Anda di halaman 1dari 14

A.

Pendahuluan
Ulumul Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang hal – hal yang ada
hubungannya dengan Al Qur’an.1 Maka ilmu yang ada dalam Al Qur’an disebut Ulumul
Qur’an. Ilmu tersebut diantaranya adalah Ilmu Aqsamul Qur’an yang berisi tentang sumpah
didalam al qur’an.
Ulumul Qur'an adalah sebuah metode yang lengkap dan menyeluruh untuk membuka
pintu awal dari kedalaman kandungan Al-Quran. Karenanya, umat Islam secara umum,
ataupun secara khusus bagi mahasiswa muslim yang merindukan interaksi lebih mendalam
dengan Al-Quran, secara otomatis akan dituntut untuk mempelajari Ulumul Quran.2
Sumpah dalam konotasi bahasa Al Qur’an disebut qasam yang membicarakan tentang
pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti yang konkrit dan dapat menyeret lawan
untuk mengakui apa yang di ingkarinya.

1
Teuku Muhammad, Ilmu – ilmu Al Qur’an (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra,2002), h. 1
2
Tabrani, hayati, ulumul qur’an (Banda Aceh : Darussalam Publishing, 2013), h.v
B. Definisi Aqsamul Qur’an dan Unsur-Unsurnya

Aqsam adalah bentuk jamak dari “qasam” yang mengandung arti “sumpah” 3 Dalam
bahasa Arab, kata “sumpah” juga sering disebut dengan “al-hilf” (‫ )الحلف‬atau “al-yamin” (
‫)المين‬. Adapun shighat asli dari kata “qasam” ialah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau “ahlafa”
yang dimuta’addi (transitif) dengan “ba” menjadi muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk
bersumpah), kemudian muqsam alaih yang dinamakan dengan jawab qasam.4
Qasam didefenisikan sebagai “mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau
melakukan sesuatu, dengan “suatu makna” yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki
maupun secara i’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Sumpah dinamakan juga dengan
“yamin” (tangan kanan), karena orang Arab ketika bersumpah memegang tangan kanan orang
yang diajak bersumpah5.
Qasam secara terminologi telah banyak di definisikan oleh ulama, diantaranya
adalah :
1) Al-Zakarsyl, yang mengatakan bahwa qasam adalah suatu kalimat yang memberikan
penegasan atau taukid terhadap berita yang disampaikan.6
2) Jalal al-Din al-Sayuthi, mendefinisikan bahwa qasam itu adalah suatu pembenaran dan
penegasan terhadap suatu berita.7

3) Menurut Al-qottan qasam dan yamin adalah dua kata sinonim, memiliki dua kata yang
sama, qasaam didenifisikan sebagai mengingatkan jiwa (hati) untuk tidak melakukan
sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, agunga, baik secara haqiqi maupun
I’tiqody, oleh orang yang bersumpah itu. Bersumpah dinamkan juga dengan yamin
(tangan kanan), karena orang arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan
sahabatnya.
3
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989), h. 341
4
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, terjemahan Aunar Rafiq El-Mazni, (Jakarta: Pustaka
Al
Kautsar, Cet. IV, 2009), h. 364
5
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Qur’an, h. 365
6
Al-Zakarsyl, al-Burhan, fi’ ulum al-qur’an, (Kairo: ‘Isa al-Baby al-Halaby, 11) h. 45
7
Abu al-Fadl Jalal al-Din al-Sayuthi, Al-Itqan fi ‘ulum al-Qur’an (Bierut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah,1991), h. 350
4) Menurut Abu al-qosim al-Qusyairiy menerangkan bahwa rahasia Allah SWT
menyebutkan kalimat “qasam” atau sumpah dalam kitab-Nya adalah untuk
menyempurnakan serta menguatkan hujjah-Nya dan dalam hal ini, kalimat “qasam”
memiliki dua keistimewaan, yaitu pertama sebagai “syahadah” atau persaksian serta
penjelasan dan kedua sebagai “qasam” atau sumpah itu sendiri.
5) Menurut al-Jurnani seperti yang dikutip oleh Hasan Mansur Nasution sumpah
adalah sesuatu yang dikemukakan untuk menguatkan salah satu dari dua berita
dengan menyabutkan nama Allah atau sifatnya.
6) Menurut Miftah Faridl dan Agus Syihabudin, sumpah adalah salah satu alat taukid
yang cukup efektif di dalam kelaziman perhubungan atau komunikasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, „sumpah‟ diartikan sebagai:


a) Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada Tuhan atau kepada
sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan
sebagainya).
b) Pernyataan yang disertai tekat melakukan sesuatu untuk menguat- kan kebenaran atau
berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar.
c) Janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu).

Sedangkan menurut Louis Ma‟luf, dalam konteks bangsa arab, sumpah yang
diucapkan oleh orang Arab itu biasanya menggunakan nama Allah atau selainNya. Pada
intinya sumpah itu menggunakan sesuatu yang diagungkan seperti nama Tuhan atau sesuatu
yang disucikan.
Abu al-Qosim al-Qusyairiy menerangkan bahwa rahasia Allah SWT menyebutkan
kalimat “qasam” atau sumpah dalam Kitab-Nya adalah untuk menyempurnakan serta
menguatkan “hujjah”Nya, dan dalam hal ini, kalimat “qasam” memiliki dua keistimewaan,
yaitu pertama sebagai “syahadah” atau persaksian serta penjelasan dan kedua sebagai
“qasam” atau sumpah itu sendiri.8
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aqsamul Qur’an adalah salah satu dari ilmu-ilmu
tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia sumpah-sumpah
Allah yang terdapat dalam al-Qur’an. Selain pengertian diatas, qasam dapat pula diartikan
dengan gaya bahasa Al-Qur’an menegaskan atau mengukuhkan suatu pesan atau pernyataan

8
Jalaluddin as-Syuyuthi asy-Syafi’i, Al-Itqaan fi Ulumil Qur’an, (Beirut: Darul Fikr, 1429H/2008M), h.
487
menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai muqsam bih. Dalam Al-Qur’an, ungkapan
untuk memaparkan qasam dengan memakai kata aqsama, dan kadang menggunakan kata
halafa.

Unsur-Unsur dari Qasam


a. Fi’il Qasam
Qasam atau sumpah itu sering dipergunakan dalam percakapan, sehingga tak jarang
qasam tersebut diringkas: yaitu dengan menghilangkan “fi’il qasam” dan dicukupkan dengan
“baa” saja9 Kemudian “baa” pun diganti dengan “wawu” pada isim dzahir, seperti:

‫َوالَّ ْلي ِل ِإ َذا َي ْغ َشى‬


“Demi malam, bila menutupi (cahaya siang)”. (QS. Al-Lail: 1)

Dan diganti dengan “taa” pada lafazh jalalah, misalnya:


ِ ِ
ْ ‫َوتاَهلل َألكْي َد َّن‬
‫َأصنَ َام ُك ْم‬
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhalamu.” (QS. Al-
Anbiyaa’: 57).

b. Al-Muqsam bihi
Al-Muqsam bihi yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah. Sumpah dalam al-
Qur’an ada kalanya dengan memakai nama Allah dan ada kalanya dengan menggunakan
nama-nama ciptaan-Nya. Allah bersumpah dengan zat-Nya dalam Al Qur’an pada tujuh
tempat10yaitu

1. Surat Al Taghabun ayat 7

‫َُّؤن بِ َما َع ِم ْلتُ ْم ۚ َو ٰ َذلِكَ َعلَى هَّللا ِ يَ ِسي ٌر‬


َّ ‫ ۚ قُلْ بَلَ ٰى َو َربِّي لَتُ ْب َعثُ َّن ثُ َّم لَتُنَب‬t‫َز َع َم الَّ ِذينَ َكفَرُوا َأ ْن لَ ْن يُ ْب َعثُوا‬
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.”

9
“Baa” tidak terdapat dalam Alquran kecuali dengan fi’il qasam, seperti dalam QS. An-Nur: 53
10
Teuku Muhammad, Ilmu – ilmu Al Qur’an, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 185
2. Surat Saba’ ayat 3

ِ ‫َوقَا َل الَّ ِذينَ َكفَرُوا اَل تَْأتِينَا السَّا َعةُ ۖ قُلْ بَلَ ٰى َو َربِّي لَتَْأتِيَنَّ ُك ْم عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب ۖ اَل يَ ْع ُزبُ َع ْنهُ ِم ْثقَا ُل َذ َّر ٍة فِي‬
‫ب ُمبِي ٍن‬ٍ ‫ك َواَل َأ ْكبَ ُر ِإاَّل فِي ِكتَا‬ َ ِ‫ض َواَل َأصْ َغ ُر ِم ْن ٰ َذل‬
ِ ْ‫ت َواَل فِي اَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ال َّس َم‬

“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada
kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib,
sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-
Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang
lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata
(Lauh Mahfuzh)",”

3. Surat Yunus ayat 53

ِ ‫ق ۖ َو َما َأ ْنتُ ْم بِ ُمع‬


َ‫ْج ِزين‬ ٌّ ‫ك َأ َح‬
ٌّ ‫ ِإنَّهُ لَ َح‬t‫ق هُ َو ۖ قُلْ ِإي َو َربِّي‬ َ َ‫َويَ ْستَ ْنبُِئون‬

“Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?


Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-
kali tidak bisa luput (daripadanya)".”

4. Surat Maryam ayat 63

ِ ُ‫تِ ْلكَ ْال َجنَّةُ الَّتِي ن‬


ُ ‫ور‬
‫ث ِم ْن ِعبَا ِدنَا َم ْن َكانَ تَقِيًّا‬

“Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu
bertakwa.”

5. Surat Al Hijr ayat 96

َ‫الَّ ِذينَ يَجْ َعلُونَ َم َع هَّللا ِ ِإ ٰلَهًا آخَ َر ۚ فَ َسوْ فَ يَ ْعلَ ُمون‬

“(Yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah;
maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya).”

6. Surat An Nisa ayat 65


َ َ‫ فِي َأ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِم َّما ق‬t‫ك فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِجدُوا‬
‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموا‬ َ ‫ِّك اَل يُْؤ ِمنُونَ َحتَّ ٰى ي َُح ِّك ُمو‬
tَ ‫فَاَل َو َرب‬
‫تَ ْسلِي ًما‬

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

7. Surat Al Ma’arij ayat ke 40

َ ْ‫ث اَأْلر‬
َ‫ض َو َم ْن َعلَ ْيهَا َوِإلَ ْينَا يُرْ َجعُون‬ ُ ‫ِإنَّا نَحْ نُ ن َِر‬

“Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya,
dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.”

c. Muqsam ‘alaih
Muqsam ‘alaih artinya bentuk berita yang ingin dipercaya/diterima oleh orang yang
mendengarnya sehingga diperkuat dengan sumpah tersebut atau disebut juga jawab qasam.
Posisi muqsam alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban qasam karena yang
dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidi muqsam alaih (menguatkannya).
Menurut Mana’ul Quthan ada empat hal yang harus dipenuhi muqsam alaih, yaitu :
1. Muqsam alaih/berita itu harus terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji, atau hal-hal yang
penting.
2. Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah. Jika kalimat
muqsam alaih tersebut terlalu panjang, maka muqsam alaihnya boleh dibuang.
3. Jika jawab qasamnya berupa fi’il madhi mutaharrif yang positif (tidak dinegatifkan),
maka muqassam alaihnya harus dimasuki huruf “lam” dan “qod”.
4. Materi isi muqsam alaih itu bisa bermacam-macam, terdiri dari berbagai bidang
pembicaraan yang baik-baik dan penting.

C. Macam-macam Aqsamul Qur’an

Dilihat dari segi fi’ilnya, Abdul Djalal membagi qasam dalam Al-Qur’an ada dua macam,
yaitu;
a. Qasam Dhahir (nampak/ jelas), yaitu qasam yang fi’il qasamnya disebutkan bersama
dengan muqsam bihnya. Seperti ayat berikut :
ِ‫هِن‬
( ٣٨ :‫وت )النحل‬ ُ ‫وَأقْ َس ُمواْ بِاللّ ِه َج ْه َد َأمْيَا ْم الَ َيْب َع‬....
ُ ُ‫ث اللّهُ َمن مَي‬ َ
Artinya : “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-
sungguh: ‘Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati’.”

b. Qasam Mudhmar (tersimpan/ samar) yaitu qasam yang didalamnya tidak


dijelaskan/disebutkan fi’il qasam dan muqsam bihnya. Tetapi yang menunjukkan bahwa
kalimat tersebut kalimat qasam adalah kata-kata setelahnya yang diberi lam taukid yang
masuk kedalam jawab qasamnya, seperti :

(١٨٦:‫لَتُْبلَ ُو َّن يِف َْأم َوالِ ُك ْم َوَأن ُف ِس ُك ْم )آل عمران‬...


Artinya : “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”

Dilihat dari segi muqsam bihnya, maka qasam ada tujuh macam:

1. Qasam dengan DzatAllah SWT atau sifat-sifatNya yang terdapat pada 7ayat,
diantaranya seperti dalam surat Al Hijr ayat 92.

َ‫ك لَنَ ْسَألَنَّهُ ْم َأجْ َم ِعين‬


َ ِّ‫فَ َو َرب‬

2. Qasam dengan perbuatan-perbuatan Allah SWT, seperti dalam surat As Syams ayat 5.

‫َوال َّس َما ِء َو َما بَنَاهَا‬

3. Qasam dengan yang dikerjakan Allah SWT, seperti dalam surat At Thur ayat 1.

‫ور‬ ُّ ‫َو‬
ِ ‫الط‬

4. Qasam dengan malaikat-malaikat Allah SWT, seperti dalam surat An-Nazi’at ayat 1-3

ِ ‫﴾ َوالسَّابِ َحا‬٢﴿ ‫ت نَ ْشطًا‬


٣﴿ ‫ت َس ْبحًا‬ ِ ‫﴾ َوالنَّا ِشطَا‬١﴿ ‫ت غَرْ قًا‬ ِ َّ‫﴾ َوالن‬
ِ ‫ازعَا‬

5. Qasam dengan Nabi Allah SWT, seperti dalam surat Al Hijr ayat 72.
َ‫ك ِإنَّهُ ْم لَفِي َس ْك َرتِ ِه ْم يَ ْع َمهُون‬
َ ‫لَ َع ْم ُر‬

6. Qasam dengan makhluk Allah SWT, seperti dalam surat At Tin ayat 1-2.

ِ ُ‫﴾ َوط‬١﴿ ‫﴾ َوالتِّي ِن َوال َّز ْيتُو ِن‬


٢﴿ َ‫ور ِسينِين‬

7. Qasam dengan waktu, seperti dalam surat Ad Dhuha ayat 1-2.

٢﴿ ‫﴾ َواللَّ ْي ِل ِإ َذا َس َج ٰى‬١﴿ ‫﴾ َوالضُّ َح ٰى‬

D. Huruf-huruf Qasam

Huruf-huruf yang biasa digunakan untuk pernyataan qasam ada tiga;

1. Huruf waw, semisal dalam firman Allah SWT.:

َ‫ق ِم ْث َل َما َأنَّ ُك ْم تَ ْن ِطقُون‬ ِ ْ‫فَ َو َربِّ ال َّس َما ِء َواَأْلر‬


ٌّ ‫ض ِإنَّهُ لَ َح‬
Artinya: “Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu
adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (QS. Adz-
Dzariyat: 23)

2. Huruf ta, semisal firman Allah SWT.:

َ‫صيبًا ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم ۗ تَاهَّلل ِ لَتُ ْسَألُ َّن َع َّما ُك ْنتُ ْم تَ ْفتَرُون‬
ِ َ‫َويَجْ َعلُونَ لِ َما اَل يَ ْعلَ ُمونَ ن‬
Artinya: “Demi Allah, Sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah
kamu ada-adakan.” (An-Nahl: 56).

Sumpah dengan menggunakan huruf ta tidak boleh menggunakan kata yang


menunjukkan sumpah dan sesudah ta harus disebutkan kata Allah atau rabb.

3. Huruf ba, semisal firman Allah SWT.:


‫اَل ُأ ْق ِس ُم بِيَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
Artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat” (QS. Al-Qiyamah: 1)

Kalimat sumpah dengan menggunakan huruf ba boleh diikuti kata yang


menunjukkan sumpah, sebagaimana contoh di atas, dan boleh pula tidak menyertakan
kata sumpah, sebagaiman dalam firman Allah SWT.

E. Shighat Aqsamil Qur’an

a. Sighat pertama
Sighat (bentuk) yang asli dalam sumpah itu ialah bentuk yang terdiri dari tiga unsur, yaitu
fi’il sumpah yang dimuta’addikan dengan “ba’” muqsam bih dan muqsam alaih. Kemudian
fi’il yang dijadikan sumpah itu bisa lafal aqsamu, ahlifu atau asyhidu yang semuanya berarti
“ bersumpah”.

b. Sighat kedua: ditambah huruf la


Kebiasaan orang yang bersumpah itu memakai berbagai macam bentuk, yang berarti
merupakan sighat-sighat yang tidak asli lagi. Begitu pula di dalam Al Quran, banyak terdapat
juga sighat-sighat sumpah lain, disamping yang asli. Mislanya sighat yang ditambah huruf
“la” di depan fi’il qasamnya.

Contoh : ‫اَل ُأ ْق ِس ُم بِيَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬

c. Sighat ketiga: ditambah kata Qul Bala (‫)قل بل‬


Sighat ini adalah untuk membantah atau menyanggah keterangan yang tidak benar.
Tambahan “Qul Bala” itu adalah untuk melengkapi ungkapan kalimat yang sebelumnya, yang
berisi keterangan yang tidak betul.

Contoh : ‫لتبعثن‬ ‫قل بلى وربى‬

d. Sighat keempat: ditambah kata-kata Qul Iiy ( ْ‫)قُلْ اِي‬


Kadang-kadang sumpah dalam Al Quran itu ditambah dengan kata-kat “ Qul Iiy” yang berarti
benar.
ْ ‫لَ َح‬
Contoh : ‫ق‬ ُ‫قُلْ اِيْ َو َربِّي اِنَّه‬

F. Tujuan dan Hikmah Aqsamul Qur’an

Tujuan Aqsamul Qur’an

a. Sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat diterima atau dipercaya
oleh pendengarnya. Sedang sikap pendengar sesudah mendengar qasam akan bersikap
salah satu dari beberapa kemungkinan:
- Pendengar yang netral, tidak ragu dan tidak pula mengingkarinya. Karena telah
diperkuat dengan sumpah apalagi dengan menggunakan kata Allah swt. Maka
pendengar yang seperti ini akan diberi ungkapan ibtida’ (berita yang diberi penguat
taukid ataupun sumpah).
- Pendengar mengingkari berita yang didengar. Oleh karenanya berita harus berupa
kalam ingkari (diperkuat sesuai kadar keingkarannya). Bila kadar keingkarannya
sedikit, cukup dengan satu taukid saja. Sedang apabila kadar keingkarannya cukup
berat, maka menggunakan dua taukid (penguat).
b. Untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam alaih. Oleh karena itulah muqsam alaih
haruslah berupa hal-hal yang layak didatangkan qasam baginya, seperti hal-hal ghaib dan
tersembunyi jika qasam itu dimaksudkan untuk menetapkan keberadaannya.
c. Untuk menjelaskan tauhid atau untuk menegaskan kebenaran al-Qur’an.

Hal ini sejalan dengan tanggapan manusia pada umumnya terhadap ajaran yang
disampaikan kepada manusia. Dengan kata lain tujuan sumpah adalah untuk memperkuat
pemberitaan kepada orang lain, yang mungkin akan mengingkari kebenarannya, sehingga
pemberitaan tersebut dapat diterima dengan yakin.
Di antara golongan manusia itu ada yang meragukan, mempertanyakan bahkan menolak
kebenaran al-Quran. Dalam hal ini sumpah dalam al-Quran ditunjukkan untuk
menghilangkan keraguan, menegakkan argumentasi dan menguatkan hujjah yang dalam hal
ini yaitu ajaran atau pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.11

11
Op. Cit, Manna’ al-Qaththan, Mabahits, hlm. 285
Hikmah Aqsamul Qur’an

1. Berita itu sudah sampai pendengar dan jika dia bukan orang yang menolak, tentunya
berita tersebut sudah diterima dan dipercaya karena sudah diperkuat dengan sumpah,
apalagi memakai nama Allah SWT.
2. Pemberi berita sudah merasa lega, karena telah menaklukkan pendengar dengan cara
memperkuat berita-beritanya dengan sumpah atau dengan beberapa taukid (penguat). Hal
ini berbeda sebelum dia bersumpah, jiwanya masih merasa kecewa, karena beritanya
belum diterima pendengar.
3. Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, kita telah menjadikan
nama-Nya selaku Dzat yang diagungkan sebagai penguat sumpahnya. Tidak memakai
nama atau benda-benda lain, sesuai dengan peraturan dan definisi sumpah itu sendiri.

G. Manfaat Aqsamul Qur’an

1) Tujuan Aqsamul Qur’an.


2) Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat diterima
atau dipercaya oleh pendengarnya.
3) Pendengar yang netral, tidak ragu dan tidak pula mengingkarinya. Maka pendengar yang
seperti ini akan diberi ungkapan ibtida’ (berita yang diberi penguat taukid ataupun sumpah)
contohsurat Al-Hadid:8.
4) Pendengar mengingkari berita yang didengar. Oleh karenanya berita harus berupa kalam
ingkari (diperkuat sesuai kadar keingkarannya). ContohsuratAnNisa’:40. Sedang apabila
kadar keingkarannya cukup berat, maka menggunakan dua taukid (penguat). Sepertisurat Al-
Maidah:72.
5) Untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam alaih (jawab qasam, pernyataan yang
kerenanya qasam diucapkan).
6) Untuk menjelaskan tauhid atau untuk menegaskan kebenaran al-Qur’an.

Faedah Qasam dalam al-Quran


Sebagaimana kita ketahui bahwa Qasam dalam Al-Quran bermuatan rahasia untuk
menguatkan pesan-pesan Al-Quran yang sampai kepada manusia terutama untuk orang yang
masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran al-Quran. Menurut
Hasan, ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam al-Quran, yaitu: ibtida’,
thalabi, dan inkari.

Ibtida’ (berita tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan wajar-wajar
saja dalam menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak mengingkarinya.

Thalabi, yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu berita,
sehingga berita yang disampaikan kepadanya perlu diberikan sedikit penguat yang
disebut dengan kalimat thalabi atau taukid untuk meyakinkan dan menghilangkan
keraguannya.

Inkari, yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu menyangkal
suatu berita, untuk kondisi seperti ini beritanya harus disertai dengan kalam inkari
(diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya). Oleh karena itu, Allah menggunakan
kalimat sumpah dalam al-Quran untuk menghilangkan keraguan, menegakkan hujjah
dan menguatkan berita terhadap orang-orang yang seperti ini.

Kesimpulan

Dari uraian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Aqsamul Qur’an adalah salah satu
dari ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia
sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an. Qasam dapat pula diartikan dengan
gaya bahasa Al-Qur’an menegaskan atau mengukuhkan suatu pesan atau pernyataan
menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai muqsam bih.

Rukun-rukun yang ada dalam aqsam Al quran adalah fi’il qasam, muqsam bih dan
muqsam alaih.Huruf-huruf yang digunakan dalam aqsam, pertama huruf wau dan
huruf ba’.Sumpah yang menggunakan huruf wau tidak perlu menggunakan lafad aqsama,
ahlafa. Sumpah yang menggunakan huruf ba’ bisa disertai dengan kata yang menunjukkan
sumpah dan boleh tidak menyertakan sumpah.
Bentuk-bentuk aqsam Al Quran ada yang menggunakan bentuk asli, ditambah dengan
huruf La, ditambah kata Qul Bala (‫)قل بلي‬, ditambah kata-kata Qul Iiy (‫ي‬
ْ ِ‫)قل ا‬.Aqsam Al Quran
ini berfungsi sebagai penguat (ta’kid) ucapan agar pendengar mudah diterima dan dipercaya.

Dalam qasam juga terdapat faedah-faedah diantaranya adalah berita yang sudah sampai
pendengar, dan dia bukan orang yang apriori, berita itu sudah diterima dan dipercaya karena
sudah diperkuat dengan sumpah. Pemberita berita itu sudah merasa lega, karena telah
menaklukkan pendengar dengan cara memperkuat berita dengan sumpah. Dan dengan
bersumpah menggunakan nama Allah atau sifat-sifat-Nya berarti memuliakan atau
mengagungkan Allah SWT. karena telah menggunakan nama-Nya selaku Dzat yang
diagungkan sebagai penguat sumpah.

Penutup

Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Al-Qur’an. Harapan kami dengan adanya tulisan makalah ini kita dapat
sama-sama belajar dan paham mengenai Aqsamil Qur’an.

Apabila terdapat kesalahan di dalam makalah ini, kami memohon maaf sebesar-
besarnya karena kami masih dalam proses belajar untuk menjadi seorang mahasiswa yang
sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, terjemahan Aunar Rafiq El-Mazni, Jakarta:
Pustaka Al Kautsar, 2009

Muhammad, Teuku, Ilmu – ilmu Al Qur’an, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2002

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989

Khalaf Abdul Wahab, Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 2003

Syafe’i Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010

Abu al-Fadl, Jalal al-Din al-Sayuthi, 1991, Al-Itqan Fi ‘Ulum al-Qur’an Bierut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyah

Al-Zakarsyl, al-Burhan, 11, Fi’ Ulum al-Qur’an, Kairo: ‘Isa al-Baby al-Halaby

Jalaluddin as-Syuyuthi asy-Syafi’i, 1429H/2008M, Al-Itqaan fi Ulumil Qur’an, Beirut: Darul


Fikr

Tabrani, hayati, Ulumul Qur’an, Banda Aceh : Darussalam Publishing, 2013

Nasution, Hasan Mansur, Uulumul Quran, Medan : Duta Azhar, 2011

Anda mungkin juga menyukai