Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HADIS DHAIF

Disusun guna memenuhi tugas kuliah Ulumul Hadis


Dosen Pengampu : Ma’murotus Sa’adah,M.S.I.

Oleh :
Denny Prihartono (1808056106)
Richo Hartanto (1808056107)
Durotun Nikmah (1808056108)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,atas rahmat,inayah,karunia,dan


nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Sholawat
dan salam senantiasa kami curahkan kepada junjungan kita Nabi agung,Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa zaman Jahiliyah menuju ke zaman yang terang benderang.Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
membantu serta memberikan semangat motivasi yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini.Seperti pepatah tidak ada gading yang tak retak,maka makalah inipun juga tidak terlepas
dari kesalahan-kesalahan dari penyusun.Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun
semangat kami harapkan semoga di pembuatan makalah dapat menjadi lebih baik.Kami
berharap semoga makalah ini menjadi bermanfaat bagi kami secara khusus dan untuk rekan-
rekan pada umumnya.

\ Semarang,April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengetian Hadis Dhaif.....................................................................................................3
B. Macam-Macam Hadis Dhaif...........................................................................................4
C. Kemungkinan Hadis Dhoif Menjadi Hasan..................................................................19
D. Kehujjahan Hadis Dhaif................................................................................................19
E. Kitab-kitab yang Memuat Hadis Dhaif.........................................................................21
BAB III PENUTUP..................................................................................................................22
A. Kesimpulan...................................................................................................................22
B. Kritik dan Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu hadis merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofahi islam yang memang sudah
selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslim. Dewasa ini, begitu banyak opini umum
yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadis hanya cukup dipelajari oleh para
salafussholeh yang memang benar-benar memilki kredibilitas dalam ilmu agama sehingga
stigma ini membuat sebagian kaum muslim merasa tidak harus untuk mempelajari ilmu
hadis.

Hal ini tentu sangat tidak dibenarkan karena dapat membuat masyarakat muslim
menjadi kurang tsaqofah islamnya terutama dalam menjalankan sunnah-sunnah rosul.
Terlebih dengan keadaan saat ini dimana sangat bayak beredar hadis-hadis dhaif dan
hadis palsu yang beredar di tengah-tengah kaum muslim dan tentunya hal ini akan
membuat kaum muslimin menjadi pelaku bid’ah. Jika kaum muslim masih memandang
remeh tentang ilmu hadis ini maka tentu ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya bagi
aqidah kaumm muslimin dalam menjalankah sunnah rosul. Oleh karena itulah, perlunya
kita sebagai umat muslim memilki pengetahuan yang luas tentang ilmu hadis.

Seperti yang telah diketahui bahwa hadis dhaif adalah hadis yang lemah atau hadis
yang tidak memilki syarat-syarat hadis sahih dan hadis hasan.Dengan adanya khilafiah
atau perbedaan pendapat diantara para ulama,maka sangat perlulah kita sebagai umat
muslim mengetahui bagaimana cara kita bersikap dalam menghadapi hadis dhaif tersebut
karena hal ini akan langsung berkaitan dengan akidah dan ibadah-ibadah kita kepada
Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam hadis dhaif ?
2. Apa pengertian dan bentuk contoh masing-masing hadis dhaif tersebut ?
3. Apakah hadis dhoif dapat dijadikan hujjah?
4. Apa saja kitab-kitab yang memuat hadis dhaif?

1
2

C. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan bagi penyusun khususnya dan para
pembaca pada umumnya untuk :

1. Mengetahui pengetian hadis dhaif,dan macam-macam hadis dhaif


2. Mengetahui pengertian dan bentuk contoh masing-masing hadis dhaif tersebut
3. Untuk mengetahui apakah hadis dhoif dapat dijadikan hujjah atau tidak
4. Untuk mengetahui kitab-kitab yang memuat hadis dhaif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Hadis Dhaif


Menurut bahasa,dhaif memiliki arti lemah,lawan dari kata al-qowiy ‫ ) )القوي‬yang
berarti kuat.Jika digabung menjadi hadis dhaif,maka artinya hadis yang lemah atau hadis
yang tidak kuat.Sedangkan menurut istilah,para ulama memiliki beberapa pendapat
sendiri dalam perumusan dan pendefinisian tentang hadis dhaif.Akan tetapi dasar,isi,dan
maksudnya adalah sama.Berikut beberapa definisi dari beberapa ulama di bawah ini.

Menurut An-Nawawi,hadis dhaif adalah

‫صحِّحنة لولل حشحرسوطح اسلححسسنن‬


‫لماَللسم يلسجتلنمسع فنسينه حشحرسوطح ال ص‬

“Hadis yang tidak didapati syarat sahih dan tidak pula didapati syarat hasan”1

Menurut Nur Ad-Din 'Atr,hadis dhaif adalah:

‫ماَ فقدشرطاَمن شروط الحديث المقبول‬

"hadis yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadis maqbul (hadis sahih atau
hadis hasan)."2

Sedangkan menurut ulama lainnya,hadis dhaif adalah:

‫كل حديث لم يجتمع فيه صفاَت المقبول‬

"hadis yang di dalamnya tidak terkumpulnya sifat-sifat hadis maqbul."3

Pada definisi di atas,disebutkan secara jelas bahwa jika salah satu kriteria di
bawah terdapat di dalam suatu hadis , maka hadis tersebut termasuk hadis dhaif.Berikut
kriterianya :

a. Perawi-perawinya tidak dikenal adil,bahkan ada yang terkenal berdusta.

b. Tidak jelas keadaan riwayat itu

1
sohari sahrani,Ulumul Hadis,hal. 118
2
Ibid,hal. 118
3
Ibid,hal. 1

3
4

c. Tidak banyak jalan perawinya

d. Terdapat `illat dan syudzudz (cacat dan keganjilan)

Hadis dhaif sangat banyak macamnya, masing-masing memiliki derajat yang


berbeda satu sama lain. Hadis dhaif yang memiliki kekurangan 1 syarat dari syarat-syarat
hadis sahih dan hasan lebih baik daripada Hadis dhaif yang memiliki kekurangan 2
syarat dari syarat-syarat hadis sahih dan hasan dan begitu seterusnya.

B. Macam-Macam Hadis Dhaif


1. Hadis dhaif sebab pengguguran sanad

a. Hadis Mursal

Dari segi bahasa, mursal berasal dari kata (- ‫ يحسرنسسسحل – إنسرلسسساَلل‬- ‫ألسرلسسسلل‬
‫ )حم س‬, artinya terlepas atau bebas tanpa ada ikatan.
َ‫طللس ل‬
‫)حمسرلسلَل‬dengan makna (‫ق‬
Hadis dinamakan mursal karena sanadnya ada yang terlepas atau gugur, yaitu
dikalangan sahabat dan tabi'in. Dari segi istilah, ada beberapa pendapat
tentang pengertian hadis mursal ini.sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa
hadis mursal merupakan periwayatan tabi’in senior dari nabi. Sedangkan
menurut sebagian ulama muhadditsin,hadis mursal merupakan hadis yang
gugur dari akhir sanadnya orang setelah tabi’in (sahabat). Jadi Hadis mursal
adalah Hadis yang diriwayatkan oleh tabi'in dari Nabi baik perkataan,
perbuatan, atau persetujuan, baik diriwayatkan oleh tabi'in senior maupun
junior tanpa ada penghubung antara tabi'in dan nabi yaitu sahabat.Kemudian
Al-Hakim berpendapat bahwa hadis mursal dengan:

‫لماَ لرفللعهح الحِّتاَبننعيِ الللىَ الحِّرحسونل )ص( نمسن قلسورل السو فنسعرل السو تلسقريرر ل‬
‫صنغسيلرا لكاَلن السولكبنسيلرا‬
“Hadis yang disandarkan (langsung) oleh tabi’in kepada Rasul
SAW,baik perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Tabi’in tersebut,baik
termasuk tabi’in kecil maupun tabi’in besar.”4
Contoh Hadis Mursal berikut ini : Ibnu Sa'ad berkata dalam Thabaqatnya:
Memberitakan kepada kami Waki' bin Al-Jarrah, memberitakan kepada kami
Al-A'masy dari Abu Shalih berkata, Rasulullah bersabda:
َ‫س إننحِّلماَ النلاَس لرسحلمةلَ حمسهلداةل‬
‫يلأ ليَيلهاَ الحِّناَ ح‬

4
Munzier Suparta,Ilmu Hadis,hal. 155
5

"Wahai manusia sesungguhnya aku sebagai rahmat yang dihadiahkan”.

Abu Shalih As-saman Az-Zayyat seorang tabi'in, ia menyandarkan berita hadis


tersebut dari Nabi, tanpa menjelaskan perantara sahabat yang
menghubungkannya kepada Rasulullah.

b. Hadis munqathi'

Kata munqathi' berasal dari kata (‫طاَلعاَ فلهحلو حمسنقلنطلَع‬


‫طلع – يلسنقلنطحع – انسنقن ل‬
‫ )اسنقل ل‬yang
berarti terputus, lawan dari kata muttashil, yang berarti bersambung. Nama
inqitha' atau terputus karena ada sanad yang tidak bersambung. Secara istilah,
terdapat 2 pendapat mengenai hadi munqathi', yaitu sebagai berikut :

a) Pendapat mayoritas muhaddisin :

ِّ‫ط نمسن إنسسلناَندنه لرارو ألسو ألسكثلحر قلسبلل ال ح‬


ِ‫صلحنبيِ لل لعللىَ التحِّلوانلي‬ ‫لماَ لسقل ل‬
“Hadis yang digugurkan dari sanadnya seorang rawi atau lebih
sebelum sahabat tidak berturut-turut.”5
b) Pendapat fuqoha’,ushuliyyin, dan segolongan muhaddisin, diantaranya Al-
Khathib Al-Baghdadi dan Ibnu Abdul Barr:
‫طاَحعهح‬ ‫صسل إنسسلناَحدهح نمسن أل ص‬
‫ي لوسجره لكلن انسنقن ل‬ ‫هحلو حكيَل لماَ للسم يلتحِّ ن‬
“Segala hadis yang tidak bersambung sanadnya di mana saja
terputusnya”.
Hadis munqathi' adalah hadis yang pada sanadnya gugur seorang atau
beberapa orang rawi pada tingkatan (tsabaqat) mana pun. Hadis munqathi'
adalah hadis yang sanadnya terputus, artinya seorang perawi tidak bertemu
langsung dengan pembawa berita, baik di awal, di tengah, atau di akhir sanad,
maka masuk di dalamnya hadis mursal, mu'allaq, dan mu'dhal. Namun, ulama
mutaakhirin dan umumnya mutaqoddimin mengkhususkan munqothi' tidak
sama dengan yang lain. Sebagimana dikatakan An-Nawawi bahwa
kebanyakan munqathi' digunakan pengguguran perawi setelah tabi'in dari
sahabat, seperti periwayatan Malik dari Ibnu Umar. Atau munqathi' adalah
selain mursal (yaitu dibuang seorang periwayat pada awal sanad), mu'dhal
(dibuang dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut), dan mu'dhal
(dibuang dua perawi atau lebih secara berturut-turut), dan mu'allaq (dibuang
seorang perawi di akhir sanad). Contoh hadis munqothi' : Hadis yang
5
Ibid,hal.152
6

diriwayatkan oleh Al-Hakim, Ahmad, dan Al Bazzar dari Abdul Razzaq dari
Ats-Tsauri dari Abu Ishaq dari Zaid bin yutsai' dari Hudzaifah secara marfu':

‫ي ألنمسيلَن‬
ِ‫إنلذا لولحِّسيتححمسولهاَ أللباَ بلسكرر فلقلنو ي‬

“Jika engkau serahkan kekuasaan kepada Abu Bakar, dia adalah lelaki
yang kuat dan terpercaya”.
Pada sanad hadis di atas ada seorang perawi yang digugurkan, yaitu
Syarik yang semestinya memiliki menempati posisi antara Ats-Tsauri dan Abu
Ishaq. Ats-Tsauri menerima hadis bukan dari Abu Ishaq secara langsung,
tetapi dari Syarik.Dan Syarik mendengarkannya dari Abu Ishaq.
c. Hadis Mu'dhal

Kata mu'dhal berasal dari kata (‫ي ألسعلياَحه‬


‫ضلَل أل س‬
‫ضلل – فلهحلو حمسع ل‬
‫ضلل – إنسع ل‬ ‫)ألسع ل‬
‫ يحسع ن‬- ‫ضلل‬
yang berarti Payah dan susah. Keterputusan hadis mu'dhal memang parah,
sampai dua orang perawi ,sehingga menyulitkan dan memberatkan
penghubung. Adapun menurut istilah, pengertian hadis mu'dhal adalah sebagai
berikut:

ِ‫ط نمسن إنسسلناَندنه انسثنلنن فلأ لسكثلحر لعللىَ التحِّلوانلي‬


‫هحلو لماَ لسقل ل‬

“Yaitu hadis yang gugur dari sanadnya dua orang lebih secara berturut-terut”.6
Contoh Hadis Mu'dhal : Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam
Ma'rifat ulum Al-Hadis yang disandarkan kepada Al-Qa'nabi dari Malik telah
sampai kepadanya bahwa Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda:
‫ف إنحِّل لماَ تحنطسي ح‬
‫ق‬ ‫لنسللمسمحلونك ل‬
‫طلعاَحمهح لو نكسسلوتحهح لو لل يحلكلحِّ ح‬

“Bagi budak mendapatkan makanan dan pakaian, ia tidak boleh dibebani


kecuali pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan”.
Hadis tersebut mu'dhal karena digugurkan dua orang perawi secara
berturut-turut antara Malik dan Abu Hurairah, yaitu Muhammad bin azlan dan
ayahnya. Hadis mu'dhal tergolong mardud (tertolak) karena tidak diketahui
keadaan Perawi yang digugurkan. apakah mereka tergolong orang-orang yang
diterima periwayatannya atau tidak. Demi keaslian suatu Hadis, Sanad yang
terputus, dan yang digugurkan di antara para perawinya, maka tidak dapat
diterima.
6
Ibid,hal.156
7

d. Hadis Mu'allaq

َ‫ق – تلسعلنسيلقاَ فلهحلو حملعحِّلس ل‬


Kata mu'allaq berasal dari akar kata (‫ق‬ ‫ )لعلحِّ ل‬yang
‫ق – يحلعلص ح‬
artinya bergantung.Secara istilah hadis mu’allaq adalah

َ‫ف نمسن السونل انسسلناَندنه لوانحرد فلأ لسكثللر لعلليِ التحِّلوانلى‬


‫هحلو الحِّصذ ي لماَ حخنذ ل‬
“Yaitu hadis yang rawinya digugurkan seorang atau lebih di awal
sanadnya berturut-turut.”7
Contoh hadis mu’allaq : Bukhari meriwayatkan hadis dari Bahz ibn Hakim
dari bapaknya dan dari kakeknya,bahwasanya Nabi SAW bersabda:
‫ق السن يحسستلسحليىَ نملن الحِّناَ ن‬
‫س‬ ِّ‫ل ح‬
َ‫اح اللح ي‬
“Allah itu lebih berhak untuk dijadikan tempat mengadu malu daripada
manusia.”
Hadis di atas dalam sanad Abu Daud adalah ia menerima dari Abdullah
ibn Maslamah,dari Ubay,dari Bahz ibn Hakim dan seterusnya.Ini berarti Imam
Bukhari dalam kitab sahihnya men-ta’liq-kan (menghapus) kira-kira dua orang
perawi.
e. Hadis Mudallas

َ‫س لو حمسسلدلحِّ ل‬
Kata mudallas berasal dari kata (‫س‬ َ‫س – تلسدلنسيلساَ فلهحلو حمسسلدلص ل‬ ‫ )لدلحِّ ل‬.
‫س – يحلدلص ح‬
Kata at-tadlis secara bahasa diartikan menyimpan atau menyembunyikan cacat
barang.Menurut istilah hadis mudallas adalah:

‫ي لعللىَ لوسجره حيوهلحم النحِّهح لعسي ل‬


‫ب‬ ‫لماَ حرنو ل‬
"Hadis yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadis itu
tidak bernoda.”8
Pada hadis mudallas ini, raawi yang menggugurkan pernah bertemu
dengan rawi yang digugurkan.Pengguguran itu dimaksudkan agar aib atau
kelemahan hadis tersebut dapat ditutupi.Perbuatan tersebut dinamakan
tadlis,sedangkan orang yang melakukan perbuatan tersebut disebut
mudallis.Diantara para periwayat yang dicatat ulama sebagai mudallis adalah
Muhammad bin Ishaq, Ibnu Jurai, Qatadah, Baqi bin Al-Walid, Al-Walid bin
Muslim, dan lain-lain.

7
Ibid,hal.153
8
Ibid,hal.158
8

Contoh hadis mudallas : Berikut hadis yang diriwayatkan oleh


Ahmad,At-Tirmidzi,dan Ibnu Majah melalui jalan Abu Ishaq Asy-Syuba’I dari
Al-Barra bin Azib R.A berkata :Rasulullah SAW bersabda:

‫لماَ نمسن حمسسلنلمسينن يلسلتلقنلياَرن فليلتل ل‬


َ‫صاَ فللحاَنن إنحِّل حغفنلر للهحلماَ قلسبلل السن يلتلفلحِّرلقا‬
“Tidak ada dari dua orang muslim yang bertemu kemudian bersalam –
salaman, kecuali diampuni bagi mereka sebelum berpisah.”
Abu Ishaq As-Syuba’i memiliki nama asli Amr bin Abdullah.Ia
seorang yang tsiqah,tetapi disifati mudallis.Ia mendengar beberapa hadis dari
Al-Barra bin Azib, tetapi dalam hadis ini, ia tidak mendengar darinya secara
langsung,ia mendengar dari Abu Dawud Al- Ama yang matruk hadisnya,
kemudian meriwayatkannya dari Al-Barra bin Azin dan menyembunyikan
Abu Dawud Al –Ama.

2. Dhaif karena tiadanya syarat adil

a. Al-Maudhu'

Al-Maudhu' adalah isim Maf'ul dari kata (‫ع‬ ‫ضلعاَ فلهحلو لمسو ح‬
َ‫ضسو ل‬ ‫ضحع – لو س‬
‫ضلع – يل ل‬
‫)لو ل‬
yang mempunyai arti meletakkan, menyimpan, mengada-ada, membuat-buat,
dan ditinggal. Sedangkan pengertian hadis maudhu menurut istilah adalah:

‫اح لعللسينه لو لسلحِّلم اسختنلللقاَ لو نكسذلباَ نمحِّماَ للسم يلقحسلهح السو يلسفلعسلهح السو يحقنحِّرهح‬
ِّ‫صحِّلىَ ح‬
‫ب انللىَ الحِّرحسسونل ل‬
‫لماَ نحنس ل‬

Sebagian dari mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis


maudhu' ialah :

‫اح لعللسينه لو لسحِّلم‬


ِّ‫صحِّلىَ ح‬ ‫صنححع اسللمسكحذسو ح‬
‫ب لعللىَ لرحسسونل ل‬ ‫ق اسللم س‬
‫هحلو اسلحمسختللل ح‬

" Hadis yang diada-adakan, dibuat, dan didustakan seseorang kepada


Rasulullah "

Jadi,hadis maudhu' itu adalah hadis yang sumbernya bukan dari


Rasulullah, atau dengan kata lain bukan hadis rasul, akan tetapi suatu
perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan suatu
alasan kemudian dinisbatkan kepada Rasulullah.9

9
Ibid,hal.159
9

Hadis maudhu' yaitu hadis yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta)


yang ciptaan ini dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik
sengaja maupun tidak. Berikut contoh hadis maudhu’ yang dibuat oleh
golongan Zindiq.

‫ظحر إنللىَ اسللوسجنه اسللجنمسينل ل‬


َ‫صلدقلةل‬ ‫النحِّ ل‬
“Melihat wajah cantik termasuk ibadah.”
b. Hadis Matruk

‫ك – يلستحر ح‬
Dari segi bahasa kata matruk berasal dari akar kata (َ‫ك – تلسرلكا‬ ‫تللر ل‬
َ‫ )فلهحلو لمستحر ل‬yang artinya tertinggal. Orang Arab menyebutkan kulit telur setelah
‫ك‬
mengeluarkan anak ayam disebut (‫ )تلنرسيلكسسسة‬, artinya tertinggal, tidak ada
faedahnya. Pemberitahuan seseorang tertinggal dalam arti tidak didengar,
tidak dianggap, dan tidak dipercaya karena menyangkut pribadi yang tidak
baik. Dalam istilah, Hadis matruk adalah:

‫ث الحِّنذي يلحكسوحن أللححد حرلواتننه حمتحِّهللماَ نباَسللكنذ ن‬


‫ب‬ ‫اسللحندسي ح‬

“Hadis yang diriwayatkan oleh orang tertuduh dusta (terhadap hadis


tersebut).”10

Diantara sebab-sebab tertuduhnya dusta seorang perawi, ada beberapa


kemungkinan, yaitu sebagai berikut :

a) Periwayatan hadis yang menyendiri atau hanya dia sendiri yang


meriwayatkannya. Hal ini dikarenakan tidak ada seorang pun yang
meriwayatkannya selain dia.

b) Seorang perawi dikenal sebagai pembohong dan pendusta pada selain


hadis tertentu.

c) Menyalahkan kaidah-kaidah yang maklum seperti kewajiban


beragama, kewajiban shalat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain.

Contoh Hadis Matruk : Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ad-Dunya
dalam Qadha’ Al-Hawa’ij melalui jalan Juwaibir bin Sa’id Al-Azdi dari Adh-
Dhahhak dari Ibnu Abbas dari Nabi.
10
Ibid,hal.159
10

ِّ‫ب ح‬
‫اح لعحِّز لولجحِّل‬ ‫صلدقلنة الصسصر فلإ ننحِّلهاَ تح س‬
‫طف ل ح‬
‫ئ لغ ل‬ ‫صاَنرلع اليَسسونء لو لعللسيحكسم بن ل‬ ‫ع اسللمسعحرسو ن‬
‫ف فلإ ننحِّهح يلسمنلحع لم ل‬ ‫لعللسيحكسم نباَ س‬
‫ض ل‬ ‫صنطلناَ ن‬

Pada isnad diatas terdapat Juwaibir bin Sa'id Al-Azdi, An-Nasa'i dan Ad-
Daruquthni berkata bahwa ia matruk al-hadis.

c. Hadis Munkar

Kata munkar berasal dari kata : (‫ يحسنلكسسنر – إنسنلكسساَلرا فلهحسسلو حمسنلكسسلَر‬-‫)ألسنلكسسلر‬berarti


menolak, tidak menerima, lawan dari kata iqrar yang artinya mengakui dan
menerima. Cacat yang ada pada perawi itu membuat tertolak dan
diingkarinya. Dalam istilah ada beberapa pendapat, diantaranya :

‫ف حملخاَلنلفاَ نرلوايلةل نللثصلقاَ ن‬


‫ت‬ ‫ضنعسي ح‬ ‫اسللحندسي ح‬
ِّ‫ث الحِّنذ ي يلسرنوينه ال ح‬

“Hadis yang diriwayatkan oleh orang yang lemah (perawi yang dha’if), yang
bertentangan dengan periwayatan orang kepercayaan.”11

Contoh hadis munkar : Hadis yang diriwayatkan oleh An –Nasa’I dan


Ibnu Majah,dari riwayat Abi Zukair Yahwa bin Muhammad bin Qais,dari
Hisyam bin ‘Urwah,dari ayahnya,dari ‘Aisyah RA secara marfu’

‫كلوا البلح باَلتمر فإن ابن آدم إذا أكله غضب الشيطاَن‬

“Makanlah kurma mentah dengan kurma matang,karena setan akan marah


jika anak Adam memakannnya.”

An- Nasa’I berkata:”Ini hadis ,unkar.Abu Zukair meriwayatkannya


secara sendirian.Dia seorang syaikh yang shalih.Hanya saja ia tidak sampai
pada derajat rawi yang dapat meriwayatkan hadis secara sendirian.”

d. Hadis Majhul

Kata majhul berasal dari kata (‫ )لجنهلل – يلسجهلحل – لجسهلل فلهحلو لمسجهحلَل‬,berarti tidak
diketahui, antonim dari kata ma'lum (‫)لمسعحلولَم‬, perawi dalam hadis majhul tidak
diketahui asal usul dan latar belakangnya yang mengangkut kepercayaan
seseorang, padahal untuk menilai otentisitas hadis diperlukan pembawaannya
seorang yang memiliki kredibilitas yang dapat diandalkan. Menurut
istilah,hadis majhul adalah

11
Ibid,hal.159
11

‫ف لعسينحهح ألسو ن‬
‫صفلتحهح‬ ‫هحلو لمسن للسم تحسعلر س‬

“Hadis majhul adalah hadis yang di dalam sanadnya terdapat seseorang


perawi yang tidak dikenal jati dirinya atau sifat – sifatnya.”12

Jadi di dalam hadis tersebut,terdapat rawi yang tidak dikenal, atau


dikenal orangnya, tetapi tidak dikenal identitas atau tidak dikenal sifat-sifat
keadilan dan kedhabitannya. Sebab-sebab tidak dikenal jati diri atau indentitas
itu (jahalah) ada beberapa faktor penyebab, antara lain sebagai berikut :

a) Seseorang mempunyai banyak nama atau sifat, baik nama asli, nama
panggilan, gelar, profesi, atau suku dan bangsa. Sementara orang
tersebut hanya dikenal sebagian namanya saja, tetapi kemudian
disebutkan nama atau sifat yang tidak dikenal karena ada tujuan
tertentu, maka ia diduga perawi lain.

b) Seorang perawi yang sedikit periwayatan hadis, tidak banyak orang


yang mengambil perawi yang kecuali hanya satu orang saja misalnya.

c) Tidak tegas penyebutan nama perawi karena diringkas menjadi nama


kecil atau nama panggilan atau karena tujuan lain.

Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Al-Hakim melalui jalan


Hisyam bin Yusuf dari Abdullah bin Sulaiman An-Nufail dari Muhammad bin
Ali bin Abdullah bin Abbas dari ayahnya dari kakeknya secara marfu':

َ‫ان لو ألنحيَبوا ألسهلل بلسينتىَ لنححصبى‬ ‫ال لنلماَ يلسغحذسوحكسم بننه نمسن ننلعنمنه لوألنحيَبوننىَ لنحح ص‬
ِّ‫ب ح‬ ِّ‫ألنحيَبوا ح‬

Abdullah bin Sulaiman An-Nufail tidak diketahui jati dirinya (majhul


al-'ayn), karena tidak ada yang eriwayatkan daripadanya, kecuali Hisyam bin
Yusuf.

Hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah melalui itsam bin Ali
dari Al-A'masy dari Abu Ishaq dari Hani' bin Hani' berkata: Ammar masuk ke
rumah Ali, maka Allah menyebutkan: " Selamat datang seorang suci dan
disucikan" aku mendengar Rasulullah bersabda:

‫حملنلئ لعحِّماَحر نإماَلناَ إنللىَ حملشاَنشنه‬

12
Ibid,hal.160
12

“Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang pungggungnya.”

Hani' bin Hani' tidak diketahui identitasnya (majhul al-hal), karena


tidak ada seorang tsiqoh yang meriwayatkan hadisnya atau tidak ada yang
menerangkan tentang ke tsiqah-annya. Dengan demikian, hukum periwayatan
hadis di atas hadis majhul tertolak (mardud) menurut pendapat yang shahih,
yaitu mayoritas ulama hadis.

f. Hadis Mubham

Arti Mubham (‫ )اسلحمسبهلحم‬menurut bahasa adalah samar, tidak jelas. Jadi,


perawinya atau orang ketiga yang menjadi objek pembicaraan tidak dijelaskan
siapa nama dan dari mana dia. Menurut istilah, adalah:

‫هحلو الحِّرانوي الحِّنذي للسم يحلسحِّم نفيِ السسنلند ألنو اسللمستنن‬

“Hadis yang di dalamnya ada perawi yang tidak disebutkan (namanya) di


dalam sanad maupun di dalam matan.”13

Jadi, mubham adalah tidak adanya penyebutan nama seorang perawi


yang jelas, karena hanya disebutkan seorang laki-laki atau seorang perempuan
saja, tidak disebutkan namanya secara jelas. Mubham adakalanya dalam
sanad atau dalam matan.

Contoh mubham dalam sanad yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dalam sunannya, melalui Al-Hajjaj bin Farafishah dari seorang laki-
laki dari Abu Salamah dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah bersabda:

ِ‫اسلحمسؤنمحن حغيِر لكنرسيلَم لو اسللفاَنجحر نخ ي‬


‫ب للئنسيلَم‬

“Seorang mukmin itu dermawan lagi mulia,sedangkan orang yang bedosa itu
durhaka lagi keji.”

Dalam sanad di atas hanya disebutkan dari "seorang laki-laki" dari Abu
Salamah dari.... tanpa menyebutkan nama si laki-laki tersebut, maka
dinamakan mubham.

Hadis mubham dalam matan banyak sekali dalam hadis, diantaranya:Hadis


yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah berkata: ada seseorang laki-
laki bertanya kepada Rasulullah: Sedekah apa yang paling utama?
13
Ibid,hal.160
13

Rasulullah menjawab: Sedekah sedang Anda dalam keadaan sehat, sangat


perlu... Hukum mubham dalam sanad, jika terjadi pada seorang sahabat, tidak apa-
apa, karena semua sahabat adil, tetapi jika terjadi pada selain sahabat jumhur Ulama
menolaknya, sehingga harus diketahui identitasnya seperti majhul al-'ayn, sedangkan
mubham dalam matan tidak mengapa dan tidak mengganggu keshahihan suatu hadis.

3. Dhaif Sebab cacat ke-dhabit-an

a. Hadis Mudraj

Hadis mudraj yaitu:

‫ث الحِّنذي يلطحِّلنحع نفينه لعللىَ نزلياَلدرة للسيلس س‬


‫ت نمسنهح‬ ‫اسللحندسي ح‬

“Hadis yang menampilkan (redaksi) tambahan,padahal bukan (bagian dari)


hadis”14
Redaksi tersebut bisa saja milik orang lain baik itu dari sahabat
maupun tabi'in tabi'in, atau komentar dari perawi sendiri dalam rangka
menerangkan suatu makna atau maksud suatu hadis. Tambahan itu bisa saja
terjadi di matan dan juga sanad. Tambahan dalam matan bisa diawal, tengah,
atau akhir. Sementara idraj dalam sanad bisa terjadi seorang rawi memasukan
suatu sanad padahal bukan termasuk sanad dari hadis tersebut, atau seorang
rawi memasukkan matan hadis pada sanad yang bukan sanadnya.

Berikut adalah hadis mudraj pada awal matan, adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi dengan sanadnya dari Abu
Hurairah:

‫السسبنحغوااسلحو ح‬
‫ضولء لوسيلَل لنسللسعلقاَ ن‬
‫ب نملن الحِّناَنر‬
“Sempurnakanlah wudhu!Celakah tumit -tumit (yang tdak terkena air
wudhu) dari neraka.”

Pada hadis tersebut kalimat asbighu al-wudhu'a adalah kalimat dari


Abu Hurairah sendiri.

b. Hadis Maqlub

Hadis maqlub adalah:

14
Ibid,hal.161
14

‫ب نفينه لعللىَ اللحند اليَرحِّوانة للسفنظ نفيِ اسللمتلنن السو انسسحم لرحجرل السو نللسبلهلَ نفيِ انلسسلناَند فلقللدلم لماَ لحقحِّهح التحِّأسنخيحر السو الحِّخلر لماَ لحقحِّهح‬ ‫اسللحندي ح‬
‫ث الحِّنذىِ انسنقللل ل‬
‫التحِّسقنديحم السو حو ن‬
‫ضلع لشسيِلَء لملكاَلن لشسيِرء‬

"Hadis yang lafaz mantannya tertukar oleh seorang perawi, atau seseorang
pada sanadnya. Kemudian didahulukan dalam penyebutannya, yang
seharusnya disebut belakangan, atau mengakhirkan penyebutan, yang
seharusnya didahulukan, atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat
yang lain.”15

Tertukarnya hadis disini, bisa terjadi pada matan dan sanad (maqlub fi
al-matan maqlub fi al-sanad). Kedua macam hadis maqlub ini tidak
dibenarkan dalam periwayatan, sebab bisa jadi akan mengubah maksud atau
makna hadis tersebut.

Berikut contoh hadis maqlub yang di matannya adalah riwayat muslim,


sebagai berikut:

...‫ق نشلماَلححه‬
‫صلدقلرة السخلفاَلهاَ لححِّتىَ لل تلسعللحم يلنمينحهح لماَ تحسنفل ح‬ ‫صحِّد ل‬
‫ق بن ل‬ ‫لولرحجلَل تل ل‬
“Dan orang yang bersedekah dengan sedekah yang sembunyi-
sembunyi,tangan kirinya tidak mengetahui apa yang tangan kanannya
infakkan.”

Padahal di dalam kitab sahih Bukhari,Al- Muwaththa’,dan kitab hadis


‫)لححِّتىَ لل تلسعللحم نشلماَلحهح لماَ تحسنفل ح‬.
lainnya,seharusnya yang benar adalah (‫ق يلنمينححه‬

c. Hadis Mudhtharib

Hadis Mudhtharib adalah:

‫السو نمسن لرانويلسينن السو حرحِّوارة حمتللقاَنربلةل‬,‫هحلو الحِّنذي يحسرلوىِ لعللىَ السو حجره حمسختللنفلرة نمسن لرارو لوانحرد لمحِّرتلسينن السو السكثللر‬
" Hadis yang diriwayatkan dengan bentuk yang berbeda-beda padahal dari
satu perawi (yang meriwayatkan) dua atau lebih, atau dari dua perawi atau
lebih yang berdekatan (dan tidak bisa ditarjih).”16
15
Ibid,hal.162
16
Ibid,hal.163
15

Jadi,hadis mudhtharib adalah hadis yang kontra antara satu dengan


yang lain tidak dapat dikompromikan dan tidak dapat ditarjih (tidak dapat
dicari yang lebih unggul) dan sama kekuat kualitasnya. Diantara sebab
idhthirab-nya suatu hadis adalah karena lemahnya daya ingat perawi dalam
meriwayatkan hadis tersebut, sehingga terjadi kontra yang tidak diselesaikan
solusinya.

Contoh hadis mudhtharib yang terjadi pada sanad, seperti hadis Abu
Bakar berkata:Ya Rasulullah aku melihat engkau beruban. Rasulullah
menjawab:

َ‫لشيحِّبلننىَ حهولَد لواللخلواتحلها‬

“Yang menyebabkan aku beruban adalah surat Hudd dan saudara-


saudaranya(Al-Waqiah,Al-Takwir,dan Al-Ma’arij).”
Menurut Al- Daruquthuny,hadis ini mudhatarib karena hanya
diriwayatkan melalui jalujalur (sanad) Abu Ishaq,sementara di dalam jalur
tersebut ada sekitar 10 perbedaan.Ada yang mengatakan sanadnya mursal,ada
yang mengatakan maushul (muttashil).Ada juga yang memperdebatkan sisi
penyandarannya;ada yang kepada Abu bakar,ada yang ke Sa’ad, dan ada juga
yang ke ‘Aisyah dan lain –lain.Padahal mereka semua tsiqqat dan tidak
mungkin ditarjihkan satu dengan yang lainnya.
d. Hadis mushahhaf dan Muharraf

Hadis Mushahhaf yaitu:

‫صولرنة اسللخطص‬
‫ت الحملخللفلةح نفينه بنتلسغنييحر اليَنسقنط نفىَ اسللكلنلمنة لملع بللقاَنء ح‬
‫لماَ لوقللعلم ن‬

"Hadis yang perbedaannya (dengan hadis riwayat lain) terjadi karena


perubahan titik kata. Sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah. "17

Contoh hadis mushahhaf adalah hadis Abu Ayyub Al-Anshary,


Bahwasanya Nabi bersabda:

‫ضاَلن لوالستبللعهح نسلستاَ نمسن لشحِّوارل لكاَلن لك ن‬


‫صلياَنم الحِّدسهنر‬ ‫لمسن ل‬
‫صاَلم لرلم ل‬
"Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa 6 hari pada
bulan syawal, maka ia seperti puasa sepanjang masa"

17
Ibid,hal.165
16

Perkataan sittan yang artinya enam oleh Abu Bakar Al-Shauly diubah
menjadi syai-an yang berarti sedikit, dengan demikian rusaklah maknanya.

Sedangkann hadis muharraf adalah hadis yang perbedaannya terjadi


disebabkan karena perubahan syakal kata dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya. Contoh hadis muharraf adalah hadis Jabir:

‫حرنمليِ أحبلسيِ يلسولم اسللسحلزا ن‬....


‫ب لعللىَ السكححلننه‬

"Ubay (bin Ka'ab) telah dihujani panah pada Perang Ahzab mengenai
lengannya….. "

Ghandar menngganti kata Ubay pada hadis tersebut dengan Abi


(artinya bapakku), padahal kata yang benar adalah Ubay (yakni Ubay Ibnu
Ka'ab).Sedangkan ayah Jabir sendiri sudah wafat saat perang Uhud,sebelum
perang Ahzab.

5. Dhaif Karena Kejanggalan dan Kecacatan

a. Hadis Syadz

Hadis Syadz adalah:

‫لماَ لرلواهح لللمسقبحسوحل حملخاَلنلفاَ لننرلوايلنة لمسن السو للىَ نمسنهح‬

"Hadis yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul, akan tetapi bertentangan
dengan (matan nya) dengan periwayatan dari orang yang kualitasnya lebih
utama. “18

Hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi dari hadisnya Abdul
Wahid bin Ziyad,dari al-‘Amsyi,dari Abishaleh,dari Abu Hurairah,secara
marfu’:

‫إذا صلىَ أحدكم الفجر فليضطجع عن يمينه‬

“Apabila salah seorang dari kalian telah selesai sholat fajar,hendaknya


berbaring ke sebelah kanan.”

18
Ibid,hal.168
17

Al-Baihaqi berkata,”Dalam hal ini,Abdul Wahid menyalahi banyak


rawi.Mereka itu meriwayatkan perbuatan Nabi SAW,bukan
perkataannya.Dalam lafaz ini,Abdul Wahid menyendiri dari rawi-rawi tsiqqah
yang menjadi sahabat al-‘Amsyi”

b. Hadis Mu’allal

Hadis mu’allal yaitu:

‫ظاَنهحرهح لسلللمةل‬ ‫ت نفينه نعلحِّةلَ لقاَندلحةلَ بلسعلد اسلبلسح ن‬


‫ث لو التحِّسبنع لو انسن لكاَلن ل‬ ‫هحلو الحِّنذىِ انسكتللشفل س‬

Hadis yang diketahui ‘illatnya setelah dilakukan penelitian dan penyelidikan


meskipun pada lahirnya tampak selamat (dari cacat). “19

Dengan kata lain hadis Mu’allal ini adalah hadis yang pada lahirnya
tampak selamat (shahih) tapi setelah dilakukan penelitian yang mendalam ada
kecacatan yang sangat parah, illatnya ini terdapat pada sanad dan juga matan.

Contoh hadis mu’allal ini adalah hadis Ya’la Ibnu Ubaid:

“Dari Sufyan Al-Tsauri, dari Amr ibn Dinar dari Ibn Umar dari Nabi
SAW bersabda:

َ‫اسلبليصلعاَنن نباَسلنخلياَنرلماَللسم يلتلفلحِّرلقا‬

" Si penjual dan si pembeli boleh memilih, selama belum berpisahan".

Illat hadis ini terdapat pada 'Amr bin Dinar, seharusnya bukan ia yang
meriwayatkan, melainkan 'Abdullah Ibn Dinar. Hal ini diketahui dari riwayat-
riwayat lain yang juga melalui sanad tersebut.

6. Dha'if dari segi matan

Para ahli hadis memasukan ke dalam kelompok hadis dha'if dari sudut
persandarannya ini adalah hadis yang mauquf dan hadis yang maqthu'.

a. Hadis Mauquf

Hadis mauquf ialah

19
Ibid,hal.169
18

َ‫طلعا‬ ‫صلحاَنبيِ لمسن قلسورل للهح السو فنسعرل السو تلسقنريررحمتحِّ ن‬


‫صلل لكاَ لن السو حمسنقل ل‬ ِّ‫ي نملن ال ح‬
‫لماَ حرنو ل‬

“Hadis yang diriwayatkan dari para sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan,
atau taqrirnya. Periwayatannya baik bersambung atau tidak”.20

Dengan kata lain, bahwa hadis mauquf adalah perkataan, perbuatan dan
taqrirnya sahabat. Dikatakan mauquf, karena sandarannya terhenti pada
thabaqah sahabat. Kemudian tidak dikatakan marfu', karena hadis ini tidak
dirafa'kan atau disandarkan kepada Rasulullah SAW.

Contoh hadis mauquf :

(‫ل يقلدن احدكم دينه رجل فاَن امن امن و ان كفر كفر)رواه ابو نعيم‬:‫عن عبد ا بن مسعود قاَل‬
“Dari Abdullah bin Mas’ud,ia berkata,”Janganlah hendaknya salah seorang
dari kamu taqlid(percaya buta) agamanya dari seseorang,karena jika
seseorang itu beriman,maka ia ikut beriman,dan jika ia kufur,maka ia pun ikut
kufur juga.(HR.Abu Na’im)”

Abdullah bin Mas’ud adalah salah seorang sahabaat Nabi SAW, maka ucapan
di atas disandarkan kepada Abdullah bin Mas’ud.

b. Hadis maqthu

Hadis maqthu' ialah

َ‫طلعا‬ ‫ي نملن الحِّتاَبننعينن لمسن قلسورل للهح السو فنسعرل السو تلسقنريررحمتحِّ ن‬
‫صلل لكاَ لن السو حمسنقل ل‬ ‫لماَ حرنو ل‬

“Hadis yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan kepadanya, baik


perkataan maupun perbuatannya. 21

Dengan kata lain, bahwa Hadis maqthu' adalah perkataan dan perbuatan
tabi'in.

Sebagai Hadis mauquf, Hadis maqthu' dilihat sandarannya adalah Hadis yang
lemah, yang karenanya tidak dapat dijadikan hujjah. Diantara para ulama ada
yang menyebut Hadis mauquf dan Hadis maqthu' ini dengan istilah al-atsar
dan al-khabar.

20
Ibid,hal.170
21
Ibid,hal.171
19

Contoh hadis maqthu’

(3 : 6 َ‫كاَ ن سعيد بن المسيب يصلىَ العصر ركعتين )المحلى‬: ‫عن قتاَدة قاَل‬

“Dari Qatadah,ia berkata:adalah Sa’id bin Musaiyib pernah shalat dua


rakaat sesudah ashar.(Al –Muhalla 3:6)”

Sa’id bin Musaiyib adalah seorang tabi’in. Oleh karena itu,hadis di atas
termasuk hadis maqthu’.

C. Kemungkinan Hadis Dhoif Menjadi Hasan


Hadis dhaif bisa naik derajatnya menjadi Hadis hasan ( Li ghoirihi) bila satu
riwayat dengan yang lainnya sama-sama saling menguatkan. Akan tetapi ketentuan ini
tidak bersifat mutlak, karena ketentuan ini berlaku hanya bagi perawi yang lemah
hafalannya, akan tetapi kemudian ada hadis dhoif yang lain yang diriwayatkan oleh
perawi yang sederajat pula, hadis tersebut bisa naik derajatnya menjadi hadis hasan.
Sedangkan bila ke dha'ifan sebuah hadis karena perawinya bersifat fasiq dan tertuduh
dusta maka ke-dhaifan tadi tidak bisa terangkat.

D. Kehujjahan Hadis Dhaif


Hadis dhaif ada kalanya tidak bisa ditolerir kedhaiffannya misalnya karena
kemaudhu’annya, ada juga yang bisa tertutupi kedhaiffannya(karena ada faktor yang
lainnya). Untuk yang pertama tersebut, berdasarkan kesepakatan para ulama hadis, tidak
diperbolehkan mengamalkannya baik dalam penetapan hukum-hukum,akidah maupun
fadhail al ‘amal.
Sementara untuk jenis yang kedua dalam hal kehujjahannya hadis dhaif tersebut
,ada yang berpendapat menolak secara mutlak baik unuk penetapan hukum-hukum,akidah
maupun fadhail al ‘amal dengan alasan karena hadis dhaif ini tidak dapat dipastikan
datang dari Rosulullah SAW. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah imam al
Bukhari,imam muslim, dan Abu bakr abnu Al ‘Araby.
Sementara bagi kelompok yang membolehkan beramal dengan hadis dhaif ini
secara mutlak adalah imam Abu Hanifah, An-Nasa’i dan juga Abu dawud. Mereka
berpendapat bahwa megamalkan hadis dhaif ini lebih disukai dibandingkan mendasrkan
pendapatnya kepada akal pikiran atau qiyas. Imam ibnu Hambal,Abd Al-Rahman ibn Al-
20

Mahdy dan Abdullah ibn Al mubarak menerima pengalaman hadis dhaif sebatas fadhail al
‘amal saja, tidak termasuk urusan penetapan hukum seperti halal dan haram atau masalah
akidah.
Al-Qasiny memaparkan pendapat-pendapat ulama hadis yang lain tentang
penerimaan terhadap hadis dhaif ini, yang juga tidak jauh berbeda dengan pemaparan di
atas. Misalnya, ia mengutip pendapat ibnu Sholeah bahwa ia sendiri dalam kitabnya yang
biasa dikenal ‘’Muqaddimah Ibnu Al-Sholah’’ tidak banyak mengulas tentang hal ini,
selain kata ‘’hendaknya tentang fadhail dan semisalnya’’. Sementara Ibnu Hajar
mengemukakan tiga syarat yang harus ada pada hadis dhaif yang bisa diterima dan
diamalkan,yaitu :
1. Tingkat kelemahannya tidak parah: orang yang meriwayatkan bukan termasuk
pembohong atau tertuduh berbohong atau kesalahannya abanyak.
2. Tercakup dalam dasar hadis yang masih dibenarkan atau tidak bertentangan dengan
hadis yang shohih(yang bisa diamalkan).
3. Ketika mengamalkannya tidak seratus persen meyakini bahwa hadis tersebut
benar-benar datang dari Nabi SAW,tetapi maksud mengamalkannya semata-mata
untuk ikhtiyath.
Sementara As-Suyuti sendiri cendrung membolehkan beramal dengan hadis dhaif
termasuk dalam masalah hukum dengan maksud ikhtiyath. Ia mendasarkan pada pendapat
Abu Daud, Iama ibn Hambal yang berpendapat bahwa itu lebih baik dibanding
menggunakan akal atau rasio atau pendapat seseorang.

E. Kitab-kitab yang Memuat Hadis Dhaif


Kitab-kitab yang memuat dan membahas hadis dhaif diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kitab ad-dlu’afa karya ibnu hibban,kitab ini memaparkan hadis yang menjadi dhaif
karena perawinya yang dhaif.
2. Kitab Mizan-al-i’tidal karya adz-Zahabi,karya ini juga memaparkan hadis yang
menjadi dhaif karena perawinya yang dhaif
3. Kitab al-Marasil karya Abu Daud yang khusus memuat hadis-hadis dhaif.
21

4. Kitab al-‘ilal karya ad-Daruquthni,juga secara khusus memaparkan hadis yang


menjadi dhaif karena perawinya yang dhaif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hadis dhaif merupakan hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis
shohih dan syarat-syarat hadis hasan. Hadis dhaif ini menjadi penyebab mengapa
bisa tertolak di antaranya dengan sebab-sebab dari segi sanad dan juga dari segi
matan.

2. Kriteria hadis dhaif adalah karena sanadnya ada yang tidak bersambung,kurang
adilnya perawi,kurang dhobithnya perawi dan Ada syadz dalam hadis tersebut.

3. Hadis dhaif terbagi menjadi beberapa kelompok baik itu yang didasarkan atas
sebab –sebab tertemtu

4. Hadis dhaif dibagi karena gugurnya sanad, rawi tidak memiliki sifat adil,memiliki
cacat ke-dhabit-an,memiliki kecacatan/kejanggalan,dan dari segi matan.

5. Hadis dhaif bisa naik derajatnya menjadi Hadis hasan bila satu riwayat dengan
yang lainnya sama-sama saling menguatkan. Akan tetapi ketentuan ini tidak
bersifat mutlak.

B. Kritik dan Saran


Dengan penulisan makalah ini pembaca diharapkan dapat :

1. Memperoleh pengetahuan tentang hadis dhaif,serta macam-macam jenisnya.


2. Mendekatkan diri kepada Allah,dan berusaha memahami hadis dhaif secara
mendalam lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddiqieqy,Teungku Muhammad Hasbi.1974.”Sejarah & Pengantar Ilmu


Hadis”.Semarang:Pustaka Rizki Putra

Khon,Abdul Majid.2013."Ulumul Hadis".Jakarta:Amzah

Sahrani,Sohari.2010."Ulumul Hadits" .Bogor:Ghalia Indonesia

Suparta,Munzier.2008."Ilmu Hadis".Jakarta:PT Rajagrafindo Persada

23

Anda mungkin juga menyukai