KONSEP DASAR
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam kami hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. dan segenap
keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabiut tabi'in sampai kepada orang-orang yang
mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat ini hingga sampai akhir
zaman. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr.
Saefrudin, M.Pd.I selaku Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam dan
teman-teman kelompok 1 atas bantuan dari seluruh komponen yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Konsep Dasar Filsafat
Pendidikan Islam”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman, kami yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak
ditemukan kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
A...Latar Belakang...................................................................................... 1
B...Rumusan Masalah................................................................................. 2
C...Tujuan .................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................... 3
BAB 3 PENUTUP............................................................................................ 22
A...Kesimpulan........................................................................................... 22
B...Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
itu, filsafat pendidikan Islam juga membuka pintu untuk eksplorasi pemikiran
1
Dalam makalah ini, penulis bermaksud menguraikan konsep dasar
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Filsafat Pendidikan Islam
1. Pengertian Filsafat
1
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.1-
2
3
falsafah dengan timbangan fa’lala, fa’lalah, dan fi’al. Jika demikian maka,
kata benda dari falsafa adalah falsafah dan filsaf. Dalam bahasa Indonesia
kata tersebut disebut dengan “filsafat”. Namun, jika dilihat dari akar
katanya bukanlah berasal dari kata arab “falsafah”, juga bukan dari bahasa
Inggris “philosophy”. Dalam hal ini kemudian Nasution mempertanyakan
apakah istilah filsafat dalam bahasa Indonesia tersebut berasal dari
perpaduan antara kata fil (Inggris) dan safah (Arab), sehingga jika
digabungkan menjadi filsafat?2
Dalam hal ini sangat wajar jika Nasution bertanya seperti itu
karena pada dasarnya ia ingin memberikan penegasan bahwa jika memang
terma itu diambil dari bahasa Arab, seharusnya kata tersebut disebut
dengan falsafah atau falsafat, bukan filsafat/ filsafah.3
2
Harun Nasution, Falsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hal.3
3
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.2
4
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 1-2.
5
Endang Saifudin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hal.80-82.
4
Secara harfiah, filsafat berarti cinta kebijaksanaan/ pengetahuan.
Sedangkan orang yang cinta akan kebijaksanaan/pengetahuan disebut
dengan filosof, philosopher, yang dalam bahasa Arab disebut dengan
failasuf. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari dua
kata, yaitu philo dan sophia.Philo artinya cinta, namun secara luas philo
diartikan dengan “ingin”, karena itu kemudian berusaha untuk
mendapatkan apa yang diinginkan itu. Sedangkan sophia artinya
kebijaksanaan/kebijakan, yaitu diartikan dengan pandai dan mengerti
dengan sangat mendalam. Secara bahasa, filsafat dapat diartikan dengan
keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijaksanaan/kebijakan,
atau keinginan untuk menjadi bijak. Yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah apa itu bijak atau bijaksana itu? Secara bahasa, kata bijak atau
bijaksana dalam bahasa Yunani disebut dengan sophia dan dalam bahasa
Inggris disebut dengan wisdom.6
Pada masa Homerus, sophia ini memiliki arti yang sangat luas
sekali. Siapa saja yang memiliki intelektual yang mendalam, atau di
lapangan manapun yang di sana menggunakan intelegensi, maka itu adalah
kebijaksanaan/kebijakan. Makna filsafat jika ditinjau dari segi bahasa,
sepertinya kurang dapat mewakili pengertian yang sebenarnya. Hal ini
karena pada masa Homerus tersebut, seorang tukang kayu pun juga
disebut sebagai orang yang bijak.7 Namun, mengartikan filsafat dari segi
bahasa bukan berarti tidak ada manfaatnya, justru dengan melihat arti kata
filsafat dari segi bahasa, setidaknya kita akan mengetahui sedikit
gambaran tentang apa itu filsafat.8
Setelah mengetahui makna filsafat dari segi bahasa, kini kita perlu
untuk mengetahui defenisi dari filsafat dari segi terminology (istilah). Ada
6
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.4
7
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hal.10
8
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.5
5
banyak defenisi filsafat yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, sebagai
berikut:
9
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1981), hal. 155
10
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1981), hal. 155
11
Abu Bakar Aceh, Sejarah Filsafat Islam, (Sala: Ramadhani, 1982), hal. 9
12
Harold H. Titus dkk., Persoalan-Persoalan Filsafat, Terj. H. M. Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1984), hal. 11-14.
13
N. Drijarkara, Percikan Filsafat (Jakarta: Pembangunan, 1966), hal. 5
6
mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.14
14
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat (Jakarta: Widjaja, 1971), hal.11
15
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hal.9
16
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.7
17
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hal.15
7
sesuatu yang tampak ataupun yang tidak tampak. Obyek formal
filsafat adalah berupa point of view (sudut pandang) dari subyek
terhadap obyek yang dikaji secara menyeluruh, radikal dan
obyektif guna mengetahui hakikat atau kebenarannya.
d. Ciri berfikir dalam filsafat adalah sistematik, mendalam, radikal,
dan universal. Berfikir secara sistematik artinya berfikir dengan
berdasarkan kepada kaidah-kaidah yang secara khusus digunakan
dalam logika. Mendalam artinya bersungguh-sungguh dalam
berfikir sampai menemukan kebenaran yang ingin dicapai. Radikal
maksudnya adalah mengkaji hingga ke akar-akarnya. Universal
artinya bersifat menyeluruh.
e. Kebenaran filsafat dapat diukur melalui kelogisannya karena akal
(rasio) dijadikan sebagai sumbernya. Kebenaran filsafat bersifat
tentatif/relatif karena jika ada suatu kebenaran lagi yang datang dan
itu lebih logis dari kebenaran yang sebelumnya, maka kebenaran
yang lebih logis itulah yang diterima.18
2. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe-
dan akhiran –an. Sesuai dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
pendidikan diartikan dengan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya)
mendidik. Arti pendidikan tersebut terkesan mengandung arti
18
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017),
hal.7-8
19
Mustajab, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Pena Salsabila, 2020), hal.1
8
pengajaran.20 Sebagaimana Poerwadarminta menjelaskan bahwa arti
pengajaran adalah cara (perbuatan dan sebagainya) mengajar atau
mengajarkan. Kata tersebut serumpun dengan kata mengajar yang artinya
memberi pengetahuan atau pelajaran.21
20
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hal.50
21
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hal.22
22
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.9
9
d. Menurut John Dewey ; Education is all one with growing; it has
no end beyond it self. (Pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan
dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir
di balik dirinya).
e. Menurut H. Horne ; Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan
perangkat kelompok sosial melanjutkan keberadaannya
memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.
f. Carter V. Good ; Pendidikan adalah proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku
dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi
oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah)
sehingga dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan
kepribadiannya.
g. Menurut Thedore Brameld ; Istilah pendidikan mengandung fungsi
yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru
mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat.
h. Dalam UU No. 23 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.23
23
Hamdanah, Bungai Rampai Ilmu Pendidikan Islam, (Banjarmasin: Pustaka Buana, 2017), hal.1-2
10
membentuk hati nurani. Ini juga merupakan proses pembentukan diri dan
pengembangan etika sesuai dengan hati nurani, serta mencakup
pertumbuhan yang tak pernah berakhir, peran penting dalam
memperbaharui ideal-ideal masyarakat, dan membawa warga masyarakat
menuju tanggung jawab bersama. Pendidikan juga mencakup
pengembangan potensi diri peserta didik untuk mencapai kekuatan
spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
a. Tarbiyah
24
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017), hal.9
11
pendidikan, pengasuhan dan sebagainya. Pada dasarnya kata tersebut
meliputi banyak arti seperti kekuasaan, perlengkapan,
pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain. Selain
itu kata rabbun dijadikan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan,
kekuasaan dan kepemimpinan.25
b. Ta’lim
Secara lughawy, term ta’lim berasal dari kata fi’il tsulatsi mazid
biharfin wahid, yakni ‘allama, yu’allimu. ‘Allama memiliki arti
mengajar. Abd al-Rahman Abdullah sebagaimana dikutip Zuhriyah
mengatakan bahwa kata ta’lim hanyalah sebatas proses pentransferan
pengetahuan antar manusia. Dalam proses tersebut seorang mu’allim
hanya dituntut untuk benarbenar menguasai pengetahuan yang akan
ditransfer baik secara kognitif maupun psikomotorik, tidak sampai
pada ranah afektif. Seorang mu’allim hanya sekedar memberi tahu atau
memberi pengetahuan, tidak ada proses pembinaan kepribadian.
25
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan (Padang: The Zaqi Press, 2008), hal.17
26
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017),
hal.10
12
Kalaupun ada, kemungkinan hanya kecil sekali karena tujuan utama
hanya sekedar pemberian pengetahuan/transfer pengetahuan saja.27
c. Ta’dib
27
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017),
hal.11
28
Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam (Bandung: Mizan, 1998), hal.66
29
13
yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungannya bersama para
nabi dan para sahabatnya.” (HR. Dailami).
30
Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad
Naquib Al-Attas: AnExposition of the Original Concept of Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC1,
1998), hal.184
31
Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadits: Dirasah Islamiyah I, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), hal.23
32
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017),
hal.13
14
beberapa istilah terkait dengan pendidikan, seperti: iqra’ (bacalah),
‘allama (mengajarkan), al-qalam (pena). Selain surah tersebut masih
ada banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara masalah
pendidikan. 33
33
Lailatuzz Zuhriah, Filsafat Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017),
hal.13
34
Abdurrahman al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali,
Cet. I (Bandung: Diponegoro, 1989), hal.41.
35
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: Al-Ma’arif, 1984),
hal.27
15
Berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun
1960 dirumuskan, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap
pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah,
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam. Dari pengertian tersebut, Abdul Mujib
mengomentari bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah
upaya mengarahkan pada keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani, melalui bimbingan, pengarahan,
pengajaran, pelatihan, pengasuhan dan pengawasan, yang kesemuanya
dalam koridor Islam.36
36
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan (Padang: The Zaqi Press, 2008), hal.48
16
bagaimana? Jawabannya, pendidikan yang bercorak Islam atau singkatnya
adalah pendidikan Islam. Meskipun terdiri dari tiga kata, ketiganya dapat
direntang menjadi satu kalimat yang mewakili satu pengertian, yaitu
filsafat tentang pendidikan yang bercorak Islam.37 Definisi Marimba yang
sederhana tersebut merupakan definisi filsafat pendidikan Islam yang
ditinjau dari segi kebahasaan.38
17
didasarkan pada al-Qur'an dan al-Hadist sebagai sumber primer, dan
pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber
sekunder.42
42
Ismail Thaib, Pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam, (Mataram: Insan Madani, 2019), hal.58
18
Dengan demikian, Filsafat Pendidikan Islam secara singkat dapat
dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau
filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat
yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai
dalam pemikiran filsafat pada umumnya. Filsafat Pendidikan Islam juga
merupakan studi tentang penerapan metode dan sistem filsafat Islam
dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan
selanjutkannya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap
pelaksanaan pendidikan umat Islam.
43
Ismail Thaib, Pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam, (Mataram: Insan Madani, 2019), hal.59
19
mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Filsafat membantu kita berpikir dan
memahami dunia; (3) menggapai kebijakan dan nilai. Karena filsafat menggiring
manusia berpikir mendalam.44
Apa yang dikemukakan di atas, secara implisit juga mencakup ranah dari
Filsafat Pendidikan Islam, namun demikian terdapat beberapa poin yang menjadi
ranah yang menjadi centrum utama dari Filsafat Pendidikan Islam antara lain:
1. melakukan telaah kritis terhadap berbagai konsep dan teori Pendidikan Islam
yang ada untuk menemukan dan menguji kebenaran konsep-konsep dan teori-
teori tersebut;
2. melakukan telaah kritis terhadap realitas empirik penyelelenggaraan
Pendidikan Islam yang ada untuk mengukur dan menguji keberhasilan
penyelenggaraan Pendidikan Islam;
3. telaah kritis terhadap konsep teori dan realitas empirik Pendidikan Islam
tersebut dilakukan dengan menggunakan beragam pendekatan filosofis;
4. membangun kerangka paradigmatik baru Pendidikan Islam yang dapat
ditawarkan sebagai problem solving terhadap beragam persoalan Pendidikan
Islam sehingga penyelenggaraan Pendidikan Islam di kemudian hari akan
lebih berhasil guna dan berdaya guna bagi manusia dan alam semesta. Tugas-
tugas kependidikan seperti yang dielaborasi inilah yang harus dijawab oleh
seluruh elemen intelektual Islam yang concern dengan Pendidikan Islam.45
44
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media , 2011), hal.86-87
45
Ismail Thaib, Pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam, (Mataram: Insan Madani, 2019), hal.60
20
landasan untuk mengembangkan pengetahuan yang sangat berguna bagi
peradaban suatu masyarakat Islam.
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
untuk mencari kebenaran atau hakikat segala yang ada. Ciri khas berfikir dalam
filsafat dapat diukur melalui kelogisan, tetapi bersifat tentatif atau relatif karena
pengembangan jasmani dan rohani secara seimbang, dengan dasar pada Al-Qur'an
dan al-Sunnah, dengan tujuan membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan
ajaran Islam.
Islam yang memanfaatkan metode dan sistem filsafat Islam. Mempelajari filsafat
22
paradigma baru untuk mengatasi tantangan dalam penyelenggaraan Pendidikan
Islam.
Saran
Untuk mengambil manfaat dari pendekatan filsafat, ada beberapa hal yang
dan analitis, bersikap terbuka terhadap beragam pandangan dan perspektif orang
sendiri, serta selalu mengakui keterbatasan pengetahuan kita dan siap untuk
Pendidikan Islam secara lebih efektif dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap
nilai-nilai Islam dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar Pendidikan Islam, seperti
yang tercantum dalam Al-Qur'an dan al-Sunnah. Para pendidik juga perlu
23
memaksimalkan manfaat dari pendekatan pendidikan Islam dan filsafat
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abu Bakar.1982. Sejarah Filsafat Islam, Sala: Ramadhani
Anshari, Endang Saifudin.1987. Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu
Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. The Educational Philosophy and Practice of
Syed Muhammad Naquib Al-Attas: AnExposition of the Original
Concept of Islamization, Kuala Lumpur: ISTAC
24
Nasution, Harun.1991. Falsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang
Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia
Tafsir, Ahmad.2003. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra
Bandung: Remaja Rosdakarya
25