Anda di halaman 1dari 16

AMTSAL FIL QUR’AN

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah
Study Qur’an

Dosen Pengampu:
Dr. H. Abad Badruzaman, Lc, M.Ag.
Dr. Ahmad Zainal A., MA

Oleh

Farida Ani Wahyuni


NIM. 12505174016

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


PROGRAM PASCASARJANA
IAIN TULUNGAGUNG
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsal dalam Al-Qur’an ................................................. 3


B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an ......................................... 5
C. Faedah amtsal Al-Qur’an ................................................................ 12
D. Aktualisasi amtsal Qur’an dalam Pendidikan ................................. 13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................... 15

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................... 16

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT (kalamullah) yang diwahyukan kepada
nabi Muhammad SAW melalui ruhul Amin, malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman
hidup (way of life) bagi makhluknya di setiap ruang dan waktu. Al-Qur’an juga berfungsi
mengantarkan dan mengarahkan manusia ke jalan yang lurus.
Namun, ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an tidaklah dapat serta merta bisa
dipahami secara jelas. Hal ini disebabkan oleh faktor Al-Qur’an itu sendiri maupun
faktor luar Al-Qur’an, seperti banyaknya ayat yang mutasyabihat, lafadz
musytarak (lafadz yang memiliki makna ganda), gharabah al lafdzi (lafadz yang masing
asing), al hadf (penggabungan lafadz), ikhtilaf marji’ al dhamir (adanya perbedaan
tempat kembalinya kata ganti), al taqdim wa al ta’khir (lafadz yang didahulukan dan
yang diakhirkan), maupun kekeliruan penafsiran Al-Qur’an.1
Dengan demikian, dalam memahami Al-Qur’an sangatlah dibutuhkan ilmu
tersendiri, yang dikenal dengan ulumul Qur’an. Dimana dalam ilmu ini salah satu
disiplinnya adalah ilmu amtsalul Qur’an. Al-Qur’an sendiri telah menyerukan kepada
umat manusia untuk memperhatikan tamsil-tamsil, sebab dari situlah akan ditemukan
suatu kebenaran yang hakiki mengenai kekuasaan Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Dari hal tersebutlah penulis bermaksud mengeksplor amtsal
Al-Qur’an untuk lebih memperdalam upaya pemahaman Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari amtsal Qur’an?
2. Bagaimana macam-macam amtsal dalam Al-Qur’an?
3. Bagaimana faedah/manfaat dari amtsal Qur’an?
4. Bagaimana aktualisasi amtsal Qur’an dalam pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mendeskripsikan definisi dari amtsal Qur’an.
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam amtsal dalam Al-Qur’an.
3. Untuk mendeskripsikan faedah/manfaat dari amtsal Qur’an.
4. Untuk mendeskripsikan aktualisasi amtsal Qur’an dalam pendidikan.

1
Nor Ichwan, Memahami Bahasa Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 6

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsal dalam Al-Qur’an


Menurut bahasa (etimologi) kata amtsal berupa bentuk jamak dari lafal matsal.
Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata syabah, syibih dan
syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.2 Pengertian matsal secara etimologis
ini ada tiga macam. Pertama, bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau keserupaan.
Kedua, bisa berarti kisah atau cerita yang dianggap penting dan mempunyai keanehan.
Ketiga, bisa berarti sifat, keadaan atau tingkah laku yang menakjubkan. Misalnya, dalam
firman Allah pada QS. Muhammad ayat 15 dijelaskan tentang keadaan dan sifat surga
yang sangat mengagumkan.3
‫نُل ََب َُّلمُج‬
َّ ٞ َٰ َ ‫ََج‬ َ ‫ج‬ َ ٓ َّ ٞ َٰ َ ‫َ ج َّ َ َ ٓ َ ج‬ َّ َّ َ ‫ج‬ َ َّ
ٖ ‫ُم‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫أ‬‫ُو‬ ‫ن‬
ٖ ‫اس‬‫ُء‬ ‫ۡي‬ ‫ُغ‬ ‫ء‬
ٍ ‫ا‬‫نُم‬ ‫ُم‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ُأ‬ ‫ا‬‫يه‬ ‫ف‬ ُ ُ
‫ون‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ٱل‬ ُ ‫د‬‫ع‬‫و‬ ُ ‫ت‬
ُ ‫ٱل‬ُ ‫ة‬
ُ ‫ن‬ ‫ٱۡل‬ ُ ‫ل‬
ُ ‫ث‬ ‫م‬
َ َ ‫ ج َ َ ُّ َ ى‬ٞ َ ‫َّ َٰ َ َ َ ج‬ َّ َّ ‫ ج َ ج‬ٞ َٰ َ ‫َ َ ج‬ ‫َي َت َغ َّ ج‬
ُ‫ُط جعمهُۥُوأنهرُمنَُخ ٖرَُّلةُٖللشربنيُوأنهرُمنُعس ٖلُمصّفُۖولهمُفيهاُمُن‬
َ ‫ج‬ َٰ َ ‫ۡي‬
َ ‫َّ َ ْ َ ٓ ً َ ى‬
َُ‫ُف َق َّطع‬ َ َ ‫َّ ج َ َ ج‬ ٞ ‫ج‬
‫كُ ُٱثلَّ َم َرَٰتُ ُ َو َمغف َرة ُمن ُربهم ُكمن ُهو ُخِل ُِف ُٱنلارُ ُوسقوا ُماء َُحيما‬
ٞ َٰ
‫ج‬ َ َٓ ‫َج‬
ُ ُ١٥ُ‫أمعاءهم‬
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan
baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring;
dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari
Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman
dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya.” (QS: Muhammad/47:15)
Ayat tersebut bisa diartikan perumpamaan surga, atau gambaran, sifat, atau
keadaan surga yang sangat mengherankan.
Secara terminologis, matsal atau amtsal sebagaimana yanng didefinisikan para
ahli sastra adalah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang
dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang
akan dituju.4 Misalnya Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 21:
َ َّ َ َ َ ‫َ َ َّ ج‬ َّ َ ‫َ ج َ ج َ ج َ َٰ َ ج‬
٢١ُ ‫وتلك ُٱۡلمثلُ ُنۡضبهاُللناس ُلعلهم ُيتفكرون‬...
2
Manna’ Khalil Al-Qattan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, [diterjemahkan oleh Mudzakir, Studi Ilmu-ilmu
Al-Quran], (Surabaya: CV. Ramsa Putra, Halim Jaya, 2012), cet. 15, hal. 402
3
Supiana dan Karman, Ulumul Quran, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), hal. 253
4
Ibid..., hal. 254

3
4

“...Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka


berfikir.” (QS: Al-Hasyr/59:21)
Menurut ulama Bayan amtsal merupakan bentuk majas murakkab yang
konteksnya adalah persamaan. Maksudnya bahwa amtsal merupakan ungkapan majas
majemuk yang kaitan antara yang disamakan dan asalanya disebabkan adanya
keserupaan. Semua bentuk amtsal ini adalah isti’arah tamtsiliyyah (kiasan yang
menyerupakan). Sedangkan menurut ulama tafsir amtsal adalah menampakkan
pengertian abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang tertancap di
dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).5
pengertian amtsal yang diartikan oleh ahli tafsir yang relevan dengan yang terdapat di
dalam Al-Qur'an. Ulama ahli tafsir membagi amtsal tasybih menjadi dua macam, yaitu:
1. Tasybih Sharih
Yaitu perumpamaan yang jelas/terbuka. Contoh dalam QS. Yunus ayat 24:
َ‫ج‬ َ َ َ ‫َ َّ َ ٓ َ ج‬ َ ‫ج َ َ َٰ ُّ ج َ َ َ ٓ َ َ ج‬ َ َّ
َ ُ ‫إن َماُ َمثلُٱۡليوةُُٱدلنياُكما ٍءُأنزلنهُمنُٱلسماءُُ ُفٱختل‬
ُ ُ...ُ‫طُبهُۦُنباتُٱۡلۡرض‬َ َٰ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang
Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-
tanaman bumi...”(QS. Yunus/10:24)
Dalam ayat tersebut, gambaran kehidupan manusia di dunia yang relatif
singkat itu diserupakan dengan waktu turunnya air hujan dari langit (yang konkrit)
yang juga hanya sebentar.
2. Tasybih Dhini
Yaitu perumpamaan yang terselubung. Contoh QS. Al-Hujurat ayat 12:
‫َ ج‬ َ ُّ َ ً ‫َ ج‬
‫ب ُأ َحدك جم ُأنُيَأك َل َ ج‬
َُ‫ُۡلم‬ ‫ج‬ َّ َ ‫َ َ َ َ َّ ْ َ َ َ ج‬
‫و َُل َُتسسوا ُوَل ُيغتبُبعضكمُبعضا ُۚأُي‬...
ٞ َّ ٞ َّ َ َ َّ َّ َ َّ ْ َّ َ ‫َ جى َ َ ج‬ َ
ُ ُ١٢ُ‫ٱللُتوابُرحيم‬ ُ ُ‫ٱللُۚإن‬
ُ ُ‫وا‬ ُ ‫ُوٱتق‬
ُ ۚ‫أخيهُميتاُفكرهتموه‬
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu
sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”(QS. Al-Hujurat/49:12)
Contoh amtsal dalam bentuk majaz mursal seperti yang tercantum pada QS. Al-
Hajj ayat 73:

5
Abdul Jalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hal. 311
5

ْ ‫َّ َ َ ج‬ َ ‫ َ ج َ ْ َ ٓ َّ َّ َ َ ج‬ٞ َ َ َ َ ُّ َ َ
ُ‫ٱللُلنَُيلقوا‬
ُ ُ‫ينُتدعونُمنُدون‬ ُ ‫ل ۚ ُۥُإنُٱَّل‬
ُ ُ‫وا‬
ُ ‫ُفٱستمع‬ َّ
ُ ‫يأيهاُٱنلاسُُُضبُمثل‬ َٰٓ
َ َ ‫ج‬ َ ‫َ ج ى َّ َ ج‬ َ ُّ ‫ج‬ ‫ج‬ َ َ ْ ََ‫َ ى ََ ج‬
ُ ‫شيُا َُل ُيسننقووه ُمن ۚه ُعع‬ُ ُ ُ‫لۥُ ُِإَون ُيسلبهم ُٱَّلباب‬ ُ ُ ‫وا‬
ُ ‫ذبابا ُولو ُٱجتمع‬
‫ج‬ َ ‫َ ج‬ َّ
ُ ُ٧٣ُُ‫ٱلطالبُُ ُوٱلمطلوب‬
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan
seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas
sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-
Hajj/22:73)

Dalam ayat tersebut tidak berupa tasybih, karena tidak ada asal cerita atau
musababnya.6 Menurut Rosyid Ridho, yang dimaksud amtsal adalah perumpamaan baik,
berupa ungkapan, gerak, maupun melalui gambar-gambar. Sebaliknya, dalam konteks
pendidikan Islam, teknik metafora mengarah pada perumpamaan dalam segi ungkapan
belaka.7
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, amtsal adalah
perumpamaan yang berbentuk abstrak menuju pengertian yang konkrit untuk mencapai
tujuan dan mengambil hikmah dari perumpamaan tersebut baik berupa ungkapan,
gambaran, maupun gerak.
B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Amtsal dalam Al-Quran ada 2 macam: 1) Amtsal yang tegas (musharrahah), 2)
Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
1. Amtsal Musharrahah
Amtsal musharrahah atau dzahirah adalah amtsal yang di dalamnya dengan
tegas menggunakan lafadz-lafadz amtsal atau tasybih. Amtsal jenis ini paling banyak
terdapat dalam Al-Qur’an.8 Seperti yang terdapat pada QS. Al-Baqarah ayat 17-20:
َّ َ َ َ َ ‫ج َ ج َ َ َ ى َ َ َّ ٓ َ َ ٓ َ ج َ َ ج‬ َّ َ َ َ
‫ٱلل ُبنورهمُج‬ ُ ُ ‫لۥ ُذهب‬ ُ ‫َمثله جُم ُك َمثل ُٱَّلي ُٱستوق ُد ُنارا ُفلما ُأعاءت ُما ُحو‬
‫ ُأ َ ُوُج‬١٨ُ ‫ون‬
َ ‫ج‬ َ َ ‫ َ ج‬ٞ ‫ُّ ج ٌ ج‬ َ ‫ج‬ َّ َ ‫ََ َ ج‬
‫ ُص ُم ُبكم ُعۡم ُفهم َُل ُيرجع‬١٧ُ ‫ت َُل ُيبِصون‬ ٖ َٰ ‫وت َركهم ُِف ُظلم‬
َ َ ٓ ‫ َ ج َ َ َ َ َٰ َ ج‬ٞ ‫ َ َ ج‬ٞ ‫ َ َ ج‬ٞ َٰ َ ٓ َّ َ َ ‫َك‬
ُ‫ٱلس َماءُ ُفيه ُظلمت ُورعد ُوبرق َُيعلون ُأصبعهم ُِف ُءاذانهم‬ ُ ‫ب ُمن‬ ٖ ‫ي‬ ‫ص‬
‫َج َج‬ ‫ج‬ َ َ ‫ج‬ َّ ‫ج‬ َ َّ ُ ‫م َن‬
ُ ‫َبقُ َُي َط‬ ‫ ُيَكادُ ُٱل‬١٩ُ ‫ين‬ ُ ‫ٱلص َوَٰعقُ ُ َحو َر ُٱل َم جوتُ ُ َُو‬
َُ ‫ٱلل ُُميُۢط ُبُٱلكَٰفر‬
6
Ibid..., hal. 313
7
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Triganda Karya, 1993), hal. 260
8
Supiana, Ulumul Quran..., hal. 257
6

َّ َ ٓ َ ‫َ ٓ َ ج َ َ َ َ ج ج َ ۚ ْ َ َ ج‬ ْ ‫َ ج َ َٰ َ ج َّ َ ٓ َ َ ٓ َ َ َّ َ ج‬
ُ‫ٱلل‬
ُ ُ ‫أبصرهم ُُكما ُأعاء ُلهم ُمشوا ُفيه ُِإَوذا ُأظلم ُعليهم ُقاموا ُولو ُشاء‬
ٞ َ ‫َ ج‬ َٰ َ َ َ َّ َّ ‫َ َ َ َ َ ج ج َ َ ج َ َٰ ج‬
ُ٢٠ُ‫ٱللُلَعُكَُشءُٖقدُير‬ ُ ُ‫َّلهبُبسمعهمُوأبصره ۚمُإن‬
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api
itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan
buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang-
orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat,
mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,
sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir
kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka,
mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka
berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan
penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-
Baqarah/2:17-20)
Dalam ayat tersebut, Allah memberikan perumpamaan terhadap orang munafik
ۡ ‫ ) َك َم َث ِل ٱلَّذِي‬dan
ٗ ‫ٱس َت ۡو َقدَ َن‬
dengan dua perumpamaan, yaitu dengan api yang menyala (‫ارا‬

dengan air (‫س َمآ ِء‬ َ ‫ )أَ ۡو َك‬yang di dalamnya ada unsur kehidupan. Begitu pula
َّ ‫صيِّبٖ م َِّن ٱل‬
Al-Qur'an diturunkan, pertama untuk menyinari hati dan keduanya untuk
menghidupkannya. Allah menyebutkan keadaan orang munafik juga di dalam dua
hal, mereka diumpamakan menghidupkan api untuk menyinari dan
memanfaatkannya agar dapat berjalan dengan sinar api tadi. Tetapi sayang mereka
tidak bisa memanfaatkan api itu, karena Allah telah menghilangkan cahayanya,
sehingga masih tinggal panasnya saja yang akan membakar badan mereka,
sebagaimana mereka tidak menghiraukan seruan Al-Qur’an, dan hanya pura-pura
membacanya saja.9
Begitu pula dalam perumpamaan kedua, mereka diserupakan dengan air
hujan yang turun dari langit, disertai dengan kegelapan petir dan kilat sehingga
mereka menutup telinga dan memejamkan mata karena takut mati disambar petir.
Hal inipun relevan dengan keadaan mereka yang mengabaikan Al-Qur’an dan tidak
menjalankan perintah-perintahNya yang mestinya bisa menyelamatkan, tetapi karena
tidak diindahkan maka justru membahayakan mereka.10 Selain itu, juga ditemukan
dua model penggunaan amstal musarrahah, yaitu:

9
Ibid..., hal. 258
10
Muhammad Ali, “Fungsi Perumpamaan dalam Al-Qur’an”, Jurnal Tarbawiyah, Vol. 10 No. 2, 2013,
hal. 26
7

a. Mengumpamakan sesuatu hal yang abstrak dengan sesuatu yang lebih konkret.
Contohnya: dalam QS. Al-Jumuah ayat 5 yang berbunyi:
‫ج َ َج َج َ َ ج‬ َ َ َ ‫ْ َّ َ َ َ ج‬ َّ َ
ُ‫ٱتل جو َرى َٰ ُةُث َّمُل جمُُيملوهاُك َمثلُٱۡلمارُُُيملُأسفار ۚاُبئس‬
َ َُ ‫َمثلُُٱَّل‬
ُ‫ينَُحلوا‬
َّ َ‫ج‬ َ َّ َ َّ َ ْ َّ َ َ َّ ‫َ َ ج َ ج‬
ُ ُ٥ُ‫ني‬ َُ ‫ٱللَُل َُي جهديُٱلق جو َُمُٱلظَٰلم‬ ُ ُ‫ينُكوبواُأَ‍ِبيَٰت‬
ُ ‫ٱللُۚ ُو‬ ُ ‫مثلُٱلقومُُٱَّل‬
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian
mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab
yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat
Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS.
Al-Jumuah/62:5)
Diumpamakan orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab Taurat,
kemudian mereka membacanya tetapi tidak mengamalkan isinya dan tidak
membenarkan kedatangan Nabi Muhammad SAW. Bagaikan binatang himar
(keledai) yang membawa kitab-kitab tebal, yang berarti kemubadziran dalam
pekerjaannya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas dan merangsang perasaan bahwa kitab Taurat yang diturunkan Allah
kepada kaum Yahudi tidak bermanfaat sedikitpun jika tidak diamalkan, dan
tidak membenarkan terhadap kandungan isinya. Perumpamaan ini ditujukan
kepada kaum Muslimin agar membenarkan Al-Qur'an dan melaksanakan isinya
agar jangan menyerupai orang Yahudi yang tidak menerima isi Taurat dan tidak
mengamalkannya.11
b. Membandingkan dua perumpamaan antara hal yang abstrak dengan dua
perumpamaan antara hal yang abstrak dengan dua hal yang lebih konkrit.
Contohnya QS. Ibrahim ayat 24-27 yang berbunyi:
ُٞ‫ُطي َبة ُأَ جصل َها ُثَابت‬ َ ‫َ َ ج َ َ َ ج َ َ َ َ َّ َ َ ى َ َ ى َ َ ى‬
َ ٖ ‫ُك َش َج َرة‬ ‫ٱلل ُمثٗل ُُكمة ُطيبة‬ُ ُ ‫أل ُم ُتر ُكي ُُضب‬
ٍ
َّ ‫ج َ َ َ ج‬ َّ َ ‫ج‬ ٓ َّ َ
ُ ُ ‫اُۗو َيۡضب‬
ُ‫ٱلل‬ ‫ت ُأكل َها ُك ُحيِۢن ُبإذن ُربه‬ ُٓ ‫ ُتؤ‬٢٤ُ ُ‫ٱلس َماء‬ُ ‫َوف جرع َها ُِف‬
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ َّ َ َ َ ‫َ َ َّ ج‬ َّ َ َ‫ج َج‬
ُ‫ ُومثلُ ُُكم ٍة ُخبيثةٖ ُكشج ُر ٍة ُخبيث ٍة‬٢٥ُ ‫ال ُللناس ُلعلهم ُيتوكرون‬ ُ ‫ٱۡلمث‬
ْ َ َ َ َّ َّ َ َ َ َ َ‫َج ج‬ َّ ‫ج‬
ُ‫ين ُءامنوا‬ُ ‫ٱلل ُٱَّل‬ َ َ
ُ ُ ُ‫ ُيثبت‬٢٦ُ ٖ‫ت ُمن ُفوق ُٱۡلۡرضُ ُما ُلها ُمن ُقرار‬ ُ ‫ٱجتث ج‬

11
Dian Ayu Munfaridah, Thesis: Kajian Ayat-ayat Metafora Sebagai Metodologi Pendidikan Agama
Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), hal. 24-25
8

‫َ َ ُّ َّ َّ َٰ َ َ َ ج‬ ‫ج َ َ َٰ ُّ ج‬ َ‫ج‬
َ
ُ‫نيۚ ُويفعل‬ ُ ُ ‫بُٱلق جولُ ُٱثلَّابتُ ُِف ُٱۡليوةُ ُٱدلنيا ُوِف ُٱٓأۡلخرُةُۖويضل‬
ُ ‫ٱلل ُٱلظلم‬ َ َ
ٓ َ َّ
ُ ُ٢٧ُ‫ٱللُ َماُيَشاء‬ُ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim/14:24-27)
Allah mengumpamakan “kalimah thayyibah” dengan pohon yang baik.
Pohon itu akarnya kokoh dan dahannya menjulang tinggi serta berbuah pada
setiap musim. Kalimah thayyibah (ucapan yang baik) itu dibandingkan agar
nyata perbedannya dengan “kalimah khabitsah” (ucapan yang buruk/tidak
berguna) yang seperti pohon buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
tanah sehingga tidak dapat tegak lagi walaupun sedikit.12
2. Amtsal Kaminah
Amtsal kaminah adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan
jelas lafadz tamsil (perumpamaan), tetapi ia menunjukkan makna yang indah,
menarik dalam redaksinya yang padat.13
Jadi, sebenarnya Al-Qur'an sendiri tidak menjelaskan sebagai bentuk
perumpamaan terhadap makna tertentu, hanya saja isi kandungannya menunjukkan
salah satu bentuk perumpamaan. Tegasnya amtsal kaminah ini ialah merupakan
matsal (perumpamaan) maknawi yang tersebunyi, bukan amtsal lafdhi yang nampak
jelas.14 Contoh amtsal kaminah ini dapat dilihat dalam bentuk-bentuk berikut:
a. Seorang ulama mengatakan bahwa orang Arab tidak mengucapkan suatu
perumpamaan, kecuali karena ada persamaannya di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat
yang senada dengan perkataan, (sebaik-baik urusan adalah yang sedang-sedang
saja). Seperti dalam firman Allah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) QS. Al-Baqarah ayat 68 tentang sapi betina:

12
Ibid..., hal. 26
13
Supiana, Ulumul Quran..., hal. 259
14
Munfaridah, Thesis: Kajian Ayat-ayat Metafora..., hal. 26
9

َ َٰ َ َ ‫ج ٌ َ َ َ ج‬ َ َ ٞ َ َّ ٞ َ َ َ َ َّ
ُ ُ...‫ك‬
ُ ‫إنهاُبقرةَُلُفارضُوَلُبكرُعوانُبنيُذل‬...
“...bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu...”(QS. Al-Baqarah/2:68)
2) QS. Al-Furqan ayat 67 tentang nafkah:

‫ى‬ َ َ َ َٰ َ َ ‫َ َّ َ َ ٓ َ َ ْ َ ج ج ْ َ َ ج َ ج ْ َ َ َ َ ج‬
ُ ُ٦٧ُ‫ينُإذاُأنفقواُلمُيۡسفواُولمُيقُتواُوَكنُبنيُذلكُقواما‬ ُ ‫وٱَّل‬
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, tetapi di tengah-tengah antara yang
demikian.”(QS. Al-Furqan/25:67)
3) QS. Al-Isra’ ayat 29 tentang infaq:
‫َ ج‬ ‫َّ ج‬ َ ََ َ َ ًَ ‫ََ َجَج ََ َ َ ج‬
ُ‫ُوَل ُتبجس جط َها ُك ُٱلبَ جسطُ ُف َتقع َد‬ ‫ُمغلولة ُإ ََٰل ُعنقك‬ ‫َل َُتعل ُيدك‬
ُ‫و‬
‫َ ى َّ ج‬
ً ‫اُُمس‬
ُ ُ٢٩ُ‫ورا‬ ‫ملوم‬
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela
dan menyesal.”(QS.Al-Isra’/17:29)
4) QS. Al-Isra’ ayat 110 tentang shalat:
‫ََ َجَ ج َ َ َ ََ َ ج َ َ جَ َجَ َ َ َ ى‬
ُ١١٠ُ‫نيُذَٰلكُسبيٗل‬
ُ ‫اُوٱبتغُُب‬
ُ ‫وَلَُتهرُبصٗلتكُوَلُُتافتُبه‬...
“...dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu.” (QS. Al-Isra’/17:110)
Berdasarkan beberapa ayat di atas, ungkapan “tidak tua”, dan “tidak
muda”, “tidak berlebihan” dan “tidak boros”, “tidak kikir” dan “tidak terlalu
boros”, “mengeraskan suara” dan “merendahkannya”, menurut sebagian ulama
dipandang sebagai amtsal kaminah, karena sesuai dengan sebuah ungkapan
sebaik-baik perkara itu yang pertengahan.15
b. Jika ada ungkapan: “kamu akan ditagih sebagaimana kamu meminjam”.
Ungkapan semacam ini didapatkan pula amtsalnya dalam Al-Qur’an pada ayat-
ayat berikut:16
1) QS. An-Nisa’ ayat 123:

15
Supiana, Ulumul Quran..., hal. 260
16
Ibid..., hal. 260-261
10

َ َ ‫َّ َ ى‬ َ ‫ََ َ ج‬ ‫ج‬ ‫ج‬


ُ‫ٱلل ُولا ُوَل‬ ُ ‫ َمن َُي جع َمل ُس ٓو ىءا َُي َز ُبهُۦ ُوَل َُيد‬...
ُ ُ ‫ُلۥ ُمن ُدون‬
ُ ُ١٢٣ُ‫ۡيا‬ ‫نَص ى‬
“...barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak
(pula) penolong baginya selain dari Allah.” (QS. An-Nisa’/4:123)
2) QS. Al-Isra’ ayat 63:
َّ ‫ُج َزا ٓ ىء‬
‫ُم جوف ى‬
ُ ُ٦٣ُ‫ورا‬ َ ‫ُج َزآؤك جم‬ َ ‫فَإ َّن‬...
َ ‫ُج َه َّن َم‬
“...maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai
suatu pembalasan yang cukup.”(QS. Al-Isra’/17:63)
3) QS. An-Najm ayat 41:

َٰ َ ‫َّ ج َ َٰ ج َ َ ٓ َ ج َ ج‬
ُ ُ٤١ُ‫ِف‬
ُ ‫ُثمَُيزىهُٱۡلزا ُءُٱۡلو‬
“Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna.” (QS. An-Najm/53:41)
c. Demikian halnya dengan ungkapan: “orang mukmin itu tidak boleh terperosok
ke dalam satu lubang sampai dua kali” juga terdapat amtsalnya dalam Al-
Qur’an, yaitu dalam QS. Yusuf ayat 64:
َ ََ ‫ج‬ َ ٓ َ َ َّ ‫ج َ َ ج‬ َ َ
َّ َ ‫َ ج‬
ٌُ‫ٱلل ُ َخ جۡي‬
ُ ‫ُف‬ ُ ‫ُء َامنكم ُعليه ُإَل ُكما ُأمنتكم ُلَع ُأخيه ُمنُقبل‬
َٰٓ َ ‫ال ُ َه جل‬
ُ ‫ق‬
َ َّ َ ‫ج‬ َ َ ‫َ ى‬
ُ ‫حَٰفظاُوه َوُأرحمُٱلرَح‬
ُ ُ٦٤ُ‫ني‬ َٰ
“Berkata Ya´qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin)
kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada
kamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha
Penyanyang diantara para penyanyang.” (QS. Yusuf/12:64)
Selain amtsal musharrahah dan amtsal kaminah terdapat amtsal lain yang masih
menjadi perdebatan para ulama yaitu amtsal mursalah (perumpamaan yang terbebas)
karena mereka menganggap ayat-ayat yang mereka namakan amtsal mursalah ini telah
keluar dari adab Al-Qur’an dan masih kurang memenuhi kriteria jika disebut sebagai
matsal. Ar-Razy berkata ketika menafsirkan ayat, ‫“ لكم دينكم وليدين‬untukmu agamamu
dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun/6:109) Sebagian orang menjadikan ayat ini
sebagai matsal (untuk membela, membenarkan perbuatannya ketika meninggalkan
agama/murtad, padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Al-
11

Quran bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan kemudian diamalkan
isi kandungannya.17
Dari macam-macam amtsal di atas, amtsal jenis pertama sering digunakan dalam
Al-Qur’an dan termasuk jenis amtsal yang sebenarnya. Hal ini didasarkan pada suatu
asumsi bahwa tidak semua ayat yang ada dalam Al-Qur’an dapat dijadikan amtsal untuk
berbagai ungkapan dan peristiwa. Sedangkan, amtsal jenis kedua masih memerlukan
kajian ulang dan harus ditempatkan secara proporsional. Salah seorang ulama yang
bernama Ibn Syihab, pernah mengatakan bahwa janganlah kamu membuat amtsal
dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, baik dalam ungkapan maupun perbuatan.18
C. Faedah Amtsal Al-Qur’an
Ungkapan-ungkapan dalam bentuk amtsal dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa
fungsi dan tujuan di antaranya:
1. Pengungkapan pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap
indera itu mendorong akal manusia dapat mengerti ajaran-ajaran Al-Qur'an. Sebab,
pengertian abstrak tidak mudah diresap sanubari, kecuali setelah digambarkan
dengan hal-hal yang konkret sehingga mudah dicernanya. Contohnya seperti dalam
QS. Al-Baqarah ayat 264 yang menggambarkan batalnya pahala sedekah yang
diserupakan dengan hilangnya debu di atas batu akibat disiram air hujan deras.19
2. Matsal Qur'an dapat mengungkapkan kenyataan dan bisa mengkonkretkan hal yang
abstrak. Contohnya seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang mengumpamakan
orang-orang makan riba yang ditipu oleh hawa nafsunya, itu diserupakan dengan
orang yang sempoyongan karena kemasukan setan.
3. Matsal Qur'an dapat mengumpulkan makna indah yang menarik dalam ungkapan
yang singkat padat, seperti halnya dalam amtsal kamimah, amtsal mursalah, dan
sebagainya.
4. Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan
yang menarik dalam Al-Qur'an yang bisa mendorong orang giat bersedekah atau
memberi nafkah. Contohnya seperti firman Allah mengenai orang yang
membelanjakan hartanya di jalan Allah akan diberi kebaikan yang banyak, sebagai
terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 261.

17
Ibid..., hal. 30
18
Supiana, Ulumul Quran..., hal. 260
19
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Quran (‘Ulum Al-Qur’an), (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2009), hal. 166.
12

5. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam


Al-Qur'an, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut. Contohnya QS. Al-
Hujurat ayat 12, yang bisa menghindarkan orang dari menggunjingkan orang lain.20
6. Memuji orang yang diberi matsal. Seperti firman Allah tentang pujian Allah yang
diberikan kepada para sahabat sebagai terdapat dalam QS. Al-Fath ayat 29.
7. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih
kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Misalnya pada
firman Allah pada QS. Al-Zumar ayat 27.21
8. Dibuatnya amtsal dalam Al-Qur’an adalah agar manusia mau melakukan kajian
terhadap kandungan Al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan ekosistem, ekologi,
astronomi, anatomi, teologi, biologi, sosiologi, dan ilmu-ilmu lain termasuk untuk
mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh umat-umat yang lampau.22
D. Aktualisasi Amtsal Qur’an dalam Pendidikan
Al-Qur’an dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia, menghadapi dan
memperlakukannya sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal dan jiwa.
Oleh karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan Al-Qur’an hampir selalu
mengarah kepada pendidikan jiwa, akal dan raga manusia itu sendiri.
Proses penyampaian materi dalam kegiatan pembelajaran akan lebih menarik dan
efisien jika menggunakan kemasan cerita dan ungkapan yang indah, hal ini tentu
didasarkan pada naluri manusia yang sangat suka dengan keindahan (estetika). Di antara
salah satu cara penyampaian pesan tersebut adalah dengan menggunakan amtsal yang
merupakan ungkapan yang mengandung nilai-nilai keindahan, sehingga sangat baik
digunakan sebagai metode penyampaian pesan/materi. Di sini mendidik dengan
menggunakan metode perumpamaan atau amtsal dengan membandingkan konsep-
konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran adanya indera-indera
manusia itu diberi peran yang menonjol.23
Dalam dunia pendidikan (Islam) amtsal yang ditampilkan Al-Qur’an sering
digunakan sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam proses belajar
mengajar.24 Metode pendekatan ini digunakan untuk memperjelas sasaran utama maksud
dan tujuan pembicara dalam menyampaikan materi pendidikan. Hal ini mengandung
20
Al-Qattan, Mabahits fi Ulumil Qur’an..., hal. 409-410
21
Supiana, Ulumul Quran..., hal. 263
22
Fuad Kauma, Tamsil Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), hal. 3
23
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: PT. Asy-Syifa, 2006),
hal. 219
24
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1991), hal.77
13

makna komunikasi. Komunikasi tersebut tidak dapat berlangsung dalam ruang hampa,
melainkan dalam suasana mengandung tujuan, juga harus diusahakan pencapaianya.25
Amtsal Al-Qur’an selain berisikan nasihat, peringatan dan menjelaskan konsep
konsep abstrak dengan makna-makna yang kongkrit untuk difahami dan direnungkan
oleh manusia, yang dalam dunia pendidikan ia merupakan jembatan berfikir dari yang
abstrak ke alam ide yang bersifat kongkrit. Dengan demikian, amtsal Al-Qur’an itu,
manusia diajak berfikir dan merenung tentang sesuatu yang berada di luar dirinya bahkan
kadang-kadang di luar alam kongkrit agar ia dapat difungsikan sebagai media
pendidikan, yang pada akhirnya diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak
didik. Dengan metode amtsal Al-Qur’an, penyampaian materi pendidikan akan lebih
berkesan, lebih berpengaruh kepada jiwa dan juga lebih merasuk ke dalam relung hati
sanubari.
Keberadaan dan peranan amtsal Al-Qur’an terhadap penafsiran dan dalam dunia
pendidikan cukup jelas dan mudah difahami. Artinya, bahwa para pendidik dan anak
didik sangat mebutuhkanya, sebab disamping memberikan informasi kepada
penerimanya mengenai sesuatu yang belum penah diketahuinya, juga dapat membantu
memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima oleh keterbatasan akal manusia.
Dari matsal yang disampaikan diharapkan peserta didik mampu mengambil hikmahnya
secara jernih dan seterusnya dapat diamalkan dalam kehidupan nyata.
Di antara keunikan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan
menggunakan model penyampaian pesan yang singkat, mudah, dan jelas, untuk dipahami
dan salah satu metodenya adalah melalui ungkapan matsal (perumpamaan). Matsal
digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sangat mendasar dan bersifat abstrak. Dari
beberapa contoh amtsal yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat bagaimana hebatnya
Al-Qur’an membuat perumpamaan yang sangat indah dan sesuai dengan tipe-tipe hati
manusia.

25
Umar Syihab, Al Qur’an dan Rekayasa Sosial, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), hal.56
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, amtsal adalah
perumpamaan yang berbentuk abstrak menuju pengertian yang konkrit untuk mencapai
tujuan dan mengambil hikmah dari perumpamaan tersebut baik berupa ungkapan, gambaran,
maupun gerak.
Amtsal dalam Al-Quran ada 2 macam: 1) Amtsal yang tegas (musharrahah), 2)
Amtsal yang tersembunyi (kaminah)
Amtsal dalam Al-Qur’an memiliki banyak faedah di antaranya: Pengungkapan
pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap indera itu mendorong akal
manusia dapat mengerti ajaran-ajaran Al-Qur'an, matsal Qur'an dapat mengumpulkan makna
indah yang menarik dalam ungkapan yang singkat padat, mendorong orang giat beramal
melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam Al-Qur'an,
menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam Al-Qur'an,
memuji orang yang diberi matsal, amtsal lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih
dapat memuaskan hati, dibuatnya amtsal dalam Al-Qur’an adalah agar manusia mau
melakukan kajian terhadap kandungan Al-Qur’an.
Dalam dunia pendidikan (Islam) amtsal yang ditampilkan Al-Qur’an sering digunakan
sebagai salah satu metode pendekatan yang efektif dalam proses belajar mengajar. Metode
pendekatan ini digunakan untuk memperjelas sasaran utama maksud dan tujuan pembicara
dalam menyampaikan materi pendidikan. Amtsal Al-Qur’an selain berisikan nasihat,
peringatan dan menjelaskan konsep konsep abstrak dengan makna-makna yang kongkrit,
yang dalam dunia pendidikan ia merupakan jembatan berfikir dari yang abstrak ke alam ide
yang bersifat kongkrit yang pada akhirnya diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak
didik.

14
DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muhammad. 2013. “Fungsi Perumpamaan dalam Al-Qur’an”. Jurnal Tarbawiyah. Vol.
10 No. 2. 2013.21-31.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2012. Mabahits fi Ulumil Qur’an. [diterjemahkan oleh Mudzakir,
Studi Ilmu-ilmu Al-Quran]. Surabaya: CV. Ramsa Putra, Halim Jaya.
Arifin. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. 2009. Ilmu-Ilmu Al-Quran (‘Ulum Al-Qur’an).
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Ichwan, Nor. 2002. Memahami Bahasa Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalal, Abdul. 1998. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Kauma, Fuad. 2004. Tamsil Al-Qur’an. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Muhaimin. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Bandung: Triganda Karya.
Munfaridah, Dian Ayu. Thesis: Kajian Ayat-ayat Metafora Sebagai Metodologi Pendidikan
Agama Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. 2010.

Supiana dan Karman. 2002. Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Islamika.


Syihab, Umar. 1990. Al Qur’an dan Rekayasa Sosial. Jakarta: Pustaka Kartini
Ulwan, Abdullah Nasih. 2006. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: PT. Asy-
Syifa.

15

Anda mungkin juga menyukai