NIM : 8196172018
Kelas : Dikmat- B1
1. Renaissance
Istilah renaissance berasal dari bahasa parancis (renaissance) yang berarti
kebangkitan kembali. . Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci” berarti lahir
kembali (rebirth). Oleh sejarawan istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa.1
Orang yang mula-mula menggunakan istilah tersebut adalah jukes Michelet,
sejarahwan perancis terkenal. Menurutnya renaissance adalah periode
penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali
yang merupakan permulaan kebangkitan modern, di tandai dengan oleh terjadinya
sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat astrologi,
kepercayaan yang bersangkutan dengan dunia hitam, perang-perang agama,dan
sebagainya.
Awal mula dari suatu masa baru di tandai oleh usaha besar Descartes(1596-
1650M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Memang
dalam bidang filsafat zaman renaissance kurang menghasilkan karya penting bila
dibandingkan dengan bidang seni dan sains. namun di antara perkembangan
itu terjadi dalam perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes sering disebut
dengan tokoh pertama filsafat modern.
Dilihat dari definisinya, kata “renaissance” menyiratkan sebuah pembangunan
kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance dipandanag
sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban yunani dan Romawi (yang
dianggap sebgai klasik) ketika keduanya mengalami masa keemasan, faktanya
sekalipun semasa renaissance banyak orang membaca kesustraan klasik dan
mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari
renaissance adalah lahirnya pembaharuan maupun penciptaan.
Zaman renaissance sering disebut sebagai zaman humanisme, sebab pada abad
pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur
berdasarakan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat oleh
manusia. 2 Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia
1
Waris, Filsafat Umum (Ponorogo: STAIN Po PREES, 2009),h. 52-53.
2
Hendra suhendi, Filsafat Umum (Bandung: CV Pustaka setia, 2008),h. 340.
mempuyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka
humanisme menganggap manusia mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Cirri-
ciri utam renaissance dengan demikian adalahmenghidupkan kembali
rasionalisme yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama.
Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam
merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui filsafat belum menentukan
bentuk zaman renaissance. Melainkan pada zaman sesudahnya, yang
berkembanag pada waktu sains, dan penemuan-penemuan dari
hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin
ditinggalkan agama Kristen karena semangat humanisme-fenomena tersebut
cukup tampak pada abad modern.3
3
Fuadi Ihasan, Filsafat ilmu (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010),h. 147.
Selain itu pada saat itu mengalami kegelapan karena kepentingan pemikiran
yang dikuasai oleh para pemmipin Gereja. Middle Age merupakan zaman dimana
Orang Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur
oleh gereja. Pemikiran pada abad pertengahan diatur oleh gereja, termasuk ilmu
pengetahuan. Seperti kasus pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya
yang menyebutnya bahwa matahari pusat tata surya, tetapi bertolak belakang dari
gereja.4
Berbeda dari pandangan filsafat yang berkembang pada abad pertengahan, pada
zaman ini banyak filsuf berpegang teguh pada pendirian bahwa manusia pada
hakikatnya bukan sebagai viator mundi (penjiarah dimuka bumi), melainkan sebagai
vaber mundi (pekerja atau pencipta dunianya). Manusia harus mencari sendiri
kebenaran, bukan bersandar pada ajaran yang telah diberikan oleh gereja dan agama.5
Pada saat itu manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat
secara nyata dalam karya-karya seniman zaman renaissance seperti Donatello,
Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520, Perugino (1446-1526,
dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Dalam bidang penjelajahan terlihat beberapa
nama besar seperti Cristopher Colombus (1451-1506) dan Ferdinand Magellan (1480-
1521). Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat
antara lain Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo
Galilei (1546-1642), Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-1632)
bangsawan Inggris yang meletakkan dasar filosofis untuk perkembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu maha karya yang bermaksud
menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan suatu teori baru
dalam bukunya Novum Organon.6
Selain penejelasan diatas latar belakang timbulnya renaissance secara garis
besar disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu :
1. Kondisi sosial.
Saat itu kehidupan masayarakat eropa terikat pada doktrin Gereja, segala
kegiatan kehidupan ditujukan untk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan
untuk menentukan pribadinya, dan kehilangan harga diri. Kehidupn manusia
tidak tenteram karena selalu diintip oleh intelejen gereja, sehingga
menimbulkan sikap saling mencurigai dalam massyarakat.
4
Rizal Muntasir dan Misnan Munir,Filsafat Umum (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),h. 132
5
Zainal Abidin, pengantar filsafat barat.( Jakarta: rajawali press, 2012), h. 110
6
K. Bertens, Ringkasan sejarah filsafat. ( Yogyakarta: Kanisius, 1998) , h. 44-45
2. Kondisi budaya.
Terjadi pembatasan seni dalam arti bahwa seni hanya tetnatang tokoh-tokoh
injil dan kehebatan gereja. Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan
akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian pula dalam bidanag
ilmu enegethuan karena segala kebanaran hanya kebenaran gereja.
3. Kondisi politik.
Raja secara teoritis merupakan pusata kekuasaan politik dalam Negara,
kenyataanya hanya menjadi juru damai. Kekuasaan poltik ada pada kelompok
bangsawan dan kelompok gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang
sewaktu-waktu dapat untk melancarkan ambsisnya. Adakalanaya kekuatan
militer kaum bangswan dan kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer raja.
4. Kondisi ekonomi.
Berlaku sistem ekonomi tertutup, yang menguasai perekonomian hanya
golongan penguasa, kondisi diatas menyebabkan masyarakat Eropa
terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai mansia. Oleh
karena itu timbulah upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut.7
Selaian itu Mahmud hamdi juga mengemukakan pendapatanya mengenai
beberapa faktor yang mempengaruhi Renaissance, yaitu:
1. Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan
filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam
ke dalam bahasa latin selama dua abad (13-14). Bahkan sebelumnya telah terjadi
penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu penegetahuan. Hal ini
dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci Khasanah turas
klasik Yunani.
2. Pasca penaklukan konstantnopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para
pendeta dan sarjana ke Italia dan Negara-negara Eropa lainya. Para sarjana
tersebut menjadi pioner-pioner bagi pengembangan ilmu di eropa. Mereka
menghidupakan turas klasik Yunani di Florensia dengan membawa teks dan
manuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
3. Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan ilmu.8
7
Tuan Guru, Latar Belakang Renaissance dalam http://www.tuanguru.com, (diakses pada tanggal 16 Mei
2014, jam 09:00).
8
Rizal Muntasyir dan Misnan Munir, Filsafat umum (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),h. 134.
3. Karakteristik Filsafat Modern Masa Renaissance
Renaissance Eropa yang mengantar babak modern, memicu berkembangnya
filsafat yang bercorak empirik. Akibatnya metodologi pun berkembang ke
induksi-eksprimentasi. Tokoh-tokoh yang membuka jalan ke gerbang ini antara
lain adalah, Copernicus, Kepler, Galileo, Bacon dll.9
Lahirnya metodologi baru pada era ini akibat terjadinya pergeseran paradigma
filsafat. Manusia melihat, merasakan dan menyadari adanya potensi pada dirinya
untuk menentukan kebenaran, tolak ukur dan validitasnya lewat metode
penginderaan-observasi, eksprimen terhadap realitas fisik melahirkan cara yang
selanjutnya disebut metode ilmiah. Efek metode ini melahirkan teori holosentris
(Copernicus), Kepler mengganti teologi langit skolastisisme dengan fisika langit.
Demikian juga dengan Galileo yang menurunkan derajat alam sebagai benda yang
memiliki kualitas ketuhanan menjadi benda alam yang matematis-kuantitatif
(profan). Newton, sang jenius, berhasil menumbangkan kosmologi gereja yang
menganut paham teologis-skolastik dengan prinsip determinisme mekanika
universal.10
Kebebasan dan kreativitas berpikir ini menimbulkan kemarahan pihak gereja
yang merasa otoritasnya terancam sehingga kaum gerejawan memilih jalan suram
dengan menghukum mereka bahkan membunuhnya.
Keberhasilan ilmu-ilmu empirik yang diraih pada masa Renaissance
menjadikan filsafat, terutama epistemologi rasional-intuitif, mengalami
kemunduran. Gereja terjebak dalam reaksi ekstrim dengan memutuskan
kemampuan akal dan ilmu serta membentengi ajarannya dengan perisai kalbu dan
keimanan. Sesuatu yang sangat apologis. Di sisi lain kegemilangan ilmu-ilmu
alam (fisika) dengan Newton sebagai tokoh utamanya telah membangkitkan
semangat empirisme rasional-materialistik dibidang astronomi, biologi, psikologi,
sosiologi, maupun filsafat. Laplace misalnya, berani mengatakan bahwa teori
astronomi yang dibangunnya tidak membutuhkan hipotesis tentang peran Tuhan
untuk menjelaskan asal-usul alam semesta.11 Begitu juga Darwin yang menafikan
keterlibatan Tuhan dalam kehidupan organis, yang berjalan sendiri melalui prinsip
mekanika hukum evolusi yaitu seleksi alamiah. Demikian juga dengan Freud yang
9
Joko Siswanto, Kosmologi Einstein, (Tiara Wacana, 1996), h. 11
10
Husain Herianto, Paradigma Holistik, Dialog Filsafat Sains Dan Kehidupan Menurut Sadra Dan White Head,
(Jakarta: Teraju, 2002), h. 37
11
Ibid, h. 36
memandang konsep Tuhan bagi orang-orang beragama sebagai ide ilusif karena
berasal dari imajinasi ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi fenomena
yang ada diluar dirinya.12 Sedangkan bagi Durkheim, kekuatan supranatural atau
hal-hal yang gaib tidak lebih dari kekuatan-kekuatan listrik yang terkonsentrasi
dalam diri manusia, sehingga ia tidak bercaya pada metafisika atau Tuhan. 13
Menurutnya, yang lebih pantas disebut sebagai Tuhan adalah masyarakat, karena
masyarakat mampu mengakomodasi hal-hal diyakini sebagai sifat-sifat Tuhan.
Peradaban Eropa modern terbentang mulai dari abad -15 hingga abad ke-19
dengan watak pemberontakannya terhadap periode pertengahan. Bertrand Russel,
sebagaimana dikutip oleh Rodliyah Khuzai, mengemukakan lima perbedaan
antara periode modern dibanding periode pertengahan.
1. Pertama, berkurangnya otoritas gereja dan meningkatnya otoritas ilmu.
2. kekuasaan gereja yang semula dominan mulai berkurang dan digantikan
fungsinya oleh raja.
3. jika abad pertengahan manusia berusaha memahami dunia (theorical science),
maka masa modern manusia berusaha mengubah dunia yaitu (practical Science).
4. jika pada masa pertengahan manusia yang berusaha memahami dunia dan tidak
sesuai dengan isi kitab suci maka akan dihukum. Tetapi pada masa modern
penolakan terhadap kitab suci dianggap sah jika menemukan sebuah teori yang
dilandasi oleh ilmu pengetahuan.
5. kebebasan dari otoritas gereja menimbulkan individualisme atau bahkan
anarkisme.14
2. Negatif
selain memiliki dampak positive, renaissance juga melahirkan dampak negatif,
diantaranya adalah :
1. Pada masa itu selain terjadi kebangunan kembali juga tejadi kebobrokan moral.
Hal ini dikarenakan tidak adanya suatau norma yang bisa mengatur kehidupan .
2. Pada zaman abad tengah segala sesuatu dilakukan secara kolektif. Sebalaiknya
pada zaman renaissance, segala sesutau dilakukan secara individu.
3. Pada zaman renaissance, segala sesuatu dilakukan berdasarkan materi.15
15
Adi, Filsafat Umum Renaissance, dalam http://adipustakawan.blogspot.com, (diakses pada tanggal 16 Mei
2014, jam 09:00).
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow.
Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi
buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of
Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya
dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu: perputaran sehari-hari pada
porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut
heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi
yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode
mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik
dari pergerakan benda-benda tersebut.16
18
Harold H. Titus et al., Living Issues in philosophy, diterjemahkan H.M. Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1984), h. 192.
19
Ibid., h. 191.
Bacon menolak silogisme, sebab dipandang tanpa arti dalam ilmu
pengetahuan karena tidak mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru. Ia
juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan hanya dapat dihasilkan melalui
pengamatan, eksperimen dan harus berdasarkan data-data yang tersusun.
Dengan demikian Bacon dapat dipandang sebagai peletak dasar-dasar metode
induksi modern dan pelopor dalam usaha sitematisasi secara logis prosedur
ilmiah.20