Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN

PELAKU DOSA BESAR


Dosen Pengampu: Ahmad Syaerozi,M.H

Oleh:

DEWI SULISTYAWATI [2102605131]

ZAINUL MAJDI [2102605131]

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI (IAIH)

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

A. PENDAHULUAN .........................................................................................................

1. Latar Belakang..........................................................................................................

2. Rumusan Masalah.....................................................................................................

B. PEMBAHASAN.............................................................................................................

1. Aliran Khawarij........................................................................................................

2. Aliran Murji’ah.........................................................................................................

3. Aliran Mu’tazilah......................................................................................................

4. Aliran Asy’ariyah.....................................................................................................

5. Aliran Maturidiyah

C. PENUTUP......................................................................................................................

1. Kesimpulan ..............................................................................................................

2. Saran ........................................................................................................................
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ilmu kalam sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari sesutau agama. Di
dalam ilmu kalam itu terdapat sub bahasan yang tentang perbandingan antar aliran-aliran serta
ajaran-ajarannya. Dari perbandingan antar aliran ini, kita dapat mengetahui, menela’ah dan
membandingkan antar paham aliran satu dengan paham aliran lain. Sehingga kita memahami
maksud dari segala polemic yang ada.

2. Rumusan Masalah

1. Apa isi dari perbandingan Aliran Khawarij ?


2. Apa isi dari perbandingan Aliran Murji’ah ?
3. Apa isi dari perbandingan Aliran Mu’tazilah ?
4. Apa isi dari perbandingan Aliran Asy’aryiah ?
5. Apa isi dari perbandingan Aliran Maturidiyah ?
B. PEMBAHASAN

 Pelaku dosa besar

1. Aliran Khawarij

Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watak ekstremitas dalam memutuskan
persoalan-persoalan kalam. Ekstremitas diatas disamping didukung oleh watak kerasnya yang
dibangun oleh kondisi geografis gurun pasir, juga dibangun diatas dasar pemahaman tekstual
atas nash-nash Al-Qur’an dan Hadis. Tak heran jika aliran ini memiliki pandangan ekstrem pula
tentang status pelaku dosa besar. Aliran ini memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa tahkim, yaitu Ali, Mu'awiyah, Amr bin Al-Ash, Abu Musa Al-Asy’ari adalah kafir,
berdasarkan firman Allah pada surat al-Maidah ayat 44:

‫ومن لم يحكم بما انزل ال فأولئك هم الكافرون المائدة‬


Artinya: “Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”

Semua pelaku dosa besar (mur-takib al-kabirah), menurut semua subsekte khawarij,
kecuali Najdah adalah kafir dan akan disiksa di neraka selamanya. Lebih keras dari itu, subsekte
yang sangat ekstrem, Azariqah, bahkan menggunakan istilah yang lebih mengerikan dari kafir,
yaitu musyrik. Mereka memandang musyrik bagi umat Islam yang tidak mau bergabung ke
dalam barisannya. Adapun pelaku dosa besar dalam pandangan mereka telah beralih status
keimanannya menjadi kafir millah (agama), dan berarti ia telah keluar dari Islam, mereka kekal
dineraka bersama orang-orang kafir lainnya.

Drs. H. Yusran Asmuni. Ilmu Tauhid. Raja Grafindo Persada Jakarta: 1993.. hal. 154-155
Subsekte Najdah tidak jauh berbeda dari Azariqah. Apabila predikat musyrik
disandangkan oleh Azariqah kepada umat Islam tidak mau bergabung ke dalam kelompok
mereka, predikat yang sama disandang pula Najdah kepada siapa pun dari umat Islam yang
secara berkesinambungan mengerjakan dosa kecil. Sama halnya dengan dosa besar, apabila tidak
dilakukan secara kontinu, pelakunya tidak dipandang musyrik, tetapi kafir jika dilaksanakan
akan menjadi musyrik.

Walaupun secara umum subsekte aliran Khawarij sependapat bahwa pelaku dosa besar
dianggap kafir, tetapi masing-masing berbeda pendapat tentang pelaku dosa besar yang diberi
predikat kafir. Bagi subsekte Al-Muhakimat, Ali, Mu’awiah, kedua pengantarnya (Amr bin Al-
Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari) dan semua orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan
menjadi kafir. Selanjutnya, hukum kafir ini mereka luaskan artinya sehingga termasuk ke
dalamnya tiap orang yang berbuat dosa besar. Berbuat zina, membunuh sesama manusia tanpa
sebab, dan dosa-dosa besar lainnya membuat pelakunya keluar dari Islam.

Berbeda dengan pandangan subsekte Al-Azariqah. Bagi subsekte ini yang dianggap kafir
tidak hanya orang-orang yang telah melakukan perbuatan zina, membunuh, dan sebagainya,
tetapi juga semua orang Islam yang tidak sepaham dengannya, tetapi tidak mau berhijrah ke
dalam lingkungan mereka juga dipandang kafir, bahkan musyrik. Dengan kata lain, orang Al-
Azariqah yang tinggal diluar lingkungan mereka dan tidak mau pindah ke daerah kekuasaan
mereka dipandang musyrik.

Pandangan yang berbeda dikemukakan subsekte An-Najdat. Subsekte ini berpendapat


bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal di dalam neraka hanya orang Islam
yang tidak sepaham dengan golongannya. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar
akan mendapatkan siksaan di neraka, tetapi pada akhirnya akan masuk surge. Sementar itu,
subsekte As-Surifah membagi dosa besar ke dalam dua bagian, yaitu dosa yang ada sanksinya di
dunia, seperti meninggalkan shalat dan puasa. Orang yang berbuat dosa kategori pertama tidak
dipandnag kafir. Hanya orang yang melaksanakan dosa kategori kedua yang menjadi kafir.

2. Aliran Murji’ah

Pandangan aliran Murji’ah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari definisi
iman yang dirumuskan menurut versi mereka. Karena tiap-tiap subsekte Murji’ah berbeda
pendapat dalam merumuskan definisi iman, pandangan tiap-tiap subsekte tentang status pelaku
dosa besar pun berbeda pula.

Secara garis besar, sebagaimana telah dijelaskan, subsekte Khawarij dapat dikategorikan
dalam dua kategori ekstrem dan moderat. Untuk memilah subsekte yang ekstrem atau moderat,
Harun nasution berpendapat bahwa subsekte murji’ah yang ekstrem dan mereka yang
berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan tidak
selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan
dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti telah menggeser atau
merusak keimanannya. Bahkan keimanannya masih sempurna dimata Tuhan. Adapun murji’ah
moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir.
Meskipun disiksa dineraka, ia tidak kekal didalamnya, bergantung pada ukuran dosa yang
dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia
bebas dari siksa neraka.

Diantara kalangan Murji’ah yang berpendapat serupa diatas adalah subsekte Al-Jahmiah, As-
Salihiah, dan Al-Yunusiah. Mereka berpandangan bahwa iman adalah tasdiq secara kalbu atau
dengan ungkapan lain ma’rifah (mengetahui) Allah dengan kalbu; bukan secara demonstratif,
baik dalam ucapan maupun tindakan. Oleh karena itu, jika telah beriman dalam hatinya,
seseorang dipandang tetap sebagai seorang mukmin sekalipun menampakkan tingkah laku
seperti Yahudi atau Nasrani. Hal ini disebabkan oleh keyakinan Murji’ah bahwa iqrar dan amal
bukan bagian daripada iman. Kredo kelompok Murji’ah ekstrem yang terkenal adalah perbuatan
maksiat tidak dapat menggugurkan keimanan, sebagaimana ketaatan tidak dapat membawa
manfaat bagi kekufuran. Dapat disimpulkan bahwa Murji’ah ekstrem memandang pelaku dosa
besar tidak akan disiksa di neraka.

Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku
dosa besar tidak menjadi kafir. Meskipun ia akan disiksa di neraka, tetapi tidak kekal dan
bergantung pada ukuran dosa yang dilakukannya. Meskipun demikian, masih terbuka
kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksa neraka.
Diantara subsekte Murji’ah yang dimasukkan ke dalam kategori ini adalah Abu Hanifah dan
pengikutnya. Pertimbangannya, pendapat Abu Hanifah tentang pelaku dosa besar dan konsep
iman tidak jauh berbeda dengan kelompok Murji’ah moderat lainnya. Ia berpendapat bahwa
pelaku dosa besar masih tetap mukmin, tetapi dosa yang diperbuatnya bukan berarti tidak
berimplikasi. Andaipun masuk neraka karena Allah menghendakinya, ia tidak akan kekal
didalamnya.

3. Aliran Mu'tazilah

Kemunculan aliran Mu’tazilah dalam pemikiran teologi Islam sesungguhnya diawali oleh
masalah yang kurang lebih sama dengan kedua aliran yang telah dijelaskan diatas, yaitu
mengenai status pelaku dosa besar; apakah masih beriman atau telah menjadi kafir.
Perbedaannya, bila Khawarij mengkafirkan pelaku dosa besar dan Murji’ah memelihara
keimanan pelaku dosa besar, Mu'tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti bagi
pelaku dosa besar, apakah tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan yang sangat terkenal,
yaitu al-manzilah bain manzi-latain. Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu'tazilah, berada
diposisi tengah diantara posisi mukmin dan posisi kafir. Jika pelakunya meninggal dunia dan
belum sempat bertaubat, ia akan dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya. Meskipun
demikian, siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang-orang kafir. Dalam
perkembangannya, beberapa tokoh Mu'tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amr bin Ubaid
memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik, bukan mukmin atau kafir, melainkan sebagai
kategori netral dan independen.

Mengenai perbuatan yang dikategorikan sebagai dosa besar, aliran Mu’tazilah tampaknya
merumuskan secara lebih konseptual daripada Aliran Khawarij. Menurut pandangan Mu’tazilah,
dosa besar adalah segala perbuatan yang ancamannya tidak tegas dalam nash. Tampaknya
Mu’tazilah menjadikan ancaman sebagai kriteria dasar bagi dosa besar ataupun kecil.

4. Aliran Asy’ariyah

Terhadap pelaku dosa besar, Al-Asy’ari sebagai wakil Ahl As-Sunnah menyatakan
pendiriannya dengan tidak mengafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahl-Al-Qiblah)
walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap
sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar.
Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini dibolehkan (halal)
dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.
Adapun balasan di akhirat kelak yang akan diperoleh bagi pelaku dosa besar, apabila ia
meninggal dan tidak sempat bertaubat, maka menurut Al-Asy’ari hal itu bergantung pada
kebijakan Tuhan Yang Maha Esa Berkehendak Mutlak. Tuhan bisa mengampuni dosanya atau
pelaku dosa besar itu mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW. Sehingga terbebas dari siksaan
neraka atau sebaliknya, Tuhan bisa memberinya siksa neraka sesuai dengan ukuran dosa yang
dilakukannya. Walaupun begitu, ia tidak akan kekal di neraka, seperti orang-orang kafir lainnya.
Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai, ia akan dimasukkan ke dalam surga. Dari paparan
singkat ini, jelaslah bahwa Asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan
Murji’ah, khususnya dalam pernyataan yang tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.

5. Aliran Maturidiyah

Aliran Maturidiyah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat menyatakan bahwa pelaku
dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Adapun balasan yang
diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. Jika ia
meninggal tanpa tobat terlebih dahulu, keputusannya diserahkan sepenuhnya pada kehendak
Allah SWT. Jika menghendaki pelaku dosa besar diampuni, ia akan memasukkan ke neraka,
tetapi tidak kekal didalamnya.

Berkaitan dengan persoalan ini, Al-Maturidi, peletak dasar aliran kalam Al-Maturidiah
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka,
walaupun ia meninggal sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan
memberikan balasan kepada manusia sesuai perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan
untuk orang yang berbuat dosa syirik. Berbuat dosa besar selain syirik tidak akan kekal di dalam
neraka. Oleh karena itu, perbuatan dosa besar (selain syirik) tidak menjadikan seseorang kafir
atau murtad. Menurut Al-Maturidi, iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, sedangkan amal
adalah penyempurnaan iman. Oleh karena itu, amal tidak akan menambah atau mengurangi
esensi iman, kecuali menambah atau mengurangi pada sifatnya.
C. PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Aliran Khawarij: semua pelaku dosa besar (mur-takib al-kabirah, menurut semua
subsekte Khawarij, kecuali Najdah adalah kafir dan siksa di neraka selamanya.
2. Aliran Murji’ah: secara garis besar, subsekte Khawarij dapa dikategorikan ke dalam dua
kategori, yaitu ekstrem dan moderat. Subsekte Murji’ah yang ekstrem adalah mereka
yang berpandangan bahwa iman terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan
tidak selamanya merupakan refleksi dari yang ada di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala
ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti telah
menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna di mata
Tuhan. Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat
bahwa pelaku dosa besar tidak menjadi kafir.
3. Aliran Mu’tazilah: Mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti bagi
pelaku dosa besar, apakah tetap mukmin atau telah kafir, kecuali dengan sebutan yang
sangat terkenal al-manzilah bain al-manzi-latain. Setiap pelaku dosa besar, menurut
Mu’tazilah berada di posisi tengah antara posisi mukmin dan posisi kafir. Jika meninggal
dunia dan belum sempat bertaubat, ia akan dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya.
Meskipun demikian, siksaan yang akan diterimanya lebih ringan daripada siksaan orang
kafir.
4. Aliran Asy’ariah: terhadap pelaku dosa besar, Al-Asy’ari menyatakan pendiriannya
dengan tidak mengafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahl Al-Qiblah)
walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka
masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun
berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya dengan menganggap
bahwa hal ini diperbolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang
telah kafir.
5. Aliran Maturidiyah: baik Samarkand maupun Bukhara, tampaknya sepakat menyatakan
bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya.
Balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada yang dilakukannya di dunia.
Jika ia meningggal dunia tanpa bertaubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkan
sepenuhnya pada kehendak Allah SWT. Jika menghendaki pelaku dosa besar itu
diampuni, Ia akan memasukkannnya ke neraka, tetapi tidak kekal didalamnya.

2.Saran

Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan
dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

DR. Abdul Rozak, M.Ag. dan DR. Rosihon Anwar, M. Ag, Ilmu Kalam,
http://www.academia.edu/9688789/Perbandingan_antar_aliran
DR. Abdul Rozal, M.Ag. dan DR. Rosihon Anwar, M. Ag, Perbandingan
Antar Aliran Dosa Besar, Bandung: Mizan.1993

Anda mungkin juga menyukai