat yang bersifat khusus. Filsafat


pendidikan dapat di artikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Pendidikan bertujuan menyiapakan pribadi dalam keseimbanagan dan
kesatuan guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.Objek dalam Filsafat Ilmu
Pendidikan dapat di bedakan menjadi 3 macam yaitu, Ontologi adalah ilmu
pendidikan yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi ilmu
pendidikan. Epistimologi adalah ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat
objek formal dan material ilmu pendidikan. Dan yang terakhir adalah Aksiologi
yaitu ilmu pendidikan  yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis ilmu pendidikan.

B. Saran

Setelah memahami isi dari makalah diatas kami sebagai penulis maupun
penyusun makalah ini agar kiranya kita dapat mengambil pelajaran mengenai
ontologi, epistemologi, dan aksiologi tersebut.

Selain itu kami sebagai penulis maupun penyusun makalah ini, tak lupuk dari
kesalahan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
pembuatan makalah kedepannya lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/45348998/MAKALAH-ONTOLOGI-
EPISTEMOLOGI-DAN-AKSIOLOGIdocx/
Nunu Burhanuddin.2018.Filsafat Ilmu.Jakarta Timur: Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai