Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH
SUMPAH DALAM AL-QUR`AN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Ulumul Qur`an
DOSEN:

Rahadian Kurniawan, M.PdI

Disusun Oleh:

1. Andri Septian 15631004


2. Rahmat Abdi W. 15631067

PROGRAM STUDI PERBANK`AN SYAR`IAH


FAKULTAS SYARI`AH & TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM CURUP
STAIN(CURUP)
2016/2017
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini

dengan judul Sumpah Dalam Al-Qur`an (Qasam) . Karya ilmiah ini disusun

dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur`an
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..

1.2 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Lafal dan Sumpah

1.2 Manfaat Sumpah Dalam Al-qur`an..................

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Al-Quran sebagai sumber hukum ummat Islam, mampu pada setiap
zamannya, mengundang interpretasi-interpretasi penafsiran pada setiap ayatnya.
Suatu bukti kemukjizatan al-Quran yang menjadi ketakjuban tersendiri bagi
orang-orang yang mau mengkaji lebih dalam makna dan isi kandungan al-Quran.
Salah satu segi kedahsyatan al-Quran adalah aqsham. Aqsham berarti
sumpah-sumpah. Begitu banyak ayat-ayat al-Quran yang menggambarkan Allah
swt., pemilik kalam al-Quran ini, melakukan sumpah atau dengan kata lain
bersumpah dengan sesuatu. Menjadi perenungan besar atas ke maha kuasaan
Allah swt., yang mau mengikutkan mahluk-mahluknya dalam suatu pembuktian.
Sekiranya tanpa demikian Allah swt., tetap menjadi Tuhan atas segalanya, tidak
membuthkan mahluk-mahluk Nya.
Sumpah atau al-aqsham merupakan suatu hal atau kebiasaan bangsa Arab
dalam berkomunikasi untuk menyakinkan lawan bicaranya. Kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh bangsa Arab merupakan suatu hal yang oleh al-Quran
direkonstruksi bahkan ada yang didekonstruksi nilai dan maknanya. Oleh karena
itu, al-Quran diturunkan di lingkungan bangsa Arab dan juga dalam bahasa Arab,
maka Allah swt., juga menggunakan sumpah dalam mengkomunikasikan Kalam-
Nya.1
Telah menjadi kebiasaan karena demikian sudah ada sejak nilai doktrin
Islam belum eksis tatanan bangsa Arab. Meskipun bangsa Arab dikenal dengan
menyembah berhala (paganism) mereka tetap rnenggunakan kata Allah dalam
sumpahnya, seperti disinyalir oleh al-Quran dalam surat Al-Fathiir ayat 42 yang
berbunyi:




1
Muchotob Hamzah,.Studi Al-Quran Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003),
h. 207.
5

Artinya:Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat


sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan,
niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang
lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, Maka kedatangannya
itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran).
(QS. Al-Fathiir 35: 42)

Atau dalam surat An-Nahl ayat 38 yang berbunyi:





Artinya:Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh: Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati.
(tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji
yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS.
An-Nahl 16: 38).

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, ada beberapa


permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana pengertian dan lafal sumpah dalam al-Quran?
2. Bagaiman manfaat sumpah itu sendiri dalam al-Quran?
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Lafal Sumpah

( al-qasamu) yang bermakna


Kata sumpah berasal dari bahasa Arab
( al-yamiin) yaitu menguatkan sesuatu dengan menyebutkan sesuatu yang
diagungkan dengan menggunakan huruf-huruf (sebagai perangkat sumpah) seperti
, dan huruf lainnya.2

Berhubung sumpah itu banyak digunakan orang untuk menguatkan


sesuatu, maka kata kerja sumpah dihilangkan sehingga yang dipakai hanya huruf
-nya saja. Kemudian huruf diganti dengan huruf ,3 seperti firman Allah
dalam surat Al-Lail ayat 1 yang berbunyi:


Artinya:Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (QS. Al-Lail: 1)

Kadang-kadang sumpah juga menggunakan huruf-huruf , seperti firman Allah


dalam surat Al-Anbiya ayat 57:



Artinya:Demi Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. (QS. Al-Anbiya: 57)

Tapi, yang paling lazim digunakan atau dipakai dalam sumpah adalah huruf .

Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumpah diartikan sebagai:

2
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), h. 213.

3
Ibid.
7

1. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada Tuhan atau
kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan
kesungguhannya dan sebagainya).

2. Pernyataan yang disertai tekat melakukan sesuatu untuk menguatkan


kebenaran atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar.

3. Janji atau ikrar yang teguh ( akan menunaikan sesuatu).4

Sedangkan menurut Louis Maluf, dalam konteks bangsa arab, sumpah


yang diucapkan oleh orang Arab itu biasanya menggunakan nama Allah atau
selain-Nya. Pada intinya sumpah itu menggunakan sesuatu yang diagungkan
seperti nama Tuhan atau sesuatu yang disucikan.5

Akan tetapi, bangsa Arab pra-Islam yang dikenal sebagai masyarakat yang
menyembah berhala (paganism). Mereka menyebutkan atau mengatakan sumpah
dengan atas nama tuhannya dengan sebutan Allah, seperti dalam yang tersurat
dalam al-Quran surat Al-Ankabuut ayat 61 yang berbunyi:






Artinya:Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan? tentu
mereka akan menjawab: Allah, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan
(dari jalan yang benar). (QS. Al-Ankabuut: 61)

Dan selanjutnya, juga dalam surat Al-Ankabut ayat 63 dijelaskan bahwa:

4
Tim Penyususun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2002), h.
973.

5
Louis Maluf, al-Munjid, (Beirut: al-Mathbaah al-Kathaliqiyyah., 1956), h. 664.
8

Artinya:Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: Siapakah


yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah
matinya? tentu mereka akan menjawab: Allah, Katakanlah: Segala puji bagi
Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS. Al-Ankabut: 63)

Dhamir (kata ganti) dalam surat Al-Ankabut ayat 63 tersebut, seperti


dikutip Toshihiko Izutsu6 berarti the pagan Arabs. Izutsu berpendapat ada lima
konsep Allah menurut bangsa Arab pra-Islam seperti yang disebut oleh al-Quran
yaitu:

1. Allah adalah pencipta dunia;

2. Allah adalah pencipta hujan, lebih umum lagi Dia-lah yang menciptakan
kehidupan di permukaan bumi;

3. Allah satu-satunya yang berhak disebut dalam sumpah;

4. Allah adalah obyek monoteisme sementara;

5. Allah adalah Tuhannya Kabah (Lord of Kabah).7

Sedangkan huruf-huruf yang berfungsi sebagai perangkat sumpah atau


untuk membentuk lafal sumpah ada 3 macam8 yaitu:
1. Wawu ()

Seperti firman Allah dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 23 yang berbunyi:




Artinya:Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu
adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS.
Adz-Dzariyaat: 23).

Dengan masuknya huruf wawu sebagai huruf qasam maka amil (pelaku)nya
wajib dihapuskan. Dan setelah wawu harus diikuti dengan isim dlahir.

6
Toshihiko Izutsu, God and Man In The Koran. (Illinois: Ayer Company, 1987), h. 101.
7
Ibid.
8
Manna Qaththan, Mabakhisfi Ulum Al-Quran, Terj: Moh. Abdul Ala, (Jakarta:
Cendawan), h. 207.
9

2. Ba ( )

Seperti dalam firman Allah dalam surat A-Qiyaamah ayat 1 yang berbunyi:



Artinya:Aku bersumpah demi hari kiamat. (QS. Al-Qiyaamah: 1)

Maka dengan masuknya huruf Ba ini boleh disebutkan amil-nya sebagaimana


contoh di atas, dan boleh juga menghapusnya, sebagaimana firman Allah dalam
surat Shaad ayat 82 tentang Iblis yang bersumpah untuk menyesatkan manusia:


Artinya:Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan
mereka semuanya. (QS. Shaad: 82).

Setelah huruf Ba boleh diikuti isim dlahir sebagaimana telah dicontohkan di atas,
dan boleh juga diikuti oleh isim dlamir.
3. Ta ( )

Seperti dalam firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 56:



Artinya:Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada
mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezki yang Telah kami berikan
kepada mereka. demi Allah, Sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang
Telah kamu ada-adakan. (QS. An-Nahl: 56).

Dengan masuknya huruf Ta ini, amil (pelaku)-nya harus dihapuskan dan


tidak bisa diikuti sesudahnya kecuali isim jalalah (nama Allah), yaitu atau .
Pada dasarnya, kebanyakan al-muqsam bih (sesuatu yang dijadikan dasar atau
landasan sumpah) itu disebutkan, sebagaimana pada contoh-contoh terdahulu.
Dan kadang-kadang dihapus dengan amil (pelaku)-nya. Bentuk yang seperti ini
banyak sekali, misalnya firman Allah dalam Al-Quran surat At-Takaatsur ayat 8
yang berbunyi:



Artinya:Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At-Takaastur: 8)
10

Pada dasarnya, kebanyakan al-muqsam alaih (sesuatu yang disumpahkan)


disebutkan. Seperti dalam firman Allah :





Artinya:Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak
akan dibangkitkan. Katakanlah: Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu
akan dibangkitkan, Kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang Telah kamu
kerjakan. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghaabun : 7)

Dan kadang-kadang boleh dihapus, seperti dalam firman Allah taala :

Artinya:Qaaf, demi Al Quran yang sangat mulia. (QS. Qaaf : 1).

Selain dari unsur-unsur dan redaksi sumpah tersebut di atas, yang paling
fundamental adalah rukun sumpah yang merupakan unsur-unsur sumpah muncul.
Nashruddin Baidan mengungkapkan bahwa rukun sumpah ada 4, yaitu:

1. Muqsim (pelaku sumpah).

2. Muqsam Bih (sesuatu yang dipakai sumpah).

3. Adat Qasam (alat untuk bersumpah).

4. Muqsam Alaih (berita yang dijadikan isi sumpah atau disebut juga dengan
jawab sumpah).9

5.

9
Nashruddin Baidan. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005),
h. 203.
11

B. Manfaat Sumpah Dalam Al-Quran

Manna al-Qaththan berargumentasi manfaat sumpah merujuk disiplin ilmu


balaghah, al-ma ani. Dalam ilmu ini ada tiga tingkatan psikologis mukhatab atau
lawan bicara yaitu ibtidai yaitu;

1. Lawan bicara tidak ada asumsi apa-apa terhadap mutakallim (pengujar


dalam tradisi lisan atau penulis dalam tradisi tulisan).

2. Kondisi mukhatab itu ragu-ragu terhadap ucapan mutakkallim, maka


dinamakan thalaby.

3. Mukhatab tidak percaya terhadap ucapan pengujar dinamakan dengan


inkary. 10

Pada kondisi yang psikologis thalaby dan inkary dibutuhkan suatu


penegasan. Keadaan psikologis manusia inilah al-Qur an merangkumnya dengan
konsep qasam yang mengadaptasi terhadap kebiasaan (bahasa) Arab.

Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan


bahwa faedah dalam bersumpah adalah:

1. Menjelaskan tentang agungnya al-muqsam bihi (yang dijadikan landasan


atau dasar sumpah).

2. Menjelaskan tentang pentingnya al-muqsam alaih (sesuatu yang


disumpahkan) dan sebagai bentuk penguat atasnya.11

Oleh karena itu, tidaklah tepat bersumpah kecuali dalam keadaan berikut :

10
Ibid. h. 213.
11
Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin. Ulumul Quran.( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 205.
12

1. Hendaknya sesuatu yang disumpahkan (al-muqsam alaih) itu adalah


sesuatu yang penting.

2. Adanya keraguan dari mukhaththab (orang yang diajak bicara).

3. Adanya pengingkaran dari mukhaththab (orang yang diajak bicara)

Terlepas dari apakah argumen yang dipaparkan Manaul Al-Quththan dan


Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin tersebut apologis, secara hermeneutis
sebenamya setiap pengarang, teks dan pembaca tidak terlepas dari konteks sosial,
politis, psikologis, teologis, dan konteks lainnya dalam ruang dan waktu tertentu,
maka dalam memahami sejarah yang diperlukan bukan hanya transfer makna,
melainkan juga transformasi makna.

Dengan begitu, tidak semua doktrin dan pemahaman agama (tafsir)


berlaku sepanjang zaman dan tempat, mengigat antara lain gagasan universal
Islam tidak semuanya tertampung dalam bahasa Arab yang bersifat lokal-kultural,
serta terungkap dalam tradisi kenabian. Itulah sebabnya setiap zaman muncul
berbagai ulama yang menafsirkan ajaran agama dari al-Qur an yang tidak ada
batas akhimya. Jika logika ini diteruskan maka akan timbul pertanyaan yang
menggelisahkan, bisakah manusia memahami dan menggali gagasan-gagasan
Tuhan yang universal namun terwadahi dalam bahasa lokal (bahasa Arab, ini pun
sudah tereduksi Arab versi Quraisy, bukan sebagai bahasa Arab lingua franca).
Hanya saja, dalam psikologi linguistis dikatakan, sebuah ungkapan dalam bentuk
omongan atau tulisan kadang kala kebenarannya serta maksudnya berada jauh ke
depan. bukan berhenti apa yang diucapkan ketika itu. Artinya kebenaran itu
bersifat intensional dan teleologis.12

Ada pertanyaan yang menarik yang dilontarkan oleh az-Zarkasyi dan


asSayuthi. Apa gunanya sumpah dalam al-Quran bagi orang beriman, yang pasti
percaya firman Tuhan. Atau sebaliknya, percuma saja kalimat sumpah dalam

12
Anonim, Tradisi Kemodernan dan Metamodernism, ( Yogyakarta: LidS., 1996), h. 26.
13

alQuran yang ditujukan kepada orang kafir. Bagaimanapun juga mereka tidak
percaya kebenaran al-Quran. As-Sayuthi13 berargumentasi bahwa al-Qur an
diturunkan dalam bahasa Arab, sedangkan kebiasaan bangsa Arab (ketika itu)
menggunakan al-qasam ketika menguatkan atau menyakinkan suatu persoalan.
Sedangkan Abu al-Qasim al-Qusyairi berpendapat al-qasam dalam al-Quran
untuk menyempumakan dan menguatkan argumentasi (hujjah). Dia beralasan
untuk memperkuat argumentasi itu bisa dengan kesaksian (syahadah) dan sumpah
(al-qasam). Sehingga tidak ada lagi yang bisa membantah argumentasi tersebut,
seperti QS.3:18 dan QS.1O:53.14

Alasan yang dipakai as-Sayuthi terjadi persoalan serius kalau memakai


teori sastra kontemporer aliran strukturalisme dengan konsep penulis, teks dan
pembaca. Dalam teori resepsi strukturalis pembaca penulis dianggapmati, yang
menentukan makna (meaning) adalah pembaca. Secara tidak disadari as-Sayuthi
menganggap Tuhan yang menciptakan penanda (signifier) dalam menghasilkan
tanda (sign) mengikuti alur dan kebiasaan dari pembaca petanda (reader/signified)
signified Padahal dalam konsep teologi Sunni, kalam Tuhan sebagai penanda dan
menentukan petanda. Berbeda dengan alasan al-Qusyairi fungsi sumpah dalam
al-qur an hanya penegasan argumentasi untuk pembaca (reader) ayat suci sebagai
pembawa tawaran wacana (discourse), yang mempengaruhi kepada pembaca.

Namun sebagai kitab suci seperti yang digagas Mohammed Arkoun15, al-
Quran adalah sebuah teks yang terbuka dan teks yang menelaah berbagai situasi
batas kondisi manusia: keberadaan, cinta kasih, hidup dan mati. Pernyataan
Arkoun ini mengisyaratkan adanya dialektika aan psikologis manusia yang diajak
bicara.

13
Jalaluddin Abdrurrahman ibn Abu Bakar as-Suyuthi, Al-Itqan Fi Ulum Al- Qur an,
Terj: Abdul Wahab, (Yogyakarta: Wacana Persada, 2000), h. 259.

14
Ibid
15
Mohammed Arkoun, Nalar Islami dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan
Baru ,(Jakarta: INIS, 1994), h.195.
14

BAB III

KESIMPULAN

Al-qasam (sumpah) merupakan kebiasaan bangsa Arab untuk.


menyakinkan lawan bicaranya (mukhatab). S`emenjak dari pra Islam, masyarakat
Arab sudah akrab memakai qasam untuk menegaskan bahwa yang dikatakannya
itu benar. Setelah Islam datang, sumpah boleh dilakukan hanya dengan nama
Allah. Kalau melanggar bisa terkena sanksi teologis dengan vonis syirk,
menyekutukan Tuhan. Berbeda dengan al-Quran, Allah secara absolut
menggunakan sumpah tersebut. Dia biasanya bersumpah dengan dua cara yaitu
dengan menyebut diri-Nya yang Maha Agung atau dengan menyebut ciptaan-Nya.
Sisanya bersumpah dengan nama makhluk-Nya. Maksud menyebutkan ciptaan-
Nya itu untuk menyebutkan keutamaan . (fadlilah) dan manfaat bagi kesejahteraan
manusia.

Sumpah bagi manusia bertujuan untuk mengikat diri untuk tidak


melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu. Tapi, sumpah bagi Allah adalah
untuk menekankan berita sesudahnya dan menguatkan kandungan ungkapan yang
dimaksud. Sebab, menurut Abul Qasim al-Qusyairi bahwa suatu hukum akan
menjadi lebih kuat kalau disertai saksi atau sumpah. Sumpah merupakan
penekanan yang terkenal untuk memantapkan jiwa dan menguatkannya. Al-
Qur'an turun kepada seluruh manusia. Mereka menyikapinya bermacam-macam,
di antaranya ada yang ragu, ada yang ingkar, dan ada pula yang menentang habis-
habisan. Maka, sumpah dalam Al-Qur'an dalam rangka menghilangkan keraguan
dan membatalkan syubuhat (kesamaran), menegakkan hujjah (argumen) dan
menguatkan berita, serta menekankan hukuman dengan sebaik-baik gambaran,
demikian pendapat Syaikh Manna al-Qaththan.
15

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Abdrurrahman ibn Abu Bakar as-Suyuthi, Al-Itqan Fi Ulum al-

Quran, Terj: Abdul Wahab, Yogyakarta: Wacana Persada, 2000.

Manna Qaththan, Mabakhisfi Ulum Al-Quran, Terj: Moh. Abdul Ala, Jakarta:

Cendawan.

Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Ulumul Quran, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000.

Ibid.

Manna Qaththan, Mabakhisfi Ulum Al-Quran, Terj: Moh. Abdul Ala,


(Jakarta: Cendawan), h. 207.
Nashruddin Baidan. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2005), h. 203.

Ibid. h. 213.

Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin. Ulumul Quran.( Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2000), h. 205.

Anda mungkin juga menyukai