Anda di halaman 1dari 37

Makalah Memahami Materi Al-Qur’an Hadist MI kelas IV Semester

Ganjil,Kelas IV Semester Genap, Dan Kelas V Semester Ganjil


(Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah ”Kajian AL-Qur’an
Hadist Tingkat Dasar”)

Dosen Pengampu :
Dian Febrianingsih,S.Pd.,M.S.I

Disusun oleh :

1. Eka Prayoga
2. M.Daffa Aji Pradana
3. Muhammad Yusuf
4. Mutiatul Khasanah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STIT ISLAMIYAH KARYA PEMBANGUNAN
PARON NGAWI

2023

1
A.7 Al-Qur’an Hadist MI Kelas IV Semester Ganjil

3.1 Memahami arti dan isi kandungan Q.S Al Ashr(103),dan


Al Quraisy(106)

Q.S Al Ashr(103)

ْ َ‫َو ْٱلع‬
ِ‫صر‬

َ َٰ ‫ِٱْلن‬
ِ‫سنَ ِلَفىِ ُخسْر‬ ْ ‫إ َّن‬

َّ ‫ص ْو ۟اِبٱل‬
ِ ِ‫صبْر‬ َ ‫ص ْو ۟اِب ْٱل َحق‬
َ ‫ِوت ََوا‬ َ ‫صل َٰ َحت‬
َ ‫ِوت ََوا‬ ۟ ُ‫عمل‬
َّ َٰ ‫واِٱل‬ َ ‫ِو‬ ۟ ُ‫إ ََّّلِٱلَّذينَ ِ َءا َمن‬
َ ‫وا‬
Artinya

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.

Asbabul Nuzul
Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan, orang Arab jahiliyah biasa bersantai
di waktu Ashar. Mereka bercengkerama dan bercanda, hingga saling menyinggung
dan akhirnya terjadi perselisihan dan permusuhan. Mereka pun mengutuk waktu
ashar. Maka Allah menurunkan surat ini untuk memberikan peringatan, bukan
waktu ashar yang salah tetapi merekalah yang salah. Manusia akan berada dalam
kerugian selama tidak memenuhi empat kriteria dalam surat ini. Surat Al Ashr
memiliki beberapa keutamaan. Di antaranya adalah, ia biasa dibaca oleh sahabat di
akhir majelis. Menjadi salah satu doa penutup majelis. Ia juga merangkum kunci
keselamatan sehingga bisa mewakili isi Al Quran. Imam Thabrani meriwayatkan
dari Ubaidillah bin Hafsh, dia berkata, “Ada dua sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam jika bertemu mereka tidak akan berpisah melainkan salah satu dari
mereka berdua membaca Surat Al Ashr terlebih dahulu, lantas mengucapkan
salam.” Imam Baihaqi juga meriwayatkan yang serupa dari Abu Hudzaifah. Syaikh
Amru Khalid dalam Khawatir Qur’aniyah mengutip perkataan Imam Syafi’i:
“Seandainya Al Quran tidak turun kecuali surat Al Ashr ini, maka sudah mencukupi
manusia.” Syaikh Adil Muhammad Khalil dalam Awwal Marrah at-Tadabbar al-

2
Qur’an menyebutkan bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “Sekiranya Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan hujjah kepada hamba-Nya selain surat ini,
niscaya surat ini telah mencukupi.” Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam
Tafsir Al Munir menyebutkan bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “Seandainya
manusia memikirkan surat ini, pastilah surat ini cukup bagi mereka.”

Tafsir Surah Al-Ashr


Tafsir Surah Al-‘Ashr Surat al-‘ashr ayat 1 Para ulama sepakat ‘ashr (‫) عصر‬
(artinya adalah masa atau waktu.) Namun penafsiran waktu yang dimaksud dalam
ayat ini ada beberapa pendapat. Pertama, masa atau waktu secara umum. Kedua,
waktu ashar. Ketiga, masa hidupnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pendapat yang paling kuat adalah waktu secara umum. Allah bersumpah dengan
waktu, menunjukkan betapa pentingnya waktu bagi manusia. Ali bin Abi Thalib
mengatakan, “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih
dari itu esok hari. Tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin diharapkan
kembali esok.” Allah bersumpah dengan waktu juga menunjukkan kemuliaan
waktu. Jika orang-orang Arab jahiliyah meyakini ada waktu sial dan sebagainya,
Rasulullah mengingatkan untuk tidak mencela waktu. Sedangkan al ashr yang
ditafsirkan waktu ashar, ia juga 6 memiliki korelasi kuat dengan isi surat ini. Di
antara kebiasaan orang-orang musyrikin Makkah, mereka menggunakan waktu
ashar untuk bersantai sambil menghitung untung rugi perdagangannya. Dalam surat
ini, Allah bersumpah dengan al ashr bukan untuk menghitung untung rugi dunia
yang sementara tetapi untung rugi di akhirat yang abadi. Surat al-‘ashr ayat 2 Kata
al insan (‫( )اإلنسان‬berbentuk makrifat menunjuk pada keseluruhan manusia). Baik
mukmin maupun kafir. Meskipun demikian, ia hanya mencakup mukallaf
(mendapat beban perintah agama). Sedangkan yang tidak mukallaf, misalnya anak
kecil yang belum baligh, tidak masuk dalam ayat ini. Kata lafii (‫( )لفي‬merupakan
gabungan dari huruf lam (‫( ) ل‬yang menyiratkan makna sumpah) dan huruf fii (‫) في‬
(yang mengandung makna tempat atau wadah.) Dengan demikian, semua manusia
berada dalam wadah khusr. Kata khusr (‫( ) خسر‬memiliki banyak arti. Di antaranya
adalah rugi, sesat dan celaka yang semuanya mengarah pada hal negatif yang tidak
disukai manusia.) Khusr pada ayat ini menggunakan bentuk nakirah sehingga
maknanya adalah kerugian yang besar dan beraneka ragam. Karenanya ketika
menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menuliskan, “Sesungguhnya
seluruh manusia itu pastilah berada dalam kerugian, kekurangan dan kehancuran,
kecuali orang-orang yang mengumpulkan antara iman kepada Allah dan beramal
shalih.” Surat al-‘ashr ayat 3 Ayat ini mengecualikan insan pada ayat sebelumnya.
Bahwa insan yang tidak berada dalam kerugian adalah mereka yang memiliki empat
kriteria; iman, amal shalih, saling menasehati tentang kebenaran dan saling
menasehati tentang kesabaran. Sebagian ulama menjelaskan bahwa agama ini
terdiri dari pengetahuan dan pengamalan. Keyakinan dan perbuatan. Iman adalah

3
pengetahuan dan keyakinan. Amal shalih adalah pengamalan dan perbuatan.
Sedang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah dakwah yang
merupakan bentuk amal shalih agar orang lain juga beriman dan beramal shalih.
Ayat ini menggunakan bentuk jamak, mengisyaratkan pentingnya beramal jamai
dan berjamaah. Untuk bisa selamat dari kerugian, manusia harus berjamaah.
Beramal jamai bersama orang-orang mukmin dan berdakwah bersama. Kata
tawashau (‫( ) تواصوا‬berasal dari kata washa (‫( ) وصى‬yang artinya menyuruh berbuat
baik.) Kata al haq (‫( ) الحق‬artinya adalah sesuatu yang mantap dan tidak berubah. )
Yakni ajaran agama atau kebenaran. Sedangkan sabar (‫( ) صبر‬artinya adalah
menahan nafsu demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik.) Ar Razi
mengatakan, “Ayat ini menunjukkan bahwa kebenaran itu berat. Kebenaran akan
senantiasa diuji. Oleh karena itu, penyebutan kebenaran disertai dengan penyebutan
saling menasehati.”

Kandungan Surah Al-Ashr


• Surat Al Ashr menampilkan pentingnya dan mulianya waktu, sehingga
Allah bersumpah terhadapnya. • Seluruh manusia disebut rugi, meskipun ia kaya
akan materi. • Orang yang akan selamat dari dunia dan akherat adalah mereka yang
beriman dan beramal shalih. • Surat Al Ashr memberikan pelajaran bahwa semua
manusia berada dalam keadaan merugi, apabila tidak mengisi waktunya dengan
perbuatan-perbuatan baik. • Surat Al Ashr mengajarkan pentingnya memanfaatkan
waktu untuk hal-hal positif

Al Quraisy(106)

‫ْلي َٰلَفِقُ َري‬


َٰ
ِ‫صيْف‬ َ ‫إۦلَفه ْمِرحْ لَةَِٱلشتَآء‬
َّ ‫ِوٱل‬
ْ َ‫ِربَّ ِ َٰهَذ‬
ِ‫اِٱلبَيْت‬ ۟ ‫فَ ْليَ ْعبُد‬
َ ‫ُوا‬
ِ ِ‫ِو َءا َمنَ ُهمِم ْنِخ َْوف‬ ْ َ ‫ىِأ‬
َ ‫طعَ َم ُهمِمنِ ُجوع‬ ٓ ‫ٱلَّذ‬
ِ
Artinya

1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,


2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah).

4
4. yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari rasa ketakutan.

Asbabun Nuzul
Sebagian mufassirin menjelaskan, Surat Quraisy ini diturunkan Allah untuk
mengingatkan orang-orang Quraisy akan nikmat-nikmat Allah. Salah satunya
adalah nikmat keamanan, yang pada surat Al Fil diterangkan kebinasaan pasukan
bergajah yang hendak menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Dengan
rasa aman itu, orang-orang Quraisy bisa menjalankan kebiasaan mereka berupa
bepergian pada musim dingin dan musim panas. Surat ini juga mengingatkan
nikmat Allah lainnya berupa makanan. Dengan demikian banyaknya nikmat itu,
semestinya orang-orang Quraisy menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.

Tafsir Surat Al-Quraisy


Surat Quraisy ayat 1 Ibnu Jarir mengatakan, huruf lam (‫( ) ل‬di awal ayat ini
menunjukkan makna ta’ajjub.) Seakan-akan disebutkan, kagumlah kamu terhadap
kebiasaan orang-orang Quraisy dan nikmat-Ku yang telah Kulimpahkan kepada
mereka. Ibnu Katsir menjelaskan, iilaaf (‫( ) إ َيلف‬artinya adalah kebiasaan atau
tradisi). Disebut suku Quraisy diambilkan dari nama tokohnya, Quraisy. Quraisy
adalah gelar dari An Nadhr bin Kinanah, yang merupakan kakek Rasulullah yang
ketiga belas. Rasulullah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim
bin Abdi Manaf bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin Nadhr bin Kinanah. Ada juga yang mengatakan bahwa Quraisy adalah
Fihr. Manapun yang benar, hampir semua penduduk asli Makkah adalah keturunan
Quraisy. Kata Quraisy (‫( )قريش‬berasal dari kata At Taqarrusy) ()‫( التقرش‬yang artinya
keterhimpunan). Anggota suku ini tadinya terpencar-pencar lalu menyatu dalam
himpunan yang sangat kokoh sehingga disebut Quraisy. Ada pula pendapat bahwa
Quraiys berasal dari kata Qarasya (‫( )قرش‬yang artinya berusaha atau mencari). Suku
ini dinamakan Quraisy karena terkenal sebagai pengusaha yang ulet dan selalu
mencari orang-orang yang butuh untuk dibantu. Surat Quraisy ayat 2 Kata rihlah
()‫( رحلة‬berasal dari kata rahala) ( ‫( ) رحل‬yang artinya pergi ke tempat yang relatif
jauh). Rihlah pada ayat ini adalah perjalanan dagang orang-orang Quraisy yang
dilakukan dua kali setahun yakni pada musim dingin dan musim panas. Perjalanan
ini dipelopori oleh kakek Rasulullah, Hasyim bin Abdi Manaf. Sebelumnya, di
Makkah ada istilah al I’tifar (‫( )األعتفار‬. Yakni apabila penduduk Makkah mengalami
kesulitan pangan, pemimpin keluarga membawa mereka ke satu tempat.) Lalu
membangun tenda di sana untuk tinggal hingga mati kelaparan. Suatu hari keluarga
Bani Makhzum ada 21 yang mau melakukan al i’tifar lalu didengar oleh Hasyim,
kakek Rasulullah. Maka beliau menyampaikan kepada suku Quraisy dan meminta

5
mereka saling membantu. Dari situ mereka bersepakat untuk melakukan perjalanan
dagang yang keuntungannya dibagi rata. Apa yang diperoleh si kaya, diperoleh pula
dalam kadar yang sama oleh si miskin. Agaknya kebiasaan inilah yang dipuji Allah
dalam surat ini. Surat Quraisy ayat 3 Yakni hendaklah mereka mengesakan-Nya
dalam menyembah-Nya. Dialah yang telah menjadikan bagi mereka kota yang suci
lagi aman serta Ka’bah:yang disucikan. Perihalnya sama dengan firman Allah
Ta’alaAku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang
telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku
diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. An Naml:
91) Surat Quraisy ayat 4 Dialah yang memberi mereka makan agar tidak lapar dan
Dialah yang telah memberikan keamanan dan banyak kemurahan kepada mereka.
Maka hendaklah mereka beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dua kenikmatan dalam ayat
terakhir ini, keejahteraan ekonomi dan stabilitas keamanan, merupakan dua hal
sangat penting bagi kebahagiaan masyarakat. Dan nikmat-nikmat Allah atas
Quraiys ini mereka peroleh karena Allah menempatkan ‘rumah’-Nya di sana.
Sehingga disebutkan di ayat 3, rabba haadzal bait. Seandainya Allah tidak
menempatkan rumah-Nya di sana, niscaya mereka tidak akan memperoleh
keistimewaan dan kemudahan tersebut.Penutup Tafsir Surat QuraisySurat Quraisy
ini terkait erat dengan Surat Al Fil. Bahkan sebagian ulama menyebutnya satu surat.
Surat Al Fil menjelaskan penghancuran pasukan gajah yang akan menyerang
Ka’bah, Surat Quraisy menjelaskan nikmat Allah kepada Quraisy karena Ka’bah di
kota mereka. Surat Quraisy mengingatkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan
kepada Quraisy mulai dari kebiasaan perjalanan dagang mereka hingga kecukupan
pangan dan stabilitas keamanan. Maka Allah pun memperingatkan mereka agar
beribadah kepadaNya tanpa menyekutukan dengan sesuatu pun.

Kandungan Surah Al-Quraisy


Surat Al Quraisy berisi pengingat bagi suku paling berpengaruh di Makkah
yakni Quraisy akan besarnya nikmat Allah SWT kepada mereka yang perlu
disyukuri. Bentuk syukur itu bisa dengan cara mengabdi kepada-Nya, dan tidak
mempersekutukan-Nya.
Ahli Tafsir Al-Biqa’i juga mengemukakan tujuan utama Surat Al Quraisy, yakni
membuktikan kebalikan dari peristiwa di balik Surat Al-Fiil di mana Abrahah
bersama pasukan gajahnya binasa sebab ingin menghancurkan Kakbah.
Adapun suku Quraisy Makkah, merekalah yang menjaga dan mengurus Kakbah.
Sehingga mereka diberi kesejahteraan berupa nikmat dan rasa aman, yang
hendaknya mereka syukuri dengan jalan ketaatan kepada Allah SWT.
Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 10 turut menjelaskan isi dari
Surat Al Quraisy, yaitu peringatan atas kaum Quraisy tentang nikmat yang telah

6
diberikan Allah SWT kepada mereka. Dan karena itu, sepatutnya mereka
mensyukuri dengan jalan mendekatkan diri dan taat kepada-Nya.

3.2 Memahami arti dan isi kandungan Q.S Al


Ma’un(107),dan At-Takatsur(102)

Q.S Al Ma’un(107)

ِ‫أ َ َر َءيْتَ ِٱلَّذىِيُكَذبُ ِبٱلدين‬


ِ‫يم‬ ْ ‫فَ َٰذَلكَ ِٱلَّذىِيَدُع‬
َ ‫ُِّٱليَت‬
ْ ‫طعَام‬
ِ‫ِٱلمسْكين‬ َ ِ‫علَ َٰى‬
َ ِ ُّ‫َو ََّلِيَحُض‬

َ ‫فَ َو ْيلٌِل ْل ُم‬


ِ‫صل‬

َ ِ‫ص ََلته ْم‬


ِ‫ساهُو َن‬ َ ِ‫ٱلَّذينَ ِهُ ْم‬
َ ِ‫عن‬
ِ‫ٱلَّذينَ ِهُ ْمِي َُرآ ُءو َن‬
ِ‫ن‬ ْ َ‫َويَ ْمنَ ِعُون‬
َِ ‫ِٱل َماعُو‬
Artinya

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?


2.Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya,
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Asbabul Nuzul
Tentang sebab turunnya ayat ini, Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Tharif bin
AbiThalhah dari Ibnu Abbas yang berkata, “Ayat ini turun berkenan dengan sikap
orang-orang munafik yang jika berada di tengah-tengah kaum muslimin maka
merekamemamer-mamerkan shalat mereka, tetapi jika tidak ada kaum muslimin
maka 19 merekalangsung menghentikan shalatnya. Orangorang tersebut juga tidak
mau memberipinjaman pada kaum muslimin

7
Tafsir Surah Al-Ma’un
Tafsir Quran Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan mengenai orang
yang celaka, ialah orang yang lalai dalam sholat mencakup mereka yang teledor
akan waktu sholat sesuai syariat yang berlaku, tak peduli dengan makna sebenarnya
dari sholat, serta senantiasa bermalasan dalam melaksanakannya.Tak hanya
ceroboh, orang-orang ini juga riya dalam mengerjakan sholat. Kebanyakan dari
mereka mendirikan sholat hanya untuk mencari pujian dari orang lain, bukan
mengharap ridha Allah. Kemudian mereka yang seperti itu cuma memikirkan
dirinya sendiri, dan enggan menolong orang yang kekurangan.Imam Muhammad
Abduh mengatakan: "Orang-orang yang mengerjakan sholat hanya sekedar untuk
dilihat orang, bersedekah hanya untuk mempertahankan kedudukannya, dan tidak
bangkit berusaha dengan dorongan rahmat yang bergejolak di dalam dadanya untuk
membantu memenuhi kebutuhan orang yang sangat memerlukan, orang-orang yang
demikian itu tidak mengambil manfaat dari sholatnya. Mereka juga tidak berusaha
membebaskan diri dari golongan yang mendustakan agama."

Kandungan Surah Al-Ma’un


Arti dari surat Al Maun sendiri menerangkan tentang sifat dan watak manusia
yang dianggap mendustakan agama dengan perilakunya. Seperti mengumpat,
menelantarkan anak yatim, tidak melakukan sedekah dan menghasut orang lain agar
tidak menyantuni fakir miskin. Untuk lebih jelasnya, simak berikut surah Al Maun
dan artinya.
Selain itu, surah Al Maun tentu keutamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Kandungan dari surat ini dapat disimpulkan, bahwa surat Al Maun bisa dijadikan
sebagai peringatan bagi umat Muslim. Supaya senantiasa memiliki sifat yang baik
pada anak yatim dan tidak mendzoliminya.
Kandungan lain dalam surah surah Al Maun yaitu menegaskan agar umat islam
tidak boleh memiliki sifat sombong, munafik dan riya’. Tertulis jelas dalam surah
ini yang mengingatkan umat Muslim untuk menolong sesama dan selalu
mengerjakan shalat dan menunaikan zakat agar terhindar dari kejahatan

At-Takatsur(102)

ِ‫أ َ ْل َه َٰى ُك ُمِٱلتَّكَاث ُ ُر‬


ْ ‫ِز ْرت ُ ُم‬
ِ‫ِٱل َمقَاب َر‬ ُ ‫َحت َّ َٰى‬

ِ‫فِت َ ْعلَ ُمو َن‬ َ ِ‫ك َََّل‬


َ ‫س ْو‬

8
َِ‫فِت َ ْعلَ ُمون‬ َ ِ‫ث ُ َّمِك َََّل‬
َ ‫س ْو‬
ْ ‫ك َََّلِل َ ْوِت َ ْعلَ ُمونَ ِعلْ َم‬
ِ‫ِٱليَقين‬
ِ‫يم‬ ْ ‫لَت ََر ُو َّن‬
َ ‫ِٱل َجح‬
ْ َ‫عيْن‬
ِ‫ِٱليَقين‬ َ ِ‫ث ُ َّمِلَت ََر ُونَّ َها‬
َ ِ‫ث ُ َّمِلَتُسْـَٔلُ َّنِيَ ْو َمئذ‬
ِ ِ‫عنِٱلنَّعيم‬

Artinya:
1.Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
2.sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3.Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4.dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5.Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6.niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7.dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
8.kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megahmegahkan di dunia itu)

Asbabun Nuzul
Surat at takatsur turun berkenaan dengan peristiwa dua suku dari kaum
Anshar, yakni Bani Harisah dan Bani al-Hars. Ibnu Buraidah meriwayatkan, ia
berkata: "Surat 'Al-haakumut takaatsur' turun sebab ada keterkaitan dengan dua
kabilah dari Anshar, 26 Bani Harisah dan Bani al-Haritss. Mereka saling
membanggakan kabilahnya masing masing. Salah satu dari kabilah berkata,
'Adakah di kalangan kamu orang besar seperti fulan dan fulan bin fulan?' Sedang
yang lain mengatakan yang serupa. Mereka membanggabanggakan dengan orang-
orang yang masih hidup. Kemudian mereka mengatakan, Mari ikut kami ke kubur.
Lalu salah satu dari dua kabilah itu mengatakan, "Apakah di antara kalian terdapat
orang seperti si fulan itu?' sambil menunjuk ke kuburan. Dan seperti si fulan?'
Kabilah yang lain juga mengatakan hal yang sama. Kemudian Allah menurunkan
ayat, "Bermegahmegahan telah melalaikanmu, sampai kamu masuk ke dalam
kubur. (QS AtTakatsur: 1-2)" (HR Ibnu Abi Hatim)

9
Tafsir Surah At-Takatsur
1.Saling berbangga dengan banyaknya harta dan anak anak telah melenakan kalian dari
ketaatan kepada Allah.

2.Kesibukan kalian terus demikian hingga kalian dibawa ke kuburan dan di makamkan
disana.

3.Tidak sepatutnya kalian disibukkan oleh berlomba-lomba dalam urusan harta. Nanti
pasti kalian akan sadar bahwa akhirat lebih baik bagi kalian.

4.Kemudian waspadalah kalian, karena kalian akan mengetahui buruknya akibat dari
kesibukannya kalian yang melalaikan akhirat.

5-8. Tidak sepatutnya kalian disibukkan oleh berlomba lomba dalam urusan
memperbanyak harta, seandainya kalian mengetahui dengan sebenarnya,niscaya kalian
tidak melakukan hal itu, dan niscaya kalian bersegera menyelamatkan diri kalian dari
kebinasaan. Kalian akan melihat neraka jahim, Kemudian kalian pasti melihatnya tanpa
keraguan, Kemudian kalian akan ditanya pada hari kiamat tentang berbagai macam
kenikmatan

Kandungan surah At-Takatsur


Melansir buku Tadabur Juz Amma oleh Dr. Saiful Bahri, Surah At-Takatsur
menerangkan tentang manusia yang disibukkan oleh perkara duniawi sehingga
mereka lengah untuk melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT.
Mereka lebih memilih hawa nafsunya dibandingkan tuhannya, dan mereka juga
lupa bahwa hal keduniaan tak akan dibawa setelah kematian. Hingga mereka tidak
menyadari bahwa semua itu akan dimintai pertanggungannya.
Padahal bila manusia sadar akan adanya pertanggungjawaban atas segala perbuatan
yang pernah dikerjakan di dunia, mereka tidak akan melakukan kelengahan dan
segera bertaubat kepada Allah SWT.

3.3 Menerapkan hukum bacaan Idhar dan Ikhfa


Izhar
Izhar artinya jelas atau tegas. Apabila nun sukun atau tanwin bertemu
dengan salah satu huruf halqi (‫ء‬, ‫ھ‬, ‫ح‬, ‫خ‬, ‫ع‬, ‫)غ‬, maka hukum bacaannya adalah
jelas atau tanpa dengung. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
ِ‫م ۡنِخ َۡوف‬

10
Ikhfa
Hukum ini berlaku bila nun mati dan tanwin bertemu dengan huruf-huruf ta,
jim, dal, dzal, zai, sin, syin, shad, dhad, tha’, zha’, fa’, qaf, dan kaf. Cara
membacanya adalah samar-samar. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
ِِ‫م ۡنِ ُج ۡوع‬
ِ
3.4 Memahami arti dan isi kandungan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi
dari Abu Dzar
‫ع ل َي ِه للا ُ صل َّى للاِ َر سُو ِل ق َا َل ذ َر أ َبِي عَ ن‬
َ ‫ق َو سَ ل َّ َم‬
ِ َّ ‫كُ ن تَ َح ي ث ُ َم ا للا َ ات‬، ِ‫ت َم ُح َه ا ال َح سَ ن َة َ السَّي ِئ َة َ َو أ َت بِع‬، ‫ق‬ِ ‫َو خَا ِل‬
‫اس‬ َّ ُ ُ
َ ‫َح سَ ن بِخ ل ق الن‬
Artinya : Dari Abu Dzar menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Dan ikutilah kejelekan
dengan kebaikan , niscaya kebaikan itu akan menghapusnya Dan pergaulihah
manusia dengan akhak terpuji. (HR.Tirmidzi).
Kandungan Hadits Hadits Rasulullah saw. tentang taqwa mengajarkan kepada
kita agar selalu mewujudkanketaqwaan kepada Allah swt. disetiap tempat dan
waktu. Taqwa berarti takut, dalam arti menjalankan perintah Allah swt. dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Taqwa sebagai sarana untuk mencapai
kebahagiaan dunia akhirat, sebagai wasilah untuk mencapai kebaikan
jasmaniah dan ruhaniah, mulia di sisi Allah swt., dan keburukan kita akan
terhapus oleh perilaku yang baik. Diantara faidah bagi orang yang bertaqwa
kepada Allah adalah :
1.Dijauhkan dari api neraka
2.Dijauhkan dari kesusahan dan kesempitan
3.Dilimpahkan rizkinya dari jalan yang tidak disangka-sangka
4.Dimudahkan segala urusannya
5.Dilebur segala kesalahnnya
6.Dijanjikan masuk surge

3.5 Memahami arti dan isi kandungan hadis tentang niat riwayat
Bukhari dari Umar bin Khattab dengan jelas dan benar
َ ‫صّلَ للاَ َر ُس ْولَ َق‬
َ ُ َ َ َ ِّ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ َُ ْ ُْ
َ‫ال‬ َ‫َما َو َس ل َمَ َع ل ْي هَ للا‬ َُ ‫بالنياتَ األ ْع َم‬، ‫ل َوإن َما‬
َ ‫ال إن‬ َِّ ‫ن َوى َما ْام ِرئَ لك‬، ‫ن‬
َ ‫ت فم‬ َ ‫دن َيا إَىل هجرت َه كان‬
َ َ ْ ُ ُ َ َ ‫إ َل ْيه ه‬
َ
‫ينك ُح َها ْامرأة أو ُيص ْي ُب َها‬،َ ‫اج َ َر َما إىل فه ْج َرت َه‬

Artinya : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia

11
atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR.
Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Secara bahasa niat artinya (keinginan atau tujuan), sedangkan makna secara istilah
niat adalah keinginan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Niat letaknya ada di dalam hati dan tidak dilafadzkan.

Niat itu berarti bermaksud dan berkehendak. Letak niat adalah di dalam hati. Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan,

“Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat
di hatinya tanpa ia lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah
berdasarkan kesepakatan para ulama.” (Majmu’ah Al-Fatawa,)

A.8 Al-Qur’an Hadist MI Kelas IV Semester Genap

Memahami arti dan isi kandungan Q.S. Al Qori’ah(101) dan Q.S Al


Zalzalah(99)

Q.S. Al Qori’ah(101)

ُ َْ
َ‫الق ِار َعة‬
ُ َْ
. ‫الق ِار َع َة َما‬
َ َْ ُ َْ
. ‫اك َو َما‬ َ ‫الق ِار َع َة َما أد َر‬
ُ ُ ُ َْ َ ُ ْ
. ‫ون َي ْو ََم‬
َ ‫اس َيك‬
َ ‫اش الن‬ َ ِ ‫ال َم ْبثوثَ كالف َر‬
ُ ُ َ ُ َ ْ ْ ْ َ ُْ ْ
َ ‫ال َوتك‬
. ‫ون‬ َ ‫ن الجب‬ َ ِ ‫وش كالعه‬ َ ِ ‫ال َمنف‬
ََ ْ َ ْ َ َُ ُ ُ َ َ
. ‫ن فأما‬ َ ‫تم‬ َ ‫مو ِازين َه ثقل‬
َ َ
. ‫ف ف ُه ََو‬ َ ِ َ‫َراض َيةَ عيشة‬
َ ْ َ ْ َ ُُ َ َ
. ‫ن َوأما‬ َ ‫تم‬ َ ‫مو ِازين َه خف‬
ُ َُ َ
. ‫ه ِاو َيةَ فأ ُّم َه‬

12
َ َْ ْ
. ‫اك َو َما‬
َ ‫ه َي َه َما أد َر‬
َ
َ‫َحام َيةَ نار‬

Artinya :
1.Hari kiamat,
2.Apakah hari kiamat itu?
3.Tahukah kamu apakah hari kiamat itu?
4.Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5.Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6.Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7.Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8.Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9.Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10.Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11.(yaitu) api yang sangat panas.

Tafsir surat Al Qori’ah


Surat Al-Qari’ah ini Makkiyah, dan ayat-ayatnya berjumlah sebelas ayat. Pada
ayat yang pertama sampai ketiga, Allâh Ta'ala mengulang-ulang kata alQâri’ah .
Diawali dengan kalimat pernyataan atau berita, kemudian dilanjutkan dengan dua
kali kalimat pertanyaan. Sebagaimana telah diterangkan oleh para ulama, hal ini
merupakan pengagungan Allâh Ta'ala terhadap betapa besar dan dahsyatnya hari
Kiamat. Banyak penjelasan para ulama terhadap penafsiran makna alQâri’ah ,
yang seluruhnya kembali kepada satu makna, yaitu as-Sa’ah (hari Kiamat). Syaikh
‘Athiyyah Muhammad Salim rahimahullâh mengatakan: bahwa sesuatu apabila
besar (dahsyat) keadaannya, ia memiliki banyak nama. Diriwayatkan dari Ali
radhiyallâhu'anhu (ia berkata), banyaknya nama (pada sesuatu) menunjukkan
agungnya perkara tersebut. Juga telah diketahui, bahwa nama-nama tersebut
bukanlah sinonim, karena sesungguhnya setiap nama memiliki makna tersendiri.
Hari Kiamat dinamakan al-Wâqi’ah , karena hari itu pasti kejadiannya. Juga
dinamakan alHâqqah karena hari itu nyata dan benar adanya. Juga dinamakan ath-
Thâmmah, karena bencana, malapetaka dan kehancuran pada hari itu sangat
umum dan menyeluruh. Juga dinamakan al- Âzifah, karena kejadian hari itu
sudahdekat, (hal ini) seperti iqtarabatis sa’ah. Demikian pula surat ini (al-

13
Qâri’ah). Lafazh al-Qâri’ah, berasal dari alQar’u yang bermakna adh-Dharb yakni
pukulan. Sehingga, penamaan hari Kiamat dengan nama ini sesuai dengan
penjelasan pada ayat berikutnya yang menerangkan, bahwa hari itu melemahkan
seluruh kekuatan manusia, hingga manusia bagaikan kupu-kupu yang bertebaran,
juga melumpuhkan kekuatan gunung-gunung, hingga gunung-gunung itu
bagaikan bulu yang berhamburan. Dari penjelasan di atas, menjadi jelaslah
bahwa makna al-Qâri’ah adalah hari Kiamat, yang pada saat itu terjadi
kehancuran, bencana, dan malapetaka yang amat besar.
Pada ayat keempat surat al-Qâri’ah ini, Allâh Ta'ala berfirman: Pada hari itu
manusia adalah seperti kupu-kupu yang bertebaran Terdapat tiga pendapat di
kalangan ulama dalam menafsirkan makna alFarasy pada ayat ini. Pertama,
maknanya ialah belalangbelalang kecil yang beterbangan dan saling bercampur-
baur antara satu dengan lainnya.Makna ini ditunjukkan oleh firman Allâh Ta'ala :
…seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.(QS al-Qamar/54:7) Kedua,
maknanya ialah sejenis burung kecil atau serangga kecil, bukan nyamuk dan
bukan pula lalat. Ketiga, maknanya ialah sesuatu yang berjatuhan dan bertebaran
di sekitar api, baik berupa nyamuk ataupun serangga-serangga kecil lainnya.
Terdapat sebuah hadits shahih yang menunjukkan makna yang ketiga ini. Yaitu
hadits Jabir bin Abdillah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Rasûlullâh Shallallâhu
'Alaihi Wasallam bersabda: “Perumpamaan diriku dengan kalian bagaikan
seseorang yang menyalakan api, lalu mulailah laronlaron dan kupu-kupu
berjatuhan pada api itu, sedangkan ia selalu mengusirnya (serangga-serangga
tersebut) dari api tersebut. Dan aku (selalu berusaha) memegang (menarik) ujung-
ujung pakaian kalian agar kalian tidak terjerumus ke dalam neraka, namun kalian
(selalu) terlepas dari tanganku”.
Pada ayat kelima, Allâh Ta'ala berfirman: Dan gunung-gunung seperti bulu yang
dihambur-hamburkan Sebagian besar ulama menafsirkan lafazh al-‘Ihn dengan
makna ash-Shuf . Yaitu bulu atau kapas. Berdasarkan penjelasan ayat keempat
dan kelima di atas, dapat kita pahami, salah satu kejadian yang dahsyat pada hari
Kiamat adalah berubahnya keadaan manusia, sehingga ia bagaikan kupu-kupu
atau belalang yang beterbangan, bertebaran dengan bercampur-baur dan tidak
tentu arahnya. Demikian pula dengan gununggunung yang sebelumnya berdiri
tegak dan kokoh, maka pada hari itu, gununggunung bagaikan bulu berhamburan.
Seluruh makhluk Allâh Ta'ala yang kuat dan kokoh, pada saat itu kehilangan
seluruh kekuatannya, karena demikian dahsyatnya hari Kiamat.
Pada ayat keenam, Allâh Ta'ala berfirman: Dan adapun orang-orang yang berat
timbangan (kebaikan) nya Ayat ini menunjukkan akidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah yang berkaitan dengan rukun iman kelima. Bahwa salah satu perwujudan
beriman kepada hari akhir adalah meyakini adanya mizan (timbangan) pada hari
Kiamat kelak. Barangsiapa yang berat amalan kebaikannya, maka akan
mendapatkan kehidupan yang baik, dan demikian sebaliknya.

14
Pada ayat ketujuh, Allâh Ta'ala berfirman: Maka dia berada dalam kehidupan
yang memuaskan Para ulama menjelaskan, yang dimaksud dengan kehidupan
yang memuaskan adalah kehidupan di surga.
Kemudian, pada ayat kedelapan sampai ayat terakhir, Allâh Ta'ala berfirman: Dan
adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat
kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
(Yaitu) api yang sangat panas. Terdapat tiga penafsiran di kalangan para ulama
terhadap makna ayat kesembilan. Pertama, maknanya adalah, ia jatuh dan masuk
ke dalam neraka dengan ujung kepalanya lebih dahulu. Kedua, ayat tersebut
merupakan ungkapan dalam bahasa Arab, dilontarkan bagi orang yang terjatuh ke
dalam permasalahan yang berat dan menyulitkan. Ketiga, maknanya, tempat
tinggal dan kembalinya adalah neraka. Sehingga, menurut penafsiran yang ketiga
ini, hawiyah merupakan salah satu dari nama-nama neraka. Adapun sebab
penamaan neraka ini dengan ummuhu yakni ibunya, karena neraka tersebut
sebagai satu-satunya tempat kembalinya. Seolah-olah neraka tersebut adalah
ibunya yang merupakan tempat kembalinya seorang anak. Tiga penafsiran para
ulama di atas tidaklah saling bertentangan, bahkan saling mendukung dan
menjelaskan makna lainnya.
Ayat terakhir (kesebelas) surat ini, diterangkan oleh para ulama, juga merupakan
penafsiran dari lafazh hawiyah pada ayat sebelumnya. Ada beberapa hadits shahih
yang maknanya berkaitan erat dengan ayat terakhir ini, di antaranya sebagai
berikut : Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya
Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Api kalian ini, yang dinyalakan
manusia hanyalah Sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya neraka Jahannam”.
Mereka berkata: “Demi Allah, api ini sudah cukup (panas), wahai Rasûlullâh!”.
Beliau bersabda,”Sesungguhnya api neraka Jahannam lebih (panas) sebanyak
enam puluh sembilan kali (dari api di dunia). Tiap-tiap bagiannya sama
panasnya”. Hadits an-Nu’man bin Basyir radhiyallâhu'anhu, beliau berkata: Aku
mendengar Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya
adzab penghuni neraka yang paling ringan pada hari Kiamat adalah, seseorang
diletakkan dua buah bara di tengah-tengah kedua telapak kakinya, (lalu)
mendidihlah otaknya disebabkan dua bara itu.”

15
Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Qari'ah.
Surah Al-Qari'ah adalah surah ke-101 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 11
ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyyah, diturunkan sesudah surah
Quraisy. Nama Al-Qari'ah diambil dari kata Al-Qari'ah yang terdapat pada ayat
pertama, artinya menggebrak atau mengguncang, kemudian kata ini dipakai untuk
nama hari kiamat.
Pokok isi surah ini adalah kejadian-kejadian pada hari kiamat, yaitu manusia
bertebaran, gunung berhamburan, amal perbuatan manusia ditimbang dan
ancaman Neraka Hawiyah.
Ayat 1-3 ini berisi pemberitahuan akan datangnya hari kiamat, dan pertanyaan
apakah hari kiamat itu. Pertanyaan bukan berarti ketidaktahuan Allah Swt
melainkan untuk menarik perhatian siapa saja yang mendengarkan.
Ayat 4-5 menjelaskan peristiwa yang terjadi pada hari kiamat keadaan manusia
sangat panik, ketakutan dan kebingung. Mereka berlarian tak tentu arah sehingga
mereka digambarkan seperti anai-anai yang bertebaran. Diantara para mufassir
ada yang menjelaskan makna anai-anai adalah laron-laron yaitu binatang yang
terbang tak tentu arah, ia hanya terbang apakah ia akan selamat tau celaka. Ada
yang memaknai anai-anai dengan binatang atau serangga kecil yang sering
bertebarang mengelilingi lampu.
Sedangkan gunung-gunung digambarkan seperti bulu yang berhamburan. Gunung
adalah sesuatu yang bermateri berat dan bulu adalah sesuatu yang sangat ringan.
Bisa dibayangkan kedahsyatan kiamat pada saat itu sehingga gunung diibaratkan
seperti bulu yang dihambur-hamburkan sehingga menjadikan manusia menjadi
kebingungan.
Kita biasa memikirkan, ada satu gunung berapi mengalami erupsi, sudah
menjadikan manusia kebingungan, mencari perlindungan dan tempat yuang aman,
mereka mengungsi dan meninggalkan harta bendanya. Apa lagi ketika gunung-
gunung berapai semua berhamburan, mengeluarkan llahar panas tentu akan
menjadikan situasi yang tidak menentu.
Ayat 6-9 menjelaskan adanya dua golongan manusia, yaitu golongan orang-orang
yang mempunyai timbangan kebaikannya lebih berat dan orang-orang yang
mempunyai timbangan kebaikannya ringan. Setelah hari kiamat ada yang disebut
dengan yaumul ba’as yang artinya hari dibangkitkannya manusia dari kubur.
(ba’ast = bangkit) sedangkan yaumul mahsyar yaitu dikumpulkannya manusia di
padang mahsyar setelah itu manusia menerima catatan amalnya selama di dunia.
Dengan catatan amal itu manusia dihisab (dihitung) dan dimizan (ditimbang)
semua amalnya. Hal tersebut dinamakan yaumul hisab.
Setelah itu manusia mendapatkan reward dan atas seluruh perbuatannya di dunia
pada saat yaumul jaza’ (jaza’=pahala) orang yang memiliki timbangan amal
kebaikan yang banyak akan mendapatkan kehormatan dengan dimasukkannya ke

16
dalam kehidupan yang memuaskan (surga). Dan kebalikannya orang yang
memiliki timbangan amal kebaikan yang sedikit akan dimasukkan Allah Swt ke
dalam Neraka Hawiyah.
Ayat 10-11 menjelaskan tentang neraka Hawiyah. Hawiyah artinya yang turun.
Maka orang yang memiliki amal kebaikan yang sedikit akan dimasukkan Allah
Swt ke dalam neraka Hawiyah. Apakah dan bagaimanakah neraka hawiyah itu?
Adalah api yang panas. Api yang panas, (bergejolak).

Asbabun Nuzul Al Qori’ah


Terkait tentang asbabun nuzul surat Al Qariah sendiri, para ulama misalnya saja
seperti Musthafa al-Maraghi sepakat bahwasanya surat Makkiyah yang terdiri dari
11 ayat tersebut tidaklah memiliki latar sebab-sebab khusus ataupun asbabun
nuzul.
Meskipun demikian, namun surat ini sendiri dapat dijadikan sebagai pengingat
bagi umat muslim bahwasanya hari kiamat itu akan terjadi.
Meski tidak ada yang mengetahui asbabun nuzul surah Al Qariah secara pasti,
namun satu hal yang pasti bahwasanya firman Allah SWT yang ada dalam alquran
tersebut patut untuk umat muslim yakini kebenarannya, dan patut untuk kita
jadikan sebagai pedoman hidup.
Dengan mengatahui isi kandungan Al Qariah tadi, semoga umat muslim dapat
senantiasa mengingat bahwa hari kiamat pasti akan datang, maka dari itu kita
harus memanfaatkan waktu hidup sebaik mungkin untuk memperbanyak ibadah
agar dihari penimbangan amal nanti kita termasuk orang-orang yang beruntung
dan terhindar dari api neraka.

Q.S Al Zalzalah(99)

ُ ‫ِزلزَ الَ َها اْلَر‬


ِ َ‫ض ُزل ِزل‬
‫ت إِذَا‬
ِ ‫ض َوأَخ َر َج‬
.‫ت‬ ُ ‫ أَث َقالَ َها اْلَر‬.
َ‫سا ُن َوقَال‬َ ‫اْلن‬ِ ‫ لَ َها َما‬.
‫ث يَو َمئِذ‬ َ َ‫ أَخب‬.
ُ ‫ارھَا ت ُ َح ِد‬

‫لَ َها أَو َحى َربَّكَ بِأ َ َّن‬

ُ َّ‫أَع َمالَ ُهم ِلي َُروا أَشت َاتًا الن‬


. ‫اس َيصد ُُر َيو َمئِذ‬

17
. ‫ َي َرهُ خَي ًرا ذَ َّرة مِثقَا َل يَع َمل فَ َمن‬.
‫َي َرهُ ش ًَّرا ذَ َّرة مِثقَا َل َيع َمل َو َمن‬
Artinya:
1.Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2.Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3.Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4.Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5.Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu)
kepadanya.
6.Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
7.Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.
8.Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.

Tafsir Surah Al-Zalzalah


Surat Al Zalzalah ayat 1
Kata idzaa ( )‫إذا‬digunakan Al Quran untuk sesuatu yang pasti akan terjadi.
Berbeda dengan kata in ( )‫إن‬yang biasa digunakan untuk sesuatu yang belum atau
jarang terjadi. Dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan bahwa keguncangan
bumi ini pasti terjadi. Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini. Yakni bumi bergerak dan
bergetar di bagian bawahnya hingga menimbulkan gempa yang dahsyat.

Surat Al Zalzalah ayat 2


Pengulangan kata al ardl ( )‫الرض‬pada ayat kedua ini menunjukkan bahwa
guncangan atau gempa ini terjadi di seluruh wilayah bumi. Bukan hanya sebagian
wilayah sebagaimana gempa bumi yang kita ketahui saat ini. Ibnu Katsir
mengatakan bahwa sebagian ulama salaf menafsirkan, bumi mengeluarkan orang-
orang mati dari dalam perutnya. Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran
menjelaskan, hari itu adalah hari kiamat. Bumi bergetar dan berguncang dengan
sekeraskerasnya sehingga apa yang terkandung di dalamnya termuntahkan
seluruhnya. Baik yang berupa jasad-jasad berbagai makhluk maupun barang

18
tambang. Seakan-akan dengan termuntahkannya semua itu, bumi menjadi ringan
dari beban-beban berat yang dikandungnya selama ini.

Surat Al Zalzalah ayat 3


Manusia bertanya-tanya keheranan. Mereka heran mengapa terjadi guncangan
hebat dan gempat dahsyat padahal sebelumnya bumi tenang-tenang saja. Manusia
hidup nyaman di atasnya. Namun sekarang bumi berguncang hebat dan
mengeluarkan semua isinya.
Surat Al Zalzalah ayat 4
Pertanyaan dan keheranan itu tidak berlangsung lama. Ia segera terjawab karena
pada hari itu bumi menyampaikan beritanya. Yakni mengenai sebab keguncangan
dahsyat tersebut. Bumi juga memberitakan apa yang terjadi di atas permukaanya
tentang perbuatan manusia. Sebagian ulama mengatakan bahwa akhbaarahaa (
)‫أخبارھا‬tidak berarti bumi berbicara. Tetapi memberikan isyarat yang dengannya
manusia tahu apa makna beritanya. Sebagaimana lampu merah memberitakan
harus berhenti dan lampu hijau memberitakan harus jalan.
Surat Al Zalzalah ayat 5
Bumi bisa menceritakan beritanya karena Allah-lah yang memerintahkan dan
mengizinkannya. “Yakni Tuhannya telah berfirman kepada bumi ‘berbicaralah
kamu’ maka bumi pun dapat berbicara,” kata Ibnu Abbas menjelaskan.
Surat Al Zalzalah ayat 6
Kata yashdur ( )‫يصدر‬artinya keluar dari satu tempat berkumpul, baik untuk
kembali ke tempat semula maupun menuju tempat lain. Ibnu Katsir menjelaskan,
manusia kembali dari mauqif hisab (tempat penghisaban) dalam keadaan bercerai-
berai dan bermacam-macam. Ada yang celaka, ada yang berbahagia. Yang celaka,
karena melihat balasan amal mereka memasukkan ke neraka. Yang berbahagia,
karena melihat balasan amal mereka memasukkan ke surga.
Surat Al Zalzalah ayat 7
Kata dzarrah ( )‫ذرة‬digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang terkecil. Semut
kecil pada awal kehidupannya disebut dzarrah. Biji sawi juga disebut dzarrah.
Debu yang terlihat saat Cahaya matahari menerobos melalui celah atau jendela
juga disebut dzarrah. Kata yarah ( )‫يره‬berasal dari kata ra’a ( )‫رأى‬yang artinya
melihat. Awalnya adalah melihat dengan mata kepala. Namun kata ini juga berarti
mengetahui. Amal kebaikan sekecil apa pun, di akhirat nanti akan terlihat
balasannya. Dan amal di sini tak hanya berupa perbuatan fisik tetapi juga
pekerjaan hati termasuk niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengingatkan umatnya untuk tidak menyepelekan amal kebaikan sekecil apa pun.

19
Surat Al Zalzalah ayat 8
Demikian pula amal keburukan sekecil apa pun, di akhirat nanti akan terlihat
balasannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk
tidak meremehkan dosa, meskipun itu dosa kecil

Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Zalzalah.


Surat ini juga dinamai dengan Al Zilzal yang berarti goncangan yang dahsyat.
Ayat 1-2 menjelaskan gambaran hari kiamat. yaitu ketika bumi digoncangkan
dengan goncangannya yang belum pernah terjadi sama sekali sebelumnya. Dan
bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Yang dimaksud
semua itu adalah seluruh isi bumi baik berupa lahar yang pijar, barang tambang,
timbunan harta maupun bangkai termasuk pula orang-orang yang telah terkubur di
dalamnya.
Pada ayat 3-6 diceritakan bahwa setiap orang yang menyaksikan akan
mendapatkannya sangat jauh berbeda dengan peristiwa-peristiwa serupa yang
pernah terjadi sebelumnya dan secara rasional mereka tidak akan dapat
mengetahui apa penyebabnya sehingga mereka bingung dan tercengang lalu
berkata “apa gerangan yang terjadi pada bumi ini?”
Pada waktu terjadinya guncangan itu bumi mengungkapkan segala yang telah
terjadi padanya, pemberitaan oleh bumi itu adalah rekonstruksi yakni semua
perubahan dan kerusakan yang terjadi akan memberitahu orang yang bertanya dan
menjelaskan keterangan yang ada padanya dan apa yang mereka lihat bukan
karena proses alamiah belaka melainkan karena Allah Swt telah memerintahkan
pada bumi untuk menjadi demikian.
Pada hari terjadi gempa besar itu, manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan
yang bermacam-macam (ada diantara mereka yang putih mukanya dan ada pula
yang hitam dan sebagainya).
Dengan kata lain mereka keluar dengan kelompok-kelompok yang terpisah-pisah.
Setiap kelompok akan mengarah ke tempatn masing-masing (surga atau neraka).
Dengan kata lain mereka keluar berbondong-bondong lalu diperlihatkan kepada
mereka balasan amal sesuai yang mereka lakukan di dunia berdasarkan
kitab/suhuf (catatan amal perbuatan semasa di dunia) yang mereka terima setelah
melewati hisab.
Ayat 7-8 menjelaskan bahwa semua amal akan diperhitungkan, tidak akan hilang
sekalipun sangat sedikit. Barang siapa yang berbuat kebaikan sebesar dzarroh
Allah Swt akan memberikan balasan yang setimpal begitu pula untuk amal buruk.

20
Dzarroh adalah semut yang paling kecil ada juga yang mengatakan debu yang
bertebangan yang terlihat pada sinar matahari yang memasuki kamar. Jadi benar
bahwa seluruh manusia akan menerima balasan yang setimpal dengan apa yang
pernah ia lakukan di dunia. Disinilah Allah Swt menunjukkan sifatnya Yang
Maha Adil.

Fenomena Alam dalam QS. AL-Qaari’ah dan QS.Az-Zalzalah. Surat Al-Qaari’ah


dan Surat Az-Zalzalah mempunyai kesamaan dan keterkaitan yang erat. Keduanya
sama-sama menjelaskan fenomena alam pada saat terjadinya kiamat. Diantaranya
hancurnya alam semesta, gunung meletus, gempa bumi, angin ribut, badai dan
lain-lain dalam waktu yang bersamaan dan maha dahsyat. Yang demikian
dinamakan kiamat kubro. Walau hal tersebut merupakan gambaran keadaan alam
pada hari kiamat namun fenomena alam tersebut mungkin terjadi jauh sebelum
kiamat itu terjadi, dengan tempat, skala dan rentang waktu yang tidak
bersamaan. Seperti banyak bencana-bencana alam yang sering kita saksikan,
yang demikian dinamakan kiamat sughro.
Kedua surat tersebut seutuhnya adalah peringatan akan adanya keguncangan bumi
dan alam semesta. Di dalamnya juga perintah untuk memperbanyak amal sholih
dan tidak meremehkan amal sekecil apapun karena akan ada yaumul hisab.
Seluruh fenomena alam yang terungkap pada kedua ayat tersebut merupakan
sunnatullah atau hukum alam yaitu hukum yang berlaku sesuai dengan kodrat
alam. Sehingga seluruh yang ada di alam semesta ini mengikuti kehendak Allah
Swt, dan tak ada seorangpun yang mengetahui kapan berakhirnya kehidupan ini.

Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul surat ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Mustafa Al-Maraghi,
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dan Syekh Muhammad Amin Al-Harari dalam tafsir
mereka adalah sebagai berikut yang Artinya,
"Disebutkan terkait sebab turun surat Az-Zalzalah adalah orang-orang kafir
banyak bertanya tentang hari perhitungan, kapan hari perhitungan itu terjadi.
Mereka berkata, "Kapankah hari Kiamat itu? Kapan (datangnya) ancaman itu?",
dan pertanyaan-pertanyaan lain yang semisal. Karena itu, Allah swt menyebutkan
kepada mereka di dalam surat ini tentang tanda-tanda hari Kiamat saja, agar
mereka mengetahui tidak ada jalan untuk menentukan hari itu, hari yang manusia
menghadap Tuhannya supaya Allah memberi balasan kepada seluruh mereka
berdasarkan amalnya; menyiksa orang-orang yang berdosa dan memberi pahala
orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya Allah akan membalas amal-

21
amal yang kecil sekalipun. Jika amalnya baik maka balasannya baik. Namun jika
amalnya buruk, balasannya pun akan buruk.

3.7 Menerangkan hukum bacaan idham bighunnah, idgham bilaghunnah dan


iqlab pada Surat Al Zalzalah dan Al Qariah
Q.S Al Zalzalah
Ayat 1

1. َ‫ ا‬:
ُ‫اْل ارض‬ Al qomariyah, karena ada huruf ‫ال‬ bertemu dengan ‫ا‬. Cara
membacanya panjang seperti mad thobi’i
2. ‫ ِز الزَ الَ َها‬: Mad Iwadh, karena ada mad thobi’i yang diwaqafkan atau di akhir
kalimat. Cara membacanya panjang seperti mad thobi’i.
Ayat 2

1. َ‫ا‬
ُ‫اْل ارض‬ : Al qomariyah, karena ada huruf bertemu ‫ ال‬dengan huruf ‫ا‬
. Cara membacanya harus terang dan jelas.
2. ‫ اَثاقَالَ َهُا‬: Mad Iwadh, karena ada huruf mathobi'i yang diwaqafkan atau di
akhir kalimat. Cara membacanya panjang seperti mathobi'i.
Ayat 3

1. ‫سان‬ ِ ‫ ا‬: Al qomariyah, karena ada huruf ‫ال‬


َ ‫اْل ان‬ bertemu dengan huruf ‫ ء‬. Cara
membacanya harus terang dan jelas
2. ‫سان‬ ِ ‫ ا‬: Ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/tanwin bertemu dengan huruf
َ ‫اْل ان‬
‫س‬. Cara membacanya samar-samar membentuk huruf ‫س‬
3. ‫َماِلَ َها‬ : Mad iwadh, karena ada huruf mad thobi'i yang diwaqafkan atau
di akhir kalimat. Cara membacanya panjang seperti mad thobi'i.
Ayat 4

1. ‫ َي او َم ِئ ُذ‬: Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf
‫ و‬mati. Cara
membacanya sekedar lunak dan lemas.
2. ُِ‫ يَ او َمئِذُ ِت َحدِث‬: Ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/ tanwin bertemu dengan
huruf ‫ت‬, Cara membacanya samar-samar membentuk huruf ‫ت‬
3. َِ ‫ارهُا‬
َ َ‫ اَ اخب‬: Mad Iwadh, karena ada huruf mad thobi'i yang diwaqafkan atau
di akhir kalimat. Cara membacanya panjang seperti mad thobi'i.

22
Ayat 5

1. ُ‫ِباَن‬ : Ghunnah musyaddah, karena ada huruf nun yang bertasydid. Cara
membacanya masuk dengan mendengung
2. ‫ اَ اوحٰ ى‬: Mad layin, karena ada tanda baca fatkhah bertemu dengan huruf‫ِو‬
mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas.
3. َِ‫ِلَه‬ : Mad Iwadh, karena ada huruf mad thobi'i yang diwaqafkan atau di
akhir kalimat. Cara membacanya panjang seperti mad thobi'i.

Ayat 6

1. ُ‫ يَ او َمئِذ‬: Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf
‫ و‬mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas.

2. ُ‫صدر‬
‫ َي او َمئِذُ ِي ا‬:
Idgham bighunnah, karena ada kasrahtain bertemu dengan
huruf ‫ي‬. Cara membacanya masuk dengan mendengung.
3. ُ‫ ِالنا ِس‬: Al-syamsiyah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf ‫ن‬. cara
membacanya dimasukan ke huruf ‫ن‬
4. ‫ تًاِ ِلي َر اوا‬: Idgham bilaghunah karena ada fatkhah tain bertemu dengan huruf
‫ل‬. Cara membacanya masuk dengan tidak mendengung
5. ِ ‫ِ ِلي َر اوا‬: Mad layin, karena ada tanda baca fatkhah bertemu dengan huruf ‫و‬
mati.cara membacanya sekedar lunak dan lemas
Ayat 7

ُ‫ فَ َم ا‬: Idgham bighunnah, karena ada nun mati bertemu dengan


ُ‫ن ِي اع َم ا‬
1. ِ ‫ل‬
huruf ‫ي‬, Cara membacanya masuk dengan mendengung.
2. ِ ‫ ذَرةُ ِ َخي ًارا‬:
Idhar halqi, karena ada tanda kasrah tain bertemu dengan
huruf ‫خ‬. Cara membacanya adalah jelas di mulut.
3. ‫ َخي ًارا‬: Mad layin, karena ada tanda baca fatkhah bertemu dengan huruf ‫ي‬
mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas.
4. ‫ َخي ًارا ِي َره‬:
Idgham bighunnah, karena ada fatkhah tain bertemu dengan
huruf ‫ي‬. Cara membacanya masuk dengan mendengung.
Ayat 8

1. ُ‫ َو َم ا‬: Idgham bighunnah, karena ada nun mati bertemu dengan huruf
ُ‫نِي اع َم ال‬
‫ي‬. Cara membacanya masuk dengan mendengung.
2. ِ ‫ِذَرةُ ِش ًَّرا‬: Ikhfa haqiqi, karena ada kasrahtain bertemu dengan huruf ‫ش‬.
Cara membacanya samar-samar membentuk huruf ‫ش‬.

23
3. ‫ ش ًَّراِي َره‬: Idgham bighunnah, karena ada fatkhah tain bertemu dengan huruf
‫ي‬. Cara membacanya masuk dengan mendengung.

Surat Al Qoriah
Ayat 1

‫اال َقا‬ : Al qomariah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf qof. Cara
membacanya harus terang dan jelas.
Ayat 2

‫ االقَا‬: Al qomariah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf qof. Cara membacanya
harus terang dan jelas.

Ayat 3

1. َ‫ َو َماُِأ‬: Mad jaiz, karena ada huruf mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah
di lain kalimat. Cara membacanya panjang seperti mad thabi’i 2 harakat atau
4 harakat.
2. ‫أَد َارا‬
: Qolqolah sughro, karena ada huruf dal mati di dalam kalimat. Cara
membacanya membalik membentuk huruf dal.
3. ‫اال َقا‬
: Al qomariah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf qof. Cara
membacanya harus terang dan jelas.

Ayat 4

1. ُ‫يَ او َم‬
: Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf
wawu mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas.
2. ُ‫ الناس‬: Ghunnah musyaddah, karena ada huruf nun yang bertasydid. Cara
membacanya masuk dengan mendengung.
3. ‫ اال َمباثو‬: Al qomariah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf mim. Cara
membacanya harus terang dan jelas.
4. ‫ اال َمباثو‬: Qolqolah sughro, karena ada huruf ba mati di dalam kalimat. Cara
membacanya membalik membentuk huruf ba.

24
5. ِ ‫ اال َمباثو‬: Mad aridlisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf
ُ‫ث‬
mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga
boleh dua harakat.

Ayat 5

1. ‫ اال ِجبَا‬: Al qomariah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf jim. Cara
membacanya harus terang dan jelas.
2. ‫ اال َمنفو‬: Al qomariah, karena ada huruf ‫ ال‬bertemu dengan huruf mim. Cara
membacanya harus terang dan jelas.
3. ‫ ال َمنفو‬: Ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/tanwin bertemu dengan huruf fa.
Cara membacanya samar-samar membentuk huruf fa.
4. ِ ‫ اال َمنف‬: Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf
ُ‫وش‬
mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga
boleh dua harakat.

Ayat 6

1. ‫فَأَما‬ : Ghunnah musyaddah, karena ada huruf mim yang bertasydid. Cara
membacanya masuk dengan mendengung.

2. ‫ َمن ِثَقلَ ا‬: Ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/tanwin bertemu dengan huruf
ُ‫ت‬
fa. Cara membacanya samar-samar membentuk huruf fa.

Ayat 7

‫ ِعيشَةُِرا‬: Idgham bilaghunnah, karena ada tanwin bertemu dengan huruf ra. Cara
membacanya masuk dengan tidak mendengung.
Ayat 8

1. ‫َوأَما‬ : Ghunnah musyaddah, karena ada huruf mim yang bertasydid. Cara
membacanya masuk dengan mendengung.

2. ُ‫ت‬ ُ‫ َم ا‬: Idhar halqi, karena ada tanda fatkah tain bertemu dengan huruf
‫ن ِخَف ا‬
kho. Cara membacanya adalah jelas di mulut

25
Ayat 9

1. ُ‫فَأ ُّمه‬ : Ghunnah musyaddah, karena ada huruf mim yang bertasydid. Cara
membacanya masuk dengan mendengung.

2. ُ‫فَأ ُّمه‬ : Mad shilah qashirah, karena sebelum ha dhomir ada huruf hidup
(berharakat). Cara membacanya panjang 2 harakat seperti mad thabi’i.

Ayat 10

1. َ ‫َو َما ُِأ‬ : Mad jaiz, karena ada huruf mad thabi’i bertemu dengan huruf
hamzah di lain kalimat. Cara membacanya panjang seperti mad thabi’i 2
harakat atau 4 harakat.

2. ‫ أَد َارا‬: Qolqolah sughro, karena ada huruf ba mati di dalam kalimat. Cara
membacanya membalik membentuk huruf ba.

Ayat 11

‫ نَارُِ َحا‬: Idhar halqi, karena ada tanda fatkah tein bertemu dengan huruf kho. Cara
membacanya adalah jelas di mulut.

3.8 Memahami arti dan isi kandungan hadis tentang silaturrahmi riwayat
Bukhari Muslim dari Anas
ِ‫ّللاِصلىِهللاِعليهِو‬ َُ ‫ّللاِ َع انهُِِأنُِ َرس او‬
ُِٰ ِ‫ل‬ ُٰ ِ‫ي‬ َُ ‫ض‬
ِ ‫كِ َر‬ُِ ‫َسِبانِ َماِ ِل‬ ُ ِ ‫نِأَن‬
ُ‫َع ا‬
:ِ‫ل‬َُ ‫سلمِقَا‬
ِ َ‫ِفَ الي‬،ِ‫سُأ َِلَهُِفِيِأَثَ ِره‬
ُ‫ص ا‬
ُ‫لِ َر ِح َمه‬ ُ‫ِ َوأَ ا‬،‫طِلَهُِفِيِ ِر ازقِ ِه‬
َ ‫نِي ان‬ َُ ‫س‬ ُ‫نِأَ َحبُِأَ ا‬
َ ‫نِي اب‬ ُ‫َم ا‬
Artinya : Dari Anas bin Malik Ra, Rosullullohi SAW bersabda : Barang siapa
ingin dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dan menyambung tali kasih
sayang dengan keluarganya (H.R Bukhari Muslim).

Berdasarkan hadist di atas Nabi besar Muhammad SAW mengutuk


perbuatan dari orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi atau hubungan

26
persaudaraan, yang secara tegas diperintahkan Allah untuk senantiasa
menyambungnya, sehingga dikatakan bahwa amal seseorang yang dalam keadaan
memutuskan hubungan persaudaraan tidak diterima oleh Allah, dan dikatakan pula
bahwa rahmat tidak akan diturunkan kepada kaum yang memutuskan hubungan
silaturahmi.

A.9 Al-Qur’an Hadist MI Kelas V Semester Ganjil

3.1 Memahami arti dan isi kandungan Q.S al- ‘adiyat dan at-tin

ُِ‫)ِفَاَثَ ارنَُِبِه‬٣(ُِ‫تُِص اب ًحا‬ ِ ‫)ِفَ االم ِغي ٰار‬٢(ُِ‫تُِقَ اد ًحا‬ ِ ‫)ِفَ االم او ِر ٰي‬١(ُ‫ض اب ًحا‬َ ُِ‫ت‬ ِ ‫َو االعٰ د ِٰي‬
ٰ ‫)واِنهُِ َع ٰل‬٦(ُِ
ُِ‫ىِذ ِل َك‬ َ ‫سانَُِ ِل َربِهُِلَ َكن اود‬ ِ ‫)ِاِن ا‬٥(ُِ‫طنَُِبِهُِ َج امعًا‬
َ ‫ُِاْل ان‬ ‫س ا‬ َ ‫)ِفَ َو‬٤(ُ‫نَ اقعًا‬
‫)ِاَفَ َلُِ َي اعلَمُِاِذَاِب اعثِ َرُِ َماِفِ ا‬٨(ُِ‫ش ِدياد‬
ُِ‫ىِالقب او ِر‬ ‫ب ا‬
َ َ‫ُِال َخي ِارُِل‬ِ ‫ِ)ِواِنهُِ ِلح‬٧(ُِ
َ ‫ش ِهياد‬ َ َ‫ل‬
)١١(ُِ‫ُِربه امُِبِ ِه امُِيَ او َم ِٕىذُِل َخبِيار‬
َ ‫)ِاِن‬١٠(ُِ‫صد او ِر‬ ُّ ‫ص َلُِ َماِفِىِال‬ ِ ‫)ِوح‬٩(
َ
Artinya :
"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda
yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang
dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke
tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak
berterima kasih kepada Tuhannya, dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan
(sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya
kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang
ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Sesungguhnya
Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". (QS Al A’diyat:
1-11).

Tafsir dari Surat Al-'Adiyat ayat 1-11 :

1. Dalam penyerbuan mengejar musuh yang hebat dahsyat itu kelihatanlah


bagaimana
pentingnya kendaraan atau angkatan berkuda (Cavalerie). Kuda-kuda itu
dipacu dengan penuhsemangat oleh yang mengendarainya, sehingga dia

27
berlari kencang sampai mendua, artinya sudah samaderap kedua kaki muka
dan kedua kaki belakang, bukan lagi menderap. Sehingga berpadulah
semangat yang mengendarai dengan semangat kuda itu sendiri; kedengaran
dari sangat kencang dan jauh larinya, nafasnya jadi terengah, namun dia
tidak menyatakan payah, bahkan masih mau dihalau lagi.
2. Dalam lari yang sangat kencang itu, terutama di waktu dinihari kelihatanlah
memancar api dari ladamnya ketika ladam itu terantuk kepada batu
3. Yaitu di waktu musuh sedang lengah atau lalai atau mengantuk, sehingga
angkatan perang itu datang raja dengan tiba-tiba laksana dijatuhkan dari
langit
4. Biasanya di waktu Subuh, embun masih membasahi bumi. Barulah embun
itu akan hilang setelah matahari naik. Tetapi oleh karena hebat penyerangan
angkatan perang berkuda itu, karena kencang lari kuda-kudanya, yang
menerbitkan cetusan api karena pergeseran ladamnya dengan batu, debu-
duli naiklah ke udara. Sehingga berkabutlah tempat itu, tidak ada yang
kelihatan lagi, menyebabkan orang yang diserang kebingungan.
5. kumpulan musuh.
6. Berapa saja nikmat diberikan Tuhan diterimanya dan dia tidak merasa puas
dengan yang telah ada itu, bahkan masih meminta tambahnya lagi.
Nafsunya tidak pernah merasa cukup dan kenyang, yang ada tidak
disyukurinya, bahkan dia mengomel mengapa sedikit, dan yang datang
terlebih dahulu dilupakannya.
7. bahwasanya tingkah laku dan sikap hidup orang yang tidak berterima kasih
kepada Tuhan itu mudah saja diketahui oleh orang lain, karena orang yang
begitu tidaklah dapat menyembunyikan perangainya yang buruk itu.
8. Yang dimaksud dengan terlalu di sini ialah sangat bakhil. Mana yang telah
masuk tidak boleh keluar lagi.
9. bahwa semua makhluk yang telah mati akan dibangkitkan kembali dari
kubumya karena akan dihisab, karena akan diperhitungkan amalan yang
telah dibawanya untuk hidupnya di akhirat. Dan akan ditanyai dari mana

28
didapatnya hartanya yang banyak dan dipertahankannya mati-matian
sampai menjadi bakhil itu, dan ke mana dibelanjakannya?
10. Maka segala rahasia yang tersembunyi selama hidup dahulu, entah harta-
benda yang banyak itu didapat dari menipu, mencuri, berbohong, laku
curang, korupsi, manipulasi, semuanya akan terbongkar, sehingga jatuh
hinalah diri di hadapan khalayak ramai di Padang Mahsyar.
11. Tidaklah dapat berbohong lagi, atau bersenda-gurau dan main-main
(lahwun wa la'ibun) sebagai di dunia, karena semua rahasia sudah ada di
tangan Tuhan.

Kandungan Surat Al-'Adiyat adalah :

1. Dalam surah al-'Adiyat Allah SWT menunjukkan sifat dasar manusia yang
tidak menaati nikmat yang diberikan.
2. Selain itu pada dasarnya manusia juga sangat cinta harta dan duniawi.
3. Karena kufur nikmat dan cinta harta ini pula seringkali manusia lupa
bersyukur baik secara lisan dengan mengucap Alhamdulilah maupun secara
tindakan dengan berbagi.
4. Melalui Surah al-'Adiyat ini Allah Swt. memberi peringatan tentang hari
pembalasan, saat ditampakkan semua apa yang ada di dalam hati manusia
dan Allah Swt. yang Maha Teliti akan memberi balasan atas sikap manusia
yang kufur nikmat dan cinta harta berlebih

Asbabun Nuzul Surat Al Adiyat

Meski di atas telah dijelaskan bahwa Surat Al Adiyat merupakan surat


Makkiyah, namun sebagian ulama berpendapat bahwa surat Al Adiyat ini
diturunkan setelah Nabi Muhammad Saw hijrah. Pendapat bahwa surat Al Adiyat
adalah Madaniyah karena ada hadis yang diriwayatkan oleh Bazzar, Ibnu Abi
Hatim dan Hakim tentang asbabun nuzul ayat 1 surat Al Adiyat. Dari Ibnu Abbas,
ia berkata Rasulullah Saw mengirim pasukan berkuda. Selama satu bulan taka da
kabar, lalu turunlah surat Al Adiyat. Asbabun Nuzul surat Al Adiyat ini tercantum

29
dalam Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam tafsir Al Munir.Sementara itu, secara
urutan mushaf, surat Al Adiyat merupakan surat ke-100 yakni setelah surat Al
Zalzalah. Apabila surat Al Zalzalah diakhiri dengan balasan atas setiap kebaikan
dan keburukan manusia, maka surat Al Adiyat menjelaskan apa yang mengantarkan
manusia pada amal-amal buruk tersebut.Surat Al Adiyat secara umum
menunjukkan kerugian manusia pada saat hari kiamat, yaitu ketika mereka ingkar
untuk nikmat Allah Swt, bakhil karena terlalu mencintai dunia, dan tidak
menyiapkan bekal untuk akhirat.

Surat At Tin

ُِ ‫)ِِ َو ٰهذَاِ االبَلَ ُِدِ ااْلَ ِمي‬٢(َُ‫) َوط او ُِرِ ِس اينِيان‬١(ِ‫ن‬


ِ‫)ِِلَقَ اُدِ َخلَ اقنَا‬٣(ِ‫ان‬ ُِ ‫انِ َوالزيات او‬
ُِ ‫َُوالتِي‬
ِ‫)ِاِْلُ ِال ِذيانَُ ِ ٰا َمن اوا‬٥(ِ َُ‫سافِ ِليان‬ َُ َ‫)ِثمُ ِ َر َد اد ٰنهُ ِا َ اسف‬٤(ِ ُ‫ن ِتَ اق ِويام‬
َ ِ‫ل‬ َ ‫ي ِاَحا‬
ُِ ‫س‬ ُ‫سانَُ ِفِ ا‬ ِ‫ا‬
َ ‫اْل ان‬
ِ)٧(‫ان‬
ُِ ‫الدي‬ َُ ‫) ِفَ َما ِي َكذِب‬٦(ِ ُ‫ت ِفَلَه اُم ِاَجارُ ِ َغيارُ ِ َم امن اون‬
ِ ‫ك ِ َب اعدُ ِ ِب‬ ُِ ٰ‫ص ِلح‬
ٰ ‫َو َع ِملوا ِال‬
)٨(َُِ‫ّللاِ ِباَحا َك ُِمِ االحٰ ِك ِميان‬ َُ ‫اَلَي‬
ُٰ ِ‫اس‬
Artinya :

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi Gunung Sinai. Dan demi
kota yang damai ini (Mekah). Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat
yang paling rendah (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh, maka bagi mereka pahala yang tidak henti-hentinya. Maka apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-
keterangan itu) itu?. Bukankah Allah Swt. Hakim yang adil?’’

Tafsir Surat At Tin ayat 1-8

30
1. Para ahli tafsir masih berbeda pendapat dengan pendapat yang cukup
banyak. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan at-tiin di sini
adalah masjid Damaskus. Ada juga yang berpendapat, ia merupakan buah
tin itu sendiri.
2. Bukit di mana Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa
3. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai masalah tersebut.
4. Dan inilah yang menjadi obyek sumpah, yaitu bahwa Allah Ta'ala telah
menciptakan manusia dalam wujud dan bentuk yang sebaikbaiknya, dengan
perawakan yang sempurna serta beranggotakan badan yang normal.
5. Kemudian setelah penciptaan yang baik dan menajubkan itu, mereka akan
diseret ke Neraka jika mereka tidak taat kepada Allah dan tidak mengikuti
para Rasul.
6. Tiada putus-putusnya, seperti yang telah disampaikan sebelumnya.
7. Pembalasan pada hari kebangkitan, padahal kamu telah mengetahui
penciptaan pertama dan juga telah mengetahui bahwa Rabb yang mampu
memulai, sudah pasti mampu untuk mengembalikan lagi. Lalu apa yang
membuatmu mendustakan hari Kiamat padahal kamu sudah mengetahui
semuanya itu?
8. Bukankah Dia adalah Hakim yang paling bijak, tidak berbuat sewenang-
wenang dan tidak juga menzhalimi seorang pun. Di antara bentuk keadilan-
Nya adalah Dia akan mengadakan hari Kiamat, lalu Dia akan menuntut
keadilan untuk orang yang dizhalimi di dunia dari orang yang
menzhaliminya.

Asbabun Nuzul Surat At Tin

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Al-Aufi yang bersumber pada Ibnu Abbas,
surah at- Tin turun berkaitan dengan pertanyaan para sahabat tentang balasan amal
orang yang sudah pikun. Melalui surah at-Tin, Allah Swt. menegaskan bahwa amal
orang yang beriman dan beramal saleh akan senantiasa mengalir pahalanya
meskipun orang tersebut mengalami pikun.

31
Isi Kandungan Surat At Tin

1. Buah tin dan zaitun merupakan kinayah (ungkapan) tentang Damaskus


(tempat Nabi Nuh diutus) dan Baitul Maqdis (tempat Nabi Isa diutus).
2. Bukit Sinai yaitu sebuah gunung (bukit) tempat Allah berbicara langsung
kepada Nabi Musa as.
3. Yang dimaksud dengan negara aman adalah kota Mekkah. Allah
bersumpah dengan ketiga tempat tersebut sebagai tanda perintah untuk
mengetahui dan mengimani wahyu Allah kepada Ulul 'Azmi dari kalangan
Rasul.
4. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling baik diantara makhluk
lainnya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Ia dapat berdiri tegak,
berbicara, berilmu, mengatur lagi bijak. Hal itu disebabkan manusia
dibekali dengan akal pikiran dan hati yang dapat berfungsi dengan baik.
Sehingga memungkinkan bagi manusia untuk menjadi khalifah di muka
bumi ini.
5. Manusia akan berubah menjadi makhluk yang hina dan rendah derajatnya
dihadapan Allah apabila tidak bersyukur, selalu maksiat, dan tidak menaati
perintah Allah SWT. Tempat kembalinya dia adalah neraka yang
menyedihkan.
6. Manusia yang akan selamat dari kehinaan adalah orang yang beriman
dengan sungguh-sungguh dan membuktikannya dengan ibadah dan amal
shaleh. Mereka akan mendapatkanpahala yang tidak ada putus-putusnya,
yaitu balasan surga dengan segala kenikmatannya dan kekal di dalamnya.
7. Melalui Rasulullah sebagai rasul dan uswatun hasanah, kita jadi mengetahui
tentang ajaran Islam. Kita tidak bisa mengingkari ajaran yang dibawanya,
karena mendustakan ajarannya berarti sama saja mendustakan Allah dan
balasannya adalah neraka.
8. Allah adalah hakim yang paling adil, manusia akan mendapat pahala yang
setimpal dengan apa yang telah ia usahakan selama hidup di dunia. Jika
amalnya baik maka akan dibalas dengan kebaikan pula yaitu surga dan

32
ridho-Nya, dan jika buruk amalnya maka akan mendapat balasan yang
buruk pula yaitu neraka dan murka-Nya.

3.2 Menerapkan hukum bacaan mim mati / sukun (idghom mimi,ikhfa’


syafawi,dan idhar syafawi)

Hukum Bacaan Mimm Mati / Sukun( idghom mimi, ikhfa', syafa wi dan idhar
safawi)

Hukum mim mati bersukun ialah tiga hukum yang muncul tatkala mim bersukun
menghadapi huruf hijaiyah. Tiga hukum tersebut adalah:
1) Ikhfa Syafawi
2) Idghom Mimi
3) Izhar Syafawi
Hukumnya ada tiga bagi yang menetapkannya yaitu Ikfha, idgham dan idzhar.
Macam-Macam Bentuk Hukum Mim Mati

1. Ikhfa Syafawi
Ikhfa Syafawi yaitu suatu hukum tajwid yang terjadi ketika ada huruf hijaiyah
Mim Sukun ِ )‫( ْم‬ketemu dengan huruf hijaiyah Ba(ِ )‫ب‬. kata Ikhfa’ berarti
menyembunyikan atau menyamarkan dan Syafawi berarti bibir. Dengan demikian
Ikhfa Syafawi sebab makhraj dari huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba adalah
pertemuan antara bibir bawah dan bibir atas. Kita mengetahui bahwa huruf ikhfa
syafawi hanya ada satu yaitu ba’ (‫)ب‬.
Cara membaca ikhfa syafawi ialah dengan suara yang samar antara mim dan
ba’ pada bibir, kemudian ditahan kira-kira dua ketukan seraya mengeluarkan suar
ikhfa dari pangkah hidung, bukan dari mulut.
Contoh ikhfa syafawi dalam Al-Qur’an:
Surat Al Alaq: 14

َ َّ ِ‫أَلَ ْمِ َي ْعلَ ْمِبأ َ َّن‬


ِ ‫َّللاِ َي َرى‬
Surat Al Fiil :
ِ ‫ٍۙلي ِج ِس ن ِم ةَراَجِحِب مِهي ِمرَت‬
ِ
2. Idgham Mimi atau Mutamasilain
Idgham mimi disebut juga idgham mutamtsilain. Dinamakan idgham mim karena
proses idghamnya huruf mim dimasukkan kepada huruf mim pula. Dan disebut
mutamatsilain karena huruf yang berhadapan sama, baik makhrajnya maupun

33
sifatnya. Huruf idgham mim sama halnya dengan ikhfa syafawi hanya ada satu yaitu
(ِ ‫) م‬
Cara membaca idgham mimi ialah dengan memasukkan suara mim yang
bersukun kepada mim berharakat yang ada dihadapannya.Selanjutnya suara
digunnahkan secara sempurna tiga harakat dengan suara ghunnah yang keluar dari
pangkal hidung.
Contoh idgham mimi dalam Al Quran
Surat Quraisyِayatِ:ِ4
ِ ِ‫ِوآ َمنَ ُه ْمِم ْنِخ َْوف‬ ْ َ ‫الَّذيِأ‬
َ ‫ط َع َم ُه ْمِم ْنِ ُجوع‬

3.Idzar Syafawi
Izhar atau idzhar berasal dari bahasa arab artinya adalah jelas atau terang.
Sedangkan kata syafawi berasal dari bahasa arab yaitu dari kata syafatun artinya
adalah bibir. Idzhar syafawi menurut istilah adalah membunyikan lafal dengan jelas
dan terang dengan bibir tertutup. Hukum bacaan idzhar syafawi adalah apabila Mim
mati ( ‫ ) م‬berhadapan dengan salah satu huruf hijaiyah 26, yakni selain Mim ( ‫) م‬
dan Ba’ ( ‫) ب‬.
Cara Membacanya Mim disuarakan dengan terang dan jelas di bibir serta
mulut tertutup tanpa dengung dan harus lebih diperjelas lagi apabila mim sukun
( ‫ ) م‬bertemu Wawu ( ‫ ) و‬dan Fa’ ( ‫) ف‬. Misalnya dalam contoh sebagai
berikut:ِ.
Contoh idzhar syafawi dalam Al Quran:
Surat Al - Ikhlas : 4
ٌ ‫َولَ ْمِ َيكُ ْنِلَهُِكُفُ ًواِأ َ َح ِد‬
Surat Al Fatihah ayat: 7

َ ‫علَيْه ْم‬
‫ِو ََّلِالضَّالي‬ ْ ‫غيْر‬
َ ِ‫ِال َم ْغضُوب‬ َ ِ َ‫طِالَّذينَ ِأ َ ْنعَ ْمت‬
َ ِ‫علَيْه ْم‬ َ ‫ص َرا‬

3.3 Menganalisis arti dan isi kandungan hadis tentang menyayangi anak
yatim riwayat Bukhari Mulim dari Sahl bin Saad

Hadis Tentang Menyayangi Anak Yatim

َ ‫ِوأَش‬،ِ‫ا‬
ِ‫َار‬ ْ ‫ِاليَتيم ِف‬
َ َ‫يِال َجنَّةِ َه َكذ‬ ْ ‫َاِوكَاف ُل‬
َ ‫ِ”ِأَن‬:ِ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَيْه‬
َ ‫ِو‬ َّ َّ‫صل‬
َ ُِ‫ىَِّللا‬ َّ ‫ِرسُو ُل‬
َ ِ‫َِّللا‬ َ ‫ِقَا َل‬:ِ ‫س ْعد ِقَا َل‬ َ ِ ‫ع ْن‬
َ ِ ‫س ْهل ِبْن‬ َ
‫ش ْيئًا‬ ِ‫ا‬‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬
َ ‫ي‬
ْ ‫ب‬ِ
َ َ ُ َ َ َّ َ ‫ج‬‫ر‬ َ ‫ف‬‫ىِو‬ َ
‫ط‬ ‫س‬ ْ
ْ ُ َ َ َّ ‫ب‬
‫و‬ ‫ال‬‫ِو‬ ‫ة‬ ‫ب‬‫َّا‬ ‫ب‬‫س‬ ‫ال‬
Artinya: “Dari Sahl bin Sa’ad RA, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya
dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.’ Beliau

34
mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan
keduanya.”

Kandungan Hadis Menyayangi Anak Yatim :


Hadis riwayat Imam Bukhari dari Sahl bin Sa’ad ini menjelaskan tentang
keutamaan memelihara dan menyayangi anak yatim (piatu). Sebagai seorang yang
beriman kita semua sepatutnya peduli dengan yatim sebagaimana perintah Allah
Swt dan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Kepedulian dan rasa sayang itu
bisa kita wujudkan dengan bergaul dan berbicara dengan baik kepada mereka.
Jangan lupa, menghibur mereka saat dirundung kesedihan, turut serta membantu
mereka saat kesulitan, mencukupi kebutuhan mereka jika kita berlebih serta
senantiasa mempergauli mereka dengan sebaik-baiknya pergaulan. Sebagaimana
yang dikatakan Rasullulah dalam hadisnya barang siapa memelihara serta
menyayangi yatim maka kelak dijanjikan dekat dengan beliau di surga.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurohim, Acep, Lim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2003) .
Imam Bukhari. Tt. Juz 1 Shahih Bukhari Darûn wa Mutâbi’u Ats-Tsabit.
Rizal, S., Palapa, S., & Lombok, N. (2019). Model Pembelajaran Hadist Integratif
Dengan Tema Silaturahmi. EDISI : Jurnal Edukasi Dan Sains, 1(1), 178–196.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi

Katsir, I. I. (2014). Tafsir Surat At-Tiin. 1–9.

Amin, S. (2014). Tafsir Surat al-Aadiyaat.

No Title. (n.d.). https://nada313.com/hukum-tajwid-surat-al-qariah-lengkap-


dengan-penjelasan-dan-isi-kandungan

Rohmah, N. M. (2020). Al Qur’an Hadis Kelas V Madrasah Ibtidaiyah (Vol.


148).
https://mapelqh.blogspot.com/2017/02/memahami-hadits-tentang-
taqwa.html?m=1

35
https://pontianak.tribunnews.com/2021/02/05/hadits-tentang-niat-dan-
penjelasannya-innamal-amalubinniat-hr-bukhari-dan-muslim
https://kumparan.com/berita-terkini/asbabun-nuzul-surah-al-qariah-dan-makna-
yang-terkandung-di-dalamnya-1wGAgJrAP6j/full
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/kandungan-ayat-al-quran-surat-al-
qariah.html?m=1
https://islam.nu.or.id/tafsir/pengantar-tafsir-surat-az-zalzalah-karakteristik-
asbabun-nuzul-dan-keutamaannya-LZ50W

36
37

Anda mungkin juga menyukai