Anda di halaman 1dari 9

Neo-modernisme

Berawal pada era cenderung


70an
Menjadi babak baru memposisikan Islam
pemikiran keislaman sebagai sistem dan
masyarakat indonesia
tatanan nilai yang
harus dibumikan
selaras dengan tafsir
Digerakkan oleh serta tuntutan zaman
Nurkholis yang makin dinamis
Madjid
Neo-modernisme

Watak pemikirannya
yang inklusif, moderat, dan plural menggiringnya untuk
membentuk sikap keagamaan
yang menghargai timbulnya perbedaan. Tentu saja dengan
tetap menggunakan bingkai
pemikiran keislaman yang viable, murni dan tetap
berpijak kukuh pada tradisi.
Pembaruan Cak Nur menyentuh wilayah yang luas, baik itu
persoalan keagamaan, sosial-politik, bahkan masalah
pendidikan.
vvvv
IDENTIFIKASI NEO-MODERNISME

①merupakan ③merupakan kritik


gerakan kultural-
intelektual ②neo- sekaligus solusi atas pandangan
dalam rangka modernisme dua arus utama yaitu Islam
melakukan tradisionalis dan Islam
muncul sebagai
rekonstruksi modernis yang selalu berada
kelanjutan dari dalam pertarungan konseptual
internal pada umat usaha-usaha
Islam dengan yang nyaris tidak pernah usai.
merumuskan pembaruan yang
kembali warisan telah dilakukan
Islam secara lebih kelompok
utuh, modernis ④merupakan
komprehensif, terdahulu. wacana awal gerakan
kontekstual dan modernisasi dalam arti
universal rasionalisasi, yaitu merombak
cara kerja
lama yang tidak aqliyah.
Post-Tradisionalisme
• Istilah postra kali pertama muncul ketika ISIS
(Institute for Social and Institutional Studies),
sebuah LSM yang dikelola anak-anak muda
NU di Jakarta, menyelenggarakan sebuah
diskusi untuk mengamati munculnya gairah baru
intelektual di kalangan anak muda NU pada
Maret 2000 di Jakarta. Gema dari wacana ini
terus meluas terutama setelah LKIS menjadikan
postra sebagai landasan ideologisnya dalam
strategis planning pada Mei 2000 di Kaliurang
Yogyakarta.
• Tradisi baru ini biasanya diikuti dengan
liberalisasi pemikiran yang seringkali berisi
gugatan terhadap tradisinya sendiri (ego, al-ana)
maupun tradisinya orang lain (the others, al-
akhar). Spirit utama yang senantiasa menggelora
dalam setiap aktifitas intelektual komunitas
postra adalah semangat untuk terus menerus
mempertanyakan kemapanan doktrin dan tradisi,
berdasar nilai-nilai etis yang mereka peroleh
setelah bergumul dengan berbagai tradisi
keilmuan, baik melalui kajian, penelitian,
maupun penerbitan buku dan jurnal.
• Satu hal yang perlu dicatat, gerakan intelektual tersebut
berangkat dari kesadaran untuk melakukan revitalisasi
tradisi, yaitu sebuah upaya untuk menjadikan tradisi
(turast) sebagai basis untuk melakukan transformasi. Dari
sinilah komunitas postra bertemu dengan pemikir Arab
modern seperti Muhammad Abed al-Jabiri dan Hassan
Hanafi yang mempunyai apresiasi tinggi atas tradisi
sebagai basis transformasi. Dengan demikian,
posttradisionalisme Islam menjadikan tradisi sebagai
basis epistimologinya, yang ditransformasikan secara
meloncat, yakni pembentukan tradisi baru yang berakar
pada tradisi miliknya dengan jangkauan yang sangat jauh
untuk memperoleh etos progresif dalam transformasi
dirinya.
FUNDAMENTALIS
istilah ini seringkali digunakan untuk menggeneralisasi beragam gerakan
Islam yang
muncul dalam satu tarikan nafas kebangkitan Islam (Islamic revival).

Fenomena fundamentalisme yang tidak hanya


dipahami sebagai sebuah gejala agama, sosial,
budaya dan bahkan politik ini, juga dapat dilihat
dalam perspektif kelompok fundamentalisme dalam
Islam.
ideologi gerakan yang direfleksikan dengan jihad untuk membela agama
dan mempertahankan keyakinan agama dengan militansi yang kuat

kelompok ini meniscayakan relasi harmonis antara agama dan


negara, dengan mengusung formalisasi syariat Islam, isu negara
Islam, mempertanyakan konsep dan gerakan gender serta
simbol-simbol keagamaan lainnya.

ideologi

Pandangan yang stigmatis terhadap Barat, terutama Amerika


yang tidak hanya dianggap sebagai monster imperialis tetapi
juga sebagai the great satan.

mendeklarasikan perang terhadap paham sekuler dan


setumpuk isme berbau Barat.
Secara terminologis, fundamentalisme diidentikkan
sebagai kelompok Islam tradisionalis, yang secara historis
juga disebut sebagai kelompok konservatif, merupakan
sebutan lain kelompok revivalis yang muncul pada abad ke-
18 dan 19 di Arab, India dan Afrika.Gerakan ini pada
umumnya muncul secara orisinal dari dunia Islam, bukan
merupakan reaksi terhadap barat, kendati dalam gejala
serupa ada yang menunjukkan bahwa kasus revivalisme
Islam menemukan momentum tepat sebagai respon
terhadap merosotnya nilai-nilai agama akibat kultur
yang baratsentris.

Anda mungkin juga menyukai