Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa selalu kita
kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Tugas ini penulis susun sebagai sarana belajar mahasiswa mata kuliah
Filsafat Islam untuk memperoleh nilai yang sempurna. Ucapan terimakasih
kepada pembimbing yaitu Ustadz Dr. Muhammad Abzar, M. Ag., selaku
Dosen Filsafat Islam dan bantuan dari berbagai pihak karena tidak
menutup kemungkinan akan adanya kendala dalam penyelesaian tugas ini.
Selain itu, penulis sadar bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena itu saran dan kritik guna penyempurnaan tugas
ini sangat penulis harapkan. Diakhir kami berharap makalah sederhana ini
dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Penulis pun meminta
maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat perkataan
yang tidak berkenan di hati.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
3. Tujuan Pembahasan......................................................................................2
4. Manfaat Pembahasan....................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
1. Biografi Singkat............................................................................................3
2. Gelar al-Mu’allim ats-Tsani..........................................................................4
3. Karya-Karya Al- Farabi................................................................................5
4. Teori Emanasi Al- Farabi..............................................................................6
BAB III: PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................................10
2. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Munculnya ilmu filsafat pada masa silam yang telah dipopulerkan oleh
beberapa tokoh filsafat Yunani kuno yakni diantaranya Heraklitos, Plato,
Aristoteles dan sebagainya telah menjadi sebab lahirnya para filsuf
muslim, diantaranya adalah al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Al- Farabi dan
lain-lain.
2. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka diperoleh perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi singkat Al- Farabi?
2. Bagaimana Al- Farabi mendapat gelar al-mu’allim ats-tsani ?
3. Apa saja karya al- Farabi?
4. Bagaimana teori emanasi Al- Farabi?
3. Tujuan Pembahasan
4. Manfaat Pembahasan
1. Biografi Singkat
Sejak dini, Al- Farabi dikenal sebagai anak yang suka belajar dan juga
rajin serta ia memiliki kemampuan untuk menguasai berbagai bahasa,
antara lain bahasa Iran, Turkestan, dan Kurdistan. Bahkan menurut
Munawir Sjadzali, Al- Farabi dapat berbicara dalam tujuh puluh macam
bahasa, tetapi yang ia kuasai dengan aktif, hanya empat bahasa: Arab,
Persia, Turki, dan Kurdi. Di usia muda, Al- Farabi hijrah ke Baghdad yang
pada waktu itu merupakan pusat ilmu pengetahuan. Di Baghdad ia belajar
kepada Abu Bakar Al-Saraj untuk mempelajari kaidah bahasa Arab, dan
kepada Abu Bisyr Mattius ibnu Yunus (seorang kristen) untuk belajar
logika dan filsafat.
1
Sibghotullah, D. √ Biografi, Kisah, Sejarah, Pemikiran Filsafat Al Farabi - PENAQOLBI.
PENAQOLBI.
2
Shafira Arifah. 6 Fakta Al- Farabi, Filsuf Muslim Guru Kedua Setelah Aristoteles. IDN
g. Fi Ma’ani Al-Aqli
j. Isbatu Al-Mufaraqat
k. Al-Ta’liqat
Selain Ibn Sina, Ibn Maskawaih, dan Ikhwan Ash-Shafa’, Al- Farabi
berada di jajaran filsosof Muslim yang terkenal kuat pemikirannya
mengenai teori emanasi4. Al- Farabi setuju dengan teori emanasi yang
menetapkan bahwa alam ini baharu, yang merupakan hasil pancaran. Al-
Farabi menyebut teori emanasi sebagai Nadhariyatul Faidl. Dengan teori
emanasi inilah Al- Farabi mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak
bisa timbul dari Yang Satu. Bagaimana yang banyak (alam) yang bersifat
materi muncul dari Yang Esa (Allah) yang jauh dari arti materi dan Maha
Sempurna. Dalam filsafat Yunani, Tuhan bukanlah pencipta alam,
melainkan penggerak pertama (Prime Cause), seperti yang dikemukakan
Aristoteles. Sementara dalam Islam, Allah adalah Pencipta, yang
menciptakan dari tidak ada menjadi ada (Creito ex Nihilo).
Emanasi dalam pemikiran Al- Farabi adalah Tuhan sebagai akal, berpikir
tentang diri-Nya, dan dari pemikiran itu timbul suatu maujud lain. Tuhan
itu adalah Wujud Pertama dan dengan pemikiran itu timbul Wujud Kedua
4
Emanasi adalah proses terjadinya wujud yang beraneka ragam, baik langsung atau tidak
langsung, bersifat jiwa atau materi, berasal dari wujud yang menjadi sumber dari segala sesuatu
yakni Tuhan, yang menjadi sebab dari segala yang ada, karenanya setiap wujud ini merupakan
bagian dari Tuhan
yang juga mempunya substansi. Itu disebut dengan Akal Pertama yang tak
bersifat materi. Wujud Kedua ini berpikir tentang Wujud Pertama dan dari
pemikiran inilah timbul Wujud Ketiga. Proses ini terus berlangsung hingga
pada Wujud X/ Akal Kesepuluh.
Dari Akal Kedua timbullah Akal Ketiga dan langit kedua atau bintang-
bintang tetap (al-kawakib ats-tsabitah) beserta jiwa dengan cara yang
sama seperti yang terjadi pada Akal Pertama. Dari Akal Ketiga keluarlah
Akal Keempat dan planet Satumus (Zuhal), juga beserta jiwanya. Dari
Akal Keempat keluarlah Akal Kelima dan planet Yupiter (al-Musytara)
beserta jiwanya. Dari Akal Kelima keluarlah Akal Keenam dan planet
Mars (Madiah) beserta jiwanya. Dari Akal Keenam keluarlah Akal
5
Mumkin = mungkin
Ketujuh dan matahari (as-Syams) beserta jiwanya. Dari Akal Ketujuh
keluarlah Akal Kedelapan dan planet Venus. (az-Zuharah) juga beserta
jiwanya. Dari Akal Kedelapan keluarlah Akal Kesembilan dan planet
Mercurius (‘Utarid) beserta jiwanya pula. Dari Akal Kesembilan keluarlah
Akal Kesepuluh dan bulan (Qamar). Dengan demikian maka dari satu akal
keluarlah satu akal dan satu planet beserta jiwanya.
Sebab itu, maka jumlah akal ada sepuluh, sembilan diantaranya mengurus
benda-benda langit yang sembilan, dan akal kesepuluh yaitu Bulan
mengawasi dan mengurangi kehidupan di bumi. Akal-akal tidak berbeda,
tetapi merupakan pikiran selamanya. Kalau pada Tuhan yaitu wujud yang
pertama, hanya terdapat satu obyek pemikiran yaitu Dzat-Nya, maka pada
akal-akal tersebut terdapat dua obyek pemikiran, yaitu Dzat yang wajibul-
wujud dan diri akal-akal itu sendiri.
Al Farabi melalui ajaran teori emanasi ini memecahkan masalah gerak dan
perubahan. Beliau menggunakan teori ini pula ketika memecahakan
masalah Yang Esa dan yang banyak dan dalam memadukan teori materi
Aristoteles dengan ajaran Islam tentang penciptaan. Materi itu tua, setua
teori akal sepuluh, tetapi ia tercipta karena ia memancar dari akal agen.
Untuk mengukuhkan ke-Esaan Tuhan, Al- Farabi memilih menengahi akal
sepuluh ini antara Tuhan dan dunia bumi.
Beberapa unsur teori emanasi dapat dilacak pada sumber asal mereka yang
berbeda-beda. Aspek astronominya identik sekali dengan penafsiran
Aristoteles tentang gerak lingkungan. Teori pemancaran diperoleh dari
Plotinus dan aliran Alexandria, tetapi secara keseluruhan hal itu
merupakan suatu teori Al Farabi yang ditulis dan diformulasikan untuk
menunjukkan kesatuan kebenaran dan metodenya tentang pengelompokan
dan sintesis. Demikianlah Al Farabi memadukan Plato, Aristoteles,
filsafat, dan agama.6
6
Wahyudi Kaha. (2014, November 24). Perihal Teori Emanasi Al- Farabi - Kompasiana.com.
KOMPASIANA; Kompasiana.com.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Emanasi dalam pemikiran Al- Farabi adalah Tuhan sebagai akal, berpikir
tentang diri-Nya, dan dari pemikiran itu timbul suatu maujud lain. Tuhan
itu adalah Wujud Pertama dan dengan pemikiran itu timbul Wujud Kedua
yang juga mempunya substansi. Itu disebut dengan Akal Pertama yang tak
bersifat materi. Wujud Kedua ini berpikir tentang Wujud Pertama dan dari
pemikiran inilah timbul Wujud Ketiga. Proses ini terus berlangsung hingga
pada Wujud X/ Akal Kesepuluh.
2. Saran
https://penaqolbi.com/biografi-Al- Farabi/
Shafira Arifah. (2020, March 11). 6 Fakta Al- Farabi, Filsuf Muslim Guru Kedua
https://www.idntimes.com/science/discovery/shafira-arifah-putri/fakta-
alfarabi-c1c2-1/6
https://makalahnih.blogspot.com/2014/10/filsafat-Al- Farabi.html
https://www.kompasiana.com/wahyudikaha/54f933b0a33311b6078b48bc/p
erihal-teori-emanasi-alfarabi#:~:text=Al%2DFarabi%20menyebut%20teori
%20emanasi,arti%20materi%20dan%20Maha%20Sempurna.