Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Moralitas Ilmu Pengetahuan


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu

Dosen Pembimbing:
Moh. Ali Anwar, S.Hum, M.Ag

Disusun Oleh:
Faza Laelatul Iqfina
Seftalia Ma'rifah

PRODI
AKHWAL AL - SYAKHSHIYAH
FAKUKTAS
SYARIAH UNIVERSITAS WAHIDIYAH
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

................................................. Puji Syukur alhamdulillhi robbil alamin kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas limp
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya. Sholawat beserta Salam yang seindah-indahnya dan setepat-tepatnya
mudah-mudahan tercurahkan kepangkuan beliau Rosulullah SAW. Salam ikroman wata’dhiman
wamahabbtan yang tulus kepangkuan Ghoutsu Hadzaz Zaman RA, khususnya do’a restu dari beliau
Hadrotul Mukarrom Kyai Abdul Madjid Ali Fikri RA. Pengasuh PerjuanganWahidiyah dan Pondok
Pesantren Kedunglo AlMunadhdhoroh. Sehingga kami mampu menyelesaikan makalah sebagai tugas
harian presentasi mata kuliah filsafat ilmu tentang moralitas ilmu pengetahuan.

................................................. Disamping itu semua kami sadar masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah i
mohon agar Ibu Dosen mau memberikan kritik dan sarannya agar kedepannya mampu membuat makalah
dengan benar. Yang terakhir kami harap makalah ini mampu memberikan manfaat kepada teman-teman
dan semoga dapat membuat kita semakin paham materi tentang moralitas ilmu pengetahuan.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang membacanya dan juga dapat
berguna bagi kami pribadi. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata dalam penulisan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Tanggung jawab ilmuwan.......................................................................3
B. Ilmu bebas nilai atau tidak ......................................................................4
C. Moralitas ilmu pengetahuan ...................................................................5

BAB III PENUTUP........................................................................................8


A. Kesimpulan.............................................................................................8
B. Saran .......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang kimia, fisika dan biologi membawa manfaat yang banyak bagi kehidupan
manusia. Namun disamping manfaat positif muncul pula penyalagunaan kemajuan ilmu kimia, fisika
dan biologi sehingga menimbulkan malapetaka. Perang Dunia I yang menghadirkan bom biologis
dan Perang Dunia II memunculkan bom atom merupakan dampak negatif penyalagunaan ilmu dan
teknologi.
...................................................Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapka
masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa
pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang
ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan
tanggung jawab moral.
Singkatnya dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini
masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Jelaslah kiranya seorang
ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya karena dia mempunyai fungsi
tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya pada
penelahaan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk
keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan tekhnologi yang bersifat merusak, para ilmuwan
terbagi kedalam dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat
netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Golongan kedua sebaliknya
berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan,
sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan ilmuwan harus
berlandaskan asas-asas moral.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab ilmuwan?


2. Apakah ilmu bebas nilai atau tidak?
3. Bagaimana moralitas ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui tanggung jawab ilmuwan


2. Untuk mengetahui ilmu bebas nilai atau tidak
3. Untuk mengetahui moralitas ilmu pengetahuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Ilmuwan

Aholiab Watloly (2001: 207-221) telah meletakkan berbagai prinsip dasar dalam hal
memahami tanggungjawab pengetahuan dan keilmuan. Istilah tanggung jawab, secara
etimologis menunjuk pada dua sikap dasar ilmu dan ilmuwan, yaitu; tanggung dan jawab.
Ilmu dan ilmuan, termasuk lembaga keilmuan, dalam hal ini, wajib menanggung dan wajib
menjawab setiap hal yang diakibatkan oleh ilmu itu sendiri maupun permasalahan-
permasalahan yang tidak disebabkan olehnya.

Berbicara mengenai tanggung jawab keilmuan, adalah sesuatu hal yang secara tidak
langsung mengenai tanggung jawab manusia, dalam hal ini, ilmuwan yang; mencari,
mempraktikkan, dan menerapkan, atau menggunakan ilmu atau pengetahuan tersebut dalam
kehidupan

Tanggung jawab keilmuan menyangkut, baik masa lalu, masa kini, maupun masa
depan. Alasannya, karena penanganan ilmu atas realitas selalu cenderung berat sebelah.
Kenyataan tersebut telah banyak berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan kosmos
(alam) seperti; pembasmian kimiawi dari hama tanaman, sistem pengairan, keseimbangan
jumlah penduduk, dan sebaginya. Juga, hal itu menyangkut gangguan terhadap tatanan sosial
dan keseimbangan sosial. Tanggung jawab keilmuan mana didasarkan pada kesadaran bahwa
ilmu selalu merupakan sesuatu yang sifatnya masih belum rampung.

Salah satu ciri pokok dari tanggung jawab keilmuan itu adalah sifat keterbatasan.
Tanggung jawab keilmuan memiliki sifat keterbatasan.

Bentuk-bentuk Tanggung jawab Keilmuan

1. Tanggung jawab sosial. Ilmu bukan saja bersifat sosial, tetapi membutuhkan
tanggungjawab sosial, Ilmuwan, dengan latar belakang pengetahuannya yang cukup,
harus bertanggung jawab untuk menyampaikan ilmu atau pengetahuannya secara

3
proporsional kepada masyarakat dalam bahasa yang dapat mereka terima. Tanggung
jawab sosial keilmuan tersebut adalah penting, baik dalam rangka mengusahakan
kebenaran ilmu maupun baik dari segi untung -rugi, baik-buruk, dan lain sebagainya.
Dengannya, dapat dimungkinkan penyelesaian yang obyektif terhadap setiap
permasalahan sosial yang terjadi. Ilmu dan ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial,
bukan sekedar karena ilmuan adalah anggota masyarakat dan terlibat langsung dalam
kepentingan sosial kemasyarakatan, tetapi ilmu secara hakiki memiliki fungsi tertentu
dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.
2. Tanggung jawab keteladanan. Ilmu dan ilmuwan bukan saja mengandaikan kebenaran
keilmuan sebatas sebuah jalan pemikiran dengan pesona logika dan ketajaman
analisisnya, namun juga bertanggung jawab menunjukkan atau mempraktikkan
kebenaran keilmuannya di dalam kehidupan sosialnya yang luas dan mendalam. Ilmu
bukan hanya menyajikan sebuah kebenaran informasi, namun memberikan
keteladanan hidup yang ditunjukkan oleh ilmuwannya.
3. Sikap tanpa pamrih
Sikap tanpa pamrih, berhubungan dengan kepentingan hati nurani manusia dalam
tugas keilmuan.
4. Tanggung jawab profesional. Tugas keilmuan menghimbau pada sebuah tanggung
jawab professional yang memadai. Tanggungjawab profesional keilmuan
mengandaikan bahwa seorang ilmuwan harus menjadi ahli dan terampil dalam
bidangnya, jadi bukan sekedar hobi. Tanggung jawab professional keilmuan mengacu
pada bidang keilmuan yang digeluti sebagai panggilan tugas pokok atau profesi
keilmuannya.

B. Ilmu bebas nilai atau tidak


Rasioamal ilmu terjadi sejak rene Descartes bersikap sepkeptis sebagai metode yang
meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang sedang ragu-ragu. Sikap ini masih berlanjut
pada masa aufklarung, suatu era yang merupakan usaha manusia untuk mencapai
pemahaman rasional tentang dirinya dan alam.

4
Persoalanya ilmu berkembang dengan pesat apakah bebas nilai atau justru tidak bebas
nilai. Bebas nilai yang dimaksut Josep Situmorang (1996) bebas nilai artinya tuntutan setiap
kegiatan ilmiah atas didasarkan pada hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
menolak campur tangan factor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu
pengethuan itu sendiri.

1. Ilmu Bebas Nilai


Minimal sebagai tiga factor sebagai indicator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu
a) ilmu harus bebas dari factor eksternal seperti factor politis, ideologis, agama, budaya,
dan unsur kemasyarakatan lainya .
b) perlunya kebebasan ilmiah, yang mendorong terjadinya otonomi ilmu pengaetahuan.
Kebebasan itu menyangkut kemungkinan untuk menentukan diri sendiri.
c) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan dari etis (yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
2. Terikat Nilai

Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai, ilmu yang terikat nilai (value bond) memandang
bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangan dengan
mempertimbangkan aspek nilai dan terutama nilai.Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin
bisa terlepas dari nilai-nilai, lepas dari kepentingan-kepentingan baik politis, ekonomis,
religius, ekologis, dan lain-lain sebagainya.Dalam pandangan terikat nilai ini kata “nilai”
juga memiliki makna yang lebih luas.

C. Moralitas ilmu pengetahuan

Manusia sebagai manipulator dan articulator dalam mengambil manfaat dalam ilmu
pengetahuan. Dalam psigkologi, dikenal konsep diri dan freud menyebut sebagai “id”, “ego”
dan “super ego”. Ketika manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis,
mereka dapat saja hanya mefungsikan “id” nya, seingga dapat dipastikan bahwa manfaat
pengetahuan diaarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Misalnya dalam pertarungan antara id
dan ego, dimana ego kalah sementara superego tidak berfungsi optimal, maka tentu atau juga
nafsu angkara murka yang mengendalikan tidak manusia mejatuhkan pilihan dalam

5
memanfaatkan ilmu pengetahuan amatlah nihil kebaikan yang diperolehmanusia,atau malah
mungkin kehancuran. Kisah dua kali perang dunia, kerusakan lingkungan, penipisan lapisan
ozon, adalah pilihan “id” dari kepribadian manusia yang mengalahkan “ego” maupun “super
ego”nya.
Etika adalah pembahasan mengenai baik, buruk, semestinya, benar, dan salah. Yang
paling menonjol tentang baik dan kuwajiban .keduanya bertalian denga hati nurani. Bernaung
dibahwa filasafat moral (Herman Soerwardi 1999). Etika merupakan tatanan konsep yang
melahirkan kuwajiban itu, dengan argument bahwa sesuatu tidak dijalankan berarti akan
mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika adalah
seperangkat kewajiban tentang kebaikan yang melaksanakanya tidak ditunjuk. Exekutornya
menjadi jelas ketika sang subjek berhadap opsi baik atau buruk yang baik itulah kuwajiban
executor dalam kehidupan ini.
Ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan
ilmu pengetahuan tersebut di dalam masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya. Adalah sangat bijaksana apabila manusia-manusia di muka bumi ini dapat
memanfaatkan ilmunya untuk memperlajari berbagai gejala atau peristiwa yang menurut
anggapannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan
hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang asasi, dan semua orang akan menyambut
gembira bila ilmu pengetahuan ini benar-benar dimanfaatkan bagi kemaslahatan manusia
Ilmu pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. Ilmu pengetahuan yang dikendalikan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral
telah membawa maut dan penderitaan yang begitu dahsyat kepada umat manusia, sehingga
manusia di dunia ini tetap mendambakan perdamaian abadi dengan penemuan-penemuan
ilmu yang modern dan canggih ini. Descartes menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
merupakan serba budi; Immanuel Kant menyatakan ilmu pengetahuan merupakan persatuan
antara budi dan pengalaman. Ilmu pengetahuan selain tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran juga harus mengandung nilai etis atau moral, dikatakan
beretis atau bermoral adalah harus mengandung nilai yang bermakna dan berarti, berguna
bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan bukan saja mengandung kebenaran-kebenaran
tapi juga kebaikan-kebaikan

6
Teknologi yang merupakan konsep ilmiah yang menjelma dalam bentuk konkret telah
mengalihkan ilmu dari tahap kontemplasi ke manipulasi. Dalam tahap manipulasi ini masalah
moral muncul kembali berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Dihadapkan
dengan masalah moral, ilmuwan terbagi menjadi dua.
Golongan pertama menginginkan ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
secara ontologis maupun secara aksiologis.
Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai
hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan
pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan
manusia atau sebaliknya dapat pula disalahgunakan seperti nuklir. Tanggung jawab para
ilmuan sangat berat karena hasil karyanya untuk kemaslahatan manusia.
Para ilmuan harus mengetahui bahwa ilmu itu bebas nilai atau ada tergantungan nilai
sehingga bisa diterapkan sesuai hakekatnya Dalam menggunakan ilmu pengetahuan,
seharusnya melihat berbagai aspek. Baik dari segi norma, sosial, dan kegunaan dari ilmu
Karena hasil dari ilmu, pasti akan berdampak besar dengan yang lainnya. tersebut. Sehingga
ilmu itu harus terikat nilai. Karena perlu di perhatikan faktor sebab dan akibat dalam
penggunaan ilmu pengetahuan. Dan juga subyek dan obyek ilmu sendiri adalah manusia,
sehingga karena manusia memiliki tatanan nilai lainnya, tentunya akan mempengaruhi dalam
penggunaan ilmu.
Kekuasaan ilmu mengharuskan seorang ilmuan memiliki landasan moral yang kuat,
memegang idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuannya.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Saya banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ermi Suhasti Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta Prajnya Medi 2013)

8
Drs. Rizal mustansir Filsafat Ilmu (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2012)
A.G.M Ilmu van Melsen Pengetahuan dan Tnggung Jawab Kita 1992 Jakarta Gramedia
Pustaka Utama.
Abu Alimahdi Ilmu Sosial Dasar (Jakarta Rineka Cipta )
Jujun S.Sumantri Ilmu dalam Persfektif. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai