AQSAMUU AL-QUR’AN
DOSEN PEMBIMBING
FAKULTAS USHULUDDIN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang berisi firman Allah yang di turunkan
kepada nabi muhammad saw dengan perantara malaikat jibril untuk dibaca, dipahami, dan
diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia. Fungsi Al-qur’an ada
beberapa macam, mulai dari fungsi Al-qur’an dalam agama islam, fungsi Al-qur’an bagi
kehidupan manusia, dan fungsi Al-qur’an sebagai sumber ilmu, perbedaan hak dan batil,
penjelas bagi segala sesuatu, dan lain sebagainya. Semua itu menunjukkan bahwa Al-qur’an
mempunyai cakupan yang sangat luas baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan
akhirat.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Secara Etimologi
Secara etimologi kata qasam memiliki makna yang sama dengan dua kalain yaitu:
) الحلف و اليمينhalaf dan yamin yang berarti sumpah. Sumpah dinamakan juga dengan yamin
karena orang-orang Arab ketika sedang bersumpah telah memegang tangan kanan
sahabatnya. 1
a. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu
yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya).
b. Pernyataan yang disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenaran atau
berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar.
Menurut Louis Ma'luf, dalam konteks bangsa arab, sumpah yang diucapkan oleh
orang Arab itu biasanya menggunakan nama Allah atau selainNya. Pada intinya sumpah itu
menggunakan sesuatu yang diagungkan seperti nama Tuhan atau sesuatu yang disucikan. 3
Secara Terminologi
1
Manna’ Khalil Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2006), hlm 414
2 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm 1102
3 Louis Ma’luf, al-Munjis, (Beirut: al-Mathba’ah al-Kathaliqiyyah, 1956), hlm 664
ربط النفس باإلمتناع عن شيءأو اإلقدام عليه بمعني معظم عند الحالف حقيقة أو إعتقادا
“Mengikat diri untuk menghindari sesuatu atau melalukan sesuatu yang dinilai penting oleh
pengucap sumpah.4
Sementara itu, al-Suyuthi menjelaskan bahwa qasam tiada lain: “ungkapan yang
digunakan untuk memberikan penegasan atau pengukuhan suatu pesan yang disampaikan
dengan adat qasam.” 5
Jika demikian, maka yang dimaksud dengan Aqsamuu Al-Qur’an adalah salah satu
dari ilmu-ilmu tentang al-Qur’an yang mengkaji tentang arti, maksud, hikmah, dan rahasia
sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an. Selain pengertian diatas, qasam dapat
pula diartikan dengan gaya bahasa Al-Qur’an menegaskan atau mengukuhkan suatu pesan
atau pernyataan dengan menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai muqsam bih. Dalam
Al-Qur’an, ungkapan untuk memaparkan qasam adakalanya dengan memakai kata aqsama,
dan kadang-kadang dengan menggunakan kata halafa atau yamana.
Orang yang pertama menyusun Ilmu Aqsamul Quran ini ialah Imam Ibnu Al Jauziyah
(wafat 751 H.) yang menulis kitab At-Tibyan Fi Aqsamil Quran.
Bentuk asli dari qasam adalah dengan menggunakan kata kerja أقسمatau أحلفyang
dimuta’adikan kepada muqsam bih dengan huruf ba’, setelah itu baru disebutkan muqsam
‘alaih, atau disebut juga dengan jawab qasam
Contoh penggunaan sumpah dengan kedua kata diatas antara lain sebagai berikut: 6
1. QS. Al-Qiyamah : 1
2. QS. Al-Mujadilah : 18
4 Manna’ al-Qath-than, Mabahis Fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Mansyurat al-Asra al-Hadits, 1998), hlm 219
5 Al-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulumul Al-Qur’an, (Lubnan: Dar al-Fikr, 1979), hlm 133
6 Prof Dr. H. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Qur’an. Bandung, 2010, hlm 48
Artinya: “(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka
bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana mereka
bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh
suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya merekalah orang-orang
pendusta.” (QS. Al-Mujadilah:18)
3. QS. Al-Waqi’ah: 76
Artinya: “Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu
Mengetahui” (Al-Waqi’ah: 76)
4. QS. An-Nisa’ : 62
صيبَ ُۢةۡ بِ َما قَدَّ َم ۡت أ َ ۡيدِي ِه ۡم ث ۡ َّم َجا ا ۡءوكَ يَ ۡح ِلفۡونَ بِٱللَّ ِه إِ ۡن أَ َر ۡدنَا ا إِ َّ ا
َ َٰ ل إِ ۡح
س ٗنا َوت َۡوفِيقًا ِ صبَ ۡت ۡهم ُّم
َ َٰ َ ف إِذَاا أ
َ فَك َۡي
B. Unsur-Unsur Qasam
Qasam terdiri dari tiga unsur 7, yaitu: adat qasam, muqsam bih dan muqsam ‘alaih.8
a. Adat qasam
Yaitu shighat yang digunakan untuk menunjukkan qasam, baik dalam bentuk “huruf”
maupun “kata”. Dalam al-Qur’an ditemukan beberapa sighat qasam.
Bentuk asli dari qasam adalah dengan menggunakan kata kerja أقسمatau أخلفyang
berpasangan dalam bentuk idiom kata depan “( ”بfi’il yang muta’addi dengan )ب, kemudian
disusul dengan “muqsam bih” dan “muqsam ‘alaih” yang disebut juga dengan “jawab
qasam”.
1. Q.S. An-Nahl : 38
ِ َّوتۡ بَلَ َٰى َو ۡعدًا َعلَ ۡي ِه َح ٗقا َو َٰلَ ِك َّن أ َ ۡكث َ َر ٱلن
َاس َل يَعۡ َل ۡمون ُۚ ث ٱللَّهۡ َمن يَ ۡم َ َوأ َ ۡق
ۡ س ۡمواْ بِٱللَّ ِه َجهۡ دَ أ َ ۡي َٰ َمنِ ِه ۡم َل َي ۡب َع
Artinya : “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-
sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar
dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,” (Q.S. An-Nahl : 38)
2. Q.S. At-Taubah : 42
Artinya : “... Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup
tentulah kami berangkat bersama-samamu". Mereka membinasakan diri mereka
sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang
yang berdusta." (Q.S. At-Taubah : 42)
Fi’il qasam yang dicukupkan dengan huruf qasam “ ” ب, kemudian diganti
dengan huruf “ ” وuntuk isim dhahir
Pada beberapa ayat yang lain, “kata kerja sumpah” atau fi’il qasam dihilangkan sehingga
“redaksi sumpah” ini cukup dengan kata depan “ ”بsaja. Untuk kata benda / isim zhahir, kata
depan “ ”بini pun diganti dengan “”و, seperti yang terlihat pada ayat berikut 9:
)3( ٖ) َوشَاُِدٖ َو َم ۡش ۡهود2(ِ) َو ۡٱليَ ۡو ِم ۡٱل َم ۡوعۡود1( ِت ۡٱلب ۡۡروج
ِ س َما ا ِء ذَا
َّ َوٱل
Artinya : “1. Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, 2. dan hari yang
dijanjikan, 3. dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (Q.S. Al-Buruj : 1-3)
Artinya : “1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), 2. dan siang apabila
terang benderang, 3. dan penciptaan laki-laki dan perempuan,” (Q.S. Al-Lail : 1-3)
9 Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Qur’an. Bandung, 2010. Hlm 51
Khusus bagi “lafazh al-jalalah” kata depan huruf “ ” بdiganti dengan huruf “
” ت10
ََوتَٱللَّ ِه َۡل َ ِكيدَ َّن أَصۡ َٰنَ َم ۡكم بَعۡ دَ أَن ت ۡ َو ُّلواْ ۡم ۡدبِ ِرين
Artinya : “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.” (Q.S. Al- Anbiya’ : 57)
b. Muqsam Bih
Muqsam bih merupakan lafadz yang terletak sesudah adat qasam yang dijadikan
sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat. Sesuatu yang dijadikan
sumpah oleh Allah dalam Al-Qur’an, ketika Allah bersumpah ada dua hal yang biasa
dijadikan al-muqsam bih, zat-Nya yang Mahasuci yang disifati dengan sifat-sifatNya dan
makhluk ciptaan-Nya.11 Sumpah Allah dengan sebagian ciptaan-Nya menunjukkan bahwa
ciptaan-Nya itu termasuk tanda-tanda kebesaran-Nya. Qasam dengan menggunakan nama
Allah dalam al-Qur’an hanya terdapat dalam tujuh tempat yaitu: 12
Artinya : “Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat,
sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”
Selain pada tujuh tempat diatas, Allah memakai qasam dengan nama-nama ciptaannya
seperti dalam firman Allah SWT:
َ َ)ُ َۡل فِي َٰذَلِكَ ق4( ) َوٱلَّ ۡي ِل ِإذَا َي ۡس ِر3(ش ۡفعِ َو ۡٱل َو ۡت ِر
)5( م ِلِِي ِح ۡج ٍرٞ س َّ ) َوٱل2( ) َولَ َيا ٍل َع ۡش ٖر1(َو ۡٱلفَ ۡج ِر
Artinya : “1. Demi fajar, 2. dan malam yang sepuluh, 3. dan yang genap dan yang
ganjil, 4. dan malam bila berlalu. 5. Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang
dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.”
c. Muqsam ‘Alaih
Muqsam ‘alayh kadang juga disebut jawab qasam. Muqsam ‘alayh merupakan suatu
pernyataan yang datang mengiringi qasam, berfungsi sebagai jawaban dari qasam.13 Didalam
Al-Qur’an terdapat dua jenis muqsam alayh, yang disebutkan secara tegas dan yang tidak
disebutkan atau dihilangkan. 14
Jenis kedua, dihilangkan muqsam alayh atau jawab qasam karena alasan berikut:
1. Qasam itu tidak memerlukan jawaban, seperti terdapat dalam firman Allah Surah Al-
16
Fajr : 1-6.
2. Sudah ditunjukkan oleh perkataan yang disebutkan pada ayat sesudahnya seperti
terdapat pada ayat berikut :
3. Muqsam alayh terlalu panjang, sebagaimana terlihat pada Q.S. As-Syams: 1-6 . Jawab
qasam pada ayat tersebut terletak pada ayat terakhir. Dibuang “lam” nya di depan “qad”
karena terlalu panjang. 17
Menurut Manna’ al - Qhattan sumpah terbagi dalam dua macam, adakalanya Dzhahir
(jelas) dan adakalanya Mudmar (tidak jelas). Adapun macam qasam tersebut yaitu :
1. Qasam Dzhahir
Ialah sumpah di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih. Dan diantaranya
ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan
dengan huruf jar berupa ba, waw, dan ta. 18
Dan ada juga yang didahului “la nafy”, seperti dalam ayat berikut:
Artinya : “1. Aku bersumpah demi hari kiamat, 2. dan aku bersumpah dengan jiwa
yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al- Qiyamah: 1 - 2)
Sebagian ulama mengatakan “la” di dua tempat ini adalah “la” nafi yang berarti tidak,
untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah. Dan
takdir (perkiraan arti) nya adalah:
“Tidak benar apa yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada”.
“Aku bersumpah dengan hari kiamat dan dengan nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak
akan dibangkitkan”.
2. Qasam Mudhmar
Ialah qasam yang di dalamnya tidak dijelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsam bih,
tetapi ia ditunjukkan oleh “lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam. Seperti firman
Allah:
Artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang
banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”(QS. Ali
Imran: 186)
1. Bentuk Asli
Bentuk asli dalam sumpah ialah bentuk sumpah yang terdiri dari tiga unsur, yaitu fi’il
sumpah yang dimuta’addikan dengan ba’, muqsam bih dan muqsam alaih seperti contoh-
contoh di atas.
2. Ditambah huruf La
Kalimat yang digunakan orang untuk bersumpah itu memakai berbagai macam
bentuk. Begitu pula dalam Al-Qur’an ada bentuk sumpah yang keluar dari bentuk asli
sumpah. Misalnya bentuk sumpah yang ditambah huruf La di depan fi’il qasamnya, seperti :
a. Surat Al-Ma’arij: 40
َب إِنَّا لَ َٰقَد ِۡرون
ِ ق َو ْٱل َم َٰغَ ِر ِ َل أ ۡ ْق ِس ۡم بِ َر
َ َٰ ب ْٱل َم
ِ ش ِر فَ َ ا
Artinya: “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan
terbenamnya matahari, bulan dan bintang; sesungguhnya Kami benar-benar Maha
Kuasa.” (Q.S. Al-Ma’arij:40)
b. Surat Al-Waqiah: 75
فَ َ َۤل ا ۡ ۡق ِس ۡم بِ َم َٰوقِعِ النُّ ۡج ۡو ِم
Artinya: “Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.” (QS. Al-
Waqiah: 75)
c. Surat Al-Insyiqaq: 16
Artinya: “Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja.” (QS. Al-
Insyiqaq: 16)
Artinya: “Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat.” (QS. Al- Haqqah: 38)
1. Manfaat Qasam
Sumpah (qasam) dalam ucapan sehari-hari merupakan salah satu cara untuk
menguatkan pembicaraan yang diselingi dengan pembuktian untuk mendorong lawan bicara
agar bisa menerima/mempercayainya. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi menjawab bahwa sesuatu
dapat dipastikan kebenarannya dengan dua cara, yaitu persaksian dan sumpah. Kedua cara itu
dipergunakan Allah dalam Al-Qur’an sehingga mereka tidak memiliki hujjah lagi untuk
membantahnya. Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap
yang berbeda-beda terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari
dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah, guna
menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahfahaman, menguatkan berita, dan menetapkan
hukum dengan cara paling sempurna. 19
2. Tujuan Qasam
19 Nashruddin Baidan. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. (Yoygakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Hlm. 213
Bahasa arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapan dan
beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya. Lawan bicara (mukhatab)
mempunyai beberapa keadaan yang dalam ilmu ma’ani disebut adrubul khabar as-salasah
atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita, ibtida’i, thalabi, dan ingkari.20
Mukhatab terkadang seorang yang berhati kosong (khaliyuz zhanni) sama sekali
tidak mempunyai persepsi akan pernyataan (hukum) yang diterangkan kepadanya, maka
perkataan yang disampaikan kepadanya tidak perlu memakai penguat (ta’kid). Penggunaan
perkataan demikian dinamakan ibtida’i. Terkadang pula ia ragu-ragu terhadap kebenaran
pernyataan yang disampaikan kepadanya. Maka perkataan untuk orang semacam ini
sebaiknya diperkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan keraguannya. Perkataan yang
demikian dinamakan thalabi.
Dan terkadang ia inkar atau menolak isi pernyataan. Maka pembicaraan untuknya
harus disertai penguat sesuai dengan kadar keingkarannya, kuat atau lemah. Pernyataan
demikian dinamakan inkari. Disamping itu, qasam merupakan salah satu penguat perkataan
yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. al-
Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-
macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula
yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah guna menghilangkan
keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar, dan
menetapkan hukum dengan cara yang paling sempurna.
20 Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin. Ulumul Qur’an. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000). Hlm. 205
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Senantiasa kita untuk mempelajari Aqsamu Al-Qur’an ini supaya kita mengetahui apa
itu Aqsamu Al-Qur’an, jenis-jenisnya, bentuk-bentuknya, unsur-unsurnya dan faedah
Aqsamu Al-Qur’an itu, agar kita tidak keliru dengan Aqsamu (sumpah) yang terdapat di
dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Solo: Pustaka Setia, 1997.
Hasan Mansur Nasution, Rahasia Sumpah Allah Dalam al-Quran, Jakarta: Khazanah Baru,
2002.
Manna al-Qatthan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H. Aunnur Rafiq El-Mazni, Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar
Manna’ Khalil Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS, Bogor: Pustaka Lentera
Antar Nusa, 2010.
Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin. Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005