Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Dosen Pengampuh :

Studi Hadist ZARKASIH, Dr., M.Ag.

Pengenalan
dan Karya-karyanya
Perawi
Kitab Sunan Abu Dawud
dan Sunan Nasai
jDisusun Oleh :
 B.T Duwi Permata Sari
(11910720373)
 Sri Gus Devi (11910724159)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Sultan Syarif Kasim Riau
01 Riwayat Hidup
Menjelaskan secara singkat riwayat hidup dari Sunan Abu Dawud dan
Sunan Nasai.

02 Metode Penyusunan Kitab


Menjelaskan secara singkat bagaimana metode penyusunan kitab dari
Sunan Abu Dawud dan Sunan Nasai.

Materi Yang
Jumlah Hadis
dibahas : 03 Menjelaskan secara singkat berapa jumlah Hadis dari Sunan Abu Dawud
dan Sunan Nasai.

04 Kualitas Hadis di Dalam Kitab


Menjelaskan secara singkat tentang kualitas Hadis di dalam kitab dari
Sunan Abu Dawud dan Sunan Nasai

Pendapat dan Kritik Ulama


05 Menjelaskan secara singkat tentang pendapat dan kritik ulama dan Sunan
Abu Dawud dan Sunan Nasai
01. RIWAYAT
HIDUP.
RIWAYAT HIDUP
SUNAN ABU DAWUD
Nama beliau adalah Sulaiman ibn al-Asha’s ibn Ishaq
ibn Bashir ibn Shaddad ibn Amar al-Azdi al-Sijistani,
dilahirkan pada tahun 202 H./817 M, di Basrah. Beliau
mulai menuntut ilmu pengetahuan sejak kecil, kemudian
beliau melakukan perlawatan ke Hijaz, Syam, Mesir, Iraq,
Aljazair dan Gurasan.
Beliau menjumpai sejumlah besar dari imam-imam
penghafal hadis, beliau mendengar hadis dari Abu A’mar,
Muslim ibn Ibrahim, Abdullah ibn Raja’, Abu al-Walid at
Toyalisi dan di Bagdad belajar pada Ahmad ibn Hanbal dan
pada akhirnya beliau menetap di Basrah.
Abu Dawud termasuk ulama yang mengamalkan ilmunya, beliau
mencapai derajat yang tinggi dalam masalah ibadah, sopan santun dan
wara’. Sehingga sebagian ulama menyamakan beliau dengan Ahmad ibn
Hambal didalam akhlak, sifat dan ketenangan jiwanya. Musa ibn Harun
berkata: Abu Dawud diciptakan di dunia untuk hadis dan di akhirat untuk
surge, saya tidak melihat orang yang lebih utama dari beliau.
Beliau diajak oleh Amir Nasrah, saudara Khalifah al-Muwaffaq supaya
bermukim di Basroh sesudah terjadinya kekacauan, agar penduduk kota
dapat belajar ilmu padanya. Pada waktu itu peminat hadis mendatangi
Abu Dawud dari segala penjuru, oleh karena itu beliau bermukim di
Basrah dan wafat disana pada 16 Syawal 275 H, beliau dimakamkan dekat
kubur Sufyan al-Thawri.
RIWAYAT HIDUP
SUNAN NASA’I
Imam al-Nasa'i nama lengkapnya adalah Ahmad bin Syu'aib bin Ali bin
Sinan bin Bahr bin Dinar, dan diberi gelar dengan Abu Abd al-Rahman al-Nasai.
Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa' yang masih termasuk wilayah
Khurasan. Kepada tempat kelahiran beliau inilah namanya dinisbatkan. Di kota
Nasa' ini beliau tumbuh melalui masa kanak-kanaknya, dan memulai aktifitas
pendidikannya dengan menghafal al-Quran dan menerima berbagai disiplin
keilmuan dari guru-gurunya.
Pada saat ia berusia remaja timbul
keinginan untuk mencari hadist nabi. Ketika
usianya menginjak 15 tahun, mulailah beliau
mengadakan perjalanan ke hijaz, Irak, Syam,
dan daerah-daerah lainnya yang masih
berada di Jazirah Arab untuk mendengarkan
dan mempelajari Hadits Nabi dari para ulama
yang di kunjunginya.
Sampai memasuki tahun 302 H Imam al-Nasa’i tetap tinggal di Mesir,
selaku ulama hadis (fiqh). Dan kecenderungan ijtihad yang dilakukan
tampak memihak kepada paham Imam As-Syafi’i. Sebuah karangan fiqh
mengenai tata laksana ibadah haji dan umrah (manasik) di tulis oleh
Imam al-Nasa’i dengan judul al-Manasik mengacu pada pemaparan fiqh
Syafi’iyyah.
Pada usia senja 88 tahun atau tepatnya memasuki tahun 303 H.
Imam al-Nasa’i berada di Syiria, sebuah wilayah yang mayoritas
penduduknya fanatik mendukung dinasti Umawiyah (raja-raja keturunan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan). Disebabkanbuku karangan beliau berjudul al-
Khasais yang merangkum reputasi kepribadian, keilmuan dan prestasi
kepahlawanan persi militer Ali bin Abi Thalib serta ahlul-bait (keluarga
besar Nabi Muhammad SAW) beliau dituduh sebagai agen politik syi’ah.
02 METODE
PENYUSUNAN
. KITAB.
METODE PENYUSUNAN KITAB
SUNAN ABU DAWUD
Dalam menyusun kitab Sunan-nya, tidak hanya terdiri dari hadis
berstatus sahih saja (seperti Imam al-Bukhari dan Imam Muslim), tetapi juga
mencatumkan yang berstatus hasan dan daif yang tidak dibuang oleh para
ulama. Alasan Abu Dawud mencantumkan hadis lemah karena menurutnya,
hadis lemah lebih baik daripada pendapat ulama, sehingga hadis lemah
tersebut merupakan pengganti dari opini para ulama.
Dalam membedakan status hadis yang ditelitinya, Abu
Dawud menggunakan istilahnya yakni hadis şahih , semi sahih
(yushbihuh), mendekati sahih (yuqaribuh) dan sangat lemah
(wahn shadid). Namun ada juga hadis yang tidak disertakan
kualitas ke-hujjah-annya, sehingga muncul istilah mã sakata anh
Abu Dawud. Sikap diam tersebut bisa diasumsikan dengan
isyarat bagi peneliti hadis untuk melakukan pengujian atas
mutunya.
Asumsi tersebut sejalan telah berkembangnya sikap pro-kontra di
kalangan kritikus hadis perihal dugaan daif atas sanadnya, sehingga dalam
merespon sikap tersebut, Abu Dawud tidak berspekulasi untuk memihak
kepada salah satu penilaian.
Perhatian Abu Dawud lebih berfokus pada segi redaksi matan hadis.
Hal itu dikemukakan Abu Dawud dalam kitab sunannya lebih
memprioritaskan pada kajian fiqh al-hadith. Sering ditemukan adanya
penyederhanaan rumusan matan hadis oleh Abu Dawud, karena dipandang
akan menyulitkan pembaca yang ingin menyimpulkan kandungan fiqh-nya.
Selain itu, penyederhanaan tersebut berkaitan dengan status hadia
tersebut yang hanya menjadi penguat (istishhad) bagi unit hadis yang
termuat di sub bab yang sama.
METODE PENYUSUNAN KITAB
SUNAN NASA’I
Dilihat dari namanya, maka kita akan segera tahu bahwa kitab hadis
al-Nasai ini disusun berdasarkan metode sunan. Yang dimaksud dengan
metode sunan di sini adalah metode penyusunan kitab hadis berdasarkan
klasifikasi hukum Islam (abwab al-fiqhiyyah). Hanya mencantumkan hadis-
hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw saja (hadis marfu'). Bila
terdapat hadis-hadis yang bersumber dari sahabat (mauquf) atau tabi'in
(maqtu'), maka relatif jumlahnya hanya sedikit.
Sistematika penyajian hadis dalam sunan al-Nasai
menyerupai tertib sistem kitab fiqh serta masing-masing
kelompok hadis yang satu materi dilengkapi dengan judul
sub bab yang mewakili persepsi hasil analisis Imam al-
Nasa’i terhadap inti kandungan matan hadis yang
bersangkutan.  Pengeditan matan hadis ditekankan pada
upaya mempertahankan keaslian redaksi (riwayat bil-
lafdzi).
03 JUMLAH
. HADIS.
JUMLAH HADIS
SUNAN ABU DAWUD
Kitab Sunan Abu Dawud merupakan hasil seleksi Abu Dawud atas 500.000
hadis yang pernah diterimanya. Diproses selama ± 35 tahun dan pada tahapan
akhir diuji kualitasnya oleh Imam Ahmad ibn Hanbal. Dari hasil Penyeleksian, Abu
Dawud memasukkan dalam kitab Sunannya 4.800 inti hadis. Abu Dawud telah
menerangkan manhaj yang ditempuh dalam kitabnya.
Beliau berkata :
“Saya menyebutkan dalam kitab ini hadis yang Shahih, yang menyerupai
dan yang mendekati. Segala hadis yang terdapat padanya kelemahan
yang sangat, saya menerangkannya”.
Banyak sekali karya ilmiah yang dikarang
oleh Abu Dawud, diantara hasil karyanya
adalah :
1. Kitab Al-Sunan.
2. Kitab Al-Qadar.
3. Kitab Al-Zuhd.
4. Ibtida Al-Wahy.
5. Fadail al A’mal.
JUMLAH HADIS
SUNAN NASA’I
Sunan an-Nasa’i ini menghimpun sejumlah 51 kitab dan
haditsnya berjumlah 5774 hadits. Dan 5.671 hadis, yang menurut Imam Al-
Nasa’I adalah hadis-hadis sahih. Imam an-Nasa’i adalah ulama yang
sangat produktif  baik  dalam bidang ilmu hadis, dan Fiqh. ‘Ajaj al-Khatib
menyebutkan dalam bukunya “Ushul al-Hadis” bahwa imam al-Nasa’i
mengarang lebih kurag 15 kitab dalam bidang ilmu hadis. Beliau adalah
pakar ilmu hadis, ilmu jarh wa ta’dil , ilmu ‘ilalul hadis, serta ilm fiqh.
Diantara karya-karya Sunan Al-Nasa’i, yang banyak dikenal
diantaranya yaitu :
1. Sunan al-Kubra
2. Sunan al-Sughra, sering disebut juga al-Mujtaba
3. Al-Khasais
4. Fadha-il al-Sahabat
5. Al-Manasik
04KUALITAS HADIS
. DI DALAM KITAB
KUALITAS HADISSUNAN
DI DALAM KITAB
ABU DAWUD
Kelebihan Kitab Sunan Abu Dawud :
 Para ulama memberikan pujian kepadanya dan menyebutkan bahwa
beliau memiliki hafalan yang sempurna, pemahaman yang kuat, dan
seorang yang wara.
 Kitab Sunan Abu Daud adalah sebuah kitab yang mulia yang belum pernah disusun oleh
sesuatu kitab yang lain yang menerangkan hadis-hadis hukum sepertinya. Para ulama
menerima baik kitab sunan tersebut, kerana ia hanya menjadi hakim antara ulama dan
para fuqaha’ yang berlainan mazhab. Kitab itu menjadi pegangan ulama Irak, Mesir,
Moroko, dan negeri lain.
 Abu Daud telah menghimpun segala macam hadis hukum dan menyusunnya dengan
sistematik yang baik dan indah, serta membuang hadis yang lemah.
 Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Keutamaan penyusunan kitabnya adalah
berkaitan dengan masalah hukum, jadi kumpulan hadisnya lebih berfokuskan kepada
hadis yang berkaitan hukum.
Kekurangan Kitab Sunan Abu Daud:
 Abu Dawud tidak menjelaskan secara terperinci tentang kriteria shahih
dan da’if dalam kitabnya.
 Adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Hambali dalam hal
bertoleransi terhadap hadis yang dha’if yang mana sebilangan kalangan
ulama yang lain menilai hadis tersebut sebagai dha’if.
 Hadits-hadits yang dihimpun dalam Sunan Abu Dawud hanya hadits-
hadits fiqh saja.
 Perlu meneliti lebih lanjut tentang kualitas hadis yang terhimpun dalam
kitab ini, karena walaupun sudah dicantumkan tentang keterangan
hadits akan tetapi masih diperlukan pemahaman yang mendalam agar
mengetahui kualitas hadits yang terhimpun.
KUALITAS HADIS DI DALAM
SUNAN NASA’I
KITAB
kitab Sunan An-Nasa’i (Kitab Mujtaba) disusun dengan metode yang sangat
unik dengan memadukan antara fiqh dengan kajian sanad.  Hadist-hadistnya
disusun berdasarkan bab-bab fiqh sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dan
untuk setiap bab diberi judul yang kadang-kadang mencapai keunikan tersendiri.
Ia mengumpulkan sanad-sanad suatu hadist di suatu tempat. Kitab al-Sunan ini
sederajat dengan kitab sunan Abu Dawud, atau sekurang-kurangnya mendekati
satu tingkatan kualitas yang sama dengan Sunan Abu Dawud, dikerenakan An-
Nasa’i sangat teliti dalam meriwayatkan dan menilai suatu hadis.
Hanya saja, karena Abu Dawud lebih banyak perhatiannya
kepada matan-matan hadis yang ada tambahannya, dan lebih
terfokus pada hadis-hadis yang banyak diperlukan oleh para Fuqaha,
maka Sunan Abu Dawud lebih diutamakan sedikit dari Sunan al-
Nasa’i. Oleh karenanya, Sunan al-Nasa’I ditempatkan pada tingkatan
kedua setelah Sunan Abu Dawud dalam deretan kitab-kitab hadis al-
Sunan
05 PENDAPAT
. DAN KRITIK
ULAMA
PENDAPAT DAN KRITIK ULAMA
SUNAN ABU DAWUD
Para ulama sepakat menetapkan beliau sebagai hafidz’ uang sempurna, pemilik
ilmu yang melimpah, muhaddith yang terpercaya, warã’ dan mempunyai pemahaman
yang tajam, baik dalam bidang ilmu hadis maupun lainnya. Ulama yang pernah
berpendapat demikian diantaranya adalah Muhammad ibn Yasin al-Harawi, Abu
Abdullah al-Hakim, Abu Bakr al-Khalal.
Abu Dawud mendapatkan predikat faqih
kedua pleh para ulama ahli hadis setelah Iman al-
Bukhari. Koleksi Sunan Abu Dawud yang
melengkapi seluruh pokok Bahasa ilmu fiqh serta
menjadi kitab rujukan dasar-dasar hukum oleh
para fuqaha, memperkuat pendapat ke-faqih-
annya tersebut.
 Penilaian Ulama terhadap Kitab Sunan Abu
Dawud.
Al-Hafiz Abu Sulaiman AL-Khattabi pengarang kitab Ma’alim al-Sunan Sharah
Kitab Sunan Abu Dawud merupakan kitab mula, yang kualitasnya belum ada yang
menyamainya saat itu. Semua orang menerimanya dengan baik, sehingga Abu
Dawud menjadi penengah antara para ulama dan fuqaha’ yang berlainan
madhhab. Kitab tersebut menjadi pegangan para ulama di Irak, Mesir, Maroko
dan negeri-negeri lainya.
Sedangkan Imam Abu Hamid al-Ghazali berpendapat bahwa cukup kitab
Sunan Abu Dawud saya yang bisa jadi pegangan bagi para mujtahid untuk
mengetahui hadis-hadis hukum. Bahkan Ibn al-’Arabi mengatakan bahwa apabila
seseorang telah memiliki AL-Qur-an dan kitab Sunan Abu Dawud, maka tidak
memerlukan kitab yang lainnya.
Walaupun demikian, Kitab Sunan Abu Dawud masih di bawah level Kitab
Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim. Hal itu dikarenakan dalam Kitab Sunan Abu
Dawud masih mencantumkan hadis-hadis daif yang bisa dipertimbangkan ke-
hujjah-annya.
PENDAPAT DAN KRITIK ULAMA
SUNAN NASA’I
Al – Dar al Quthni mengatakan bahwa Imam An  Nasa’i adalah orang yang
didahulukan selangkah dalam bidang ilmu hadits pada masanya ketika orang
membicarakan keilmuan hadits. Al –Khalili berkata bahwa An  Nasa’i adalah seorang
yang hafidz mutqinun, telah diakui kekuatan hafalannya dan kepintarannya,dan
pendapatnya sangat diandalkan dalam bidang ilmu jarh dan ta’dil. Ibnu Nuqtah berkata :
Imam An  Nasa’i adalah salah seorang tokoh dalam bidang ilmu hadits. Al –
Zahabi : An  Nasa’i adalah ulama yang padanya terkumpul lautan ilmu, disertai
pemahaman dan kepintaran, dan sangat kritis terhadap seorang rawi serta mempunyai
karangan yang sangat baik dan banyak berdatangan para hafidz kepadanya. Ibnu
Katsir : An  Nasa’i adalah seorang imam pada masanya dan orang yang paling utama
dalam bidangnya.
 Penilaian Ulama
terhadap Kitab Sunan Nasa’i
Ibn Hajar mengatakan persayaratan yang yang dibuat an-Nasa’i
dalam Mujtaba lebih ketat persyaratannya setelah Sohih al-Bukhori dan
Sohih Muslim. Al Hafiz Abu Ali memberi ketentuan bahwa persyaratan
yang dibuat oleh an-Nasa’i sangat ketat/selektif betul dalam periwayatan
hadis, Al-Hakim Abu Abdurrahman dan Darquthubi mengomentari bahwa
an-Nasa’i lebih diutamakan dari orang lain pada zamannya.
Menurut Abu Abdurrahman kitab hadis yang dikumpul an-
Nasa’i adalah sebagus kitab baik di bidang penyusunan maupun di bidang
pembagiannya. Dinukilkan as-SubqiAn-Nasa’i lebih hafiz dibandingkan
dengan Muslim pemilik Sohih Muslim. Komentar sebagian ulama
sesungguhnya kitab an-Nasa’i semulia-mulianya kitab dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai