Kata Qasam adalah bentuk mufrad (tunggal) dari kata Aqsam. Qasam secara
etimologi (bahasa) adalah yang berarti sumpah.. Shighat asli qasam
adalah dengan menggunakan kata kerja atau yang dimutaadikan
(transitif) dengan ba menjadi muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk
bersumpah) kemudian muqsam alaih, atau disebut juga dengan jawab qasam.1[3]
Misalnya firman Allah dalam:
Dengan demikian, ad atiga unsur dalam shighat qasam (sumpah) fiil yang
ditransitifkan dengan ba muqsam bih dan muqsam alaih.
3
Allah untuk menguatkan berita dari Allah melalui firmanNya dengan
menggunakan unsure-unsur sumpah.4[
menghilangkan keraguan,
memantapkan dan memperkuat kebenaran dalam jiwa tentang sesuatu yang
diucapkan/ disampaikan kepada mukhatab dengan menggunakan sesuatu yang
dipandang agung, besar dan sakral.
melenyapkan kesalahpahaman,
membangun argumentasi,
menguatkan khabar
menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
.
Dalam Islam, sesuatu yang boleh digunakan untuk sumpah oleh manusia
adalah Allah dan sifat-sifatnya, sedangkan bagi Allah berhak menggunakan
sumpah dengan apa saja yang dikehendaki, baik Dzat-Nya sendiri ataupun
makhluk-Nya.
melenyapkan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabar
dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
4
Muqsam bih adalah sesuatu yang digunakan untuk bersumpah ( Al Khattan, 2001:
413 ). Kekuatan dan kesakralan sumpah tergantung dari muqsam bih yang
digunakan. Termasuk konsekuensi yang akan diterima oleh orang yang
mengucapkan.
Dalam Al-Quran, Allah menggunakan muqsam bih dengan apa saja yang
dikehendaki ( Al Khattan, 2001: 416 ). Namun, secara garis besar, muqsam bih
yang digunakan Allah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Muqsam bih dengan Dzat Allah ini disebut sebanyak 7 tempat dalam Al-Quran
( Al Khattan, 2001: 416 ), diantaranya:
Sumpah ini merupakan sumpah yang paling banyak disebut dalam Al-Quran.
Sumpah ini digunakan dengan maksud untuk menunjukkan bahwa makhluk itu
termasuk salah satu ayat-Nya yang agung ( Al Jauziyah, 2001: 9 ), di antaranya :
Artinya : demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,@ dan demi bukit
Sinai,@ dan demi kota (Mekah) ini yang aman,@ Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya( QS Attin ( 95 ) : 1-4 )
( )
4. MACAM-MACAM QASAM
Qasam itu adakalanya zahir (jelas, tegas) dan adakalanya mudmar (tersembunyi,
tersirat).
a. Zahir
Zahir ialah sumpah yang di dalamnya disebutkan fiil qasam dan muqsam bih. Dan
diantaranya ada yang dihilangkan fiil qasamnya, sebagaimana pada umumnya,
karena dicukupkan dengan huruf berupa ba, wawu dan ta.
Dan ada juga yang didahului la nafy, seperti:
Tidak sekali-sekali, aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak sekali-kali aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S. Al-Qiyamah:
1-2)
Sebagian ulama mengatakan la di sua tempat ini adalah la nafy untuk
menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah. Ada
pula yang mengatakan bahwa la tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan ia
mengatakan, aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu, tetapi
ada juga yang berpendapat, bahwa la tersebut zaidah (tambahan).
b. Mudmar
Yaitu yang di dalamnya tidak dijelaskan fiil qasam dan tidak pula muqsam bih,
tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk ke dalam jawab qosam, seperti
firman Allah dalam Q.S. Ali Imron: 186
cqn=7Fs9 N69uqBr& N6Rr&ur
(kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu). Maksudnya, Demi Allah,
kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.
Qasam dan syarat yang menjadi satu dalam suatu kalimat, maka yang menjadi
jawab adalah yang lebih dahulu dari keduanya, baik qasam maupun syarat, jawab
yang terletak kemudian tidak diperlukan.
Apabila qasam mendahului syarat, maka unsur yang menjadi jawab adalah qasam,
dan jawab syarat tidak diperlukan lagi. Misalnya:
Jika kamu tidak berhenti, pasti kamu akan dirajam, (Q.S. Maryam:46)
Pada ayat ini bersatu qasam dan syarat, sebab taqdirnya ialah, Demi Allah, jika
kamu tidak berhenti.... lam yang masuk kedalam syarat itu bukanlah lam
jawab qasam sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:
Demi Allah, sungguh aku akan melakukan siasat, strategi terhadap berhala-
berhalamu. (Q.S. Al-Anbiya: 57).
Tetapi ia adalah lam yang masuk ke dalam adatu asy-syarth yang berfungsi
sebagai indikator bahwa pernyataan jawab yang sesudahnya adalah untuk sumpah
yang sebelumnya, bukan untuk syarat lam seperti dinamakan lam mudzinah
(indikator) dan juga dinamakan lam mauthiah (pengantar), karena ia mengatakan
atau merintis jawaban bagi qasam.
Lam mauthiah ini pada umumnya masuk ke dalam in syartiyah tetapi terkadang
pula masuk kedalam yang lain. Tidak dapat dikatakan kalimat syarat itu adalah
jawab bagi qasam yang dikira-kirakan, karena syarat tidak bisa menjadi jawab.
Sebab jawab haruslah berupa kalimay berita sedangkan syarat adalah insya,
bukan kalimat berita. Dengan demikian masuknya qasam lam mautjiah ke
dalam syarat tidaklah wajib. Sebab lam itu terkadang dihilangkan padahal qasam
tetap diperkirakan sebelum syarat.
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia .... (Q.S.
Ali Imran: 187)
Lam pada Latubayyinunnahu li an-nasi adalah lam qasam dan kalimat
sesudahnya adalah jawab qasam, sebab akhzu al-mitsaq bermakna istihlaf
(mengambil sumpah).