Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT AL- FARABI; AL-MU’ALLIM AL-TSANI

(Teori Penciptaan Alam Semesta)

Makalah Ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Filsafat Islam
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Abzar, M. Ag.

Disusun Oleh:

1. Achmad Murodda Qolbi Ahdal Azamy 2042115020


2. Muhammad Arief Rahman 2042115012

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa selalu kita
kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.

Tugas ini penulis susun sebagai sarana belajar mahasiswa mata kuliah
Filsafat Islam untuk memperoleh nilai yang sempurna. Ucapan terimakasih
kepada pembimbing yaitu Ustadz Dr. Muhammad Abzar, M. Ag., selaku
Dosen Filsafat Islam dan bantuan dari berbagai pihak karena tidak
menutup kemungkinan akan adanya kendala dalam penyelesaian tugas ini.

Selain itu, penulis sadar bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena itu saran dan kritik guna penyempurnaan tugas
ini sangat penulis harapkan. Diakhir kami berharap makalah sederhana ini
dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Penulis pun meminta
maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat perkataan
yang tidak berkenan di hati.

Samarinda, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
3. Tujuan Pembahasan......................................................................................2
4. Manfaat Pembahasan....................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
1. Biografi Singkat............................................................................................3
2. Gelar al-Mu’allim ats-Tsani..........................................................................4
3. Karya-Karya Al- Farabi................................................................................5
4. Teori Emanasi Al- Farabi..............................................................................6
BAB III: PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................................10
2. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Munculnya ilmu filsafat pada masa silam yang telah dipopulerkan oleh
beberapa tokoh filsafat Yunani kuno yakni diantaranya Heraklitos, Plato,
Aristoteles dan sebagainya telah menjadi sebab lahirnya para filsuf
muslim, diantaranya adalah al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Al- Farabi dan
lain-lain.

Peradaban Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang


berkembang dalam Islam. Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa
disebut filsafat Islam. Pemikiran yang berkembang dalam filsafat Islam
memang didorong oleh pemikiran filsafat Yunani yang masuk ke Islam.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam adalah nukilan dari
filsafat Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi dengan filsafat Yunani
dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan pemikiran rasional umat Islam telah
mapan sebelum terjadinya transmisi filsafat Yunani ke dalam Islam.

Al- Farabi adalah penerus tradisi intelektual al-Kindi, tapi dengan


kompetensi, kreativitas, kebebasan berpikir dan tingkat sofistikasi (sistem
pengetahuan) yang lebih tinggi lagi. Jika al-Kindi dipandang sebagai
seorang filosof Muslim dalam arti kata yang sebenarnya, Al- Farabi
disepakati sebagai peletak sesungguhnya dasar piramida studi falsafah
dalam Islam yang sejak itu terus dibangun dengan tekun. Ia terkenal
dengan sebutan Guru Kedua dan otoritas terbesar setelah panutannya
Aristoteles.

2. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas maka diperoleh perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi singkat Al- Farabi?
2. Bagaimana Al- Farabi mendapat gelar al-mu’allim ats-tsani ?
3. Apa saja karya al- Farabi?
4. Bagaimana teori emanasi Al- Farabi?

3. Tujuan Pembahasan

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka penulis mempunyai


tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari
penelitian ini agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta
terhindar meluasnya masalah dalam memahami makalah. Tujuan
pembahasan ini adalah:
1. Untuk lebih mengenal Al- Farabi.
2. Untuk mengetahui bagaimana Al- Farabi mendapat gelar al-mu’allim
ats-tsani.
3. Untuk mengetahui apa saja karya Al- Farabi.
4. Untuk mengetahui bagaimana teori emanasi Al- Farabi.

4. Manfaat Pembahasan

Adapun manfaat pembahasan dalam makalah ini adalah:


1. Kesempatan untuk lebih mengenal Al- Farabi.
2. Mengetahui bagaimana Al- Farabi mendapat gelar al-mu’allim ats-
tsani.
3. Mengetahui apa saja karya Al- Farabi.
4. Mengetahui bagaimana teori emanasi Al- Farabi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biografi Singkat

Al- Farabi merupakan julukan bagi Abu Nasr Ibnu Muhammad ibnu


Tarkhan ibnu Auzalagh. Al- Farabi dilahirkan di sebuah desa bernama
Wasij yang merupakan distrik dari kota Farab. Saat ini kota Farab dikenal
dengan nama kota Atrar/Transoxiana tahun 257 H/870 M. Al- Farabi oleh
orang-orang latin abad tengah dijuluki dengan Abu Nashr (Abunaser),
sedangkan julukan Al- Farabi diambil dari nama kota Farab tempat ia
dilahirkan, ayahnya adalah seorang jenderal berkebangsaan Persia dan
ibunya berkebangsaan Turki.

Sejak dini, Al- Farabi dikenal sebagai anak yang suka belajar dan juga
rajin serta ia memiliki kemampuan untuk menguasai berbagai bahasa,
antara lain bahasa Iran, Turkestan, dan Kurdistan. Bahkan menurut
Munawir Sjadzali, Al- Farabi dapat berbicara dalam tujuh puluh macam
bahasa, tetapi yang ia kuasai dengan aktif, hanya empat bahasa: Arab,
Persia, Turki, dan Kurdi. Di usia muda, Al- Farabi hijrah ke Baghdad yang
pada waktu itu merupakan pusat ilmu pengetahuan. Di Baghdad ia belajar
kepada Abu Bakar Al-Saraj untuk mempelajari kaidah bahasa Arab, dan
kepada Abu Bisyr Mattius ibnu Yunus (seorang kristen) untuk belajar
logika dan filsafat.

Selanjutnya ia hijrah ke Harran yang merupakan pusat kebudayaan Yunani


di Asia Kecil dan belajar kepada Yuhanna ibnu Jailan. Kemudian, ia
kembali ke Baghdad untuk memperdalam filsafat. Selanjutnya ia pindah
ke Damaskus, di sana ia berkenalan dengan Saif Ad-Daulah Al-Hamdani,
Sultan Dinasti Hamdan di Alleppo. Akhirnya Al- Farabi diberi kedudukan
menjadi ulama istana. Ia hidup sederhana dan menggunakan gajinya untuk
beramal dan dibagikan kepada fakir miskin di Alleppo dan Damaskus. Al-
Farabi wafat pada usia 80 tahun di Damaskus, tepatnya pada bulan Rajab
tahun 950 M.1

2. Gelar al-Mu’allim ats-Tsani

Sebelumnya Aristoteles dijuluki sebagai al-mu’allim al-awwal atau guru


pertama karena ia orang yang pertama kali menemukan dan meletakkan
dasar-dasar ilmu mantik. Kemudian Al- Farabi mendapatkan gelar sebagai
guru kedua atau al-mu’allim ats-tsani, berkat kepiawaiannya mampu
memasukkan ilmu mantik ke dalam kebudayaan Arab.2

Adapun penjelasan dari Massignon seorang orientalis berkewarganegaraan


Prancis, Al- Farabi berhasil menciptakan suatu sistem filsafat yang
lengkap dan memainkan peranan yang penting dalam dunia Islam
meneruskan perjalanan filsafat dari Al-Kindi yang membuka pintu filsafat
Yunani bagi dunia Islam. Begitu juga dengan, Al- Farabi menjadi guru
bagi Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan filsuf Islam lain yang datang sesudahnya.

Sebagian besar karangan-karangan Al- Farabi terdiri dari ulasan-ulasan


dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenus, meskipun
banyak tokoh filsafat yang berperan dalam pemikirannya namun ia
condong sebagai pengulas Aristoteles.

Suatu ketika, Ibnu Sina pernah mempelajari buku Metafisika karangan


Aristoteles lebih dari empat kali, tetapi tak kunjung membuahkan hasil.
Namun, setelah membaca buku karangan Al- Farabi yang

1
‌Sibghotullah, D. √ Biografi, Kisah, Sejarah, Pemikiran Filsafat Al Farabi - PENAQOLBI.

PENAQOLBI.
2
‌Shafira Arifah. 6 Fakta Al- Farabi, Filsuf Muslim Guru Kedua Setelah Aristoteles. IDN

Times; IDN Times.


berjudul Aghradh Kitabi ma Ba’da Ath-Thabi’ah atau Intisari Buku I
Metafisika, barulah ia paham akan pemikiran Aristoteles tersebut.

3. Karya-Karya Al- Farabi

Di antara pemikiran Al- Farabi dituliskan menjadi sebuah karya, namun


ciri khas karyanya Al- Farabi bukan saja mengarang kitab-kitab besar atau
makalah-makalah, ia juga memberikan ulasan-ulasan serta penjelasan
terhadap karya Aristoteles, Iskandar Al-Dfraudismy dan Plotinus. Di
antara ulasan Al- Farabi terhadap karya-karya mereka adalah sebagai
berikut:3

a.   Ulasannya terhadap karya Aristoteles:

1.    Burhan (dalil)


2.    Ibarat (keterangan)
3.     Khitobah (cara berpidato)
4.    Al-Jadal (argumentasi/berdebat)
5.    Qiyas (analogi)
6.    Mantiq (logika)
b.   Ulasannya terhadap karya Plotinus “Kitab al-Majesti fi-Ihnil Falaq”

c. Ulasannya terhadap karya Iskandar Al Dfraudisiy tentang “Maqalah


Fin- nafsi”

Sedangkan karya-karya nyata dari Al- Farabi lainnya:

a. Al-Jami’u Baina Ra’yani Al-Hkiman Afalatoni Al Hahiy wa


Aristhothails (pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato dan
Aristoteles)

b.   Tahsilu as-Sa’adah (mencari kebahagiaan)

c.   As-Suyasatu Al-Madinah (politik pemerintahan)

d.   Fususu Al-Taram (hakikat kebenaran)


3
‌MAKALAH NIH. (2013). MAKALAH PEMIKIRAN FILSAFAT AL FARABI [lengkap]. MAKALAH NIH.
e. Arro’u Ahli Al-Madinati Al-Fadilah (pemikiran-pemikiran utama
pemerintahan)

f.    As-Syiasyah (ilmu politik)

g.   Fi Ma’ani Al-Aqli

h.   Ihsho’u Al-Ulum (kumpulan berbagai ilmu)

i.    At-Tangibu ala As-Sa’adah

j.   Isbatu Al-Mufaraqat

k. Al-Ta’liqat

4. Teori Emanasi Al- Farabi

Selain Ibn Sina, Ibn Maskawaih, dan Ikhwan Ash-Shafa’, Al- Farabi
berada di jajaran filsosof Muslim yang terkenal kuat pemikirannya
mengenai teori emanasi4. Al- Farabi setuju dengan teori emanasi yang
menetapkan bahwa alam ini baharu, yang merupakan hasil pancaran. Al-
Farabi menyebut teori emanasi sebagai Nadhariyatul Faidl. Dengan teori
emanasi inilah Al- Farabi mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak
bisa timbul dari Yang Satu. Bagaimana yang banyak (alam) yang bersifat
materi muncul dari Yang Esa (Allah) yang jauh dari arti materi dan Maha
Sempurna. Dalam filsafat Yunani, Tuhan bukanlah pencipta alam,
melainkan penggerak pertama (Prime Cause), seperti yang dikemukakan
Aristoteles. Sementara dalam Islam, Allah adalah Pencipta, yang
menciptakan dari tidak ada menjadi ada (Creito ex Nihilo).

Emanasi dalam pemikiran Al- Farabi adalah Tuhan sebagai akal, berpikir
tentang diri-Nya, dan dari pemikiran itu timbul suatu maujud lain. Tuhan
itu adalah Wujud Pertama dan dengan pemikiran itu timbul Wujud Kedua
4
Emanasi adalah proses terjadinya wujud yang beraneka ragam, baik langsung atau tidak
langsung, bersifat jiwa atau materi, berasal dari wujud yang menjadi sumber dari segala sesuatu
yakni Tuhan, yang menjadi sebab dari segala yang ada, karenanya setiap wujud ini merupakan
bagian dari Tuhan
yang juga mempunya substansi. Itu disebut dengan Akal Pertama yang tak
bersifat materi. Wujud Kedua ini berpikir tentang Wujud Pertama dan dari
pemikiran inilah timbul Wujud Ketiga. Proses ini terus berlangsung hingga
pada Wujud X/ Akal Kesepuluh.

Wujud pertama yang keluar dari Tuhan disebut Akal Pertama,


mengandung dua segi. Pertama segi hakikatnya sendiri (tabi’at, wahiyya)
yaitu wujud yang mumkin5. Kedua segi lain yaitu wujudnya yang nyata
yang terjadi karena adanya Tuhan sebagai Dzat yang menjadikan.
Sekalipun akal pertama tersebut satu (tunggal), namun pada dirinya
terdapat bagian-bagian yaitu adanya dua segi tersebut yang menjadi obyek
pemikirannya. Dengan adanya segi-segi ini, maka dapat dibenarkan
adanya bilangan pada alam sejak dari Akal Pertama.

Dari pemikiran Akal pertama dalam kedudukannya sebagai wujud yang


wajib (yang nyata) karena Tuhan, dan sebagai wujud yang mengetahui
dirinya maka keluarlah Akal Kedua. Dari pemikiran Akal Pertama dalam
kedudukannya sebagai wujud yang mumkin dan mengetahui dirinya,
timbullah langit pertama atau benda lanjut terjauh (as-sama al-ula; alal-
a’la) dengan jiwanya sama sekali jiwa langit tersebut. Jadi dari dua obyek
pengetahuan yaitu dirinya dan wujudnya yang mumkin keluarlah dua
macam makhluk tersebut yaitu bendanya benda langit dan jiwanya

Dari Akal Kedua timbullah Akal Ketiga dan langit kedua atau bintang-
bintang tetap (al-kawakib ats-tsabitah) beserta jiwa dengan cara yang
sama seperti yang terjadi pada Akal Pertama. Dari Akal Ketiga keluarlah
Akal Keempat dan planet Satumus (Zuhal), juga beserta jiwanya. Dari
Akal Keempat keluarlah Akal Kelima dan planet Yupiter (al-Musytara)
beserta jiwanya. Dari Akal Kelima keluarlah Akal Keenam dan planet
Mars (Madiah) beserta jiwanya. Dari Akal Keenam keluarlah Akal

5
Mumkin = mungkin
Ketujuh dan matahari (as-Syams) beserta jiwanya. Dari Akal Ketujuh
keluarlah Akal Kedelapan dan planet Venus. (az-Zuharah) juga beserta
jiwanya. Dari Akal Kedelapan keluarlah Akal Kesembilan dan planet
Mercurius (‘Utarid) beserta jiwanya pula. Dari Akal Kesembilan keluarlah
Akal Kesepuluh dan bulan (Qamar). Dengan demikian maka dari satu akal
keluarlah satu akal dan satu planet beserta jiwanya.

Dari Akal Kesepuluh sesuai dengan dua seginya yaitu wajibul-wujud


karena Tuhan maka keluarlah manusia beserta jiwanya. Dan dari segi
dirinya yang merupakan wujud yang mumkin, maka keluarlah empat unsur
dengan perantaraan benda-benda langit. Dan di akal ke X ini dayanya
sudah lemah sehingga sudah tidak bisa menghasilkan akal yang sejenisnya.
Hal ini disesuaikan dengan bintang yang berjumlah sembilan di mana
untuk tiap-tiap akal diperlukan satu planet pula, kecuali akal pertama yang
tidak disertai satu planet ketika keluar dari Tuhan.
Berikut adalah tabel emanasi, agar lebih dapat memahami uraian tentang
teori emanasi Al- Farabi.

Berpikir Tentang Keterangan


(Subjek) Allah sebagai Dirinya sendiri
Akal Sifat Wajib al- sebagai mumkin
Yang Ke Wujud al-Wujud,
menghasilkan menghasilkan
Mumkin
I Akal II Langit Pertama
Wujud
Mumkin
II Akal III Bintang-Bintang
Wujud
Mumkin
III Akal IV Saturnus
Wujud
Mumkin
IV Akal V Yupiter
Wujud Masing-masing
Mumkin akal mengurusi
V Akal VI Mars
Wujud satu planet
Mumkin
VI Akal VII Matahari
Wujud
Mumkin
VII Akal VIII Venus
Wujud
Mumkin
VIII Akal IX Merkuri
Wujud
Mumkin
IX Akal X Bulan
Wujud
Akal ke X tidak
Bumi, roh, lagi
materi pertama memancarkan
Mumkin yang menjadi akal-akal
X
Wujud keempat unsur: berikutnya,
udara, api, air karena
dan tanah. kekuatannya
sudah lemah.
Stuktur Emanasi Al Farabi saat itu dipengaruhi oleh temuan saintis yang
pada saat itu jumlah bintang adalah sembilan, karena jumlah benda-benda
angkasa menurut Aristoteles ada tujuh. Kemudian Al- Farabi menambah
dua lagi yaitu benda yang terjauh (al-falak al-aqsha) dan bintang-bintang
tetap (al-kawakib ats-tsabitah), yang diambil dari Ptolomey (atau Caldius
Ptolomaeus) seorang ahli astronomi dan ahli bumi Mesir, yang hidup pada
pertengahan abad ke-2 Masehi.

Sebab itu, maka jumlah akal ada sepuluh, sembilan diantaranya mengurus
benda-benda langit yang sembilan, dan akal kesepuluh yaitu Bulan
mengawasi dan mengurangi kehidupan di bumi. Akal-akal tidak berbeda,
tetapi merupakan pikiran selamanya. Kalau pada Tuhan yaitu wujud yang
pertama, hanya terdapat satu obyek pemikiran yaitu Dzat-Nya, maka pada
akal-akal tersebut terdapat dua obyek pemikiran, yaitu Dzat yang wajibul-
wujud dan diri akal-akal itu sendiri.

Al Farabi melalui ajaran teori emanasi ini memecahkan masalah gerak dan
perubahan. Beliau menggunakan teori ini pula ketika memecahakan
masalah Yang Esa dan yang banyak dan dalam memadukan teori materi
Aristoteles dengan ajaran Islam tentang penciptaan. Materi itu tua, setua
teori akal sepuluh, tetapi ia tercipta karena ia memancar dari akal agen.
Untuk mengukuhkan ke-Esaan Tuhan, Al- Farabi memilih menengahi akal
sepuluh ini antara Tuhan dan dunia bumi.

Beberapa unsur teori emanasi dapat dilacak pada sumber asal mereka yang
berbeda-beda. Aspek astronominya identik sekali dengan penafsiran
Aristoteles tentang gerak lingkungan. Teori pemancaran diperoleh dari
Plotinus dan aliran Alexandria, tetapi secara keseluruhan hal itu
merupakan suatu teori Al Farabi yang ditulis dan diformulasikan untuk
menunjukkan kesatuan kebenaran dan metodenya tentang pengelompokan
dan sintesis. Demikianlah Al Farabi memadukan Plato, Aristoteles,
filsafat, dan agama.6

6
‌Wahyudi Kaha. (2014, November 24). Perihal Teori Emanasi Al- Farabi - Kompasiana.com.
KOMPASIANA; Kompasiana.com.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Al- Farabi merupakan julukan bagi Abu Nasr Ibnu Muhammad ibnu


Tarkhan ibnu Auzalagh. Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin
Tarkhan bin Uzlagh Al- Farabi dilahirkan di Farab dan meninggal di
Damaskus. Pada masa kecil, ia dikenal sebagai anak yang cerdas. Ia
banyak belajar ilmu agama, bahasa Arab, Turki dan Persia. Ia menguasai
70 bahasa, sehingga ia menguasai banyak ilmu pengetahuan, yang paling
menonjol adalah ilmu mantik. Kemahirannya dalam ilmu mantik melebihi
Aristoteles. Ia kemudian dikenal sebagai guru kedua dalam ilmu filsafat.
Al- Farabi memasukkan ilmu logika dalam kebudayaan Arab.

Emanasi dalam pemikiran Al- Farabi adalah Tuhan sebagai akal, berpikir
tentang diri-Nya, dan dari pemikiran itu timbul suatu maujud lain. Tuhan
itu adalah Wujud Pertama dan dengan pemikiran itu timbul Wujud Kedua
yang juga mempunya substansi. Itu disebut dengan Akal Pertama yang tak
bersifat materi. Wujud Kedua ini berpikir tentang Wujud Pertama dan dari
pemikiran inilah timbul Wujud Ketiga. Proses ini terus berlangsung hingga
pada Wujud X/ Akal Kesepuluh.

2. Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah ini, besar harapan ini dapat


bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

‌Sibghotullah, D. (2019, December 16). √ Biografi, Kisah, Sejarah, Pemikiran

Filsafat Al Farabi - PENAQOLBI. PENAQOLBI.

https://penaqolbi.com/biografi-Al- Farabi/

‌Shafira Arifah. (2020, March 11). 6 Fakta Al- Farabi, Filsuf Muslim Guru Kedua

Setelah Aristoteles. IDN Times; IDN Times.

https://www.idntimes.com/science/discovery/shafira-arifah-putri/fakta-

alfarabi-c1c2-1/6

‌MAKALAH NIH. (2013). MAKALAH PEMIKIRAN FILSAFAT AL FARABI

[lengkap]. MAKALAH NIH.

https://makalahnih.blogspot.com/2014/10/filsafat-Al- Farabi.html

‌Wahyudi Kaha. (2014, November 24). Perihal Teori Emanasi Al- Farabi -

Kompasiana.com. KOMPASIANA; Kompasiana.com.

https://www.kompasiana.com/wahyudikaha/54f933b0a33311b6078b48bc/p

erihal-teori-emanasi-alfarabi#:~:text=Al%2DFarabi%20menyebut%20teori

%20emanasi,arti%20materi%20dan%20Maha%20Sempurna.

Anda mungkin juga menyukai