Anda di halaman 1dari 8

1.

DEFINISI DAN SIQAT QASAM

Kata Qasam adalah bentuk mufrad (tunggal) dari kata Aqsam. Qasam secara
etimologi (bahasa) adalah yang berarti sumpah.. Shighat asli qasam
adalah dengan menggunakan kata kerja atau yang dimutaadikan
(transitif) dengan ba menjadi muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk
bersumpah) kemudian muqsam alaih, atau disebut juga dengan jawab qasam.1[3]
Misalnya firman Allah dalam:


Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan sumpah yang sungguh-sungguh,


bahwasanya Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati (Q.S. An-Nahl:38)

Dengan demikian, ad atiga unsur dalam shighat qasam (sumpah) fiil yang
ditransitifkan dengan ba muqsam bih dan muqsam alaih.

Secara terminology (istilah), Ibnul Qayyim menefenisikan qasam dengan


Suatu kalimat yang memberikan penegasan (taukid) terhadap berita atau tuntunan
yang disampaikan.2[4]
Sedangkan menurut Manna al-Qatthan, qasam adalah:
"
Sebagai pengikat jiwa (hati) agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
dianggap besar atau agung oleh yang bersumpah, baik secara hakiki maupun
Itiqadi.3[5]
Secara umum dapat dikatakan bahwa sumpah atau qasam adalah segala sesuatu
yang dikemukakan untuk menguatkan berita dengan menggunakan unsur-unsur
sumpah. Jadi, yang dimaksud dengan sumpah Allah adalah sesuatu yang digunakan
1

3
Allah untuk menguatkan berita dari Allah melalui firmanNya dengan
menggunakan unsure-unsur sumpah.4[

2. FAEDAH QASAM DALAM QUR'AN

Bahasa Arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapan


dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya.
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk
memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Al-Quran Al-
Karim diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang
bermacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan, ada yang
mengingkari dan adapula yang amat memusuhi, karena itu dipakailah Qasam
dalam kalamullah. Qasam berfaedah untuk

menghilangkan keraguan,
memantapkan dan memperkuat kebenaran dalam jiwa tentang sesuatu yang
diucapkan/ disampaikan kepada mukhatab dengan menggunakan sesuatu yang
dipandang agung, besar dan sakral.
melenyapkan kesalahpahaman,
membangun argumentasi,
menguatkan khabar
menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
.
Dalam Islam, sesuatu yang boleh digunakan untuk sumpah oleh manusia
adalah Allah dan sifat-sifatnya, sedangkan bagi Allah berhak menggunakan
sumpah dengan apa saja yang dikehendaki, baik Dzat-Nya sendiri ataupun
makhluk-Nya.
melenyapkan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabar
dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.

3. MUQSAM BIH DALAM QUR'AN

4
Muqsam bih adalah sesuatu yang digunakan untuk bersumpah ( Al Khattan, 2001:
413 ). Kekuatan dan kesakralan sumpah tergantung dari muqsam bih yang
digunakan. Termasuk konsekuensi yang akan diterima oleh orang yang
mengucapkan.

Dalam Al-Quran, Allah menggunakan muqsam bih dengan apa saja yang
dikehendaki ( Al Khattan, 2001: 416 ). Namun, secara garis besar, muqsam bih
yang digunakan Allah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Sumpah Allah dengan Dzat-Nya sendiri.

Sumpah Allah dengan Dzat-Nya ini dimaksudkan untuk memantapkan eksistensi


Dzat-Nya dan sifat-sifat-Nya ( Al Jauziyah, 2001: 9 ).

Muqsam bih dengan Dzat Allah ini disebut sebanyak 7 tempat dalam Al-Quran
( Al Khattan, 2001: 416 ), diantaranya:

Artinya: orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka


sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi
Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan
diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.( QS At Tagabun ( 64) : 7 )

Artinya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka


semua. ( QS Al Hijr ( 15 ) : 92)

Artinya: Demi Tuhanmu, Sesungguhnya akan Kami bangkitkan


mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan
mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut. ( QS Maryam
(19): 68 )

b. Sumpah Allah dengan sebagian makhluk-Nya

Sumpah ini merupakan sumpah yang paling banyak disebut dalam Al-Quran.
Sumpah ini digunakan dengan maksud untuk menunjukkan bahwa makhluk itu
termasuk salah satu ayat-Nya yang agung ( Al Jauziyah, 2001: 9 ), di antaranya :

Artinya: 1. demi matahari dan cahayanya di pagi hari, 2. dan


bulan apabila mengiringinya, 3. dan siang apabila
menampakkannya, 4. dan malam apabila menutupinya, 5. dan
langit serta pembinaannya, 6. dan bumi serta penghamparannya,
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu ( QS Asy Syams ( 91 ): 1-9 ).

Artinya : demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,@ dan demi bukit
Sinai,@ dan demi kota (Mekah) ini yang aman,@ Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya( QS Attin ( 95 ) : 1-4 )

Artinya: demi malam apabila menutupi (cahaya siang),@ dan


siang apabila terang benderang, @dan penciptaan laki-laki dan
perempuan, @Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-
beda ( QS Al Lail (92) : 1-4 )

Khusus sumpah yang dilakukan manusia, syariat Islam


memberikan aturan yang jelas, yaitu bersumpah hanya dengan Allah saja.
Sedangkan bersumpah selain Allah dipandang syirik. Yusuf Qardhawi ( 1995: 522 )
menjelaskan bahwa apabila seseorang bersumpah dengan Allah berarti dia
mengagungkan-Nya dan mentauhidkan-Nya. Kalau berdusta, ia tinggal
menanggung dosanya. Namun, bila seseorang bersumpah dengan selain Allah,
sesungguhnya ia telah melakukan perbuatan syirik. Fatwa ini didasarkan pada
sabda Rasulullah saw. :

( )

Artinya : Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, sesungguhnya ia telah


melakukan syirik

4. MACAM-MACAM QASAM

Qasam itu adakalanya zahir (jelas, tegas) dan adakalanya mudmar (tersembunyi,
tersirat).
a. Zahir
Zahir ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fiil qasam dan muqsam bih. Dan
diantaranya ada yang dihilangkan fiil qasamnya, sebagaimana pada umumnya,
karena dicukupkan dengan huruf berupa ba, wawu dan ta.
Dan ada juga yang didahului la nafy, seperti:

Tidak sekali-sekali, aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-kali aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S. Al-Qiyamah:
1-2)
Sebagian ulama mengatakan la di sua tempat ini adalah la nafy untuk
menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah. Ada
pula yang mengatakan bahwa la tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan ia
mengatakan, aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu, tetapi
ada juga yang berpendapat, bahwa la tersebut zaidah (tambahan).

b. Mudmar
Yaitu yang di dalamnya tidak dijelaskan fiil qasam dan tidak pula muqsam bih,
tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk ke dalam jawab qosam, seperti
firman Allah dalam Q.S. Ali Imron: 186
cqn=7Fs9 N69uqBr& N6Rr&ur
(kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu). Maksudnya, Demi Allah,
kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.

5. HAL IKHWAL MUQSAM'ALAIH


Muqsam alaih atau dikenal dengan jawab qasam adalah sesuatu yang karenanya
sumpah diucapkan. Dengan kata lain, qasam diucapkan karena untuk
mengukuhkan muqsam alaih. Mudzakir, dalam menterjemahkan kitab Mabahis fi
ulumil Quran memberi penjelasan bahwa dalam gramatika bahasa Arab, qasam
dan syarat merupakan unsur suatu kalimat. Keduanya harus mempunyai
pernyataan jawab yang lazim disebut jawab qasam (muqsam alaih ), seperti
kalimat Demi Allah, saya akan bersedekah , dan jawab syarat, seperti kalimat
Jika kamu rajin belajar, tentu akan pandai. (Al Khattan, 2001: 422 )

6. QASAM DAN SYARAT

Qasam dan syarat yang menjadi satu dalam suatu kalimat, maka yang menjadi
jawab adalah yang lebih dahulu dari keduanya, baik qasam maupun syarat, jawab
yang terletak kemudian tidak diperlukan.
Apabila qasam mendahului syarat, maka unsur yang menjadi jawab adalah qasam,
dan jawab syarat tidak diperlukan lagi. Misalnya:


Jika kamu tidak berhenti, pasti kamu akan dirajam, (Q.S. Maryam:46)
Pada ayat ini bersatu qasam dan syarat, sebab taqdirnya ialah, Demi Allah, jika
kamu tidak berhenti.... lam yang masuk kedalam syarat itu bukanlah lam
jawab qasam sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:

Demi Allah, sungguh aku akan melakukan siasat, strategi terhadap berhala-
berhalamu. (Q.S. Al-Anbiya: 57).
Tetapi ia adalah lam yang masuk ke dalam adatu asy-syarth yang berfungsi
sebagai indikator bahwa pernyataan jawab yang sesudahnya adalah untuk sumpah
yang sebelumnya, bukan untuk syarat lam seperti dinamakan lam mudzinah
(indikator) dan juga dinamakan lam mauthiah (pengantar), karena ia mengatakan
atau merintis jawaban bagi qasam.
Lam mauthiah ini pada umumnya masuk ke dalam in syartiyah tetapi terkadang
pula masuk kedalam yang lain. Tidak dapat dikatakan kalimat syarat itu adalah
jawab bagi qasam yang dikira-kirakan, karena syarat tidak bisa menjadi jawab.
Sebab jawab haruslah berupa kalimay berita sedangkan syarat adalah insya,
bukan kalimat berita. Dengan demikian masuknya qasam lam mautjiah ke
dalam syarat tidaklah wajib. Sebab lam itu terkadang dihilangkan padahal qasam
tetap diperkirakan sebelum syarat.

7. BEBERAPA FI'IL YANG BERFUNGSI SEBAGAI QASAM


Apabila qasam berfungsi memperkuat muqsam alaih, maka beberapa fiil dapat
difungsikan sebagai qasam jika konteks kalimatnya menunjukkan makna qasam.
Misalnya:



Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia .... (Q.S.
Ali Imran: 187)
Lam pada Latubayyinunnahu li an-nasi adalah lam qasam dan kalimat
sesudahnya adalah jawab qasam, sebab akhzu al-mitsaq bermakna istihlaf
(mengambil sumpah).

Anda mungkin juga menyukai