Anda di halaman 1dari 16

HADITS MAUDHU’I TENTANG RUKUN ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas:

Mata Kuliah : Hadits Maudhu’i

Dosen pengampu : Zulkifli Lubis, MA.

Disusun Oleh :

Alfiyanti Rohmah 4715160220


Thenny Nanda Weninggalih 4715161616
Syahrulloh 4715162980
Avan Suranggeni 4715165113

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ajaran Islam terdapat beberapa pokok ibadah yang dibangun atas lima dasar,
yaitu rukun islam, yang terdiri dari syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Rosul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa ramadhan, dan berhaji ke
Baitullah. Kelima hal tersebut merupakan ciri ibadah seorang muslim yang membedakan
dengan umat beragama lainnya. Ibarat sebuah rumah, rukun islam merupakan tiang-tiang atau
penyangga bangunan keislaman seseorang. Di dalamnya tercakup hukum-hukum islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Rukun Islam merupakan pelatihan bagi orang
mukmin menuju keridhaan Allah dan landasan operasional dari rukun iman. Belum cukup
dikatakan beriman hanya dengan mengerjakan rukun islam tanpa ada upaya untuk
menegakannya. Ketaatan seorang muslim dalam melaksanakan rukun Islam akan
menggambarkan kadar cinta mereka terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga
mempelajari pokok-pokok ajaran tersebut merupakan awal dari upaya muslim dalam
meningkatkan kualitas ibadah sehari-hari.

Penggunaan metode maudhu’i diharapkan dapat menjawab permasalahan yang


timbul. Prosedur kerja metode ini adalah mengambil berbagai hadis-hadis yang representatif
dari seluruh hadis yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah
kurangnya dalam segi penegakan rukun islam sehingga terlihat kurangnya kadar kecintaan
terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menambah perbendaharaan hadis.
2. Meningkatkan aktivitas ibadah sehari-hari dan mengatasi masalah yang ada
3. Mempelajari tafsir dari hadist tentang rukun Islam.

D. Manfaat Penulisan Makalah

2|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat menyelesaikan tugas Tafsir Maudhui.
2. Dapat menjawab permasalahan yang ada dengan metode tafsir maudhu’i.
3. Dapat memerapkan metode tafsir maudhu’i.

3|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rukun Islam


Rukun Islam artinya pokok-pokok ajaran Islam. Seorang muslim harus mengamalkan
pokok-pokok ajaran islam tersebut. pokok –pokok ajaran islam itu iyalah mengucapkan
syahadat, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan,
dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Kelima pokok ajaran islam tersebut tidak
boloh ditinggalkan.1
Siapa saja yang mengerjakan semua rukun Islam secara sempurna termasuk muslim
yang sempurna. Sebaliknya, siapa saja yang meninggalkan semua rukun Islam tergolong kafir
sejati. Sementara itu, siapa saja yang mengingkari salah satu dari lima rukun tersebut –
menurut kesepakatan ulama– bukanlah muslim. Siapa saja yang meyakini semua rukun Islam
lalu tidak melakukan salah satu dari rukun tersebut –selain syahadat– karena malas disebut
fasik. Siapa saja yang mengerjakan beberapa rukun Islam, namun mereka mengakui bahwa
mereka telah melakukan semuanya, dinamakan munafik.2

B. Hadis-hadis Terkait Rukun Islam


1. Hadis riwayat Imam Muslim di awal kitab Al-Îmân, nomor 8; Imam Tirmizi dalam
kitab Al-Îmân, nomor 2738; Abu Daud dalam kitab As-Sunnah, bab “Fi al-Qadr”, nomor
4695; Nasa’I dalam kitab Al-Îmân, bab Na’tu al-Islâm” (8/97).3

1
Mawaddah, Nurul, Rukun Islam, Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero), hlm. 1
2
Al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah (PT.
Mizan Publika), 2007, hlm. 20
3
Al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah (PT.
Mizan Publika), 2007, hlm. 9

4|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


Telah menceritakan kepadaku Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb telah
menceritakan kepada kami Waki’ dari Kahmas dari Abdullah bin Buraidah
dari Yahya bin Ya’mar. (Dalam riwayat lain disebutkan) dan telah
menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu’adz al ‘Anbar dan ini
hadisnya, telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan
kepada kami Kahmas dari Ibnu Buraidah dari Yahya bin Ya’mar dia berkata,
“Orang yang pertama kali membahas takdir di Basyrah adalah Ma’bad al
Juhani, maka aku dan Humaid bin Abdurrahman al Hinyari bertolak haji atau
umrah, maka kami berkata, seandainya kami bertemu dengan salah satu
sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam maka kami akan bertanya
kepadanya tentang sesuatu yang mereka katakan berkaitan dengan takdir.’
Maka Abdullah bin Umar diberikan taufik (oleh Allah) untuk kami, sedangkan
dia masuk masjid. Lalu aku dan temanku menghadangnya. Salah seorang dari
kami di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya lalu aku mengira
bahwa temanku akan mewakilkan pembicaraanku, maka aku berkata,’Wahai
Abu Abdurrahman, sesungguhnya nampak dihadapan kami suatu kaum

5|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


membaca al-Qur`an dan mencari ilmu lalu mengklaim bahwa tidak ada
takdir, dan perkaranya adalah baru (tidak didahului oleh takdir dan ilmu
Allah).’ Maka Abdullah bin Umar menjawab, ‘Apabila kamu bertemu orang-
orang tersebut, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa saya berlepas diri
dari mereka, dan bahwa mereka melepas diri dariku. Dan demi Dzat yang
maha hamba Allah bersumpah denganNya, kalau seandainya salah seorang
dari kalian menafkahkan emas seperti Gunung Uhud, niscaya sedekahnya
tidak akan diterima hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruk.’ Dia
berkata, ‘Kemudian dia mulai menceritakan hadis seraya berkata, ‘Umar bin
al-Khathtab berkata, ‘Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya
sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas
perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia
mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam lalu
menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam,
kemudian ia berkata, ‘Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang
Islam?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawa: ‘Kesaksian bahwa
tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusanNya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan
puasa Ramadan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian
kepadanya.’ Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Umar berkata, ‘Maka kami kaget
terhadapnya karena dia menanyakan dan membenarkannya.’ Dia bertanya
lagi, ‘Kabarkan kepadaku tentang iman itu?’ Beliau menjawab: ‘Kamu
beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya,
hari akhir, dan takdir baik dan buruk.’ Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Dia
bertanya ‘Kabarkan kepadaku tentang ihsan itu?’ Beliau menjawab: ‘Kamu
menyembah Allah seakan-akankamu melihatNya maka jika kamu tidak
melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.’ Dia bertanya lagi,
‘Kapankah hari akhir itu?.’ Beliau menjawab: ‘Tidaklah orang yang ditanya
itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.’ Dia bertanya, ‘Lalu
kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?’. Beliau menjawab: ‘Apabila
seorang budak melahirkan anak tuannya, dan kamu melihat orang miskin
yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun
bermegah-megahan dalam membangun bangunan.’ Kemudian dia bertolak

6|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; ‘Wahai Umar,
apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?.’ Aku menjawab, ‘Allah dan
RasulNya lebih tahu’ Beliau bersabda:, ‘Itulah Jibril, dia mendatangi kalian
untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian’” (HR.
Muslim)4

a. Kedudukan Hadis
Ibnu Daqiq Al-Id berkata, hadis itu merupakan hadis yang istimewa. Ia mengandung
semua taklîf yang bersifat lahir dan batin. Semua kajian ilmu syariah merujuk kepadanya
karena ia mencakup semua ilmu yang berkaitan dengan ilmu sunnah. Hadis ini berkedudukan
sebagai induk dari hadis-hadis lain seperti surat Al-Fatihah yang dikenal sebagai Ummu Al-
Qur’an (Induk Al-Qur’an) karena ia mencakup semua kandungan Al-Qur’an.
Hadis ini termasuk hadis mutawatîr karena diriwayatkan oleh delapan orang sahabat yang
mulia, yaitu Abu Hurairah, Umar, Abu Dzar, Anas, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu ‘amir Al-
Asy’ari, dan Jarir al-Jabali radhiyallahu ‘anhuma.
b. Pesan-pesan Hadis yang berkaitan dengan Rukun Islam
1) Pengertian Islam. Secara bahasa, Islam berarti tunduk dan pasrah kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Menurut istilah syara’, Islam berdiri di atas lima dasar, yaitu
menyatakan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
rasul Allah Subhanahu Wa Ta’ala; mendidikan salat pada waktunya dengan syaratdan
rukun yang sempurna serta dilengkapi dengan sunah dan adab saat; mengeluarkan
zakat; berpuasa pada bulan Ramadan; menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup
bagi orang yang mampu melakukannya serta memiliki bekal yang cukup untuk
diperjalanan dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkannya.
2) Islam dan iman bagaikan satu tubuh. Islam dan iman merupakan kedua hal yang
berbeda baik dari segi bahasa maupun istilah. Pada dasarnya jika berbeda nama, tentu
berbeda makna. Meskipun demikian, kedudukannya sebaliknya. Keduanya saling
melengkapi. Iman menjadi sia-sia tanpa Islam, demikian sebaliknya.5

4
Vandestra, Muhammad, Kitab Hadist Shahih Muslim Ultimate, Dragon Promedia, 2017, hlm. 6-8
5
Al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah (PT.
Mizan Publika), 2007, hlm.9-14

7|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


2. Hadits riwayat Imam Al-Bukhari dalam kitab al-Îmân, bab Îmân wa Qaulu an-Nabî
Buniya al-Islâmu ‘ala Khamsin (Iman dan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Islam dibangun di atas lima perkara.”), nomor 8; Shahih Muslim pada kitab al-Îmân, bab
“Bayanu arkâni al-Islâmi…” (Penjelasan tentang Rukun Islam dan tiang-tiangnya yang
agung,…) nomor 16; Imam Tirmidzi dalam kitab al-Îmân, bab “Mâ Ja’a di Buniya al-
Islâmu…”, nomor 2612; Nasa’I dalam kitab al-Îmân, bab “’Ala Kam Buniya al-Islâmu”,
(7/107); Ahmad dalam kitab Al-Musnad, (2/26, 93,120).6

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu
berkata; Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, mengerjakan haji ke Baitullah dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”
(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim7)

a. Kedudukan Hadits
Hadis tentang rukun Islam ini menjadi salah satu pondasi Islam dan intisari hukum
Islam. Hadis ini mengandung pengetahuan tentang agama dan segala hal yang berkaitan
dengannya sekaligus sebagai intisari rukunnya. Selain di dalam hadis ini, rukun Islam juga
dijelaskan dalam Al-Qur’anul Karim.8
b. Pemahaman Hadits

6
Al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah (PT.
Mizan Publika), 2007, hlm. 15-16
7
Al-Bugha, Musthafa, Muhyiddin Mistu, Al-Wafi: Syarah Hadits Arba'in Imam Nawawi, terj. Iman Sulaiman,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008, hlm. 17
8
Al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah (PT.
Mizan Publika), 2007, hlm. 16

8|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


1) Bangunan Islam. Rasulullah menyerupakan Islam yang beliau bawa –yang mengeluarkan
manusia dari kekufuran kepada keimanan sehingga dia berhak masuk surga dan dijauhkan
dari neraka– dengan sebuah bangunan yang kokoh, yang tegak di atas pondasi yang
kokoh pula. Dijelaskan bahwa kaihdah-kaidah yang kokoh ini terdiri dari :
a) Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Maknanya membenarkan keberadaan Allah dan keesaannya dan membenarkan
kenabian Muhammad Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dan risalahnya. Rukun ini
bagaikan pondasi bagi rukun-rukun yang lain. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda,

“Saya diutus untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Nabi bersabda,

“Barangsiapa yang mengatakan Laa ilaha illallah dengan penuh keikhlasan,


dia akan masuk surge.” (Hadis shahih diriwayatkan oleh Al-Bazar).

b) Mendirikan shalat. Yang dimaksud dengan menjaga dan mendirikan shalat adalah
mengerjakan pada waktunya, menunaikan dengan menyempurnakan syarat-syarat dan
rukun-rukunnya, memperhatikan Sunnah dan adab-adabnya. Sehingga shalat yang
dikerjakan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah,

ۗ ‫َّللا ِ أ اكْ ب ا ُر‬


َّ ‫ او أ اق ِ ِم ال صَّ اَل ة ا ۖ إ ِ َّن ال صَّ اَل ة ا ت انْ ها ٰى عا ِن ا لْ ف ا ْح ش اا ِء او ا لْ ُم نْ ك ِار ۗ او ل ا ِذ كْ ُر‬...
ْ ‫َّللا ُ ي ا ع ْ ل ا مُ ام ا ت ا‬
‫ص ن ا ع ُ و ان‬ َّ ‫او‬

“…dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-


perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-Ankabut:45)

Shalat adalah syiar seorang muslim dan tanda seorang mukmin, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Pembeda antara seorang laki-laki dengan
syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat.” (Riwayat Muslim dan yang lainnya).

Beliau juga bersabda,

“Shalat adalah tiang agama.” (Hadits Hasan riwayat Abu Nu’aim)

9|Hadits Maudhu’I tentang Rukun Islam


c) Mengeluarkan zakat: Yaitu mengeluarkan jumlah tertentu dari harta –orang yang telah
memiliki nishab (jumlah minimal yang menyebabkan pemiliknya wajib membayar zakat,
seperti jika memiliki harta senilai 85 gram emas atau memiliki hasil panen sebanyak 653
kg beras) dan memenuhi syarat wajib zakat yang lainnya- kepada fakit miskin dan
mustahiq lainnya. Allah Ta’ala berfirman dalam menyifati orang-orang mukmin,
‫لزكاا ِة فاا ِعلُونا‬
َّ ‫اوالَّ ِذينا ُه ْم ِل‬

“Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (Al-Mukminun: 4)

ٌّ ‫او ا ل َّ ِذ ي ان ف ِ ي أ ا ْم او ا لِ ِه ْم اح‬
‫ق ام عْ ل ُ وم‬

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.” (Al-


Ma’arij: 24)

Zakat merupakan ibadah Maliyah (ibadah dengan harta) untuk mewujudkan keadilan
sosial dan mengentaskan kemiskinanl, menyebarkan kasih sayang, solidaritas, dan saling
menghormati di antara kaum muslimin.

d) Haji, yakni pergi ke Masjidil Haram pada bulan-bulan haji, yaitu pada bulan Syawal,
Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Mengerjakan semua cara
ibadah yang dijelaskan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Haji merupakan
ibadah Maliyah dan badaniyah (fisik) yang mewujudkan manfaat yang banyak bagi
individu dan masyarakat. Di samping itu, ia merupakan muktamar muslim sedunia dan
momentum yang paling agung bagu pertemuan seluruh kaum muslimin dari berbagai
penjuru dunia.
Allah Ta’ala berfirman,

ٍّ ‫اًل او ع ا ل ا ٰى ك ُل ِ ضا ا ِم ٍّر ي ا أ ْت ِ ي ان ِم ْن ك ُل ِ ف ا ج‬ ‫اس ب ِ ا ل ْ اح ج ِ ي ا أ ْت ُو اك ِر اج ا‬ ِ َّ ‫او أ اذ ِ ْن ف ِ ي ال ن‬


ٍّ ‫َّللا ِ ف ِ ي أ اي َّ ا ٍّم ام ع ْ ل ُ و ام ا‬
‫ت عا ل ا ٰى ام ا‬ َّ ‫عا ِم ي قٍّ لِ ي ا شْ ها دُوا ام ن ا ا ف ِ اع ل ا هُ ْم او ي ا ذ ْ ك ُ ُر وا ا سْ ما‬
‫اْل انْ ع ا ا ِم ۖ ف ا ك ُ ل ُ وا ِم نْ ها ا او أ اطْ ِع ُم وا ا لْ ب ا ا ئ ِ ا‬
‫س ا ل ْ ف ا قِ ي ار‬ ْ ِ‫ار از ق ا هُ ْم ِم ْن ب ا ِه ي ام ة‬
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengandarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka
menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut
nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah
berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian

10 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m
daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara lagi fakir.” (Al-Hajj: 27-28)
Oleh karena itu pahala haji sangat besar sekali sebagaimana sabda Rasulullah, “Haji
mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.” Allah mewajibkan syariat haji pada
tahun ketujuh Hijriah dengan firman-Nya.
‫ت ام ِن ا سْ ت اط ا ا ع ا إ ِ ل ا يْ هِ سا ب ِ ا‬
... ‫يَل‬ ِ ْ‫ج ا لْ ب ا ي‬ ِ َّ ‫ّلِل ِ ع ا ل ا ى ال ن‬
ُّ ‫اس ِح‬ َّ ِ ‫ او‬...
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali
Imran[3]: 97)
e) Puasa Ramadhan. Ia diwajibkan pada tahun kedua hijriah dengan firman-Nya,

‫اس ه ُ داى ا لْ ق ُ ْر آ ُن ف ِ ي ِه أ ُنْ ِز لا ا ل َّ ِذ ي ار ام ضا ا ان شا ْه ُر‬ ِ َّ ‫ت ل ِ ل ن‬ ٰ ‫ا ل ْ هُ د‬


ٍّ ‫اى ِم ان او ب ا ي ِ ن ا ا‬
‫اه دا ف ا ام ْن ۚ او ا لْ ف ُ ْر ق ا ا ِن‬
ِ ‫ف ا لْ ي ا صُ ْم ه ُ ال ش َّ ْه ار ِم نْ ك ُ مُ ش‬

“Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-


Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) pada bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Ibadah puasa adalah ibadah untuk mensucikan jiwa, meninggikan ruh dan
menyehatkan badan. Barangsiapa mengerjakannya dengan niat untuk menaati perintah
allah dan mengharapkan ridha-Nya, ia akan menjadi penghapus dosa dan memmasukkan
pelakunya ke dalam surga. Rasulullah bersabda,

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan


dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
2) Keterpaduan rukun-rukun Islam satu sama lainnya. Barangsiapa yang menunaikan
seluruh rukun Islam, maka akan memiliki keimanan yang sempurna, dan barang siapa
yang meninggalkan semuanya maka ia benar-benar kafir, barangsiapa yang mengingkari
salahsatunya, maka berdasarkan ijmak dia dipandang sebagai non-muslim. Barangsiapa
yang meyakini wajibnya semua rukun di atas, namun melalaikan salah satunya selain
syahadat, maka ia fasik dan barangsiapa yang mengamalkan dan mengakui dengan
ucapannya hanya sebagai basa-basi, maka ia adalah orang munafik.

11 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m
3) Tujuan ibadah. Tujuan ibadah dalam islam bakan hanya sekdar gerak dan bentuknya,
tetapi tujuan ibadah untuk mewujudkan tujuan dan maknanya serta mengamalkannya.
Maka, tidak manfaat shalat yang tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar, sebagai tidak bermanfaat puasa yang pelakunya tidak mmeninggalkan
perkataan dan perbuatan dusta. Juga tidak diterima haji dan zakat yang dikerjakan dengan
riya dan ingin dipuji. Ungkapan ini tidak dimaksudkan agar meninggalkan semua ibadah
jika ibadah tersebut tidak membuahkan hikma, tetapi yang dimaksud adalah sebagai
perintah untuk berbuat ikhlas dan mewujudkan semua tujuan ibadah.
4) Cabang iman. Semua perkara yang disebutkan dalam hadits di atas tidak
mempresentasikan ajaran islam secara keseluruhan, tetapi prnyebutannya adalah untuk
menunjukkan betapa pentingnya perkara-perkara di atas. Di samping itu, masih banyak
ajaran-ajaran islam yang lain. Rasulullah bersabda,

“Iman itu tujuh puluh sekian cabang.” (Al-Bukhari dan Muslim)

5) Hadits ini memberi pengertian bahwa Islam itu adalah akidah dan amal. Maka, tidak
manfaat amal tanpa iman sebagaimana iman tidak ada artinya tanpa amal.9

3. Hadits riwayat Shahih Bukhari pada kitab Iman, bab Shalat Lima Waktu aebagai
Salah Satu Rukun Islam

9
Al-Bugha, Musthafa, Muhyiddin Mistu, Al-Wafi: Syarah Hadits Arba'in Imam Nawawi, terj. Iman Sulaiman,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008, hlm. 17-21

12 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m
Thalhah bin ‘Ubaidillah berkata: "Ada seseorang dari Najd datang kepada Nabi dalam
keadaan terurai rambutnya, lalu ia mendekat kepada Nabi sampai bisa didengar
dengung suaranya tetapi tidak dapat dimengerti apa yang ditanyakannya, tiba-tiba ia
bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah bersabda: 'Lima kali shalat dalam sehari
semalam. la bertanya lagi: Apakah ada kewajibanku selain itu? Nabi menjawab: "Tidak,
kecuali jika engkau mau shalat sunnah. Lalu Nabi bersabda: 'Dan puasa pada bulan
Ramadhan Orang itu bertanya lagi: Apakah ada lagi puasa yang wajib atasku selain itu?
Jawab Nabi : 'Tidak, kecuali lika engkau mau puasa sunnah. Kemudian Nabi
menerangkan kewajiban zakat. Maka ia bertanya: Apakah ada kewajiban selain itu?'
Jawab Nabi : Tidak, kecuali jika engkau mau bersedekah sunnah.' Orang itu pun pergi
sambil berkata: Demi Allah aku tidak akan melebihkan atau mengurangi dari itu.'
Kemudian Rasulullah bersabda: 'Sungguh bahagia ia jika (yang dikatakan itu) benar-
benar (dilakukan)". (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-2, Kitab Iman dan bab ke-
34, bab zakat sebagai rukun Islam)10

4. Hadits riwayat Bukhari pada Kitab ke-78, Kitab Adab dan bab ke-10, bab
keutamaan siaturahim

Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ada seorang Baduwi yang menghadang
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam di tengah jalan, lalu memegang kendali unta tunggangan
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan bertanya: ‘Ya Rasulullah, ceritakan kepadaku amal
yang bisa memasukkanku ke surga.’ Para sahabat bertanya-tanya: ‘Mengapa, mengapa
orang itu?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab: ‘Ada kepentingannya.’ Lalu Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab: ‘Hendaknya engkau menyembah Allah dan tidak
mempersekutukannya dengan apa pun, and mendirikan shalat, dan menunaikan
(mengeluarkan) zakat dan menjalin tali kekerabatan.’ Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi

10
Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad, Shahih Bukhari-Muslim, terj. Muhammad Ahsan bin Usman, Jakarta:
Kompas-Gramedia, 2017, hlm. 4

13 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m
Wasallam berkata padanya: ‘Lepaskan kendali unta itu.’” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada
Kitab ke-78, Kitab Adab dan bab ke-10, bab keutamaan siaturahim)11

5. Hadits riwayat Bukhari pada Ktab ke-24, Kitab Zkat dan bab ke-41, bab jangan
mengambil harta-harta yang berharga dari seseroang sebagai sedekah/zakat

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam
mengutus Mu’adz bin Habbal radhiyallahu ‘anhu ke Yaman, beliau berpesan: ‘Engkau
akan menghadapi orang-orang ahli kitab, karena itu hal pertama yang harus engaku
ajarkan kepada mereka adalah tauhid dalam beribadah kepada Allah, maka bila mereka
telah mengerti, beritahukan pada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam, dan bila mereka teah mengerjakan itu, sampaikan pada
mereka bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat harta untuk diberikan kepada
fakir miskin di antara mereka, maka bila mereka mentaati, maka terimalah dan berhati-
hatilah, jangan mengambil harta kesayangan mereka.’”(Dikeluarkan oleh Bukhari pada
Ktab ke-24, Kitab Zakat dan bab ke 41, bab jangan mengambil harta-harta yang berharga
dari seseroang sebagai sedekah/zakat )12

BAB III

KESIMPULAN

11
Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad, Shahih Bukhari-Muslim, terj. Muhammad Ahsan bin Usman, Jakarta:
Kompas-Gramedia, 2017, hlm. 6
12
Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad, Shahih Bukhari-Muslim, terj. Muhammad Ahsan bin Usman, Jakarta:
Kompas-Gramedia, 2017, hlm. 8

14 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m
Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai rukun Islam, maka dapat ditarik
kesimpulan:
1. Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan haji ke
Baitullah dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Rukun-rukun Islam satu sama lainnya itu
terpadu. Barangsiapa yang menunaikan seluruh rukun Islam, maka akan memiliki keimanan
yang sempurna, dan barang siapa yang meninggalkan semuanya maka ia benar-benar kafir,
barangsiapa yang mengingkari salahsatunya, maka berdasarkan ijmak dia dipandang sebagai
non-muslim. Barangsiapa yang meyakini wajibnya semua rukun di atas, namun melalaikan
salah satunya selain syahadat, maka ia fasik dan barangsiapa yang mengamalkan dan
mengakui dengan ucapannya hanya sebagai basa-basi, maka ia adalah orang munafik.
2. Ibnu Daqiq Al-Id berkata, hadis riwayat Imam Muslim di awal kitab Al-Îmân, nomor 8;
merupakan hadis yang istimewa. Ia mengandung semua taklîf yang bersifat lahir dan batin.
Semua kajian ilmu syariah merujuk kepadanya karena ia mencakup semua ilmu yang
berkaitan dengan ilmu sunnah. Hadis ini berkedudukan sebagai induk dari hadis-hadis lain
seperti surat Al-Fatihah yang dikenal sebagai Ummu Al-Qur’an (Induk Al-Qur’an) karena ia
mencakup semua kandungan Al-Qur’an. Hadis ini termasuk hadis mutawatîr karena
diriwayatkan oleh delapan orang sahabat yang mulia, yaitu Abu Hurairah, Umar, Abu Dzar,
Anas, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu ‘amir Al-Asy’ari, dan Jarir al-Jabali radhiyallahu
‘anhuma.

DAFTAR PUSTAKA

15 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m
Abdul Baqi, Muhammad Fu'ad, Shahih Bukhari-Muslim, terj. Muhammad Ahsan bin Usman, Jakarta: Kompas-
Gramedia, 2017, hlm. 4

Al-Bugha, Musthafa Dib, Al-Wafi fi Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, terj. Muzayin, Jakarta: Hikmah (PT.
Mizan Publika), 2007, hlm. 8

Al-Bugha, Musthafa, Muhyiddin Mistu, Al-Wafi: Syarah Hadits Arba'in Imam Nawawi, terj. Iman Sulaiman,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008, hlm. 17

Mawaddah, Nurul, Rukun Islam, Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero), hlm. 1

Vandestra, Muhammad, Kitab Hadist Shahih Muslim Ultimate, Dragon Promedia, 2017

16 | H a d i t s M a u d h u ’ I t e n t a n g R u k u n I s l a m

Anda mungkin juga menyukai