Anda di halaman 1dari 23

STUDY FIQIH DENGAN PENDEKATAN ANTROPOLOGIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Metologi Study Fiqih

Dosen Pengampu : DR. H. MOH SHOLIHUDDIN, M.PD.I.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Ilman Najib [ 2110110012 ]


2. Mahmudatul Maula [2110110024 ]
3. Dwi Wahyu Putri [ 2110110025 ]

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai . Tidak lupa kami
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari – hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 28 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI … …………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 2
C. Tujuan Pembahasan……………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Antropologi………………………… 4


B. Menjelaskan Tentang Pendekatan Antropologis ……… 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………. 6
B. Saran ……………………………………………………… 7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna jika
dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya, karena manusia terdiri
dari unsur jasmani dan unsur rohani, yang keduanya merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan, keduanya saling menunjang dalam
kehidupan. Di sisi lain, manusia adalah makhluk individu  dan juga
sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk, kedudukan manusia sebagai
hamba/pengabdi dan juga sebagai khalifah di muka bumi.
Dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman :
Allah menegaskan bahwa : “Wahai manusia ! sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal…” [[1]]
Merujuk pada ayat ini, bahwa Allah menciptakan manusia dengan
berbagai bangsa dan suku agar manusia saling mengenal antara yang satu
dengan yang lain. Menurut pendapat kami, yang dimaksud saling
mengenal di sini bukan sekedar mengetahui asal seseorang dari bangsa
dan suku mana, tetapi lebih jauh dari itu adalah mempelajari dan
memahami keragamannya baik berupa sejarah, budaya, pola sikap dan
tingkah laku maupun praktik keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari
di mana manusia itu berada.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa
sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam adalah
bagaimana memahami manusia.Persoalan-persoalan yang dialami
manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya.
Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah
pergumulan keagamaannya, karena berbagai aspek kehidupan manusia
tidak terlepas dari agama.
Praktik keberagamaan dalam kehidupan umat Islam beraneka
ragam tergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, misalnya
mazhab yang dianutnya atau pola hidup keberagamaan kaum muslim pun
ada yang berbeda sesuai dengan kecenderungan pada organisasi-
organisasi Islam tertentu. Ada pula yang praktek keberagamaannya
terpengaruh dengan budaya lokal tertentu, sehingga budaya dikaitkan
dengan ajaran agama.Jadi mempelajari manusia berarti tidak terlepas dari
mempelajari budaya dan praktek keberagamaannya.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam
sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena
realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang
mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari
keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan
agama.Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami
Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami
Islam yang telah dipraktikkan dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan pokok yang perlu diuraikan dalam pembahasan
ini antara lain :
1. Apakah antropologi dan pendekatan antropologi itu?
2. Apa saja obyek kajian dalam pendekatan antropologi?
3. Bagaimakah cara kerja pendekatan antropologi dalam studi Islam?
4. Apakah pengaruh antara pendekatan antropologi dalam studi Islam
terhadap pembaharuan dalam Islam?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui arti antropologi dan pendekatan antropologi.
2. Untuk mengetahui obyek kajian dalam pendekatan antropologi.
3. Untuk mengetahui cara kerja pendekatan antropologi dalam studi
Islam.
4. Untuk mengetahui pengaruh antara pendekatan dalam studi Islam
terhadap pembaharuan dalam Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi dan Pedekatan dalam Studi Fiqih


1. pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti
"manusia", dan logos yang berarti ilmu. [[2]]Kata antropologi
dalam bahasa Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan
sebagai the social science that studies the origins and social
relationships of human beings atau the science of the structure and
functions of the human body.[[3]]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
antropologi adalah ilmu tentang manusia khususnya tentang asal
usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaannya
pada masa lampau, ilmu tentang organisme manusia dan tentang
manusia sebagai obyek sejarah alam.[[4]]
Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari
aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan.[[5]]
Menurut Akbar S. Ahmad (dalam Hasan Baharun, Akmal
Mundiri, dkk), antropologi adalah sebuah ilmu yang didasarkan
atas observasi yang luas tentang kebudayaan, menggunakan data
yang terkumpul, dengan menetralkan nilai, analisis yang tenang
(tidak memihak).[[6]]
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan suatu pengertian bahwa antropologi adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman
fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-
nilai) yang dihasilkannya, sehingga di antara satu manusia dengan
yang lainnya berbeda-beda.
2. Pengertian pendekatan antropologi Dalam Studi Islam
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah
pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang
atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi
perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna
metodologi juga mencakup berbagai tekhnik yang digunakan
untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuai dengan
cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. Dengan
demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya
diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu
permasalahan yang menjadi perhatian, tetapi juga mencakup
pengertian, metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang
sesuai dengan pendekatan tersebut.
Menurut Abudin Nata, “Pendekatan antropologis dalam
memahami agama dapat di artikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui
pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dangan masalah-
masalah yang di hadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara
yangdi gunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat
suatu masalah di gunakan pula untuk memahami agama”.[[7]]
Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Islam tidak hanya
diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga untuk umatnya
(manusia). Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami
serta dilaksanakan oleh umat manusia, maka dalam
penyampaiannya harus menggunakan pendekatan atau metodologi
yang sesuai dan tepat. Jika tidak, maka dikhawatirkan dalam
waktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya saja. Hal ini
perlu disadari oleh para ilmuwan muslim. Dan karena agama itu
sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan
antropologi sangat penting untuk diterapkan didalam studi Islam.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut
pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang
menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai
hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan
antropologi dalam studi Islam adalah suatu cara pandang yang
mendalam dan proporsional praktik keberagamaan kaum muslim
sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik,
ekonomi, sosial dan pengaruh fakto-faktor lainnya dalam
kehidupan.

B. Obyek Kajian Dalam Pendekatan Antropologi


Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah dkk.mengemukakan
bahwa secara umum obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi
dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia
sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga
cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski antropologi fisik
menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang
manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi
pekerjaan para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan kerangka
yang diperlukan oleh antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan
tanpa manusia.[[8]]
Sedangkan menurut Atho Mudzhar, ada lima fenomena agama
yang dapat dikaji melalui antropologi, [[9]] yaitu:
1. Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan
dan waris.
4. Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul
dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis,
Gereja Protestan, Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi,
karena kelima obyek tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran
dan kreasi manusia.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jika
ditinjau dari pengertian antropologi secara umum, obyek kajian dalam
antropologi mencakup 2 (dua) hal yaitu :
a. Keanekaragaman bentuk fisik manusia.
b. Keanekaragaman budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta,
karsa dan rasa manusia.
Sedangkan secara khusus pengkajian antropologi dalam studi Islam,
maka obyek kajian antropologi meliputi lima hal yaitu :
a. Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
Pada bagian ini antropologi mengkaji bagaimana cara
pandang penganut agama terhadap al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai naskah atau sumber ajaran agama Islam yang dianutnya,
serta bagaimana cara menfsirkan isi ajaran tersebut dan
diimplementasikan dalam kehidupannya.
b. Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
Terhadap penganut, pemimpin atau pemuka agama,
antropologi mengamati, mengkaji dn meneliti sikap, perilaku dan
penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya serta pengaruh
sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya, bahkan
sampai pada pengaruh faktor geografis dalam pengamalan ajaran
yang dianutnya.
c. Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan
dan waris.
Dalam beragama ibadah-ibadah ritual merupakan suatu hal
yang sangat sakral, terjaga dan terpelihara, namun hal tersebut
tidak terlepas dari  pengaruh budaya dan aspek-aspek kehidupan
manusia lainnya dan hal tersebut menyatu dan berlangsung dalam
kehidupan manusia.
d. Alat-alat seperti masjid,  peci dan semacamnya.
Alat-alat seperti masjid, tasbih, sorban, peci dan lainnya
merupakan symbol atau lambang dalam kehidupan keberagamaan,
dan hal inipun tidak terlepas dari pengaruh berbagai aspek
kehidupan manusia di mana ia berada.
e. Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul
dan berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah,
Persis,  Syi’ah dan lain-lain.
Organisasi sebagai wadah berhimpunnya para penganut,
tokoh atau pemuka agama yang terkotak-kotak sesuai dengan
isme-isme yang dianutnya serta sikap dan perilaku kelompok
menjadi suatu budaya dan bahkan menjadi suatu kekuatan dalam
kehidupan keberagamaan dan kemasyarakatan .
Bustanuddin Agus mengemukakan bahwa, Jika budaya tersebut
dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari adalah agama
sebagai fenomena budaya, bukan ajaran agama yang datang dari
Allah. Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan
segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan
kepada yang sakral, [[10]] 
Menurut pendapat tersebut, bahwa praktik yang nyata dalam
kehidupan yang dimaksud adalah praktik keberagamaan, bukan
agama.Artinya bahwa praktik dalam keseharian kehidupan manusia
adalah telah adanya pengaruh budaya, social, ekonomi, politik, sejarah
dan keadaan geografis terhadap ajaran agama dalam kehidupan, dan hal
tersebut itulah merupakan obyek kajian pendekatan antropologi.

C. Cara Kerja  Pendekatan antropologi dalam studi Agama (Islam)


Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan
sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud
praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat
dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya
menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa
cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam
melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama.
Antropologi lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan
sifatnya partisipatif.Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang
sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana
digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang
induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada,
atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari
kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak
sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih
ekonomi yang menggunakan model-model matematis, banyak juga
memberi sumbangan kepada penelitian historis.
Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-
pendekatan lain. Para peneliti antropologi harus melakukan atau
menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus menimbulkan
pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang
spesifik, dan mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula.
Antropologi dapat dianggap sebagai ilmu keragaman manusia, dalam
tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan demikian, antropologi
agama akan menjadi penyelidikan scientific keragaman agama
manusia.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia,
menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi
mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat
memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan
pendekatan yang holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman
tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu
yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan
berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa
sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam adalah
bagaimana memahami manusia.Karena manusialah sebagai pelaku
dalam keberagamaan dan kebudayaan.Persoalan-persoalan yang
dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang
sebenarnya, sebab Islam sebagaimana yang terkandung dalam al-
Qur’an dan al-Hadits meliputi semua aspek kehidupan.Pergumulan
dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan
keagamaannya. Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam
kehidupan manusia dengan membedakan apa yang mereka sebut
sebagai 'common sense' dan 'religious atau mystical event.' Dalam satu
sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa
diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan
teknologi, sementera itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian
yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam
sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia.
Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan
yang mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna
hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan
pengamalan agama.Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan
untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas
kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam that
is practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan
manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan pendekatan
antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin Abdullah
mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan
antropologiterhadap agama, [[11]] yaitu :
1. Bercorakdescriptive, bukannya normative.
Pendekatan antropologi  bermula dan diawali dari kerja
lapangan  (field work),  berhubungan  dengan orang, masyarakat,
kelompok  setempat yang diamati  dan diobservasi dalam jangka
waktu yang lama dan mendalam.  Inilah yang biasa disebut
dengan  thick description(pengamatan dan observasi di lapangan
yang dilakukan secara serius, terstuktur, mendalam dan
berkesinambungan).  Thick description dilakukan  dengan cara
antara lain Living in , yaitu  hidup bersama masyarakat yang
diteliti, mengikuti  ritme dan pola hidup sehari-hari mereka dalam
waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkansecara akademik.  John
R Bowen, misalnya, melakukan penelitian antropologi  masyrakat
muslim Gayo,di  Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga
dilakukan oleh para antropolog kenamaan yang lain, seperti
Clifford Geertz.  Field note research (penelitian melalui
pengumpulan catatan  lapangan) dan bukannya  studi teks atau
pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah
andalan utama antropolog. [[12]]
2. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi 
adalah local practices , yaitu praktik konkrit dan nyata di
lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari,  agenda
mingguan, bulanan dan tahunan, lebih-lebih ketika manusia
melewati hari-hari  atau peristiwa-peristiwa penting dalam
menjalani  kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja
yang dilakukan untuk melewati peristiwa-peristiwa penting dalam
kehidupan tersebut  (rites de pessages) ? Persitiwa  kelahiran,
perkawinan, kematian, penguburan .  Apa yang dilakukan oleh
manusia ketika menghadapi dan menjalani ritme kehidupan
3. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar
berbagai domain kehidupan  secara lebih utuh (connections
across social domains).
Bagaimana hubungan antara wilayah  ekonomi,  sosial,
agama, budaya dan  politik.  Kehidupan tidak dapat dipisah-
pisah.Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain
kehidupan manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain
wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri, terlepas dan  tanpa
terkait dan terhubung dengan lainnya.
4. Comparative,artinya studi dan pendekatan antropologi
memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya
dan agama-agama.
Studi dan pendekatan antropologi memerlukan
perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-
agama.  Talal Asad menegaskan lagi disini bahwa “What is
distinctive about modern anthropology is the comparisons of
embedded concepts (representation) between societies differently
located in time or space. The important thing in this comparative
analysis is not their origin (Western or non-Western), but the
forms of life that articulate them, the power they release or
disable.” Setidaknya, Cliffort Geertz pernah memberi contoh
bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan
Marokko.  Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan
perbedaan, tetapi yang terpokok adalah untuk memperkaya
perspektif dan memperdalam bobot kajian.  Dalam dunia global
seperti saat sekarang ini, studi komparatif sangat membantu
memberi perspektif baru baik dari  kalangan
outsider maupun insider.
Jika kita telusuri dalam kehidupan keberagamaan ada
kegiatan keberagamaan yang berkembang dimasyarakat, tetapi
tidak ada dalil naqli yang menjelaskannya, dan hal tersebut sudah
menjadi bagian ritual dari kehidupan masyarakat muslim itu
sendiri, misalnya peringatan maulid nabi Muhammad Saw, halal
bi halal dan lain-lain.
Pada akhir-akhir ini kita juga mengetahui bahwa ada lagi
kegiatan Walimatul al-Safar yang dilakukan orang sebelum
berangkat menunaikan ibadah haji. Hal-hal tersebut merupakan
gejala-gejala social yang perlu dikaji dan
diteliti.  Bagaimana seseorang dan atau kelompok melakukan
praktik-praktik lokal dalam mata rantai tindakan keagamaan yang
terkait dengan dimensi social, ekonomi, politik, dan budaya. 
Sebagaimana contoh  ritus baru yang disebut “walimah al-Safar”
tersebut. Apa makna praktik dan tindakan lokal ini dalam
keterkaitannya dengan agama, sosial, ekonomi, politik dan
budaya? Religious ideas yang diperoleh  dari teks atau ajaran
pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini
membentuk emosi  dan menjalankan  fungsi sosial dalam
kehidupan yang luas?.  Bagaimana walimah safar yang tidak saja
dilakukan di rumah tetapi juga  dilaksanakan di hotel dengan
mengundang para tokoh agama, tokoh masyarakat dan orang-
orang penting lainnya? Oleh karenanya, keterkaitan antara local
practices, religious ideas, emosi  individu dan kelompok maupun
kepentingan sosial – poilitik tidak dapat dihindari.  Semuanya
membentuk satu tindakan yang utuh.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari
manusia, menjadi sangat penting untuk memahami
agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala
perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan
manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan
komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka
sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk
mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai
budaya.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Antropologi dalam Studi


Fiqih
Setiap metode atau pendekatan dalam penelitian dan pengkajian
terhadap suatu masalah pasti terdapat kelebihan dan kekurangan dari
pendekatan yang digunakan. Begitu pula pada pendekatan Antropologi
dalam studi Islam, kita akan menemukan kelebihan dan kekurangannya.
Dalam pengkajian makalah ini kami dapat mengemukakan
beberapa kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada pendekatan
antropologi dalam studi Islam, sebagai berikut :
1. Kelebihan
Kelebihan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi
Islam yaitu :
a. Pendekatan antropologi bercorak deskriptif dan
denganmelakukan pengamatan langsung, sehingga peneliti
mengetahui dengan sebenarnya praktik keberagamaan (local
practices) praktik yang nyata di suatu tempat.
b. Antropologiselalu mencariketerkaitan atau hubungan antara
berbagai domain kehidupan secara lebih utuh dan melakukan
perbandingan dari berbagai tradisi.
c. Dengan antropologi kita dapat meneliti asal-usul agama, dan
dengan itu  kita dapat mengerti cara berpikir manusia yang
menganut agama tersebut pada zamannya,sehingga dengan
melakukan kajian lewat agama kita dapat mengetahui pola
berpikir manusia pada zaman dahulu, karena pasti ada
keterkaitan antara agama dan manusia.
d. Antropologi lebihterfokus pada symbol-simbol dan unsur-unsur
dalam agama seperti sholat, puasa, haji, golongan agama,
pemuka agama dan sebagainya, karena hal itu dapat
mempengaruhi manusia.
2. Kekurangan
Kekurangan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi
Islam yaitu :
a. Antropologi tidak membahas fungsi agama bagi manusia, tetapi
membahas isi dan unsur-unsur pembentuk dalam agama itu
berkaitan dengan manusia dan kebudayaan sehingga akan sulit
mengamati terjadinya sekularisasi.
b. Dalam kehidupan terjadinya pembauran antara budaya dan
agama, sehingga dalam praktiknya jika kita tidak cermat
mengamatinya, maka tidak dapat dibedakan antara agama dan
budaya

E. Pengaruh Antara Pendekatan Antropologi  Dalam Studi Fiqih


Terhadap Pembaharuan Dalam Islam.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pendekatan
antropologi dalam studi Islam adalah salah satu upaya memahami agama
dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia,
menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami
perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang
holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia,
maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk
mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Sedangkan pembaharuan dalam Islam menurut Harun
Nasutionadalah  upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan
Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi modern. [13]
Menurut Abd. Rahman Assegaf bahwa gagasan dan ide
modernisasi Islam muncul sebagai upaya interpretasi kaum muslim
terhadap sumber-sumber ajaran Islam dalam rangka menghadapi berbagai
perubahan social-kultural yang terjadi dalam setiap waktu dan tempat
masing-masing. [14]
Menurut H. Abudin Nata, pembaharuan dalam Islam bukan berarti
mengubah, mengurangi, menambah teks al-Qur’an maupun teks al-Hadits,
melainkan hanya mengubah atau menyesuaikan paham atas keduanya
sesuai dengan perkembangan zaman…selain itu pembaharuan dalam
Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran
yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan
karena terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki al-Qur’an dengan
kenyataan yang terjadi di masyarakat.[15]
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
modernisasi atau pembaharuan dalam Islam adalah sebuah
bentuk  implementasi dari ajaran Islam secara kontekstual atas dasar
interpretasi atau penafsiran, dan hal tersebut merupakan respond an
jawaban kaum muslim atas segala persoalan yang dihadapi di zamannya
serta mereka harus menyambutnya dengan arif dan bijaksana.
Dengan demikian menurut pendapat kami, bahwa ada
pengaruh  antara pendekatan antropologi dalam studi Islam dan
pembaharuan dalam Islam, karena keduanya mengkaji masalah
keberagamaan dan menempatkannya secara proporsional. Pendekatan
antropologi dalam Islam meneliti manusia dengan praktik keberagamaan
yang beraneka ragam karena dipengaruhi oleh berbagai factor kehidupan
sedangkan dengan adanya pembaharuan dalam Islam, dapat diketahui inti
ajaran Islam yang sebenarnya, baik secara tekstual maupun kontekstual
serta mengetahui dan memahami praktik-praktik keberagamaan lokal yang
dipengaruhi oleh berbagai factor tersebut(budaya, social, ekonomi, politik
dan lain-lain).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman isi Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran
Islam tidak lagi terbatas pada pemahaman tekstual/tersurat saja, tetapi
perlu dikembangkan ke arah pemahaman yang kontekstual/tersirat.
Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam studi Islam dan
keislaman tidak lagi hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja,
tetapi perlu dan sangat penting untuk menggunakan jenis-jenis pendekatan
lain yang dapat diterima oleh masyarakat yang sangat majemuk/kompleks.
Agar Islam dapat diterima, dipelajari, dipahami dan diamalkan  ajarannya
oleh umat manusia yang tersebar diseluruh penjuru dunia yang berbeda-
beda suku, adat istiadat, ras, bahasa, letak geografis, dan lainnya, maka
perlu tindakan nyata yang lebih arif dan bijaksana dari para ilmuwan
Islam.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia,
menjadi sangat penting untuk memahami agama.Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami
perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik
dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka
sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk
mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Keberagamaan yang dipengaruhi oleh factor budaya, social,
ekonomi, geografis dan lain-lain, sedangkan pembaharuan dalam Islam
menempatkan inti ajaran Islam yang sebenarnya, yang dalam praktiknya
telah terpengaruh dengan factor budaya, social, ekonomi, politik, geografis
dan lain-lain dalam kehidupan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini dapat kami sampaikan, kami menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik berupa
sistematika penulisan, isi maupun bahasa yang digunakan. Oleh karana itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dalam rangka
perbaikan  dan penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin,  Urgensi Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama dan Studi


Islam, https : //aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-
antropologi-untuk-studi- agama-dan-studi-islam/ diakses 21/3/2016
Abdullah, M. Amin, Dkk. 2006, Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan
Multidisipliner, Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga
Agus, Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi
Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada
Assegaf, Abd. Rahman, 2013, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik Sampai Modern, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Bahrun Hasan, Mundiri Akmal, dkk. 2011, Seri Pemikiran Tokoh Metodologi Studi
Islam Percikan Pemikiran Tokoh Dalam Membumikan Agama, Jogjakarta, Ar-
Ruzz Media.
Departemen Agama RI, 2009, Syamil Al-Qur’an The Miracle 15 in 1, Bandung, PT
Sygma Examedia Arkanleema.
Mudzhar, M. Atho, 1998, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution Harun, 1975, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta, Bulan Bintang
Nata, H. Abuddin, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-
satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 21
Maret 2016.
--------------------------------,Kamus Inggris Indonesia - Indonesian English
Dictionary,   http://www.xamux.com/engt-ind_anthropology.html, diakses
tanggal 21 Maret  2016.
Tim Pustaka Phoenix,2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta,
Pustaka Phoenix,
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-
satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 21
Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai