Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Filsafat Islam

Oleh

Rahmat Jamalludin M.a

Disusun Oleh:

1. Andri Septian
2. Lisa
3. Yana

PROGRAM STUDI PERBANK`AN SYARI`AH


FAKULTAS SYARI`AH & TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM CURUP
STAIN(CURUP)
2016/2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka penulis boleh menyelesaikan sebuah
tugas ini dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul


"Filsafat Islam", yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar
bagi kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Menuju filsafat Islam


Kata filsafat diambil dari bahasa Yunani, philosophia yang merupakan
rangkaian dua kata dasar philo dan sophos. Philo artinya mencintai dan sophos
artinya kebijaksanaan atau kearifan atau pengetahuan. Rangkaian philosophia
diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi falsafat.
Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam tentang hakikat segala sesuatu
dalam aturan logis yang tertata dan bertanggung jawab.
Istilah filsafat Arab merupakan istilah yang diambil berdasarkan mayoritas
penggunaan bahasa dalam karya-karya filsafat orang-orang Islam yang ditulis
dalam bahasa Arab.dinamakan filsafat Arab, karena kebudayaan Arab
mendahului kebudayaan Islam, dan kebudayaan Islam disebarluaskan oleh
pemuka-pemuka Arab.
Sedangkan kalangan yang mengidentikkan filsafat umat Islam dengan
istilah filsafat Islam, dengan tiga alas an:
1. Adanya fakta bahwa para filosof muslim yang membangun pemikiran
filosofis menyebut filsafatnya sebagai filsafat Islam.
2. Islam bukan hanya nama untuk menyebut identitas agama yang dibawa
Muhammad SAW., melainkan juga nama untuk menunjukkan salah satu
bentuk kebudayaan dan peradaban dunia dengan pencapaian prestasi
yang gemilang.
3. Dinamakan filsafat Islam karena tidak mungkin terbentuk tanpa bantuan
langsung dari penguasa daulah Islamiyyah.
Para filosof muslim merumuskan defenisi filsafat seperti defenisi-
defenisi
warisan Yunani yang sudah dimodifikasi dan diidentifikasi mempunyai makna
yang serupa dengan kata hikmah dalam Al-Quran. Berikut beberapa defenisi
filsafat yang sering dipaparkan para filosof muslim:
1. Filsafat (al-falsafah) adalah pengetahuan tentang segala yang ada qua maujud-
maujud (al-ilm bi al-asya al-maujudah bimahiyah al maujudah)
2. Filsafat adalah pengetahuan tentang yang ilahiyah dan yang insaniyah
3. Filsafat adalah kajian yang mencari perlindungan dalam kematian atau
perasaan pada kematian
4. Filsafat adalah upaya untuk mencari Tuhan sesuai kadar kemampuan manusia
yang berpikir
5. Filsafat adalah seni dalam seni dan dalam ilmu
6. Filsafat adalah prasyarat bagi kemunculan hikmah

Ada tiga bahasan utama yang sering dibicarakan para filosof muslim
dalam tema manusia yaitu:

1. Manusia sebagai mikrokosmos


2. Manusia sebagai toemorfis atau citra Tuhan
3. Hubungan antara manusia dan kebebasan
Ruangan lingkup secara umum adalah segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada dalam realitas pikiran dan kenyataan, sedangkan ruang lingkup
Islam tidak seluas itu, karena sejak semula filsafat Islam dibuat dalam tema-tema
keagamaan atau persoalan yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dalam ajaran
agama Islam.

B. Sejarah Singkat Kemunculan Filsafat Islam


Pada tahun 641 Masehi, pasukan Arab melakuakn ekspansi wilayah dan
menaklukan Mesir. Alexandria berubah nama menjadi Iskandariyah. Tetapi,
sikap arif pasukan Arab ditunjukkan dengan tidak menghancurkan
perkembangan pemikiran-pemikiran dikota itu. Iskandaariyah tetap menjadi
pusat perkembangan filsafat, kedokteran dan sains Yunani. Inilah kebudayaan
Arab bertemu dengan kebudayaan Kristen yang sudah terlebih dahulu
dimasuki oleh kebudayaan besar Yunani.
Terlepas dari gejolak politik internal yang mewarnai sejarah peradaban
Islam, penerjemahan karya-karya telah membuka akses bagi kemunculan
filsafat didunia Islam. Khalid Ibn Yazid (w. 704 M) dari dinasti Umayyah
sebagai perintis proyek penerjemahan pemikiran Yunani dalam bidang
Kedokteran, Kimia dan Astrologi dari bahasa Yunani dan Suryani ke dalam
bahasa Arab. Sedangkan karya pertama filsafat yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab, dilakukan oleh seorang sastrawan bernama Abdullah Ibn al-
Muqaffan (w. 759 M) dan putranya Muhammad yang mencakup Categories
Hermeneutica dan Analytica karangan Aristoteles.
Selanjutnya, putra kedua Harun al-Rasyid, al-Mamun (813-833 M)
menetapkan kebijakkan resmi untuk kerja pengenalan filsafat sains dan
kedokteran Yunani. Bersamaan dengan itu, filsafat juga mendirikan Bait al-
Hikmah di Baghdad sebagai perpustakaan dan sekaligus sebagai pusat
penerjemah.
Dalam sejarah filsafat Islam, karya-karya terjemahan filsafat itu
merangsang perkembangan pemikiran filosofis dan teologis dikalangan umat
Islam pada abad ke-7 yang bertepatan dengan maraknya perselisian teologis
antar golongan yang berebut kekuasaan politik. Dalam konteks sejarah filsafat
perdebatan teologis tidak serta merta memunculkan filsafat Islam.
Pembentukan filsafat dalam dunia Islam dengan sitematika yang memadai
baru dimulai abad ke-9 Masehi.
C. Sumber-Sumber Filsafat Islam
Tradisi filsafat Yunani merupakan sumber awal kelahiran filsafat-filsafat
lain, termasuk juga filsafat Islam. Hubungan antara filsafat Islaam dan filsafat
Yunani berlangsung melalui perantara yaitu kebudayaan Hellenistik yang
berkembang di Iskandariah.
Filsafat islam tidak menolak keberadaan indera dan akal sebagai sumber
pengetahuan manusia.selain pengalaman indera dan pengalaman logis, dalam
tradisi filsafat Islam,keberadaan wahyu juga diterima sebagai sumber
pengetahuan. Ditinjau dari kondisi historis dan normative, wahyu Illahi
menempati posisi sentral dalam pemikiran umat Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Para Filosof Muslim Awal


1. Al-Kindi (185-252 H/801-866 M)
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq Ibn
Shabah Ibn Imran Ibn Ismail Ibn Muhammad Ibn al- Asyats Ibn Qais al-
Kindi, lahir di Kufah tahun 185 H/801 M.
Para sejarawan memberi julukan kepada al-Kindi sebagai Filosof
Arab karena dia adalah satu-satunya filosof muslim keturunan Arab asli,
bermoyang kepada Yaqub Ibn Qathan yang bermukim dikawasan Arab
Selatan.
Karya-karya al-Kindi merupakan gerbang awal pertemuan filsafat
Yunani dan tradisi keilmuan Islam. Proyek pemikiran dan pembelajaran
pengetahuan al-Kindi didukung oleh persetujuan Khalifah al-Mamun dan
al-Mutashim dari dinasti Abbasiyah.
Rekontruksi pemikiran filsafat al-Kindi merupakan refleksi doktrin-
doktrin yang diperoleh dari sumber-sumber Yunani klasik dan warisan Neo
Platonis yang dipadukan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Al-
Kindi dalam karyanya Kammiyah Kutub dan Filsafat sebagai berikut:
1. Filsafat merupakan bagian dari humaniora yang dicapai para filosof
melalui proses panjang pembelajaran, sedangkan agama adalah ilmu
Ketuhanan yang menempati tingkatan tertinggi karena diperoleh tanpa
batas pembelajaran dan hanya diterima secara langsung oleh para
Rasul melalui proses pewahyuan.
2. Jawaban filsafat menunjukan ketidakpastian danmemerlukan
perenungan yang mendalam, sedangkan agama lewat kitab suci
member jawaban yang pasti dan meyakinkan.
3. Filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama mendekatkan
persoalan manusia dengan keimanan.

2. Abu Bakar Al-Razi (250-313 H/864-925M)


Al-Razi lahir di Ray (bagian selatan Teheran) pada hari pertama
bulan Syaban sekitar tahun 250 H/864 M. nama lengkapnya adalah Abu
Bakar Muhammad Ibn Zakaria al-Razi.
Al-Razi adalah rasionalis murni yang menitik-tolakkan seluruh
pemikiran dan kecenderungannya pada keampuhan daya rasional. Al-Razi
memiliki kecenderungan empiric dalam memandang keseluruhan objek
filsafat. Studi klinis kedokterannya membantu al-Razi dalam menentukan
metode yang kuat untuk dijadikan fondasi pemikiran filsafat secara
keseluruhan. Melalui studi klinis kedokteran ini, al-Razi mencoba untuk
berpijak pada metode observasi dan eksperimen dalam filsafatnya.
Al-Razi dengan tegas menyatakan bahwa segala tingkah laku
manusia mesti bersandar pada petunjuk rasio, dan hawa nafsu pun mesti
dikekang oleh rasio yang dibantu oleh ketetapan aturan agama (tradisi).

3. Al-Farabi (257-339 H/872-950 M)


Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibn Muhammad
Ibn Tarkhan Ibn Auzlag al-Farabi. Lahir pada tahun 257 H/870 M). di
Wasjik, distrik Farab (sekarang Atrar) Tukistan.
Sebagian besar karya al-Farabi adalah persoalan Logika. A-Farabi
menyatakan bahwa seni Logika memberikan aturan-aturan berpikir yang
bila diikuti akan menghasilkan pemikiran besar. Logika dapat
mengarahkan manusia secara langsung kepada kebenaran dan menjauhkan
dari kesalahan.

4. Ikhwan Al-Shafa
Terminologi Ikhwan al-Shafa digunakan untuk menunjukkan
kepada sekelompok pemikir filsafat dari kalangan umat Islam berpaham
Syiah Ismailiyah pada abad ke-4 H/10 M, tetapi ia bukanlah bagian dari
Syiah Ismailiyah, ia dianggap sebagai bagian dari mereka karena
mendapat tempat di hati para pembesar Syiah Ismailiyah.
Dalam produktivitas penyusunan dan penulisan karya, Ikhwan al-
Shafa telah mengumpulkan karya-karya penting mereka dalam satu
ensiklopedi yang memuat 25 risalah dengan kualitas pemikiran beragam.
Ikhwan al-Shafa berupaya memadukan antara filsafat dan agama. Mereka
beranggapan bahwa syariat agama telah dikotori oleh berbagai macam
kebodohan yang menyesatkan dan satu-satunya jalan untuk memurnikan
kembali syariat agama adalah melalui filsafat. Kelompok Ikhwan al
Shafa\
lebih menempatkan posisi filsafat di atas agama, dengan kata lain
pengetahuan fisafat harus menjadi landasan bagi pemahaman agama.

5. Ibnu Miskawaih (320-421 H/932-1030 M)


Ibn Miskawaih adalah seorang filosof dan sejarawan. Nama
lengkapnya Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Yakub Ibn Miskawaih,
lahir tahun 320 H di kota Ray Iran.
Dalam karyanya, Miskawaih mengemukakan bahwa para filosof
klasik Yunani tidaklahh meragukan eksistensi dank e-Esaan Tuhan
sehingga bukan masalah bagi umat Islam untuk memadukan doktrin
filsafat Yunani dengan ajaran Islam.
Miskawaih juga tidak menolak untuk membicarakan Tuhan lewat
pedoman dan panduan agama, karena Miskawaih pernah membuat
kesimpulan yang menyatakan bahwa ketiadaan jalan rasinal untuk
memahami Tuhan, mau tidak mau membuat manusia mengikuti seluruh
petunjuk agama dan pandangan-pandangan umum komunitas religious
yang ada.

6. Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M)


Ibnu Sina, Syaikh al-Rais al-Akbar, adalah pria kelahiran desa
Aisyanah, dekat Bkhara, Transoxania (Persia Utara) sekitar tahun 370
H/980 M).
Ibnu Sina dibesarkan dalam lingkungan keluarga Syiah
Islmailiyah. Kaum cendikiawan Barat mengenalnya dengan sebutan
Avicenna. Dialah satu dari sekian filosof muslim yang banyak
mempengaruhi pemikiran para penerusnya.
Menurut Ibnu Sina, tujuan filsafat adalah penetapan realitas segala
sesuatu sepanjang hal itu mungkin bagi manusia. Persoalan filsafat bagi
Ibnu Sina dibagi dalam dua wilayah besar yaitu teoritis dan praktis. Pada
tataran teoritis, filsafat mencari pengetahuan tentang kebenaran.
Sedangkan pada tataran praktis, filsafat mencari pengetahuan tentang
kebaikan.
Tujuan yang digariskan dalam filsafat teoritis hanyalah upaya
penyempurnaan jiwa. Filsafat teoritis merupakan pengetahuan tentang
segala hal yang bukan karena kehendak dan pilihan manusia.
Adapun tujuan yang mesti dicapai filsafat praktis adalah
penyempurnaan jiwa melalui pengetahuan tentang segala hal yang
seharusnya dilakukan sssampai jiwa bertindak berdasarkan pengetahuan
teoritis. Karakteristik filsafat praktis yang mengikutsertakan kehendak dan
pilihan manusia dalam merumuskan keseluruhan tindakan berpengaruh
manusia.

7. Al-Ghazali (450-505 H/ 1058-1111 M)


Nama lengkap al-Ghazali adalah Abu Hamid Muhammad Bin
Muhammad Bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjat al-Islam. Lahir
tahun 450 H/1058 M) di Ghazaleh.
Situasi politik zaman yang dialami al-Ghazali tidak jauh berbada
dengan kondisi masyarakat yang dihadapi Ibnu Sina, zaman disaat para
khalifah dari dinasti Abbasiyah kehilangan kekuasaan sejak abad ke-5
pemberontakan atas sentralitas pemerintahan dan kebijakan penguasa
terjadi di banyak wilayah dan mengakibatkan sedikit gangguan dalam
perkembangan ilmu.
Masa skeptis al-Ghazali pada pengetahuan yang bias juga dianggap
sebagai masa krisis psikologisnya, terjadi pada hari-hari yang penuh
kekacauan ini. Dalam konteks perkembanngan pemikiran, dua gerakan
besar saling berebuut simpati dan terkontaminasi oleh pandangan politis,
gerakan ilmu Kalam dan gerakan Tasawuf. Ilmu Kalam menjadi ajang
perdebatan politis antara Asyariyah dan Mutazilah dan antara mazhab
Hanbali dengan mazhab-mazhab lainnya.
Menurut al-Ghazali, lapangan filsafat hanya ada enam:
matematika, logika, fisika, metafisika, politik dan etika. Hubungan antara
tiap disiplin dengan agama, tidak selamanya berbentuk sama.
Menurut al-Ghazali, alam tidak qadim, apapun alasannya.
Kehendak (iradat) Tuhan yang qadim yang menghendaki agar alam
tewujud. Jika para filosof mengklaim bahwa tindakan berpengetahuan
adalah perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, maka Tuhan akan berubah-
ubah selaras dengan perkembangan pengetahuan partikular. Bagi, al-
Ghazali, tindakan pengetahuan bukan proses perubahan seperti yang
diyakini para filosof, tetapi penambahan.
BAB III
PENUTUP

Pengaruh Filsafat Islam di Barat

Musa Kazim, salah seorang yang tercacat sebagai anggota dewan


redaksi seri filsafat Islam penerbit Mizan, dalam pengantar buku
sebuah peta kronologis memulai tulisannya dengan pemaparan atas
kesan Barat terhadap filsafat Islam. Dalam tulisan singkat itu, disebutkan
bahwa kesan yang berkembang di kalangan intelektual Barat terhadap
filsafat Islam adalah kesan yang suram, sebab Barat tidak memandang
adanya filsafat Islam dalam arti yang sesungguhnya.
Barat menyatakan bahwa filsafat Islam adalah filsafat Yunani yang
berbahasa Arab yang berfungsi hanya sebagai penyambung peradaban
Yunani. Lebih ekstrim lagi, di alinea pertama tulisannya, Kazhim entah
mengutip tulisan siapa, menulis begini, bahkan, adalah mungkin filsafat
Islam justru menjadi limbah yang mengotori kejernihan dan kebeningan
arus ayunani.
Kemudian Kazhim meneruskan tulisannya itu dengan membongkar
ruang kemungkinan untuk mencari alas an yang melatar-belakangi
keterbentukan kesan Barat atas filsafat Islam. Menurutnya, ada dua factor
utama yaitu:

A. Gairah intelektual umat Islam pada masa penerjemahan warisan


pemikiran Yunani, oleh kalangan Barat sengaja dilihatkan sebagai
upaya meng-Islamkan pemikiran Yunani.
B.Bahkan tidak mungkin kalau kesan buruk itu terbentuk karena
penguasaan Barat yang minim atas literatur kebudayaan Islam secara
keseluruhan. Khususnya pada perkembangan filsafat Islam pasca Ibnu
Rusyd.

Kesimpulan
Dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan
prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri. Nama Al-Kindi
adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu
Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah
selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara
kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah
ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi
martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi
keduanya memiliki perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Mahmud al- Aqqad, Ibnu Rusyd, Qirtas, Yogyakarta, 2003

Al-Ghazali, Tahafut-al-Falasifah (terj) Ahmad Maimun, Futuh Printika. Islamika,


Yogyakarta

Basri, Hasan & Mufti, Zainal, 2009, Filsafat Islam, Bandung: Insan Mandiri

Ibnu Rusyd, Tahafut al-Tahafut; Sanggahan Terhadap Tahafut al-Falasifah (terj)


Kholifurohman Fath, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004

Muhammad Iqbal, Rekontruksi Pemikiran dalam Islam: Dilengkapi dengan Puisi-


puisi Asrari-i-Khudi, Jalasutra, Yogyakarta, 2002

Mulla Sadra, Kearifan Puncak (terj) Dimitri Mahayana & Dedi Djuniardi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2001

Anda mungkin juga menyukai