DI
OLEH
NAMA:
7. KEORGANISASIAN
MATERI 1
ASWAJA
Kemudian, aqidah pada masa sahabat masih sama dengan zaman Nabi, belum
membentuk sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri apalagi membentuk sebuah nama
tertentu, maupun aliran-aliran pemikiran tertentu.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam islam berarti berbicara tentang ilmu kalam.
Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog islam berdebat dengan kata-kata
dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai
“mutakallim”, yaitu ahli debat yang pintar mengelolah kata. Ilmu l”kalam” juga diartikan
sebagai ideologi islam atau ushuluddin, yaitu ilmu yang membahas ajaran dari agama.
Perbedaan yang muncul pertama kali dalam islam bukanlah masalah teologi, melainkan
bidang politik. Kemudian, seiring perjalanan waktu, perselisiha politik ini meningkat
menjadi persoalan teologi. Bahkan ada dua teori yang membahas latar belakang timbulnya
persoalan teologi yakni perbedaan aliran ilmu kalam. Pertama, awal tercampurnya masalah
aqidah dengan hal yang lain adalah sejak mulai dari khalifah ke-3 yakni utsman bin affan
terbunuh karna beberapa sahabat nabi terlibat dalam urusan yang bersifat politis. Dan
maslah ini kian rumit ketika peristiwa tahkim terjadi pada masa pemerintahan ali bin abi
thalib. Kedua, aliran ilmu kalam muncul karna hasil interpretasi atau penafsiran terhadap al-
qur’an maupun kajian terhadap hadits yang bersifa teologis. Diantara sekian banyak ilmu
kalam yang bermunculan ialah syi,ah, khawrij, murji’ah, qadiriah, jabariyah, dan mu’tazilah
yang berakhir dengan peristiwa mihnah yang menjadi sebab awal terbentuknya aliran
ahlussunnah wal jama’ah.
Alussunnah wal jama’ah memang “satu istilah” yang mempunyai “banyak makna”,
sehingga banyak golongan dan faksi dalam islam yang mengklaim dirinya adalah
“ahlussunnah wal jama’ah”. ‘ulama dan pemikir islam mengatakan, bahwa ahlussunnah wal
jama’ah itu merupakan golongan mayoritas umat islam di dunia sampai sekarang, yang
secara konsisten mengikuti ajaran dan amalan (sunnah) nabi dan para sahabat-sahabatnya,
serta memperjuangkan berlakunya di tengah-tengah kehidupan masyarakat islam.
Meskipun pada mulanya alussunnah wal jama’ah itu menjadi identitas kelompok
atau golongan dalam dimensi teologis atau aqidah islam dengan fokus masalah ushuluddin
(fundamental agama), tetapi dalam perjalanan selanjutnya tidak bisa lepas dari dimensi
keislaman lainnya, seperti syari’ah atau fiqhiyah, bahkan masalah budaya, politik dan sosial
B. RUMUSAN MASALAH
. Apa itu ahlussunnah wal jama’ah.
C. TUJUAN
. Untuk mengetahui pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah.
Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejak - langkah yang
berasal dari nabi muhammad SAW. Dan membelanya.
Dari definisi di atas jelas, bahwa ahlussunnah wal jama’ah itu tidak hanya terdiri dari satu
kelompok aliran, tapi ada beberapa sub aluran, ada beberapa faksi didalamnya.
Dalam kajian ilmu kalam, istilah ahlussunnah wal jama’ah ini sudah banyak dipakai sejak
masa sahabat, sampai generasi - generasi berikutnya. Sumber dari istilah tersebut oleh
sebagian banyak para ahli di ambil dari hadits nabi SAW. Yang menerangkan akan
terpecahnya umat islam menjadi 73 golongan, antara lain hadits yang diriwayatkan oleh
ibnu maja dan at-turmudzi, yang artinya:
“Sesungguhnya bani israil terpecah menjadi 72 agama. Dan umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan, semuanya akan binasa, kecuali 1. Para sahabat nabi bertanya:
Siapakah yang satu itu wahai rasulullah?, Rasulullah menjawab: yaitu orang - orang yang
berpegangan teguh pada i’tiqadku dan yang berpegang teguh pada i’tiqad yang dipegangi
oleh sahabat - sahabatku”
Paham ahlussunnah wal jama’ah juga sering disebut sebagai paham Asy’ariyah,
karena dinishbatkan kepada Abu Hasan Al-asy’ari. Juga sering disebut sebagai paham
ahlussunnah saja, juga sering disebut sunni dan pengikutnya disebut sunniyun.
Seluruh ajaran ahlussunnah wal jama’ah yang disusun oleh abu hasan al-asy’ari,
dibukakan oleh beliau dianataranya terdapat dalam kitab yang beliau susun seperti : al-
ibanah fi ushuliddiniyyah, maqalatul islamiyyin, al-mujaz, dan lain-lain.
C. Doktrin-doktrin Ahlussunnah Wal Jama’ah
Adapun tentang dosa, ahlussunnah wal jama’ah berpendapat bahwa orang yang
meninggalkan kewajiban dan mengerjakan dosa yang sampai ia mati belum bertaubat,
maka orang ini dihukum sama dengan orang mu’min yang mengerjakan maksiad. Orang ini
apabila ia tidak diampuni Allah ia masuk neraka, tetapi tidak abadi. Ia akan lepas dari siksa
neraka setelah selesai menjalani hukuman neraka, tetapi ia juga akan merasakan nikmat
karena imannya.
Dari uraian tersebut dapat kita bandingkan bahwa menurut ahlussunnah apa yang
diperintahkan tuhan itu baik dan apa yang dilarangnya itu buruk. Menurut mereka tidak
ada kebaikan dan tidak ada pula kejahatan yang mutlak, karena itu hak istimewa-Nya
Menurut Ahlusunnah Allah itu satu, unik, qadim dan wjud. Dia bukan subtansi,
bukan tubuh, bukan oksigen, tidak terbatasi oleh arah dan oleh ruang. Dia memiliki sifat-
sifat seperti mengetahu, hidup, berkuasa, berkehendak, mendengar, dan lain-lain.
Menurutnya prinsip-psrinsip bahwa tuhan itu unik dan pada dasarnya berbeda sifat-sifat
makhuk dan dengan doktrin “mukhalafah”, atau perbedaan mutlak. Berdasrkan doktrin ini,
bila suatu sifat diaplikasikan kepada tuhan, maka sifat tersebut mesti dipahami secara unik
dan jangan dipahami seperti kita memahaminya terhadap makhluk. Karna doktrin
“mukhalafah” inilah, ahlussunnah berpendirian bahwa kita tidak boleh menyebutkan sifat
tuhan selain dari pada yang termaksud secara jelas di dalam Al-Qur’an. Sifat-sifat tuhan
berbeda dari sifat makhluk, bukan dalam tingkatan tetapi dalam jenisnya yakni dalam
segenap hakikatnya (5)
Sedangkan bagi al-Baqillani apa yang di sebut sifat Allah bukanlah sifat dalam arti
tekstual, tetapi mengandung makna hal sesuai dengan pendapat Abu Hasyim. Sedangkan
Abu Huzail menjelaskan bahwa sifat yang dimaksud adalah zat atau esensi Tuhan.
Menurutnya “Tuhan Mengetahui” ialah Tuhan mengetahui dengan perantara pengetahuan,
kata Aljubba’i ialah untuk mengetahui tuhan tidak berhajat kepada suatu sifat dalam
bentuk pengetahuan atau keadaan mengetahui (6).
Menurut Al-Ghazali, sifat-sifat tuhan, berbeda dari esensi tuhan, tetapi berwujud
dalam esensi itu sendiri. Uraian-uraian ini ini juga membawa paham banyak yang kekal dan
untuk mengatasinya Ahlussunnah mengatakan bahwa sifat-sifat itu bukanlah tuhan, tetapi
tidak pula lain dari tuhan (7).
Sedangkan menurut hamka, “membahas sifat dan dzat manusia saja sangat sulit
apalagi membahas sifat dan dzat tuhan”. Oleh sebab itu, ia lebih menitik beratkan kajiannya
kepada manfaat praktis apa yang bisa ditarik dari pembicaraan tuhan dan sifat-sifatnya
untuk mempertinggi kualitas imam seseorang, dan pada giliranya akan mempertinggi pula
kualitas dan kuantitas amal sholenya (8).
Mengenai konsep keadilan Allah SWT, mendapat ahlussunnah bahwa Allah SWT
pencipta segala perbuatan hambanya. Dia berkehendak atas terjadinya segala perbuatan
makhluknya baik maupun buruk. Apabila seorang hamba bermaksud akan berbuat sesuatu,
maka allah menentukan apa yang dikerjakan oleh hamba tersebut, atas perbuatannya itu
sihamba mempunyai kasab. Menurut ahlussunnah kasad ialah berbarengannya. Jadi hamba
hanya punya kasab, sedangkan perbuatannya sendiri diciptakan Allah SWT (9).
Dalam uraian tersebut nampaklah bahwa aliran ini bersikap tengah-tengah antara
pendapat Qadariah dan Jbariah. Allah menciptakan kemampuan dan kemauan sihamba
yang keduanya berperan dalam berlangsungnya perbuatan, sehingga perbuatannya itu
mahlik Allah. Jadi makhluk Allah itu ada yang tercipta tampa perantara seperti batu, pohon-
pohon dan sebagainya. Ada yang memakai perantara yaitu segala makhluk yang dihasilkan
kerja manusia. Karena sihamba merupakan perantara itulah maka dia bertanggung jawab
dan mendapat balasan baik atau buruk, yaitu memberi pahala kepada seorang hamba
sesuai dengan apa yang diusahakannya.
Dalam pemikiran ahlussunnah ialah bahwa Allah SWT itu pemilik mutlak atas semua
makhluknya. Dia membuat apa saja yang dia kehendaki dan menghakimi segala sesuatu
menurut kehendaknya.andaikan Allah memasukkan mahluknya kedalam surga, hal itu
bukanlah suatu ketidak adilan. Sebaliknya kalau Allah memasukkan semua makhluknya
kedalam neraka, hal itu bukanlah suatu kedzaliman, sebab yang dinamakan dzalim iti ialah
memeperlakukan sesuatu yang bukan miliknya, atau meletakkan sesuatu bukan pada
tempatnya. Sedangkan Allah adalah pemilik mutlak atas segala sesuatu, sehingga tidak bisa
digambarkan timbulnya kedzaliman dari padanya (12).
Dalam hal ini ahlussunnah berbeda dari paham mu’tazilah dan para filoshof dan
sejalan dengan paham umat muslim ortodoks, yang menyatakan bahwa Allah itu dapat
dilihat, tapi mereka tidak sepakat mengenai apakah tuhan dapat ditunjukkan. Mereka
menerima prinsip filsafat bahwa apa saja yang menepati ruang atau arah haruslah memiliki
waktu, padahal Allah tidak terikat dengan waktu pengakuan ini mengakibatkan mereka
dihantui kerumitan, sebap bila tuhan tidak “meruang atau mewaktu” dan sesuatu yang
dapat dilihat, maka tuhan tidak dapat dilihat, namun pendapat ini bertentangan dengan
paham mereka bahwa tuhan dapat dilihat. Jadi untuk mengatasi kesulitan ini, mereka
menyatakan bahwa suatu benda biarpun benda itu tidaka da didepan orang yang
melihatnya, mungkin saja untuk dilihat. Ini alasan yang lemah dan ganjil sekali, sebab
sangat bertentangan dengan segenap prinsip optika (13).
D. HASIL ANALISIS
Alussunnah menggunakan tiga metode pendekatan dalam memahami al-qur’an
yaitu : pertama, bayani yakni pemikiran tradisional syarat dengan memahami al-qur’an
yang tekstual. Contohnya adalah dalam menetapkan sejumlah nama dan sifat Allah.
Ahlussunnah menetapkan nama-nama sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
dirinya sendiri, baik melalui kitabnya ataupun lisan rasulnya tampa harus merubah
(menambah atau mengurangi), mengingkari, menjelaskan tentang bentuk atau caranya,
ataupun menyerupakannya dengan sesuatu apapun.
Kedua, burhani atau akal yang memahami al-qur’an itu dengan konstektual. Sebagai
contoh adalah ahlussunnah dalam meyakini tentang melihat dzat Allah diakhirat.
Ahlussunnah meyakini bahwa disurga nanti apapun bisa terjadi termasuk Allah
menampakkan dzatnya dihadapan hambanya yang bertakwa namun disamping itu
ahlussunnah juga menapsirkan ayat yang sama dengan pemahaman yang berbeda.
Ketiga ifani atau rasa yaitu pemahaman manusia melalui indra baik indra dalam hati
maupun indra luar dalam hal ini yang dimaksudkan dzat Allah dapat terlihat berupa
ganjarannya nikmatnya atau merasakan kedekatan dengannya melalui hati manusia itu
sendiri.
MATERI 2
Sejak tahun 1968 STAI Al-Gazali Bulukumba telah berubah dan mengganti nama mulai
dari:
Jangan pernah ingin dikatakan wanita karena wanita yaitu orang yang tidak
memanfaatkan mata batinnya untuk kebaikan.tetapi jadilah sosok perempuan
yang empuh yaitu perempuan yang dihargai, dihormati,ditakuti dan disayangi.
- kalao-lao
- kapau-pau
- kaita-ita
- kainreng-inreng
MATERI 3
Sistem akademik yaitu hal yang terpentig. Di dalam kampus ada namanya SKS
yaitu satuan kredit semester, sistem SKS ini digunanakan pada umumnya di
perguruan tinggi. Dan dengan sistem ini, mahasiswa dimungkinkan untuk memilih
jurusan mata kuliah yang akan di ambil dalam satu semester.
KEGIATAN INTRAKULIKULER
KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
Kegiatan ekstrakulikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang di arahkan untuk
memper luas pengetahuan siswa. Mengembangkan nilai-nilai atau sikap dan menerapkan
secara lebih lanjut pengetahuan yang telah di pelajari siswa dalam mata program inti dan
pilihan. Walaupun sama-sama dilaksanakan diluar jam pelajaran kelas, bila dibandingkan
dengan kegiatan kokurikuler. Kegiatan ekstrakulikuler menekankan pada kegiatan
kelompok.
Kegiatan ekstrakulikuler diisi dengan kegaiatan olahraga seperti bola basket, bola
voli, pancak silat dan lainya yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa. Begitu pula
dengan di bidang-bidang lain, seperti bidang seni biasa diisi dengan drama, lukis, tari,
keseluruhan bidang di tunjukan sebagai wahana untuk memperluas wawasan serta
membangun nilai-nilai dan sikap positif siswa.
Perbedaan Kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler dan
Ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok,
yaitu kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler. Ketiga kegiatan
tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan keseluruhan pada suatu satuan pendidikan/
sekolah.
Kegiatan Intrakurikuler
Kegiatan Intrakuriluler adalah kegiatan utama persekolah yang dilakukan
dengan menggunakan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur
program. Kegiatan ini dilakukan guru dan peserta didik dalam jam-jam
pelajaran setiap hari. Kegiatan intrakurikuler ini dilakukan untuk mencapai
tujuan minimal setiap mata pelajaran/ bidang studi yang tergolong inti
maupun khusus.
Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan
menghayati materi pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler didalam kelas.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Dalam hal ini, perlu diperhatikan
ialah menghindari terjadinya pengulangan dan ketumpang-tindihan antara mata pelajaran yang satu
dengan mata pelajaran lainnya. Selain itu, juga perlu dijaga agar para siswa tidak "overdosis" karena
semua guru memberi tugas dalam waktu yang bersamaan, sehingga siswa menanggun beban yang
sangat berat. Oleh karena itu, koordinasi dan kerja sama antar guru merupakan hal perlu dilakukan.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan yang diarahkan untuk
memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan nilai-nilai atau sikap dan
menerapkan secara lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam
mata pelajaran program inti dan pilihan. Walaupun sama-sama dilaksanakan
diluar jam pelajaran kelas, bila dibandingkan dengan kegiatan kokurikuler,
kegiatan ekstrakurikuler lebih menekankan pada kegiatan kelompok
• waktu pelaksanaan
Kalau ditinjau dari waktu pelaksanaan, waktu untuk kegiatan kurikuler
pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terus-menerus setiap hari
sesuai dengan kalender akademik. Sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler sangat bergantung pada sekolah yang bersangkutan, lebih
bersifat fleksibel dan dinamis.
• teknis pelaksanaan
Teknis pelaksanaan kegiatan kurikuler, sebagai kegiatan inti persekolahan,
sangatlah ketat dan teratur, dengan struktur program yang pasti sesuai
kalender akademik. Kegiatan kurikuler berada di bawah tanggungjawab
guru bidang studi atau guru kelas.
MATERI 4
Dalam hal ini harus sesui dengan visi dari sebuah jurusan yang ada dalam
Universitas ataupun dalam sebuah Perguruan Tinggi tersebut. Seorang yang
lulusan dari Pendidikan Agama Islam bukan saja hanya bisa menjadi seorang
guru saja, namun juga bisa menjadi seorang yang pendakwah yang bisa
berguna bagi masyarakat sekitar. Dan juga dapat menjadi sebuah pelantara
mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan dari seluruh pembelajaran ang telah di
lakukan dalam melakukan sebuah pembelajaran yang ada. Sehingga pendakwah
tersebut dapat membawa sebuah ajaran islam menuju jalan yang lebih baik
lagi.
Dalam hal ini tujuan di dari sebuah jurusan ilmu pendidikan agama islam ini
adalah dapat membentuk seorang yang dapat menpendidikan agama islam
adalah yang selalu bertaqwa keghasilakan lulusan dari ilmu
pada tuhan yang maha Esa serta berbudi luhur, cerdas, terampil dan mandiri
dalam melakukan sebuah pembelajran dan dakwah tersebut.
Dalam hal ini ilmu pendidikan agama islam juga dari tahun ketahun telah
mengalami peningkatan yang signifikan sehingga tenaga pendidik untuk
jurusan pendidikan agama islam yang ada saat ini memang sudah banyak
sekali.
Dan prospek kerja jurusan ini memang sangat sulit untyk di dapatkan. Kerana
dalam sebuah sekolahan biasanya telah ada seorang guru yang bekerja
mengajar di situ. Sehingga untuk pendidik yang lain sangat sulit untuk
memperoleh sebuah pekerjaan kembali.
Dalam hal ini jurusan dari ilmu pendidikan agama islam juga harus menjadi
seorang yang ramah tamah dan seorang yang peduli dalam masyarakat sekitar.
Namun sebenarnya hal ini bukan hanya berlaku untuk jurusan ilmu pendidikan islam saja
tapi juga dari jurusan lain juga harus mampu menggunakan tingkah laku, etika yang ada dalam
sebuah pembelajaran ini sehingga menjadi sebuah prospek pekerjaan yang sangat menguntungkan
untu seorang lulusan dari jurusan ilmu pendidikan agama islam ini.
Dalam hal ini pendidikan agama islam mampu membuat seorang yang berasal dari jurusan ini
menget\ahui jauh lebih dalam lagi dari ilmu pendidikan islam ini. Sehingga dalam melakukan sebuah
pembelajaran ataupun dalam sebuah penggunaan metode belajar juga kan jauh lebih tepat
penggunaanya tersebut. Dalam hal ini lah yang membuat seorang tersebut dapat menggunakan ini
dengan baik dan benar.
Dalam Kementrian Agama Melalui Direktur PAI (Pendidikan Agama Islam§) sekolah umum
mengungkapkan bahwa, dalam hal ini kekurangan seorang pengajar guru PAI saat ini mencapai
kisaran dari 198,000 yang dalam hal ini telah terbagi dalam guru pendidikan agama islam SD, SMP
dan juga guru pengajar SMA.
Untuk guru SD ini sendiri masih membutuhkan tenaga kerja samapi dengan 3,494 orang lagi, dan
untuk SMP masih mebutuhkan kira-kira kurang dari 2.218 orang lagi . dan sedangkan untuk
tingkatan SMA masih membutuhkan kurang lebih kisaran 3.598 orang lagi untuk guru SMK pun juga
sama yaitu masih membutuhkan kurang lebih kisaran 3.598 orang lagi. Dalam hal ini belum di
jumlahkan dengan guru pendidikan agama islam yang di butuhkan di sebuah madrasah untuk
tingkat dasar samapi dengan tingkat madrasah Aliyah ataupun Negeri ini. Dalam hal ini Kementrian
Agama
Melalui Direktur PAI (Pendidikan Agama Islam) sekolah umum juga mengatakan bahwa kekurangan
ini juga di prediksi akan semakin meningkat seiring dengan di buknya sekolah baru dan jumlah guru
yang akan mengalami pensiun untuk saat ini yang semakin banyak ini. Sehingga dalam perkiraan ini
sangat di butuhkan seorang guru yang memang ahli dan berbakat dan memang dalam jurusan yang
sesuai dengan yang telah di butuhkan tersebut.
Dalam hal ini prediksi ini akan semakin kuat dengan pentingnya untuk profesi pendidikan agam
islam ini dalam kalangan agama islam tersebut. Perlu di ketahui bahwa jurusan agama ini
merupakan jurusan yang memang amat sangat mulia sekali untuk seorang yang memang baru lulus
dari jurusan ini. Sehingga dalam hal ini seorang yang memang berasal dari jurusan ini sangat
memungkinkan untuk dapat bekerja dan memperoleh sebuah peluang pekerjaan yang sangat
mudah sekali. Sehingganya dalam hal ini seorang yang memang ahli dalam ini. Menjadi sebuah
prospek yang amat sangat mudah sekali.
Dalam hal ini seorang yang berasal dari jurusan ilmu pendidikan agama islam
dapat memperoleh sebuah prospek pekrjaan dalam bagian sebagai berikut:
A. Muqaddimah
Agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi
sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu
kedua fenomena perkembangan, yaitu; (1) potensi psikologis dan pedagogis
yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas dan
menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya, (2) potensi
pegembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dinamis
dan kreatif serta responsive terhadap lingkungan sekitarnya.
Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut, maka
diperlukan usaha kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan
pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin terlibat
ke dalam proses perkembangan sosial itu sendiri menunjukkan adanya
interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.
Dengan demikian, pendidikan Islam diharapkan tidak saja sebagai
penyangga nilai-nilai, tetapi sekaligus sebagai penyeru pikiran-pikiran
produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman. Pendidikan Islam
diharapkan tidak saja memainkan peran sebagai pelayan rohaniah semata, yaitu
fungsi yang sangat sempit dan suplementer, tetapi juga terlibat dan melibatkan
diri dalam pergaulan global.
Paul Tillich berpendapat bahwa setiap sistim pendidikan, idealnya memiliki
orientasi yang bertujuan mengharmonikan tiga hal sekaligus, yaitu: teknis,
humanistis, dan induktif. ketiga hal ini sistim pendidikan Islam yang ada
diharapkan tidak saja “melek” terhadap teknologi dan informasi, tetapi juga
melapisi diri dengan kesadaran religius agar tidak terjadi split personality dan
split integrity oleh penetrasi perkembangan global yang menyusup ke seluruh
ruang kehidupan manusia. Namun, massivitas (keseluruhan) fenomena
teknologi informasi global ini tidak seluruhnya mampu diserap oleh sistim
pendidikan Islam khususnya dan umat Islam pada umumnya. lembaga-lembaga
pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren sebagai artikulasi sistim
pendidikan Islam di Indonesia, kiranya mengalami ketertinggalan lebih jauh
bila dibandingkan dengan sistim pendidikan modern di negara-negara lain,
misalnya Malaysia, Singapura, Australia dan apalagi Amerika.
MATERI 5
1. Islam : Bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah
utusan Allah SWT, mengerjakan Sholat, menunaikan zakat, puasa pada bulan
Ramadhan dan haji ke Baitullah jika telah mampu melaksanakan.
2. Iman : Beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya,
hari kiamat dan qodar (ketentuan) Allah yang baik dan buruk.
3. Ihsan : Menyembah kepada Allah SWT seolah-olah kamu melihatNya, jika
kamu tidak dapat melihatNya, maka sesungguhnya Ia melihatmu.1
Dari pengertian diatas maka Ahli Sunnah Wal Jama’ah sesungguhnya sudah
ada sejak zaman Rasululloh SAW. Jadi bukanlah sebuah gerakan yang baru
muncul diakhir abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah yang dikaitkan dengan lahirnya
kosep Aqidah Aswaja yang dirumuskan kembali (direkonstuksi) oleh Imam
Abu Hasan Al-Asy’ari (Wafat : 935 M) dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi
(Wafat : 944 M) pada saat munculnya berbagai golongan yang pemahamannya
dibidang aqidah sudah tidak mengikuti Manhaj atau thariqoh yang dilakukan
oleh para sahabat, dan bahkan banyak dipengaruhi oleh kepentingan-
kepentingan politik dan kekuasaan.2
Sebagai pembeda dengan yang lain, ada 3 ciri aswaja, yakni 3 sikap yang selalu
diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, yaitu:
1. Al-tawassuth : sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri,
ataupun ekstrim kanan
2. Al-tawazun : seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil
‘aqli dan dalil naqli
3. Al-i’tidal : tegak lurus4
Ahli Sunnah wal Jama’ah meliputi pemahaman dalam tiga bidang utama, yakni
bidang Aqidah, Fiqh dan Tasawwuf. Ketiganya merupakan ajaran Islam yang
harus bersumber dari Nash Qur’an maupun Hadist dan kemudian menjadi satu
kesatuan konsep ajaran ASWAJA.
Adapun kelompok yang keluar dari garis yang disepakati dalam menggunakan
Manhajul jami’ yaitu metode yang diwariskan oleh oleh para sahabat dan
tabi’in juga tidak boleh secara serta merta mengkafirkan mereka sepanjang
mereka masih mengakui pokok-pokok ajaran Islam, tetapi sebagian ulama
menempatkan kelompok ini sebagai Ahlil Bid’ah atau Ahlil Fusuq. Pendapat
tersebut dianut oleh antara lain KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana pernyataan
beliau yang memasukkan Syi’ah Imamiah dan Zaidiyyah termasuk kedalam
kelompok Ahlul Bid’ah.
Ditinjau dari pemahaman diatas bahwa didalam konsep ajaran Ahli Sunnah
Wal Jama’ah terdapat hal-hal yang disepakati dan yang diperselisihkan. Dari
hal-hal yang disepakati terdiri dari disepakati kebenarannya dan disepakati
penyimpangannya.
Dalam berbagai diskusi dan perdebatan, kelompok kedua ini tidak jarang
menggunakan dalil-dalil manthiqi (deplomasi) dan ta’wil majazi. Pendekatan
ini terpaksa dilakukan dalam rangka memelihara Aqidah dari penyimpangan
dengan menggunakan cara-cara yang dapat difahami oleh masyarakat banyak
ketika itu, namun tetap berjalan diatas manhaj sahaby sesuai dengan anjuran
Nabi dalam sebuah sabdanya : “Kallimunnas Bima Ya’rifuhu Wada’u
Yunkiruna. Aturiiduna ayyukadzibuhumuLlahu wa rasuluh” (Bicaralah kamu
dengan manusia dengan apa saja yang mereka mampu memahaminya, dan
tinggalkanlah apa yang mereka ingkari. Apakah kalian mau kalau Allah dan
Rasul-Nya itu dibohongkan?. Sebuah hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh Abu
Mansur Al-Dailami, atau menurut Imam Bukhari dimauqufkan kepada
Sayyidina Ali RA.
Strategi dan cara yang begitu adaptif inilah yang terus dikembangkan oleh para
pemikir Ahli Sunnah Wal Jama’ah dalam merespon berbagai perkembangan
sosial, agar dapat menghindari berbagai benturan antara teks-teks agama
dengan kondisi sosial masyarakat yang berubah-rubah.
Wal hasil salah satu karakter ASWAJA yang sangat dominan adalah “Selalu
bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi”. Langkah Al-Asy’ari dalam
mengemas ASWAJA pada masa paska pemerintahan Al-Mutawakkil setelah
puluhan tahun mengikuti Mu’tazilah merupakan pemikiran cemerlang Al-
As’ari dalam menyelamatkan umat Islam ketika itu. Kemudian disusul oleh Al-
Maturidi, Al-Baqillani dan Imam Al-Juwaini sebagai murid Al-Asyari
merumuskan kembali ajaran ASWAJA yang lebih condong pada rasional juga
merupakan usaha adaptasi Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Begitu pula usaha Al-
Ghazali yang menolak filsafat dan memusatkan kajiannya dibidang tasawwuf
juga merupakan bukti kedinamisan dan kondusifnya Ajaran ASWAJA. Hatta
Hadratus Syaikh KH. Hasim Asy’ari yang memberikan batasa ASWAJA
sebagaimana yang dipegangi oleh NU saat ini sebenarnya juga merupakan
pemikiran cemerlang yang sangat kondusif.5
Pada kesempatan ini penulis ingin mengelaborasi lebih jauh tentang manifestasi
nilai-nilai Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jamaah) dalam ibadah puasa. Hal ini
dirasa penting karena kita sebagai kaum Nahdliyiin (baca: warga NU) perlu
menyadari bahwa nilai-nilai Aswaja harus benar-benar inheren dan
terinternalisasi dalam setiap pribadi orang NU. Antara NU dan aswaja
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Aswaja merupakan
akidah bagi orang NU di mana dan kapan saja berada.
Sebagai warga NU, jika tanpa akidah Aswaja tentu ke-NU-annya hanya nama
dan topeng belaka. Eksistensi NU, Aswaja dan Tanah Air Indonesia (baca ;
nusantara) adalah tiga serangkai yang saling terkait dan berkelindan satu
dengan lainnya. NU merupakan ormas terbesar yang diikuti oleh mayoritas
umat Islam di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan
berdasarkan pada akidah Aswaja.
Keempat prinsip dan nilai-nilai dasar Aswaja di atas merupakan empat pilar
warga NU dalam ber-aswaja (ber-Islam), berbangsa dan bernegara. Empat pilar
al-Tawazun (bertindak seimbang), at-Tawassuth (berprilaku moderat) ,al-
Tasamuh (bersikap toleran) dan al-I’tidal (berpihak pada kebenaran) sama
sekali tidak bertentangan dengan empat pilar bangsa Indonesia ; Pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, bahkan keempat prinsip dan nilai-
nilai dasar Aswaja warga NU tersebut selalu menafasi dan menopang terhadap
empat pilar bangsa Indonesia. Hal itu, sudah terbukti dalam sejarah perjuangan
rakyat Indonesia, baik pada pra-kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan
bahwa warga NU selalu berada pada garda terdepan dalam membela Pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika secara istiqomah dengan tetap
berprinsip pada nilai-nilai dasar Aswaja.
Keempat prinsip dan nilai-nilai dasar Aswaja ; al-Tawazun (bertindak
seimbang), at-Tawassuth (berprilaku moderat), al-Tasamuh (bersikap toleran)
dan al-I’tidal (berpihak pada kebenaran) merupakan metode berfikir yang
paripurna bagi warga NU dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara.
Kembali pada manifestasi nilai-nilai Aswaja dalam ibadah puasa di bulan suci
Ramadhan jika kita renungkan lebih mendalam, maka sangat terasa nilai-nilai
al-Tawazun (bertindak seimbang), at-Tawassuth (berprilaku moderat), al-
Tasamuh (bersikap toleran) dan al-I’tidal (berpihak pada kebenaran)
terinternalisasi pada pribadi-pribadi orang yang berpuasa (al-sha-imiin dan al-
sha-imaat).
Jiwa dan pikiran manusia tidak boleh terfokus terlalu jauh hanya mengejar
duniawi (harta, tahta dan wanita) sehingga menimbulkan penyakit-penyakit hati
(baca; psikis) seperti tamak-serakah, sombong, hedonis, matrialistis, cinta
jabatan (hubbul manzilah), cinta popularitas (hubbus syuhrah), cinta
kedudukan terpuji (hubbul Jah) dan lain sebagainya. Agar pribadi manusia
seimbang secara jasmaniyah wa rohaniyah dan tidak mengalami keterbelahan
jiwa (split personality), manusia yang berpuasa dilatih mental-spiritualnya
untuk rendah hati (tawadhu’), cinta akherat, cinta ilmu dan selalu bersyukur
atas segala nikmat yang dikaruniakan Allah SWT.
Sedangkan pada aspek fisik-psikis termanifestasi secara gamblang bahwa pada
saat manusia berpuasa otak secara otomatis akan menghidupkan program
autolisis. Semua makhluk hidup dibekali sistem (fitrah) autolisis yang khas
seperti saat pohon berpuasa sistem autolisisnya bekerja dengan menggugurkan
dedaunan.
Dan yang kedua sikap spriritualisme ekstrem yang tidak bersikap adil terhadap
aspek-aspek jasmaniah sehingga berpuasa sepanjang tahun (shoum ad-Dahr),
sambil mengabaikan hak-hak tubuh, keluarga dan masyarakat. Sikap at-
Tawassuth (berprilaku moderat) pada orang orang yang berpuasa
mengejawantah pada pribadi dan masyarakat dengan sikap yang tenang,
tentram, adil dan sejahtera.
Bahkan sikap toleran itu harus ditunjukkan oleh seorang muslim yang
terhormat dengan menghormati orang yang tidak berpuasa, demi saling
menghargai dan menghormati. Nilai al-Tasamuh (bersikap toleran) bagi warga
NU Aswaja tersebut sudah mendarah daging dalam setiap kehidupan beragama,
berbangsa dan bernegara. Tidak sekedar pada saat bulan puasa, bahkan di luar
bulan ramadhan pun Islam NU tetap mengimplementasikan nilai-nilai Islam
Aswaja yang nota bene Islam Indonesia.
Begitu juga dengan takbir, manusia hanya ingin membesarkan nama Allah
SWT bukan ingin membesarkan dan mengagungkan uang, harta, tahta dan
materi duniawi yang tidak kekal abadi. Bertitik tolak dari konsistensi nilai-nilai
ilahiyah (al-i’tidal) tersebut maka pasti berdampak positif pada sikap yang adil
dan konsisten terhadap diri manusia sendiri, keluarga dan masyarakat demi
menjadikan pribadinya yang sholeh secara individual dan sekaligus sholeh
secara sosial. Selain itu, berakibat baik juga dalam menciptakan keluarga yang
sakinah mawaddah dan rahmah, serta mewujudkan masyarakat/negaranya yang
ber-keadilan sosial bagi masyarakat (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).
Salah satu penyusun Naskah Khittah NU, KH Achmad Siddiq dalam bukunya
Khittah Nahdliyyah menjelaskan perwujudan atau manisfestasi Ahlussunnah
wal Jamaah dalam konteks kehidupan bernegara. Manifestasi tersebut sangat
terkait dengan kedudukan negara yang didirikan atas dasar tanggung bersama
sebagai sebuah bangsa (nation), sikap terhadap kedudukan pemimpin, dan
etika ketika pemimpin perlu diingatkan atas kesalahannya.
Manifestasi Aswaja terhadap kehidupan bernegara terdiri dari tiga hal.
Pertama, Negara nasional (yang didirikan bersama oleh seluruh rakyat) wajib
dipelihara dan dipertahankan eksistensinya.
Konsep negara nasional atau negara bangsa (nation state) dalam catatan
Abdul Muni’im DZ (Piagam Perjuangan Kebangsaan, 2011) pernah
dipersoalkan ketika para pemuda mengikrarkan sumpah kebangsaan pada 28
Oktober 1928. Hal itu dianggap menjadi persoalan yang masih krusial bagi
sebagian umat Islam yang kala itu masih mempunyai semangat mendirikan
negara Islam.
Sebab di dalam prinsip negara bangsa ada jaminan bagi umat Islam untuk
mengajarkan dan menjalankan agamanya secara bebas sesuai aturan syariat.
Dengan demikian umat Islam tidak perlu membuat negara lain yang
berdasarkan syariat Islam, karena negara bangsa yang dirumuskan telah
memenuhi aspirasi Islam. (Fathoni)
MATERI 6
KODE ETIK
Kode etik mahasiswa merupakan seperangkat peraturan yang memuat tentag
sikap,perkataan, perbuatan dan pakaian mahasiswa yang harus ditaati oleh
mahsiswa tersebut.
Busana mahasiswi :
- Harus menutupi aurat (menutup seluruh tubuh mulai dari ujung kepala
sampai kaki, kecuali wajah dan telapak tangan)
- Tidak menampakkan lekuk tubuh (ketat)
- Bahan tidak transparan
- Blus panjang menutup punggung
- Bersepatu dan berkaos kaki
Sanksi :
- Teguran
- Ganti rugi
- Pencabutan layanan akademik dan administrasi minimal 1semester
MATERI 7
KEORGANISASIAN
SIFAT ORGANISASI
Ada 3 hubungan dasar dalam hubungan formal :
1. Tanggung jawab
Hal ini merupakan kewajiban individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Barang kali bisa diarahkan dengan terjadinya spesialisasi dalam bekerja.
2. Wewenang
Wewenang adalah hak untuk mengambil keputusan mengenai apa yang
dijalankan oleh seseorang dan merupakan hak untuk meminta kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu.
3. Pertanggungjawaban
Apabila wewenang berasal dari pimpinan ke bawahan, maka pertanggung
jawaban berasal dari bawahan ke pimpinan. Pertanggung jawaban merupakan
laporan hasil dari bawahan kepada yang berwenang (atasan).
Unsur-unsur organisasi terdiri dari :
1. Manusia (Human Faktor), artinya organisasi baru ada, jika ada unsur
manusia yang bekerjasama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.
2. Sasaran, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang ingin
dicapai.
3. Pekerjaan, menunjukkan bahwa organisasi baru ada jika ada
pekerjaan yang akan dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.
4. Teknologi, ini artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur-
unsur teknis.
5. Tempat kedudukan, organisasi itu ada jika ada tempat
kedudukannya.
6. Struktur, organisasi tersebut baru ada jika ada hubungan antara
manusia yang satu dengan manusia yang lain, sehingga tercipta organisasi.
7. Lingkungan (Enviromental External Sosial System), artinya
organisasi baru ada jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi, misalnya
ada sistem kerja sama sosial.
Sistem Organisasi
Formalisasi (formalization) mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di
dalam organisasi dibakukan. Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku
pekerjaan akan memiliki sedikit sekali kebebasan untuk memilih apa yang
harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Di
organisasi dengan tingkat formalisasi tinggi, ada deskripsi rendah tugas yang
jelas, beragam aturan organisasi, dan prosedur yang didefinisikan relatif tidak
terprogram dan karyawan memiliki banyak kebebasan untuk menjalankan
diskresi mereka terkait dengan pekerjaan.
Kadar formalisasi bisa sangat beragam antarorganisasi dan di dalam organisasi.
Pekerjaan-pekerjaan tertentu, misalnya, memiliki sedikit formalisasi.
Desain Organisasi yang Umum
1. Struktur Sederhana
Struktur Sederhana dicirikan dengan apa yang bukan dan bukan yang
sebenarnya. Struktur ini tidak rumit. Struktur Sederhana yang dicirikan dengan
kadar departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang
yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi.
Struktur sederhana adalah sebuah organisasi “rata”; biasanya hanya
memiliki dua atau tiga tingkatan vertikal, badan karyawan yang longgar, dan
satu individu yang kepadanya wewenang pengambilan keputusan dipusatkan.
Kekuatan dari struktur ini terletak pada kesederhanaannya. Cepat, fleksibel,
tidak mahal untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas. Kelemahannya adalah
struktur ini sulit dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil. Struktur
sederhana menjadi semakin tidak memadai tatkala sebuah organisasi
berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi
cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) informasi di puncak,
struktur ini berisiko segalanya bergantung pada satu orang.
2. Birokrasi
Birokrasi sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin
yang dicapai melalui spesilisasi, aturan dan ketemtuan yang sangat formal,
tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional,
wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan
yang mengikuti rantai komando.Standarisasi merupakan konsep kunci yang
mendasari semua birokrasi.Birokrasi adalah sebuah kata yang memiliki
konotasi tak menyenangkan di benak kebanyakan orang. Namun, birokrasi
memiliki keunggulan. Kekuatan utama birokrasi terletak pada kemampuannya
menjalankan kegiatan-kegiatan yang berstandar secara sangat efisien.
Kelemahan dari biokrasi adalah sesuatu yang kita semua pernah alami suatu
kali ketika harus berhadapan dengan mereka yang bekerja di organisasi-
organisasi seperti berlebihan dalam mengikuti aturan.
3. Struktur matriks
Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang
ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk.Pilihan
desain organisasi lain yang populer adalah struktur matriks (matrix structure).
Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk
departementalisasi: fungsional dan produk.
Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan
para spesialisasi, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari
memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber-sumber daya khusus
untuk seluruh produk. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi
tugas para spesialisasi fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung
tepat waktu dan sesuai anggaran.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia
mematahkan konsep kesatuan komando. Kekuatan matriks terletak pada
kemampuannya untuk memfasilitasi koordinasi manakala organisasi tersebut
memiliki banyak aktivitas yang rumit dan saling tergantung. Kelemahan
matriks terletak pada kebingungan yang diciptakannya, kecenderungannya
untuk menumbuhkan perjuangan meraih kekuasan, dan stres yang dirasakan
pada individu.
Desain Organisasi Struktural
1. Struktur Tim
Ketika manajemen menggunakan tim sebagai alat koordinasi sentral, anda
memiliki sebuah organisasi horizontal atau struktur tim (team structure),
Struktur tim adalah Pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja. karakteristik struktur tim adalah
bahwa struktur ini meniadakan kendala-kendala departemental dan
mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja.
2. Organisasi Virtual
Organisasi virtual (virtual organization), terkadang juga di sebut organisasi
jaringan atau modular, yang biasanya merupakan organisasi inti kecil yang
menyubkontrakkan fungsi-fungsi utama bisnis. Dalam bahasa struktural,
organisasi virtual sangat sentralistis dengan sedikit departementalisasi atau
tidak sama sekali.
3. Organisasi Nirbatas
Mantan pemimpin General Electric, Jack Welch, menciptakan istilah
organisasi nirbatas (boundaryless organization) untuk menggambarkan
impiannya bagi GE di masa depan. Organisasi nirbatas adalah sebuah
organisasi yang berusaha menghapus rantai komando, memiliki rentang kendali
tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.
Tingkatan Analisis
Sebelummembahas tingkatan dalam analisis organisasi sebaiknya kita
ketahui dulu apa saja yang menjadi acuan dalam pembahasan teori organisasi,
pada bahasan disini adalah pengertian organisasi menurut pendekatan modern
dan dapatdilihatpada :
LingkunganOrganisasi
Organisasi secara keseluruhan
Bagian – bagian Organisasi
Kumpulan individu (group) yang terdapat dalam setiap bagian orgnaisasi
Ke empat tingkatan tersebut harus diperhatikan dalam meninjau
permasalahan organisasi sesuai urutannya. Pada tingkatan analisis organisasi ini
tidak membahas masalah individu yang merupakan anggota organisasi, tetapi
maslah individu dinyatakan sebagai analisis perilaku. Analisis Perilaku ini
adalah suatu pendekatan psikologis yang mempelajari motivasi kepemimpinan
dan sebagai aspek kepribadian individual lainnya.Seperti kita ketahui bahwa
pendekatan dalam teori organisasi adalah pendekatan klasik, pendekatan neo-
klasik dan pendekatan modern. Tingkatan analisis organisasi ini merupakan
pandangan dari pendekatan modern karena organisasi menurut pendekatan ini
adalah bagian atau subsistem lingkungan yang sekaligus juga dipengaruhi oleh
lingkungannya. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa lingkungan
merupakan salah satu elemen penting yang harus diperhatikan dalam analisis
organisasi.
Efektivitas Organisasi
Menurut Soekarno K.1[1]efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil
dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat
dan lain-alat yang telah dikeluarkan/ digunakan. Hal ini berarti bahwa
pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan
yang dikehendaki. Jadi pengertian efektivitas kinerja organisasi adalah
pencapaian tujuan atau hasil yang dilakukan dikerjakan oleh setiap individu
secara bersama-sama.
Pendekatan-Pendekatan Keefektifan Organisasi
1. Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah
kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena
itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang
keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang
sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus
diperhatikan. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua,
tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar
dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah
1
dikelola. Keempat, harus ada consensus atau kesepakatan umum mengenai
tujuan-tujuan tersebut.
2. Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa
organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika slah satu
sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak
yang negative terhadap performa keseluruhan system.
Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan
konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan
hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan,
serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk
mengacaukan operasi organisasi yang stabil.
Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah
hubungannya dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang
benar-benar penting. Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah
kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samara atau tidak
dapat diukur.
3. Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies approach)
Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda.
Organisasi diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang
berkepentingan bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks
ini, keefektifan organisasi menjadi sebuah penilaian tentang sejauh mana
keberhasilan sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya
yaitu pihak-pihak yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut untuk
kelangsungan hidupnya di masa depan.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah dalam praktik, tugas untuk
memisahkan konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah
untuk diucapkan, tetapi sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah
dengan cepat, apa yang kemarin kritis bagi organisasi mungkin tidak lagi untuk
hari ini. Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis, para
manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau
sangat mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya dapat menghambat
kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata.
4. Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (Competing-values approach)
Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya
pengakuan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut
mengasumsikan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan
tersebut mengasumsikan bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat
dikonsolidasikan dan diorganisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan
bahwa ada elemen umum yang mendasari setiap daftar criteria Efektifitas
Organisasi yang komprehensif dan bahwa elemen tersebut dapat
dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan kumpulan dasar
mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu
membentuk sebuah model keefektifan yang unik.
2.2 DETERMINAN-DETERMINAN KERJA INDIVIDU
Perilaku individu
Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman
masa lainnya. Sementara itu, karakteristik individu akan dibawa memasuki
suatu lingkungan baru, yaitu organisasi atau lainnya. Selain itu, organisasi juga
memiliki karakteristik dan merupakan suatu lingkungan bagi individu.
Karakteristik organisasi, antara lain reward system dan pengendalian.
Selanjutnya, karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi
yang akan mewujudkan perilaku individu dalam organisasi.
Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa
karakteristik individu ke dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara
karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Interaksi keduanya
mewujudkan perilaku individu dalam organisasi. Perilaku individu dalam
organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Dasar-Dasar Perilaku Individu
Semua perilaku individu pada dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan
pengalamannya. Sajian berikut ini akan diarahkan pada empat variabel tingkat-
individual, yaitu karakter biografis, kemampuan, kepribadian, dan
pembelajaran. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat variabel tersebut.
1. Karakteristik Biografis
Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi yang terdiri dari:
a. Usia
Ada keyakinan yang meluas bahwa produktivitas merosot sejalan dengan
makin tuanya usia seseorang.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan antara pria dan wanita dapat mempengaruhi kinerja, terapi ada
juga yang berpendapat tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan
wanita dalam kemampuan memecahkan masalah , keterampilan analisis,
dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar.
c. Status Perkawinan
Perkawinan biasanya akan meningkatkan rasa tanggung jawab seorang
karyawan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, karena
pekerjaan nilainya lebih berharga dan penting karena bertambahnya tanggung
jawab pada keluarga.
d. Masa Kerja
Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang
dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain.
Prestasi kerja
Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa
Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang
lebih menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata
“achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang
berarti “mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi
“pencapaian” atau “apa yang dicapai”.
Bernardin dan Russel memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai
berikut
“performance is defined as the record of outcome produced on a specified
job function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja
didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-
fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu).
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan
pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada
perusahaan.2[2]
Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat
pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan
menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan perusahaan. (www. Feunpak. web. Id/ jima/isna.txt).
Model perilaku dan prestasi kerja individu dalam organisasi sangat dipengaruhi
oleh bebrapa faktor, faktor-faktor tersebut dijelaskan dalam sub pokok bahasan
berikutnya.
2.3 MOTIVASI
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong,
merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau
kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Menurut
J.P. Chaplin Motivasi adalah suatu variabel perantara yang digunakan untuk
menerangkan faktor-faktor dalam diri individu, yang dapat membangkitkan,
mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
Motivasi berhubungan dengan kekuatan (dorongan) yang berada di dalam diri
manusia. Motivasi tidak dapat terlihat dari luar. Motivasi dapat menggerakkan
manusia untuk menampilkan suatu tingkah laku kearah pencapaian suatu
tujuan. Tingkah laku dapat dilandasi oleh berbagai macam motivasi.3[3]
Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku
3
Hubungan antara motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam enam variasi
berikut
2.3. Kemampuan
Kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
tidak sama satu dengan yang lainnya. Setiap manusia mempunyai kemampuan
berfikir masing-masing. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya
tersusun dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.