1
Abstrak
2
KAIDAH-KAIDAH TENTANG KATA GANTI ()الضمائر
DALAM AL-QUR’AN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Qur’an dengan
bahasa Arab sebagai petunjuk bagi manusia. Didalamnya adalah untaian
mutiara yang tiada habisnya, penuh keelokan bahasa dan ketinggian
maknanya. Benarlah firman Allah :
3
merasa perlu untuk mengulas kembali dalam bahasa Indonesia agar
pembahasan ini tidak hanya difahami oleh orang yang menguasai
bahasa Arab, tetapi bagi mereka juga yang belum menguasai bahasa
Arab, sebagai salah satu pengantar dalam memahami kandungan Al-
Qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dlamir dan ada berapa macam-macam dlamir?
2. Apa saja faidah dlamir dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana kaidah-kaidah dlamir dalam al-Qur’an?
II. PEMBAHASAN
A. DEFINISI ADL-DLAMAAIR
dlamir ()ضسسمير bermakna suara hati; dlimar ))ضسسمار bermakna hal yang
tersembunyi, maalun dlimarun ))مسسال ضسسمار berarti harta yang tidak dapat
diharapkan kembali.1
Sedangkan dlamir menurut ahli bahasa Arab adalah:
2
ما دل على متكلم كأنا أو مخاطب كأن ي
ت أو غائب كهو
Artinya: “Istilah yang menunjukkan kata ganti orang pertama tunggal
seperti ( أناsaya), kata ganti orang kedua tunggal seperti ( أنتkamu), atau kata
ganti orang ketiga tunggal seperti ( هوdia)” .
Tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, Syaikh Mushthafa Ghalayiny
mendefinisikan dlamir sebagai
1 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 828.
2 Abu Ibrahim Anfas dkk, al-Mu'jam al-Wasith, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), juz 1, hlm. 544.
4
ما يكنى به عن متكلم أو مخاطب أو غائب فهو قائم مقام ما يكنى به عنه3
Artinya: “Istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama, kata ganti
orang kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga tunggal, sehingga dlamir
disebutkan dengan jelas ( )ظاهرmenjadi tidak jelas (dlamir) ketika tidak ada yang
dirujuknya.. Kebalikan dari isim dlamir adalah isim dhahir, misalnya :
hanya dikatakan : إنه طالب مجتهد, tanpa menyebut nama Muhammad, maka
tidak dapat dipahami oleh pembaca, siapakah yang dimaksud dengan siswa yang
rajin itu.
B. MACAM-MACAM DLAMIR
Menurut Ghalayiny, dlamir ada tujuh macam :4
diletakkan di awal kalimat dan tidak bisa jatuh setelah إلkecuali karena
wawu pada كتبوا, atau dengan isim seperti ya’ pada كتابي, atau dengan huruf
seperti kaf pada عليك. Dlamir muttashil ada 9 : التاء و نا و الواو و اللف و
النون و الكاف و الياء و الهاء و ها
3 Syaikh Mushthafa Ghalayiny, Jami’ ad-Durus al-Arabiyyah, (Cet. Ke 21; Beirut : al-Maktabah
al-‘Ashriyyah, 1986), Juz 1, hlm. 115.
5
2. Dlamir munfashil (tidak bersambung)
Yaitu dlamir yang bisa menjadi mubtada’, dan bisa jatuh setelah إل, seperti :
أنا مجتهد, bisa juga dikatakan وما اجتهد إل انا. Dlamir munfashil ada 24 :
seperti huruf ta’ pada قم قdan huruf wawu pada كتبواdan huruf ya’
ت pada
اكتبي
4. Dlamir Mustatir, yaitu dlamir yang tidak tampak dalam sebuah
أن ي
lafad, seperti اكتبtaqdirnya ت اكتب.
5. Dlamir Marfu’ yaitu dlamir yang menempati posisi isim marfu’.
قم ي, dlamir
Misal :ت تmenduduki i’rab rafa’ karena ia adalah fa’il dari
fi’il madli.
6
8. Dlamir Fashli
Dlamir fashli adalah
إفسسرادا و،ضمير بصيغة المرفوع مطابق لما قبلسسه ؛ تكلمسسا و خاطابسسا و غيبسسة
5
و إنما يقع بعد مبتدأ أو ما أصأله المبتدأ و قبل خابر كذلك،غيره
Artinya : “Dlamir dengan shighat marfu’ yang sesuai dengan kata
sebelumnya, baik itu mutakallim, mukhatab, atau ghaib, baik itu mufrad atau
selainnya, terletak setelah mubtada’ atau yang asalnya mubtada’, juga setelah
khabar”.
Dlamir ini terletak antara mubtada’ dan khabar, untuk menjelaskan bahwa
setelah mubtada’ adalah khabar, bukan shifat. Ulama’ berbeda pendapat,
apakah dlamir fashli ini mempunyai kedudukan dalam i’rab atau tidak? Az-
Zarkasyi berpendapat bahwa dlamir fashli mempunyai kedudukan dalam
i’rab, dia bisa mar’fu atau manshub. 6
Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa dlamir fashli tidak
mempunyai kedudukan dalam i’rab. Karena sebenarnya ia adalah huruf,
dinamakan dlamir karena bentuknya menyerupai dlamir. Dlamir fashli disebut
juga ‘imad karena bergantungnya pembicara atau pendengar padanya, dalam
membedakan khabar atau na’at dalam sebuah kalimat.7
Diantara faidah dlamir ini adalah : 1) penjelasan (i’lam) bahwa setelahnya
adalah khabar, bukan shifat (tabi’); 2) ta’kid (menguatkan); dan 3) ikhtishas
(mengkhususkan). Contoh QS. Al-Baqarah : 5:
يوقأوليئح ي
(5:ك هققم اللقملفلحقحوين )البقرة
Lafad أولئكadalah mubtada’ dan المفلحسسونadalah khabar, sedangkan
dlamir tidak mempunyai kedudukan dalam i’rab.
1) Dlamir berfaidah ta’kid bahwa orang-orang yang bertaqwa benar-
benar akan beruntung.
5 Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Turats, tth,),
juz 2, hlm. 285.
6 Badruddin Muhammad al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Hadits, 2006),
hlm. 937.
7 Lihat al-Suyuthi, hlm. 286; Ghalayiny, hlm.126.
7
2) Faidah ikhtishash, bahwa hanya orang-orang yang bertaqwalah
yang beruntung.
9. Dlamir As-Sya’n
Dlamir as-Sya’n atau qisshah atau disebut juga dlamir majhul adalah
dlamir yang terletak sebelum kalimat (jumlah), disebut dlamir as-sya’n jika
mudzakar, dan disebut dlamir qisshah jika muannats .8 Dlamir as-sya’n atau
qisshah tidak butuh rujukan kepada isim dhahir, dan tidak bisa ditafsirkan kecuali
dengan kalimat (jumlah). Penyebutan dlamir as-sya’n atau qisshah ini diantaranya
bertujuan untuk pengagungan (ta’dhim) atau menakut-nakuti (tahwil) atau
penghinaan (istihjan), dll. Sebuah lafad disebutkan secara mubham (tidak jelas)
kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat. Contoh : QS.al- Ikhlas :1,
C. FAIDAH DLAMIR
Pada asalnya setiap isim itu disebutkan secara dhahir (jelas), kemudian
jika disebutkan untuk kedua kalinya, diganti dengan dlamir karena dirasa
cukup jelas. Hal ini sebagaimana setiap isim itu pada asalnya mu’rab, dan
setiap fi’il itu mabni. Adapun faidah-faidah disebutkannya dlamir dalam al-
Qur’an diantaranya:10
1. Meringkas (ikhtishar), dan ini adalah faidah utama dari penyebutan
dlamir.
8 Abdurrahman al-Maidani, al-Balaghah al-Arabiyyah, (Jeddah : Dar al-Basyir, 1996), juz 1, hlm.
507.
9 Badruddin Muhammad al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Hadits, 2006),
hlm. 937.
10 Ibid., hlm. 933.
8
تت يوالليقسسانححتيين يوالليقانحيتسسا ح
ت يواللقمسسلؤحمحنيين يواللقملؤحمينسسا ح
إحين اللقملسسسلححميين يواللقملسسسلحيما ح
ت يوالليخاحشحعيين يوالليخاحشسسيعا ح
ت صابحيرا ح صابححريين يوال ي صاحديقا ح
ت يوال ي صاحدحقيين يوال ي يوال ي
ت يوالليحسسافححظيين فققرويجهقسسلم صسسائحيما ح
صائححميين يوال ي ت يوال ي صندحقيين يواللقمتي ي
صنديقا ح يواللقمتي ي
اقسس ليهقسسلم يملغفحسسيرةن يوأيلجسسنرا
ت أييعسسيد ياي يكحثينرا يوالسسيذاحكيرا ح
ت يواليذاحكحريين ي ظا ح يوالليحافح ي
يعحظينما )الحزاب(35:
meringkas 25 isim dhahir yang telah disebutkan sebelumnya.لهم Dlamir
2. Menunjukkan keagungan (fakhamah), karena kemulyaan dan
kemasyhurannya, maka cukup disebutkan dalam bentuk dlamir saja atau
salah satu dari sifatnya. Misal :
ك فيأ يلمحطلر يعليليينا ححيجايرةن حمسسين اليسسسيماحء أيحو يوإحلذ يقاقلوا الليهقيم إحلن يكاين هييذا هقيو الليح ي
ق حملن حعلنحد ي
ب أيحليم )النفال (32 : الئتحينا بحيعيذا ب
Artinya :”Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata:
"Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau,
maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang "pedih.
9
Ayat ini menjelaskan tentang sanggahan orang-orang musyrik yang
meragukan kebenaran al-Qur’an, pada lafad إحلن يكاين هييذا هقيو الليح ي,
ق dlamir
س لواولهجنن لعللىَ ألون يلأوتتوا بههموثهل لهلذا اولقتورآْهن لل يلأوتتولن بههموثلههه لوللللوو قتول للئههن اوجتللملع ه
ت ا و هلون ت
(88:ظههيِررا )السإراء ض لضتهوم لهبلوع ض لكالن بلوع ت
Artinya :“Katakanlah :”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa (dengan) al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain”. (QS. Al-Isra’ 17:88)
Berikut ini beberapa kaidah mengenai dlamir dalam al-Qur’an yang telah
disistematikakan oleh al-Sabti :12
12 Khalid al-Sabti, Qawaid al-Tafsir, (Kairo : Dar Ibni Affan, 1421 H.), hlm. 400-414; Lihat juga
al-Zarkasyi, hlm. 933-933; al-Suyuthi, hlm. 281-289.
10
Kaidah Pertama :
“Jika dalam sebuah ayat ada dlamir yang rujukannya mengandung lebih
dari satu, dan memungkinkan untuk dipakai semua, maka bisa dipakai”
Kaidah ini menjelaskan bahwa sesungguhnya al-Qur’an adalah kitab
mu’jiz, menunjukkan banyak makna dengan lafad yang sedikit. Jika makna-
makna yang terkandung di dalamnya benar, maka tidak ada alasan untuk
membatasi hanya memakai satu makna saja dan mengabaikan yang lain, kecuali
jika ada dalil yang menunjukkan demikian. Contoh :
Kaidah Kedua
“Jika ada dlamir setelah mudlaf dan mudlaf ilaih, maka pada asalnya dlamir
tersebut kembali pada mudlaf”
11
Dlamir هاkembali kepada نعمةkarena sama-sama muannats, demikian juga
kalau dilihat dari siyaqul kalamnya (konteks kalimat), tidak mungkin هسسا
kembali kepada Allah.
2. Kembalinya dlamir kepada mudlaf ilaih
ت يح
اس إحلن قكلنقتسلم إحييساهق تيلعقبسقدوين طيننبسا يوالشسقكقروا نحلعيمس ي فيقكقلوا حميمسا يريزقيقكسقم ي ق
اس يحيلنل ي
(114:)النحل
Dlamir هpada lafad إحيياهقkembali kepada Allah pada lafad ت ياح
نحلعيم ي
Sedangkan pada QS. Al-An’am :145, ulama’ berbeda pendapat tentang
kembalinya dlamir, apakah kepada mudlaf ataukah kepada mudlaf ilaih?
Kaidah Ketiga
“Terkadang ada dlamir muttashil yang tidak merujuk pada kata
sebelumnya, tetapi pada sesuatu yang lain”
Kaidah ini akan jelas dengan contoh berikut:
حمليةي أيحبيقكلم إحلبيراحهييم هقيو يسيماقكقم اللقملسلححميين حمسسلن قيلبسسقل يوفحسسي هيسسيذا لحييقكسسوين اليرقسسسوقل يشسسحهيندا
يعليليقكلم يوتيقكوقنوا قشهييدايء يعيلى الينا ح
(78:س )الحج
13 Muhammad Ali as-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Beirut : Darul Fikr, tth.), hlm.127.
12
Artinya :”(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi
atas segenap manusia... (QS. Al-Hajj:78)
qarinah lafad يوفحسسي هيسسيذا yang mengandung makna al-Qur’an, padahal yang
إحلبيرا ح
sepantasnya menjadi rujukan terdekat adalah lafad هييم .14
Sehingga makna ayat tersebut : sesungguhnya Allah telah menamai kamu
sekalian sebagai orang-orang muslim dari dahulu pada kitab-kitab yang
diturunkan kepada para Nabi sebelum kalian, dan begitu pula di dalam kitab yang
diturunkan kepada kalian yaitu Al Qur’an.
Kaidah Keempat
“Untuk menjaga keserasian lafad dan makna dalam dlamir, maka diawali
dengan lafad kemudian makna”
(8:س يملن ييققوقل آيمينا حبايلح يوحباللييلوحم اللحخاحر يويما هقلم بحقملؤحمحنيين )البقرة
يوحمين الينا ح
Ayat ini diawali dengan lafad mufrad (يقول )من, kemudian diikuti dengan lafad
jama’ (بمؤمنين )وما هم, karena( )من يقولmempunyai makna jama’.
Kaidah Kelima
“Terkadang disebutkan dua kata secara berdampingan, sedangkan dlamir
merujuk pada salah satunya, padahal yang dimaksud adalah kedua-duanya”
Dalam kaidah ini ada empat cabang pembahasan:
1. Kembalinya dlamir kepada dua kata yang disebut, baik dari segi
makna atau lafadnya. Contoh :
(135 : إحلن ييقكلن يغنحنيا أيلو فيحقينرا يفايلق أيلويلى بححهيما )النساء
2. Kembalinya dlamir kepada kata yang pertama saja. Contoh :
13
3. Kembalinya dlamir kepada kata yang kedua saja. Contoh:
ب أيلحيسسبم ب يواللفح ي
ضةي يويل يقلنفحققونييها حفي يسحبيحل ي
اح فيبينشسسلرهقلم بحيعسسيذا ب يواليحذيين ييلكنحقزوين اليذهي ي
(34:)التوبة
4. Disebutkannya dua kata, kemudian dlamir yang kembali pada
keduanya berbentuk mufrad, padahal yang dikehendaki adalah keduanya,
inilah yang dimaksud dengan kaidah di atas. Contoh :
ق أيلن يقلر ق
ضسسوهق إحلن يكسساقنوا قمسسلؤحمحنيين َاقسس يويرقسسسولقهق أييحسس ي
ضسسوقكلم يو ي
ييلحلحفقسسوين بحسسايلح ليقكسسلم لحيقلر ق
(62:)التوبة
Dlamir ه pada lafad يقلر ق
ضوهق yang berbentuk mufrad, kembali kepada
Kaidah Keenam
“Terkadang dlamir disebutkan mutsanna padahal yang dimaksud adalah
salah satu dari dua kata yang disebutkan”
Kaidah ini kebalikan dari kaidah kelima. Contoh :
فييل قجينايح يعليليحهيما حفييما الفتييد ل
(229:ت حبه )البقرة
Dlamir mutsanna pada lafad يعليليحهيماmerujuk pada suami. Sehingga makna ayat
tersebut : maka tidak ada dosa bagi suami tentang bayaran yang diberikan oleh
isteri untuk menebus dirinya ketika mengajukan cerai (disebut khuluk).
Kaidah Ketujuh
“Terkadang dlamir ghaib merujuk kepada sesuatu yang tidak disebutkan
pada ayat tersebut”
14
Kaidah Kedelapan
“Kembalinya dlamir pada kata yang disebutkan belakangan, tapi kalau
dilihat dari konteks kalimatnya, seharusnya didahulukan”
Makna dari ayat ini adalah, Allah tidak butuh untuk bertanya tentang
bagaimana manusia berbuat dosa dan seberapa banyak dosa yang mereka lakukan,
karena Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu, tapi yang penting adalah
balasan bagi orang-orang yang berbuat dosa adalah pasti, baik di dunia maupun di
akhirat.15
Taqdir dari ayat tersebut seharusnya ( ذنوبهم )ل يسأل ا المجرمين عن,
tapi yang menjadi fokus perhatian pada ayat ini adalah tentang dosa orang-orang
yang berbuat jahat, sehingga yang didahulukan adalah maf’ul kedua ))ذنوبهم
daripada maf’ul pertama ()المجرمين. Bahkan fa’ilnya (lafad Allah) dimajhulkan,
ini juga berfaidah pengagungan terhadap dzat Allah, bahwa Dia tidak layak untuk
bertanya, karena Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu .
Secara berurutan, rangkaian ayat sebelum dan sesudahnya (al-Qashash :
76-82) bercerita tentang kesombongan Qarun yang begitu mengagung-agungkan
hartanya hingga ia melupakan Allah, hingga Allah memberi balasan dengan
membenamkannya bersama seluruh hartanya ke dalam bumi.
Kaidah Kesembilan
“Kembalinya dlamir pada lafad yang menunjukkan dlamir itu mengacu
padanya”
Contoh :
Kaidah kesepuluh
15 Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwat al-Tafaasir, (Makkah: Maktabah al-Tijariyah, tth), Juz 2,
hlm. 446.
15
“Jika ada beberapa dlamir yang disebutkan berurutan maka pada asalnya
kembali pada satu rujukan”
Namun adakalanya dlamir-dlamir itu berbeda rujukannya untuk menjaga
keselarasan sebuah kalimat. Contoh:
Ahli tafsir sepakat jika dlamir pada تسبحوه kembali pada Allah, tapi
mereka berbeda pendapat tentang kembalinya dlamir pada توقروه تعزروه و, ada
yang berpendapat bahwa dlamir ini kembali kepada Rasul, karena kedekatan
letaknya. Dan sebagian mereka berpendapat bahwa dlamir ini kembali kepada
Allah.16 Inilah pembahasan pokok dalam kaidah ini.
Kaidah Kesebelas
“Pada umumnya dlamir tidak akan kembali pada jama’ ‘aqilat (jama’ taksir
untuk orang berakal) kecuali dengan bentuk jama’ pula, baik yang
menunjukkan makna sedikit ataupun banyak”17
Contoh :
16 Khalid al-Sabti, Qawaid al-Tafsir, (Kairo : Dar Ibni Affan, 1421 H.), hlm.415.
17 Jama’ taksir (bentuk kata yang menunjukkan arti banyak dan tidak sesuai dengan bentuk
mufrodnya) ada dua macam :1) jam’ al-qillah yaitu bentuk jama’ untuk jumlah yang sedikit (3-10);
2) jam’ al-katsroh yaitu bentuk jama’ untuk jumlah yang tidak terbatas banyaknya. Selengkapnya
lihat : Syaikh Mushthafa Ghalayiny, Jami’ ad-Durus al-Arabiyyah, (Cet. Ke 21; Beirut : al-
Maktabah al-‘Ashriyyah, 1986), Juz 2, hlm. 28-44.
16
Adapun untuk ghairu ‘aqil (tidak berakal), pada umumnya dlamir untuk
jama’ katsroh adalah bentuk mufrad, dan untuk jama’ qillah dlamirnya berbentuk
jama’. Contoh:
ت
ق اليسسسيمايوا ح ب ي
احسس ييسسلويم يخاليسس ي احسس الثنيسسا يعيشسسير يشسسلهنرا فحسسي حكتيسسا ح إحين حعسسيدةي اليَشسسقهوحر حعلنسسيد ي
ك السسنديقن اللقيينسسقم فييل تي ل
ظلحقمسسوا حفيحهسسين أيلنفقيسسسقكلم يوقيسساتحقلوا ض حملنهيسسا أيلربييعسسةرَ قحسسقررَم يذلحسس ي
يوالليلر ي
(36:اي يميع اللقمتيحقيين )التوبة
اللقملشحرحكيين يكافيةن يكيما يقيقاتحقلونيقكلم يكافيةن يوالعليقموا أيين ي
Dlamir منهسساdengan bentuk tunggal kembali pada الشسسهور, yang
III. PENUTUP
Sebenarnya masih banyak pembahasan tentang kaidah dlamir ini, semakin
digali, semakin melimpah sumber ilmu yang mengalir dari al-Qur’an. Namun
karena keterbatasan penulis, maka penulis cukupkan sampai disini. Semoga yang
sedikit ini bisa memberi banyak manfaat untuk pembaca, dan khususnya untuk
diri penulis sendiri.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dlamir adalah istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama,
kata ganti orang kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga tunggal,
sehingga dlamir menempati posisi kata yang digantikannya.
2. Diantara beberapa faidah dlamir yaitu: untuk meringkas
(ikhtishar), menunjukkan keagungan(fakhamah), untuk penghinaan
(tahqir), untuk menguatkan (ta’kid).
3. Pada dasarnya dlamir harus mempunyai rujukan yang kembali
kepadanya. Dan pada asalnya setiap dlamir merujuk pada isim dhahir
17
yang telah disebutkan sebelumnya dan menempati posisi yang terdekat
dengan dlamir tersebut, sesuai dari segi tadzkir dan ta’nitsnya, jama’
dan mufradnya, serta sesuai maknanya. Namun, paling tidak ada 11
kaidah dalam al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah umum tersebut.
Hal ini menunjukkan ketinggian bahasa al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
18
19