Anda di halaman 1dari 19

‫ملخص البحث‬

‫ميمونة‪ ،‬القواعد عن الضمائر في القرآن‪2012.‬‬


‫ل بد للمفسر أو لطالب العلم أن يفهم القواعد التي تتعلق بالتفسسسيرحتى ل‬
‫يخطأ عند التفسير أو فهم اليسسات‪ .‬و مسسن قواعسسد التفسسسير السستي ل بسسد مسسن‬
‫فهمها هي القواعد عن الضمائر‪.‬‬
‫الضمير هو ما يكنى به عن متكلم أو مخاطب أو غائب فهو قائم مقسسام مسسا‬
‫يكنى به عنه‪.‬‬
‫للضمائر تسعة أنسسواع وهسسي ‪ :‬الضسسمير المتصسسل و الضسسمير المنفصسسل و‬
‫الضسسميرالبارز و الضسسمير المسسستتير و الضسسمير المرفسسوع و الضسسمير‬
‫المنصوب و الضمير المجرور و ضمير الفصل و ضمير الشأن‪.‬‬
‫ومن فوائد الضمير ‪ :‬للخاتصار و للفخامة و للتحقير و للتأكيد‪.‬‬
‫و الصأل أن يعود الضمير إلى شيء سبق ذكره فسسي اللفسسظ بالمطابقسسة‪،‬‬
‫من حيث التذكير و التأنيث‪ ،‬و الجمع و المفرد‪ ،‬و المعنى‪.‬‬
‫و إنما هناك إحدى عشرة قاعدة ل تطابق بتلك القاعدة العامة‪.‬و هسذه تسدل‬
‫على إعجاز القرآن اللغوي‪.‬‬
‫نقطة كلمات ‪ :‬الضمير‪ ،‬القاعدة‪.‬‬

‫‪1‬‬
Abstrak

Maimunah, Kaidah-kaidah Tentang Kata Ganti Dalam Al-Qur’an.2012


Seorang mufassir atau bahkan seorang pelajar, harus memahami kaidah-kaidah
penafsiran agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan atau memahami ayat-
ayat al-Qur’an. Diantara kaidah penafsiran yang harus dikuasai adalah kaidah
tentang dlamir.
Dlamir atau kata ganti adalah istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama,
kata ganti orang kedua, atau kata ganti orang ketiga, sehingga dlamir menempati
posisi kata yang digantikannya.
Dlamir ada 9 macam : 1) Dlamir Muttashil (bersambung), 2) Dlamir munfashil
(tidak bersambung), 3) Dlamir Bariz, 4) Dlamir Mustatir, 5) Dlamir Marfu’, 6)
Dlamir Manshub, 7) Dlamir Majrur, 8) Dlamir fashli, dan 9)dlamir as-sya’n.
Diantara beberapa faidah dlamir yaitu: untuk meringkas (ikhtishar), menunjukkan
keagungan(fakhamah), untuk penghinaan (tahqir), untuk menguatkan (ta’kid).
Pada dasarnya dlamir harus mempunyai rujukan yang kembali kepadanya. Dan
pada asalnya setiap dlamir merujuk pada isim dhahir yang telah disebutkan
sebelumnya dan menempati posisi yang terdekat dengan dlamir tersebut, sesuai
dari segi tadzkir dan ta’nitsnya, jama’ dan mufradnya, serta sesuai maknanya.
Namun, paling tidak ada 11 kaidah dalam al-Qur’an yang tidak sesuai dengan
kaidah umum tersebut. Hal ini menunjukkan ketinggian bahasa al-Qur’an.
Kata Kunci : Kata ganti (dlamir), kaidah.

2
KAIDAH-KAIDAH TENTANG KATA GANTI (‫)الضمائر‬

DALAM AL-QUR’AN

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Qur’an dengan
bahasa Arab sebagai petunjuk bagi manusia. Didalamnya adalah untaian
mutiara yang tiada habisnya, penuh keelokan bahasa dan ketinggian
maknanya. Benarlah firman Allah :

‫ققلل قأوححيي إحلي ي‬


(1:‫ي أينيهق الستييميع نيفيرَر حمين اللحجنن فييقاقلوا إحينا يسحملعينا ققلرآننا يعيجنبا )الجن‬
Artinya :” Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan
kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-
Qur’an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan
al-Qur’an yang menakjubkan”.
Menurut para mufassir, al-Qur’an yang menakjubkan maksudnya
menakjubkan dari segi keindahan bahasa dan fashohahnya.
Seorang mufassir atau bahkan seorang pelajar, harus memahami
kaidah-kaidah penafsiran agar tidak terjadi kesalahan dalam
menafsirkan atau memahami ayat-ayat al-Qur’an. Karena setiap
hurufnya mengandung makna, bahkan perbedaan bacaan pun bisa
berimplikasi pada perbedaan istinbath hukum. Maka seseorang yang
tidak faham terhadap kaidah-kaidah penafsiran dan tidak menguasai
bahasa Arab tidak layak untuk mengistinbathkan hukum dari al-Qur’an.
Di dalam tulisan singkat ini penulis ingin menyingkap salah satu
dari sekian ribu keindahan bahasa al-Qur’an, yaitu tentang macam-
macam dlamir dalam al-Qur’an, faidah-faidah, serta kaidah-kaidah
mengenai dlamir yang sangat diperlukan dalam memahami kandungan
isi al-Qur’an.
Sebenarnya sudah banyak literature berbahasa Arab yang
membahas tentang dlamir, namun mengingat pentingnya pembahasan
ini bagi pecinta al-Qur’an, khususnya di Indonesia, maka penulis

3
merasa perlu untuk mengulas kembali dalam bahasa Indonesia agar
pembahasan ini tidak hanya difahami oleh orang yang menguasai
bahasa Arab, tetapi bagi mereka juga yang belum menguasai bahasa
Arab, sebagai salah satu pengantar dalam memahami kandungan Al-
Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dlamir dan ada berapa macam-macam dlamir?
2. Apa saja faidah dlamir dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana kaidah-kaidah dlamir dalam al-Qur’an?

II. PEMBAHASAN

A. DEFINISI ADL-DLAMAAIR

Adl-Dlamaair (kata ganti) adalah bentuk jama’ dari dlamir (‫ )ضمير‬yang


berasal dari akar kata ‫ ضمورا‬-‫ يضمر‬-‫ضمر‬ . Kata-kata yang terbentuk dari

huruf ‫ ض م ر‬bermakna dasar sesuatu yang samar, tersembunyi, halus. Seperti

dlamir (‫)ضسسمير‬ bermakna suara hati; dlimar ‫))ضسسمار‬ bermakna hal yang

tersembunyi, maalun dlimarun ‫))مسسال ضسسمار‬ berarti harta yang tidak dapat
diharapkan kembali.1
Sedangkan dlamir menurut ahli bahasa Arab adalah:
2
‫ما دل على متكلم كأنا أو مخاطب كأن ي‬
‫ت أو غائب كهو‬
Artinya: “Istilah yang menunjukkan kata ganti orang pertama tunggal

seperti ‫( أنا‬saya), kata ganti orang kedua tunggal seperti ‫( أنت‬kamu), atau kata
ganti orang ketiga tunggal seperti ‫( هو‬dia)” .
Tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, Syaikh Mushthafa Ghalayiny
mendefinisikan dlamir sebagai

1 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 828.
2 Abu Ibrahim Anfas dkk, al-Mu'jam al-Wasith, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), juz 1, hlm. 544.

4
‫ ما يكنى به عن متكلم أو مخاطب أو غائب فهو قائم مقام ما يكنى به عنه‬3
Artinya: “Istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama, kata ganti
orang kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga tunggal, sehingga dlamir

menempati posisi kata yang digantikannya”. Contoh : ‫( أنا‬saya), ‫( أنت‬kamu), ‫هو‬


(dia), atau huruf ta’ pada ‫ت‬
‫ت كتب ح‬ ‫ كتب ق‬dan huruf wawu pada ‫ يكتبون‬.
‫ت كتب ي‬
Kalau dikembalikan pada makna dasarnya, kata ganti orang dalam bahasa
Arab disebut dlamir karena ia menggantikan posisi kata yang pada asalnya

disebutkan dengan jelas (‫ )ظاهر‬menjadi tidak jelas (dlamir) ketika tidak ada yang
dirujuknya.. Kebalikan dari isim dlamir adalah isim dhahir, misalnya :

‫ لنه طالب مجتهد‬،‫ذهب محمد إلى المدرسة مبكرا‬


Dlamir pada ‫لنه‬ merujuk pada isim dhahir yakni ‫محمد‬ . Seandainya

hanya dikatakan : ‫إنه طالب مجتهد‬, tanpa menyebut nama Muhammad, maka
tidak dapat dipahami oleh pembaca, siapakah yang dimaksud dengan siswa yang
rajin itu.

B. MACAM-MACAM DLAMIR
Menurut Ghalayiny, dlamir ada tujuh macam :4

1. Dlamir Muttashil (bersambung)


Dlamir muttashil yaitu dlamir yang tidak bisa menjadi mubtada’ atau

diletakkan di awal kalimat dan tidak bisa jatuh setelah ‫ إل‬kecuali karena

karena dlarurat as-syi’ir, seperti : ‫ك‬


‫أكرمت ي‬ maka tidak bisa dikatakan ‫ما‬
‫ أكرمت الك‬. Dlamir muttashil adakalanya bersambung dengan fi’il seperti

wawu pada ‫ كتبوا‬, atau dengan isim seperti ya’ pada ‫ كتابي‬, atau dengan huruf

seperti kaf pada ‫ عليك‬. Dlamir muttashil ada 9 : ‫التاء و نا و الواو و اللف و‬
‫النون و الكاف و الياء و الهاء و ها‬
3 Syaikh Mushthafa Ghalayiny, Jami’ ad-Durus al-Arabiyyah, (Cet. Ke 21; Beirut : al-Maktabah
al-‘Ashriyyah, 1986), Juz 1, hlm. 115.

4 Ibid, hlm. 116.

5
2. Dlamir munfashil (tidak bersambung)

Yaitu dlamir yang bisa menjadi mubtada’, dan bisa jatuh setelah ‫ إل‬, seperti :
‫ أنا مجتهد‬, bisa juga dikatakan ‫ وما اجتهد إل انا‬. Dlamir munfashil ada 24 :

yang 12 marfu’ : ‫ت و أنتما و أنتم و أنتنن و هو و هي و‬ ‫أنا و نحن و أن ي‬


‫ت و أن ح‬
‫ ; هما و هم و هنن‬sedangkan yang 12 manshub : ‫ك و إياحك و‬
‫إياي و إيانا و إيا ي‬
‫إياكما و إياكم و إياكن و إياه و إياها و إياهما و إياهم و إياهنن‬

3. Dlamir Bariz, yaitu dlamir yang tampak dalam sebuah lafad

seperti huruf ta’ pada ‫ قم ق‬dan huruf wawu pada ‫ كتبوا‬dan huruf ya’
‫ت‬ pada

‫اكتبي‬
4. Dlamir Mustatir, yaitu dlamir yang tidak tampak dalam sebuah

‫أن ي‬
lafad, seperti ‫ اكتب‬taqdirnya ‫ت‬ ‫ اكتب‬.
5. Dlamir Marfu’ yaitu dlamir yang menempati posisi isim marfu’.

‫ قم ي‬, dlamir
Misal :‫ت‬ ‫ ت‬menduduki i’rab rafa’ karena ia adalah fa’il dari
fi’il madli.

6. Dlamir Manshub yaitu dlamir yang menempati posisi isim

manshub. Misal : ‫ك‬


‫أكرمت ي‬ , dlamir ‫ك‬
‫ ي‬menduduki i’rab nashab karena ia
adalah maf’ul bih.

7. Dlamir Majrur, yaitu dlamir yang menempati posisi isim majrur.

Misal : ‫أحسن ا إليك‬ , dlamir ‫ك‬


‫ ي‬menduduki i’rab jar karena ia jatuh

setelah huruf jar ‫ إلى‬.

Selain pembagian dlamir yang tujuh menurut Ghalayiny, as-Suyuthi


menambahkan dlamir yang ke delapan dan ke sembilan, yaitu dlamir fashli
dan dlamir as-sya’n.

6
8. Dlamir Fashli
Dlamir fashli adalah

‫ إفسسرادا و‬،‫ضمير بصيغة المرفوع مطابق لما قبلسسه ؛ تكلمسسا و خاطابسسا و غيبسسة‬
5
‫ و إنما يقع بعد مبتدأ أو ما أصأله المبتدأ و قبل خابر كذلك‬،‫غيره‬
Artinya : “Dlamir dengan shighat marfu’ yang sesuai dengan kata
sebelumnya, baik itu mutakallim, mukhatab, atau ghaib, baik itu mufrad atau
selainnya, terletak setelah mubtada’ atau yang asalnya mubtada’, juga setelah
khabar”.
Dlamir ini terletak antara mubtada’ dan khabar, untuk menjelaskan bahwa
setelah mubtada’ adalah khabar, bukan shifat. Ulama’ berbeda pendapat,
apakah dlamir fashli ini mempunyai kedudukan dalam i’rab atau tidak? Az-
Zarkasyi berpendapat bahwa dlamir fashli mempunyai kedudukan dalam
i’rab, dia bisa mar’fu atau manshub. 6
Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa dlamir fashli tidak
mempunyai kedudukan dalam i’rab. Karena sebenarnya ia adalah huruf,
dinamakan dlamir karena bentuknya menyerupai dlamir. Dlamir fashli disebut
juga ‘imad karena bergantungnya pembicara atau pendengar padanya, dalam
membedakan khabar atau na’at dalam sebuah kalimat.7
Diantara faidah dlamir ini adalah : 1) penjelasan (i’lam) bahwa setelahnya
adalah khabar, bukan shifat (tabi’); 2) ta’kid (menguatkan); dan 3) ikhtishas
(mengkhususkan). Contoh QS. Al-Baqarah : 5:

‫يوقأوليئح ي‬
(5:‫ك هققم اللقملفلحقحوين )البقرة‬
Lafad ‫ أولئك‬adalah mubtada’ dan ‫ المفلحسسون‬adalah khabar, sedangkan
dlamir tidak mempunyai kedudukan dalam i’rab.
1) Dlamir berfaidah ta’kid bahwa orang-orang yang bertaqwa benar-
benar akan beruntung.

5 Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Turats, tth,),
juz 2, hlm. 285.
6 Badruddin Muhammad al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Hadits, 2006),
hlm. 937.
7 Lihat al-Suyuthi, hlm. 286; Ghalayiny, hlm.126.

7
2) Faidah ikhtishash, bahwa hanya orang-orang yang bertaqwalah
yang beruntung.

9. Dlamir As-Sya’n
Dlamir as-Sya’n atau qisshah atau disebut juga dlamir majhul adalah
dlamir yang terletak sebelum kalimat (jumlah), disebut dlamir as-sya’n jika
mudzakar, dan disebut dlamir qisshah jika muannats .8 Dlamir as-sya’n atau
qisshah tidak butuh rujukan kepada isim dhahir, dan tidak bisa ditafsirkan kecuali
dengan kalimat (jumlah). Penyebutan dlamir as-sya’n atau qisshah ini diantaranya
bertujuan untuk pengagungan (ta’dhim) atau menakut-nakuti (tahwil) atau
penghinaan (istihjan), dll. Sebuah lafad disebutkan secara mubham (tidak jelas)
kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat. Contoh : QS.al- Ikhlas :1,

(1:‫اق أييحرَد )الخالصا‬


‫ققلل هقيو ي‬
Taqdirnya adalah ‫أحد‬ ‫شأن ا‬
Adapun perbedaan antara dlamir fashli dan dlamir as-sya’n adalah bahwa
dlamir fashli bisa berbentuk mutakallim, mukhatab, dan ghaib. Sedangkan
dlamir as-sya’n berbentuk ghaib saja.9

C. FAIDAH DLAMIR
Pada asalnya setiap isim itu disebutkan secara dhahir (jelas), kemudian
jika disebutkan untuk kedua kalinya, diganti dengan dlamir karena dirasa
cukup jelas. Hal ini sebagaimana setiap isim itu pada asalnya mu’rab, dan
setiap fi’il itu mabni. Adapun faidah-faidah disebutkannya dlamir dalam al-
Qur’an diantaranya:10
1. Meringkas (ikhtishar), dan ini adalah faidah utama dari penyebutan
dlamir.

8 Abdurrahman al-Maidani, al-Balaghah al-Arabiyyah, (Jeddah : Dar al-Basyir, 1996), juz 1, hlm.
507.
9 Badruddin Muhammad al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Hadits, 2006),
hlm. 937.
10 Ibid., hlm. 933.

8
‫ت‬‫ت يوالليقسسانححتيين يوالليقانحيتسسا ح‬
‫ت يواللقمسسلؤحمحنيين يواللقملؤحمينسسا ح‬
‫إحين اللقملسسسلححميين يواللقملسسسلحيما ح‬
‫ت يوالليخاحشحعيين يوالليخاحشسسيعا ح‬
‫ت‬ ‫صابحيرا ح‬ ‫صابححريين يوال ي‬ ‫صاحديقا ح‬
‫ت يوال ي‬ ‫صاحدحقيين يوال ي‬ ‫يوال ي‬
‫ت يوالليحسسافححظيين فققرويجهقسسلم‬ ‫صسسائحيما ح‬
‫صائححميين يوال ي‬ ‫ت يوال ي‬ ‫صندحقيين يواللقمتي ي‬
‫صنديقا ح‬ ‫يواللقمتي ي‬
‫اقسس ليهقسسلم يملغفحسسيرةن يوأيلجسسنرا‬
‫ت أييعسسيد ي‬‫اي يكحثينرا يوالسسيذاحكيرا ح‬
‫ت يواليذاحكحريين ي‬ ‫ظا ح‬ ‫يوالليحافح ي‬
‫يعحظينما )الحزاب‪(35:‬‬
‫‪ meringkas 25 isim dhahir yang telah disebutkan sebelumnya.‬لهم ‪Dlamir‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Menunjukkan keagungan (fakhamah), karena kemulyaan dan‬‬
‫‪kemasyhurannya, maka cukup disebutkan dalam bentuk dlamir saja atau‬‬
‫‪salah satu dari sifatnya. Misal :‬‬

‫إحينا أيلنيزلليناهق حفي ليليليحة اللقيلدر )القدر ‪(1 :‬‬


‫‪Dlamir‬‬ ‫ه‬ ‫‪merujuk pada al-Qur’an, dan ini hanya bisa diketahui dengan‬‬
‫‪melihat asbab an-nuzul.‬‬
‫‪3. Ejekan atau hinaan (tahqir), karena sifatnya yang jelek. Misal:‬‬

‫حإنيهق ليقكلم يعقدوو قمحبين )البقرة ‪(168 :‬‬


‫‪Dlamir‬‬ ‫‪ merujuk pada setan, tidak disebutkan secara dhahir sebagai ejekan atas‬ه‬
‫‪keburukan sifatnya.‬‬
‫‪4. Ta’kid,11 misal:‬‬

‫ك فيأ يلمحطلر يعليليينا ححيجايرةن حمسسين اليسسسيماحء أيحو‬ ‫يوإحلذ يقاقلوا الليهقيم إحلن يكاين هييذا هقيو الليح ي‬
‫ق حملن حعلنحد ي‬
‫ب أيحليم )النفال ‪(32 :‬‬ ‫الئتحينا بحيعيذا ب‬
‫‪Artinya :”Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata:‬‬
‫‪"Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau,‬‬
‫‪maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada‬‬
‫‪kami‬‬ ‫‪azab‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫"‪pedih.‬‬

‫‪11 Ghalayiny : 126.‬‬

‫‪9‬‬
Ayat ini menjelaskan tentang sanggahan orang-orang musyrik yang

meragukan kebenaran al-Qur’an, pada lafad ‫إحلن يكاين هييذا هقيو الليح ي‬,
‫ق‬ dlamir

‫هقيو‬ berfungsi sebagai ta’kid.

D. KAIDAH MENGENAI DLAMIR


Pada dasarnya dlamir harus mempunyai rujukan yang kembali kepadanya.
Dan pada asalnya setiap dlamir merujuk pada isim dhahir yang telah
disebutkan sebelumnya dan menempati posisi yang terdekat dengan dlamir
tersebut, sesuai dari segi tadzkir dan ta’nitsnya, jama’ dan mufradnya, serta
sesuai maknanya. Seperti :

(121 : ‫صى آيدقم يربيهق فييغيوى )طه‬


‫يويع ي‬
Namun kaidah ini tidak selalu berlaku pada al-Qur’an. Karena al-Qur’an
mempunyai kaidah sendiri yang melampaui kaidah bahasa manapun di dunia.
Justru ini semakin memperkuat bukti bahwa Al-Qur’an benar-benar kalam
Allah dengan ketinggian dan keindahan bahasa yang luar biasa. Tidak ada satu
makhluk pun yang bisa menandingi keindahan bahasanya, walaupun ahli
sastra dari jenis jin dan manusia bekerja sama untuk membuat syair yang
semisal dengan al-Qur’an, sebagaimana firman Allah :

‫س لواولهجنن لعللىَ ألون يلأوتتوا بههموثهل لهلذا اولقتورآْهن لل يلأوتتولن بههموثلههه لوللللوو‬ ‫قتول للئههن اوجتللملع ه‬
‫ت ا و هلون ت‬
(88:‫ظههيِررا )السإراء‬ ‫ض ل‬‫ضتهوم لهبلوع ض‬ ‫لكالن بلوع ت‬
Artinya :“Katakanlah :”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa (dengan) al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain”. (QS. Al-Isra’ 17:88)

Berikut ini beberapa kaidah mengenai dlamir dalam al-Qur’an yang telah
disistematikakan oleh al-Sabti :12

12 Khalid al-Sabti, Qawaid al-Tafsir, (Kairo : Dar Ibni Affan, 1421 H.), hlm. 400-414; Lihat juga
al-Zarkasyi, hlm. 933-933; al-Suyuthi, hlm. 281-289.

10
 Kaidah Pertama :
“Jika dalam sebuah ayat ada dlamir yang rujukannya mengandung lebih
dari satu, dan memungkinkan untuk dipakai semua, maka bisa dipakai”
Kaidah ini menjelaskan bahwa sesungguhnya al-Qur’an adalah kitab
mu’jiz, menunjukkan banyak makna dengan lafad yang sedikit. Jika makna-
makna yang terkandung di dalamnya benar, maka tidak ada alasan untuk
membatasi hanya memakai satu makna saja dan mengabaikan yang lain, kecuali
jika ada dalil yang menunjukkan demikian. Contoh :

‫ييا أييَييها ا ل حللنيساقن إحني ي‬


‫ك يكاحدرَح إحيلى يربن ي‬
(6:‫ك يكلدنحا فيقميلحقيحه )النشقاق‬
Artinya :“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju
Tuhan-Mu, maka kamu akan menemui-Nya” (QS. Al-Insyiqaq 84: 6)

Dlamir ‫ ه‬pada (‫)فملقيسسه‬ kembali pada (‫)ربسسك‬ artinya kamu akan

menemui Tuhanmu. Ada yang mengatakan dlamir ‫ ه‬pada (‫ )فملقيه‬kembali pada

‫ الكدح‬artinya kamu akan mendapati amalmu.


Kedua makna ini benar, karena setiap hamba akan menemui Tuhannya dan
amalnya.

 Kaidah Kedua
“Jika ada dlamir setelah mudlaf dan mudlaf ilaih, maka pada asalnya dlamir
tersebut kembali pada mudlaf”

Ketika mudlaf menjadi fokus pembicaraan (‫)المحندثّ عنسسه‬ maka pada


asalnya dlamir harus kembali padanya. Akan tetapi jika ada qarinah yang
menunjukkan bahwa dlamir kembali pada salah satu dari mudlaf dan mudlaf ilaih,
maka tidak ada masalah. Contoh:
1. Kembalinya dlamir kepada mudlaf

(34 : ‫صويها )إبراهيم‬ ‫ت ي‬


‫اح يل تقلح ق‬ ‫يوإحلن تيقعيَدوا نحلعيم ي‬

11
Dlamir ‫ ها‬kembali kepada ‫ نعمة‬karena sama-sama muannats, demikian juga
kalau dilihat dari siyaqul kalamnya (konteks kalimat), tidak mungkin ‫هسسا‬
kembali kepada Allah.
2. Kembalinya dlamir kepada mudlaf ilaih

‫ت يح‬
‫اس إحلن قكلنقتسلم إحييساهق تيلعقبسقدوين‬ ‫طيننبسا يوالشسقكقروا نحلعيمس ي‬ ‫فيقكقلوا حميمسا يريزقيقكسقم ي ق‬
‫اس يحيلنل ي‬
(114:‫)النحل‬
Dlamir ‫ ه‬pada lafad ‫ إحيياهق‬kembali kepada Allah pada lafad ‫ت ياح‬
‫نحلعيم ي‬
Sedangkan pada QS. Al-An’am :145, ulama’ berbeda pendapat tentang
kembalinya dlamir, apakah kepada mudlaf ataukah kepada mudlaf ilaih?

َ‫أيلو ليلحيم حخالنحزيبر فيإ حنيهق حرلج ر‬


(145:‫س )النعام‬
Ada yang berpendapat, dlamir ‫ ه‬pada lafad ‫فيإحنيهق‬kembali kepada mudlaf yaitu
‫ليلحيم‬ , dan ada yang berpendapat dlamir ‫ ه‬kembali kepada mudlaf ilaih yaitu

‫حخالنحزيبر‬. Perbedaan ini menimbulkan implikasi hukum yang berbeda terhadap


pengharaman babi. Sebagian ulama’ Dhahiriyah berpendapat bahwa yang
diharamkan pada babi hanya dagingnya saja. Sedangkan Jumhur ulama’
berpendapat bahwa daging dan bagian lain dari babi adalah haram.
Sesungguhnya Allah menyebutkan daging babi pada ayat tersebut karena
daging yang pada umumnya dimakan oleh manusia.13 Demikian penjelasan as-
Shabuni, lihat pembahasannya secara terperinci dalam kitab-kitab fiqih.

 Kaidah Ketiga
“Terkadang ada dlamir muttashil yang tidak merujuk pada kata
sebelumnya, tetapi pada sesuatu yang lain”
Kaidah ini akan jelas dengan contoh berikut:

‫حمليةي أيحبيقكلم إحلبيراحهييم هقيو يسيماقكقم اللقملسلححميين حمسسلن قيلبسسقل يوفحسسي هيسسيذا لحييقكسسوين اليرقسسسوقل يشسسحهيندا‬
‫يعليليقكلم يوتيقكوقنوا قشهييدايء يعيلى الينا ح‬
(78:‫س )الحج‬

13 Muhammad Ali as-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Beirut : Darul Fikr, tth.), hlm.127.

12
Artinya :”(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi
atas segenap manusia... (QS. Al-Hajj:78)

Menurut Zarkasyi, dlamir ‫ هقيو‬kembali kepada lafad Allah dengan adanya

qarinah lafad ‫يوفحسسي هيسسيذا‬ yang mengandung makna al-Qur’an, padahal yang

‫إحلبيرا ح‬
sepantasnya menjadi rujukan terdekat adalah lafad ‫هييم‬ .14
Sehingga makna ayat tersebut : sesungguhnya Allah telah menamai kamu
sekalian sebagai orang-orang muslim dari dahulu pada kitab-kitab yang
diturunkan kepada para Nabi sebelum kalian, dan begitu pula di dalam kitab yang
diturunkan kepada kalian yaitu Al Qur’an.

 Kaidah Keempat
“Untuk menjaga keserasian lafad dan makna dalam dlamir, maka diawali
dengan lafad kemudian makna”

(8:‫س يملن ييققوقل آيمينا حبايلح يوحباللييلوحم اللحخاحر يويما هقلم بحقملؤحمحنيين )البقرة‬
‫يوحمين الينا ح‬
Ayat ini diawali dengan lafad mufrad (‫يقول‬ ‫)من‬, kemudian diikuti dengan lafad
jama’ (‫بمؤمنين‬ ‫)وما هم‬, karena(‫ )من يقول‬mempunyai makna jama’.
 Kaidah Kelima
“Terkadang disebutkan dua kata secara berdampingan, sedangkan dlamir
merujuk pada salah satunya, padahal yang dimaksud adalah kedua-duanya”
Dalam kaidah ini ada empat cabang pembahasan:
1. Kembalinya dlamir kepada dua kata yang disebut, baik dari segi
makna atau lafadnya. Contoh :

(135 : ‫إحلن ييقكلن يغنحنيا أيلو فيحقينرا يفايلق أيلويلى بححهيما )النساء‬
2. Kembalinya dlamir kepada kata yang pertama saja. Contoh :

َ‫يوإحيذا يرأيلوا تحيجايرةن أيلو ليلهنوا النفي ي‬


‫ضوا إحليلييها يوتييرقكو ي‬
(11 : ‫ك يقائحنما )الجمعة‬

14 Badruddin Muhammad al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Kairo : Dar al-Hadits,


2006), hlm. 939.

13
3. Kembalinya dlamir kepada kata yang kedua saja. Contoh:

‫ب أيلحيسسبم‬ ‫ب يواللفح ي‬
‫ضةي يويل يقلنفحققونييها حفي يسحبيحل ي‬
‫اح فيبينشسسلرهقلم بحيعسسيذا ب‬ ‫يواليحذيين ييلكنحقزوين اليذهي ي‬
(34:‫)التوبة‬
4. Disebutkannya dua kata, kemudian dlamir yang kembali pada
keduanya berbentuk mufrad, padahal yang dikehendaki adalah keduanya,
inilah yang dimaksud dengan kaidah di atas. Contoh :

‫ق أيلن يقلر ق‬
‫ضسسوهق إحلن يكسساقنوا قمسسلؤحمحنيين‬ َ‫اقسس يويرقسسسولقهق أييحسس ي‬
‫ضسسوقكلم يو ي‬
‫ييلحلحفقسسوين بحسسايلح ليقكسسلم لحيقلر ق‬
(62:‫)التوبة‬
Dlamir ‫ه‬ pada lafad ‫يقلر ق‬
‫ضوهق‬ yang berbentuk mufrad, kembali kepada

lafad ‫سول قه ق‬ ‫يو ي‬


‫اق يوير ق‬ .

 Kaidah Keenam
“Terkadang dlamir disebutkan mutsanna padahal yang dimaksud adalah
salah satu dari dua kata yang disebutkan”
Kaidah ini kebalikan dari kaidah kelima. Contoh :
‫فييل قجينايح يعليليحهيما حفييما الفتييد ل‬
(229:‫ت حبه )البقرة‬
Dlamir mutsanna pada lafad ‫ يعليليحهيما‬merujuk pada suami. Sehingga makna ayat
tersebut : maka tidak ada dosa bagi suami tentang bayaran yang diberikan oleh
isteri untuk menebus dirinya ketika mengajukan cerai (disebut khuluk).

 Kaidah Ketujuh
“Terkadang dlamir ghaib merujuk kepada sesuatu yang tidak disebutkan
pada ayat tersebut”

Contoh : (26:‫قكيَل يملن يعليلييها يفابن )الرحمن‬


Dlamir ‫ها‬kembali kepada bumi ‫))الرض‬ yang tidak disebutkan pada ayat
tersebut maupun ayat sebelumnya karena pembaca sudah dianggap faham.

14
 Kaidah Kedelapan
“Kembalinya dlamir pada kata yang disebutkan belakangan, tapi kalau
dilihat dari konteks kalimatnya, seharusnya didahulukan”

: Contoh (78:‫يويل يقلسأ يقل يعلن قذقنوبححهقم اللقملجحرقموين )القصص‬

Makna dari ayat ini adalah, Allah tidak butuh untuk bertanya tentang
bagaimana manusia berbuat dosa dan seberapa banyak dosa yang mereka lakukan,
karena Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu, tapi yang penting adalah
balasan bagi orang-orang yang berbuat dosa adalah pasti, baik di dunia maupun di
akhirat.15

Taqdir dari ayat tersebut seharusnya ( ‫ذنوبهم‬ ‫)ل يسأل ا المجرمين عن‬,
tapi yang menjadi fokus perhatian pada ayat ini adalah tentang dosa orang-orang

yang berbuat jahat, sehingga yang didahulukan adalah maf’ul kedua ‫))ذنوبهم‬
daripada maf’ul pertama (‫)المجرمين‬. Bahkan fa’ilnya (lafad Allah) dimajhulkan,
ini juga berfaidah pengagungan terhadap dzat Allah, bahwa Dia tidak layak untuk
bertanya, karena Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu .
Secara berurutan, rangkaian ayat sebelum dan sesudahnya (al-Qashash :
76-82) bercerita tentang kesombongan Qarun yang begitu mengagung-agungkan
hartanya hingga ia melupakan Allah, hingga Allah memberi balasan dengan
membenamkannya bersama seluruh hartanya ke dalam bumi.

 Kaidah Kesembilan
“Kembalinya dlamir pada lafad yang menunjukkan dlamir itu mengacu
padanya”
Contoh :

‫العحدقلوا هقيو أيلقير ق‬


(8:‫ب حللتيلقيوى )المائدة‬
Dlamir kembali kepada ‫ العدل‬yang terkandung dalam lafad ‫اعدلوا‬

 Kaidah kesepuluh

15 Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwat al-Tafaasir, (Makkah: Maktabah al-Tijariyah, tth), Juz 2,
hlm. 446.

15
“Jika ada beberapa dlamir yang disebutkan berurutan maka pada asalnya
kembali pada satu rujukan”
Namun adakalanya dlamir-dlamir itu berbeda rujukannya untuk menjaga
keselarasan sebuah kalimat. Contoh:

‫لحتقلؤحمقنوا حبايلح يويرقسولححه يوتقيعنزقروهق يوتقيوقنقروهق يوتقيسبنقحوهق بقلكيرةن يوأي ح‬


(9:‫صأينل )الفتح‬

Ahli tafsir sepakat jika dlamir pada ‫تسبحوه‬ kembali pada Allah, tapi

mereka berbeda pendapat tentang kembalinya dlamir pada ‫توقروه‬ ‫ تعزروه و‬, ada
yang berpendapat bahwa dlamir ini kembali kepada Rasul, karena kedekatan
letaknya. Dan sebagian mereka berpendapat bahwa dlamir ini kembali kepada
Allah.16 Inilah pembahasan pokok dalam kaidah ini.

 Kaidah Kesebelas
“Pada umumnya dlamir tidak akan kembali pada jama’ ‘aqilat (jama’ taksir
untuk orang berakal) kecuali dengan bentuk jama’ pula, baik yang
menunjukkan makna sedikit ataupun banyak”17
Contoh :

(233:‫ضلعين أيلويليدهقين يحلوليليحن يكاحمليليحن )البقرة‬ ‫يوالليوالحيدا ق‬


‫ت يقلر ح‬
Namun adakalanya berbentuk mufrad seperti:

‫ت تيلجسحري حمسلن تيلحتحيهسا الليلنيهساقر‬


َ‫ققلل أيقؤنيبنئققكلم بحيخليبر حملن يذلحقكلم لحليحذيين اتيقيلوا حعلنيد يربنحهسلم يجينسا ر‬
‫صيرَر حباللحعيباحد‬ ‫اح يو ي‬
‫ا ق بي ح‬ ‫ضيوارَن حمين ي‬ ‫يخاالححديين حفييها يوأيلزيوارَج قم ي‬
‫طهييرةرَ يوحر ل‬
.(15 : ‫)آل عمران‬
‫أزواج مطهرة‬ bukan ‫مطهرات‬ ‫أزواج‬

16 Khalid al-Sabti, Qawaid al-Tafsir, (Kairo : Dar Ibni Affan, 1421 H.), hlm.415.
17 Jama’ taksir (bentuk kata yang menunjukkan arti banyak dan tidak sesuai dengan bentuk
mufrodnya) ada dua macam :1) jam’ al-qillah yaitu bentuk jama’ untuk jumlah yang sedikit (3-10);
2) jam’ al-katsroh yaitu bentuk jama’ untuk jumlah yang tidak terbatas banyaknya. Selengkapnya
lihat : Syaikh Mushthafa Ghalayiny, Jami’ ad-Durus al-Arabiyyah, (Cet. Ke 21; Beirut : al-
Maktabah al-‘Ashriyyah, 1986), Juz 2, hlm. 28-44.

16
Adapun untuk ghairu ‘aqil (tidak berakal), pada umumnya dlamir untuk
jama’ katsroh adalah bentuk mufrad, dan untuk jama’ qillah dlamirnya berbentuk
jama’. Contoh:

‫ت‬
‫ق اليسسسيمايوا ح‬ ‫ب ي‬
‫احسس ييسسلويم يخاليسس ي‬ ‫احسس الثنيسسا يعيشسسير يشسسلهنرا فحسسي حكتيسسا ح‬ ‫إحين حعسسيدةي اليَشسسقهوحر حعلنسسيد ي‬
‫ك السسنديقن اللقيينسسقم فييل تي ل‬
‫ظلحقمسسوا حفيحهسسين أيلنفقيسسسقكلم يوقيسساتحقلوا‬ ‫ض حملنهيسسا أيلربييعسسةرَ قحسسقررَم يذلحسس ي‬
‫يوالليلر ي‬
(36:‫اي يميع اللقمتيحقيين )التوبة‬
‫اللقملشحرحكيين يكافيةن يكيما يقيقاتحقلونيقكلم يكافيةن يوالعليقموا أيين ي‬
Dlamir ‫ منهسسا‬dengan bentuk tunggal kembali pada ‫الشسسهور‬, yang

menunjukkan bilangan yang banyak. Kemudian pada ayat ‫ فل تظلموا فيهن‬dlamir


jama’ kembali pada ‫حرم‬ ‫ أربعة‬, yang menunjukkan bilangan yang sedikit.

III. PENUTUP
Sebenarnya masih banyak pembahasan tentang kaidah dlamir ini, semakin
digali, semakin melimpah sumber ilmu yang mengalir dari al-Qur’an. Namun
karena keterbatasan penulis, maka penulis cukupkan sampai disini. Semoga yang
sedikit ini bisa memberi banyak manfaat untuk pembaca, dan khususnya untuk
diri penulis sendiri.
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dlamir adalah istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama,
kata ganti orang kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga tunggal,
sehingga dlamir menempati posisi kata yang digantikannya.
2. Diantara beberapa faidah dlamir yaitu: untuk meringkas
(ikhtishar), menunjukkan keagungan(fakhamah), untuk penghinaan
(tahqir), untuk menguatkan (ta’kid).
3. Pada dasarnya dlamir harus mempunyai rujukan yang kembali
kepadanya. Dan pada asalnya setiap dlamir merujuk pada isim dhahir

17
yang telah disebutkan sebelumnya dan menempati posisi yang terdekat
dengan dlamir tersebut, sesuai dari segi tadzkir dan ta’nitsnya, jama’
dan mufradnya, serta sesuai maknanya. Namun, paling tidak ada 11
kaidah dalam al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah umum tersebut.
Hal ini menunjukkan ketinggian bahasa al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anfas, Abu Ibrahim dkk, al-Mu'jam al-Wasith, (Beirut : Dar al-


Fikr, tth.).
2. al-Ghalayiny, Syaikh Mushthafa, Jami’ ad-Durus al-Arabiyyah,
(Beirut : al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 1986).
3. Munawwir , Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, (Surabaya :
Pustaka Progresif, 1997).
4. al-Maidani, Abdurrahman, al-Balaghah al-Arabiyyah, (Jeddah :
Dar al-Basyir, 1996), Juz 1.
5. al-Sabti, Khalid, Qawaid al-Tafsir, (Kairo : Dar Ibni Affan, 1421
H.).
6. as-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an,
(Kairo : Dar al-Turats,tth.).
7. Al-Shabuni, Muhammad Ali, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Beirut : Darul
Fikr, tth.).
8. --------------, Shafwat al-Tafasir, (Makkah: Maktabah al-Tijariyah,
tth.).
9. al-Zarkasyi, Badruddin Muhammad, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an,
(Kairo : Dar al-Hadits, 2006) .

18
19

Anda mungkin juga menyukai