MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filologi
Dosen Pengampu: Nofrizal, M.A.
Rasa syukur tiada hentinya kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kita semua. Kepada-Nya juga kita
sampaikan pujian atas keleluasaan ilmu dan pikiran hingga mampu memahami
sebagian dari ilmu-Nya. Shalawat serta salam tidak hentinya kita haturkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dari zaman jahiliyah
kezaman yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nofrizal, M.A.
selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Filologi yang telah memberikan arahan serta
bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Filologi, yang
berupa penjelasan sejarah dan perkembangan filologi. Kami menyadari bahwa
penyajian makalah kami ini masih banyak kekurangan. Kami mengharap kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun. Kami berharap laporan makalah kami
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
C. Periode Renaisans........................................................................................................7
E. Periode Nusantara......................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filologi, sebagai cabang ilmu yang mempelajari bahasa dan sastra secara
mendalam, memiliki sejarah yang kaya dan kompleks yang melibatkan berbagai
perubahan dan evolusi dari masa ke masa. Dari zaman kuno hingga era modern,
studi filologi telah memainkan peran penting dalam pemahaman dan pelestarian
warisan budaya manusia. Pada awalnya, filologi muncul sebagai disiplin yang
bertujuan untuk memahami dan mempertahankan teks-teks klasik dari budaya
kuno, namun seiring berjalannya waktu, bidang ini telah berkembang menjadi
studi yang lebih luas yang mencakup analisis bahasa, sastra, dan budaya secara
menyeluruh.
Perkembangan awal di masa klasik: Filologi memiliki akar yang kuat dalam
kebudayaan klasik Yunani dan Romawi, dimana sarjana kuno bertugas untuk
menerjemahkan, menjelaskan, dan mempertahankan teks-teks klasik dari masa
lalu.
Peran agama dan gereja: Selama Abad Pertengahan, gereja memiliki peran
dominan dalam perkembangan filologi, dengan para cendekiawan gerejawi
berperan dalam menjaga dan mempelajari teks-teks religius dan klasik.
1
Pencerahan dan Ilmu Pengetahuan Modern: Pada Abad Pencerahan, filologi
mengalami transformasi lebih lanjut dengan berkembangnya metode ilmiah dan
kritis dalam analisis teks-teks klasik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut maka rumusan
masalah yang dapat diambil :
C. Tujuan
a. Mengurai dan menjelaskan sejarah dan perkembangan filologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seseorang harus terlebih dahulu membuka gulungan dengan menahan dengan
satu tangan, yang kemudian harus di kembalikan dengan hati hati seperti
semula,agar pembaca setelahnya bisa membaca mulai dari bagian depan teks.
Tidak mudah untuk menyimpan gulungan papirus,karena membutuhkan tempat
yang luas. Gulungan tersebut berisikan rekaman tradisi lisan Yunani di abad
sebelumnya.
4
teks yang disalin karena para mereka tidak memiliki kesadaran terhadap
keautentikan nilai naskah lama.
5
terhadap naskah-naskah keagamaan oleh para pendeta. Akibatnya, naskah-naskah
Yunani terlupakan dan kadang-kadang dianggap berbahaya karena dianggap
mengandung pemikiran yang jahiliah atau terkait dengan keyakinan non-Kristen.
Seiring dengan itu, penelitian terhadap teks-teks Yunani mundur dan pengetahuan
tentang isinya berkurang.
Pada abad ke-4, penggunaan "codex", yaitu buku dengan halaman yang
terbuat dari kulit binatang, terutama kulit domba, mulai digunakan. Codex ini
memudahkan pembacaan karena halaman-halamannya dapat dipisahkan, dan
bahan kulit lebih tahan lama daripada papirus.
b. Romawi Timur
Pada periode ini, muncul kebiasaan menulis catatan tambahan atau tafsir
pada tepi halaman naskah, yang disebut scholia. Procopius dari Gaza terkenal
karena menulis naskah-naskah yang disertai scholia yang diambil dari tulisan
lain yang membahas masalah yang serupa. Karena tulisannya sebagian besar
berfokus pada ajaran Alkitab, cara penulisannya dianggap sebagai inovasi
dalam kajian Alkitab.
C. Periode Renaisans
Renaisanse berasal dari kata Renaotre (Yunani) yang berarti lahir kembali.
Renaisanse merupakan periode dimana didalamnya terdapat kebudayaan klasik
diambil lagi sebagai pedoman hidup. Pada masa ini orang cenderung pada
kebudayaan yunani klasik atau kepada aliran humanisme yang nantinya
membawa pengaruh baru terhadap penelitian filologi dan ilmu bahasa.
Renaisanse merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan ke zaman baru.
Renaisanse bermula pada gerakan dikalangan para sarjana dan seniman, akan
tetapi meningkat menjadi perubahan cara berfikir dikalangan umat beradab.
Pada dasarnya renaisanse telah lahir sejak abad ke-13 di Italia, namun baru
mencapai puncaknya pada abad ke-16 dengan mumculnya paham humanisme.
Kata humanisme berasal dari kata humaniora (yunani) atau umanista (latin) yang
awalnya berarti guru yang mengolah tata bahasa, retorika, puisi dan filsafat.
Berhubung hal yang diperlukan berasal dari teks-teks klasik, maka humanisme
diartikan sebagai aliran yang mempelajari sastra klasik untuk menggali
kandungan isinya yang meliputi keagamaan, filsafat, ilmu hukum, sejarah, tata
bahasa, kesussastraan dan kesenian (Baried, dkk. 1985 : 33/34).
Pada abad ke-14 di Eropa timbul kesadaran baru terhadap hal-hal dari Yunani
dan Romawi, mereka sudah bosan dengan kungkungan filsafat agama (skolastik)
yang mematahkan kreativitas. Warisan pengetahuan lama dari Yunani dan
Romawi, mereka gali dan terapkan kembali dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa karya klasik Aristoteles, Plato dan yang lainnya mereka ungkap dari
karya-karya yang masih tersisa. Karena warisan tersebut tersimpan dalam
naskah-naskah kuno, maka dari itu kegiatan filologi menjadi bersemangat.
7
Bangkitnya kembali nilai-nilai klasik tersebut (zaman renaisanse) sering
dihubungkan dengan gerakan humanisme. Arti humanisme itu sendiri
selanjutnya berkembang menjadi suatu sistem pemikiran yang membahas
kemanusiaan dengan individu, Tuhan, dan alam. Tujuan humanisme adalah
mempertinggi budi pekerti manusia (Sudardi, 2001: 350). Perintis gerakan ini
ialah Lovato-Lovati (1241-1309), seorang hakim di Italia. Ia sangat tertarik pada
puisi-puisi klasik dan penggalian teks-teks yang sudah berabad-abad tidak
diketahui orang. Meskipun rintisan Lovati ini baru hanya sebatas pada rekan-
rekan saja. Kemudian gerakan Lovati ini diikuti oleh penyair Francesco Pretarca
(1304-1374) dan Giovani Boccacio (1313-1374). Keduanya merupakan ahli
bahasa Yunani dan Latin. Petrarca seorang penyair Italia yang melalui
keahliannya itu maka gerakan humanis tersebar, sehingga ia disebut pelopor
gerakan humanisme serta dijuluki “first modern man of letters”.
Pada tahun 1453 kekaisaran Romawi Timur runtuh oleh serangan bangsa
Turki. Banyak sarjana Romawi Timur melarikan diri ke Roma dan mereka
8
mendaptkan kedudukan yang terhormat, karena memiliki keahlian mengenai
teks-teks klasik Yunani dan Romawi dimana pada saat itu menjadi kegemaran
masyarakat. Kehadiran para pelarian itu menjadikan gerakan
renaisans/humanisme semkain maju.
9
dan Romawi hilang dari peredaran. Dan pada masa yang bersamaan, Daulah
Islam sedang mengalami masa kejayaan. Ajaran islam yang disampaikan
Rasulullah SAW telah mendorong semangat umat islam untuk mengkaji berbagai
ilmu pengetahuan yang datang dari berbagai negeri. Para sultan islam
menempatkan para cendikiawan yang bukan islam pada posisi yang baik.
Pada abad ke-4, beberapa kota di Timur Tengah telah menjadi pusat-pusat
studi ilmu pengetahuan, seperti Gaza yang terkenal dalam bidang oratori, Beirut
dalam bidang hukum, Edessa, dan Antioch. Perguruan tinggi di kota-kota tersebut
awalnya fokus pada studi injil, tetapi juga memperhatikan naskah-naskah Yunani
yang dipusatkan di Nisbis dan Edessa. Pada abad ke-5, karena perpecahan
gerejani di Edessa, banyak ahli filologi dari kota itu pindah ke Persia, di mana
mereka diterima dengan baik oleh Kaisar Anusyirwan dan diberi posisi ilmiah di
Akademi Jundi Syapur. Akademi ini menjadi pusat penting untuk terjemahan
naskah Yunani ke dalam bahasa Syria dan kemudian bahasa Arab. Selain itu, kota
Harra di daerah Mesopotamia juga menjadi pusat studi naskah Yunani, dihuni
oleh penduduk yang dikenal sebagai bangsa Sabean dan mahir dalam bahasa
Arab. Di kota ini, tulisan-tulisan Plato, Ptolemy, dan Galen banyak dipelajari dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Syria dan bahasa Arab.
10
Pada masa Dinasti Abassiyah yang berpusat di Baghdad, kegiatan pengkajian
tersebut semakin bertambah maju. Puncak perkembangan tersebut terjadi pada
masa Khalifah Al Makmum, Khalifah Harun Al Rasyid, dan Khalifah Mansyur.
Di dalam istananya terkumpul sejumlah ilmuan dari luar, mereka mempelajari
ilmu geometri, astronomi, tekhnik, dan musik. Mereka mendapat pelayanan yang
baik, sehingga didirikanlah pusat studi yang diberi nama Bait al-Hikmah
(lembaga kebijaksanaan), yang dilengkapi dengan perpustakaan dan
obsevatorium. Di samping munculnya pengkajian terhadap naskah Yunani, juga
didirikan pusat penerjemahan yang dikelola oleh Hunain bin Ishak. Banyak
orang-orang kristen mahir terhadap tradisi Yunani dan ikut bekerja di pusat
penerjemahan tersebut seperti Qusta bin Luqa dan Hubayisi. (Baried, 1985 : 35).
Pada abad ke-17, khususnya di Cambridge dan Oxford, teks klasik Arab dan
Persi mendapat pengakuan yang baik. Perguruan tinggi tersebut membuka
perkuliahan bahasa Arab dengan pengajar-pengajar terkenal seperti Thomas
Adams, Archbishop Laud, Edward Pococke, dan Abraham Wheelock. Karya
sastra Arab dan Persi seperti Seribu Satu Malam, syair-syair sufi, dan cerita-cerita
dari Persi dan Turki banyak dipelajari di Inggris. Terjemahan syair-syair Umar
Khayyam ke dalam bahasa-bahasa Eropa juga dilakukan pada periode ini.
Pada akhir abad ke-18, di Paris didirikan pusat studi kebudayaan Timur
Tengah yang dipimpin oleh Silvester de Sacy dengan nama Ecole des Langues
Orientales Vivantes. Di tempat ini, naskah-naskah dari Timur Tengah dipelajari
oleh ahli-ahli Eropa, dan beberapa orientalis Eropa terkemuka lahir dari sana.
12
Mereka menghasilkan karya-karya berkualitas mengenai karya tulis penulis
Timur Tengah. Sejumlah orientalis terkenal seperti Etienne Quatrernere dan De
Slane juga dilahirkan dari Ecole des Langues Orientalis Vivantes, yang dianggap
sebagai pusat utama bagi studi orientalis di Eropa pada masa itu.
E. Periode Nusantara
Nusantara (Nusa Pulau) dan (Tara-Antara) yang terletak diantara dua benua
Asia dan benua Australia.kata Nusantara pertama kali di ucapkan patih
amangkubhumi Gajah Mada, bahwa Patih Gajah Mada mempuyai atau bercita-
cita untuk menyatukan pulau- pulau atau daerah-daerah yang tersebar di berbagai
pulau-pulau dan terdiri dari banyak kerajaan itu dapat dipersatukan di bawah satu
pemerintahan yaitu dibawah naungan pemerintahan kerajaan Majapahit. Selain
itu, nama nusantra sebelumnya sudah di gunakan di suatu daerah di Kalimat
Timur, tepatnya di daerah Kutai Karta Negara (sekarang). Dimana daerah
tersebut di masa pemerintahan presiden Jokowi Dodo di tempatkan sebagai
pemindahan ibu kota baru negara atau IKN.
13
Willemsz. Van Elbinck yang pernah tinggal di Aceh pada tahun 1604. Kumpulan
naskah Elbinck, antara lain, dijual kepada Thomas Erpenius, seorang orientalis
kenamaan dari Leiden. Erpenius sendiri tidak berminat mengkaji; naskah-naskah
Nusantara karena keahliannya adalah mengenai kebudayaan Timur Tengah. Pada
tahun 1632, koleksi naskah Nusantara Erpenius di letakkan ke perpustakaan
Universitas Oxford. Nama lain yang dikenal menerima naskah-naskah Nusantara
dari para pedagang adalah Edward Picocke, pemilik naskah Hikayat Sri Rama
tertua; serta William Laud, uskup (wali gereja) besar dari Canterbury, yang
menghadiahkan koleksi naskah Nusantara kepada perpustakaan Bodeian di
Oxford.
15
Kehadiran penginjil yang dilengkapi dengan pengetahuan linguistik dari
NBG memicu penelitian yang lebih intensif terhadap naskah-naskah dari
berbagai daerah di Nusantara. Awalnya, penelitian tersebut bertujuan untuk
memahami bahasa naskah guna keperluan penyiaran dan penerjemahan Alkitab.
Namun, seiring waktu, minat para peneliti berkembang untuk mengkaji isi
naskah tersebut dan melakukan penyuntingan agar dapat diakses oleh masyarakat
luas.
Selain peneliti Belanda, ada juga peneliti dan ahli filologi dari Inggris, seperti
John Leyden, J. Logan, W. Marsden, Thomas Stamford Raffles, J.Crawfurd, RJ.
Wilkinson, R.O.Winstedt, dan Shellabear, serta dari Jerman seperti Hans
Overbeck. Mereka melakukan penelitian dan penyuntingan naskah untuk tujuan
analisis dan pemahaman.
16
kesastraan daerah. Terbitnya naskah dan suntingan-suntingan naskah juga
mendorong penyusunan kamus bahasa-bahasa Nusantara.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filologi tumbuh di Iskandariyah, Yunani pada abad ke-3 SM, penting untuk
memahami teks lama Yunani. Ahli filologi seperti Aristophanes dan Apollonius
Rhodius membantu kritik teks, penerjemahan, dan studi naskah di perpustakaan
Iskandariyah. Perpustakaan tersebut menyimpan gulungan papirus dengan berbagai
ilmu pengetahuan. Filologi digunakan tidak hanya untuk tujuan ilmiah, tetapi juga
perdagangan. Namun, penyalinan naskah oleh budak belian sering menyebabkan
penyimpangan dari teks asli, memerlukan perbaikan teks dan prinsip kritik teks
adalah membandingkan dengan teks lain untuk memastikan keautentikan.
Ketika penelitian teks Yunani menurun di Romawi Barat, pusat-pusat studi teks
Yunani muncul di Romawi Timur. Mereka spesialis dalam bidang tertentu dan
berkembang menjadi perguruan tinggi. Catatan tambahan pada naskah, disebut
scholia, memberikan kontribusi penting dalam kajian Alkitab. Kuliah filologi mulai
muncul untuk mencetak ahli dalam bidang tersebut.
18
Renaisanse adalah periode di mana kebudayaan klasik Yunani dan Romawi
dihidupkan kembali. Humanisme, yang dipelopori oleh tokoh seperti Petrarch dan
Boccaccio, mempelajari sastra klasik untuk memahami berbagai ilmu. Penemuan
mesin cetak oleh Gutenberg membantu memperbanyak teks-teks klasik dengan lebih
efisien. Kegiatan filologi dipengaruhi oleh tumbuhnya perguruan tinggi dan
berkembang menjadi ilmu bahasa atau linguistik pada abad ke-19.
Pada Abad Pertengahan, Eropa didominasi oleh filsafat skolastik berbasis agama
Kristen, menyebabkan karya-karya klasik yang bertentangan dengan agama dibakar.
Sementara itu, Daulah Islam sedang berkembang dan mengalami masa kejayaan.
Kota-kota di Timur Tengah menjadi pusat studi ilmu pengetahuan dan banyak naskah
Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Syria. Di Eropa, karya sastra Arab
dan Persia menjadi subjek penelitian di universitas-universitas terkenal seperti Oxford
dan Cambridge. Pada abad ke-18, Paris menjadi pusat studi kebudayaan Timur
Tengah, di mana naskah-naskah Timur Tengah dipelajari oleh orientalis Eropa
terkemuka.
Pada abad ke-16, pedagang Barat mulai tertarik pada naskah-naskah Nusantara
karena mereka bisa dijual dengan untung besar di Eropa. Mereka mengumpulkan
naskah-naskah tersebut dari berbagai tempat di Nusantara dan membawanya ke
Eropa. Para penginjil juga tertarik dan mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa Melayu. Kemudian, ahli bahasa dan peneliti Belanda, Inggris, dan Jerman
mulai mempelajari dan menyunting naskah-naskah ini untuk dipelajari lebih lanjut.
Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi studi sastra, tapi juga membuka wawasan
tentang budaya dan nilai-nilai di Nusantara.
19
DAFTAR PUSTAKA
Baried, dkk. Barorah, 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta : Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Amanan, "Nusantara Dari Satu Kawasan Sampai Nama Ibu Kota Negara", vol. 4,
Ensiklopedia Of Journal, 1 April 2022, hal. 47.)