Anda di halaman 1dari 16

Metode Kritik Hadis Ibn Abdilhadi dalam Kitab al -Muharrar: Studi Analisis

Hadis-hadis Bab al-Miyah

Salman Zulfahmi
Program Magister Studi Ilmu Hadis
Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia
salmanzulfahmi@gmail.com

Abstrak

Salah satu kitab yang menghimpun hadis-hadis ahkam fiqhiyah adalah kitab al-
Muharrar fi al-Hadis karya Ibnu Abdilhadi. Sehingga kitab ini mengundang perhatian
untuk dipelajari dan dijadikan kitab hapalan hadis di sebagian pergururuan tinggi prodi
ilmu hadis. Ibnu Abdilhadi banyak mengomentari hadis-hadis dalam kitab tersebut
namun belum terdapat pengkajian tentang komentar-komentar tersebut. Penelitian ini
ingin mengungkap isi komentar-komentar tersebut sehingga diketahui metode kritik
hadis yang digunakan oleh Ibnu Abdilhadi dengan mengkaji hadis dalam bab al-Miyah.
Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
mencapai hasil dan pembahasanya. Kesimpulan berupa temuan dari penlitian ini
adalah terdapat beberapa metode kritik hadis yang dilakukan oleh Ibnu Abdilhadi pada
hadis-hadis bab al-Miyah yang sangat mempengaruhi hukum terhadap hadis sehingga
dapat berpengaruh kepada kesimpulan hukum fiqih. Penelitian ini masih membuka
peluang besar untuk mengkaji metode kritik hadis dalam kitab al-Muharrar karena
penelitian ini terbatas dalam kajian bab al-Miyah.
Kata kunci: Al-Muharrar, Kritik hadis, Naqd, Riwayat, fiqhul hadits
A. Pendahuluan.

Di antara kitab-kitab yang merangkum hadis-hadis ahkam adalah kitab al-Muharrar.


Kitab al-Muharrar memiliki ciri khas tersendiri, di mana penyusunnya menuturkan
komentar-komentar terhadap hadis yang menjadi catatan pada hadis-hadis tertentu. Ini
menunjukkan terdapat perhatian penyusun terhadap kritik hadis dalam kitab ini. Itu
semua bisa ditinjau dari mulai awal kitab hingga akhir kitab.

Lebih dari itu, kitab al-Muharrar ini telah dipilih oleh sebagian perguruan tinggi
ternama di dunia sebagai objek hapalan hadis-hadis ahkam bagi mahasiswa di program
studi Ilmu hadis, salah satunya adalah di Universitas Islam Madinah dan . Padahal kitab
al-Muharrar tidak memiliki perhatian yang melibihi dua kitab yang sejenis dengannya
yaitu bulughul Maram dan Umdatul-ahkam yang telah memikat banyak para ulama untuk
mensyarah kedua kitab hadis ahkam tersebut. Walau demikian al-Muharrar tetap menjadi
pilihan sebagian lembaga untuk dijadikan objek hapalan hadis walau pun kitab ini tidak
setenar bulughul-maram dan Umdatul ahkam. Disamping itu, kitab al-muharrar ini bukan
sekedar kitab yang menampilkan hadis begitu saja, tetapi penyusunnya memiliki
perhatian khusus terhadap kritik hadis, sehingga beliau banyak mengomentari hadis-hadis
tertentu dalam kitab al-Muharrar ini.

Oleh karena itu, menarik apabila komentar-komentar yang ada pada kitab tersebut
dikaji untuk mendapatkan metode penyusun dalam hal mengkritik hadis-hadis kitab al-
Muharrar. Pengkajian ini terfokus pada hadis-hadis yang tercantum di bab al-Miyah.
Karena pada bab al-miyah, Ibnu Abdilhadi cukup banyak mengomentari hadis-hadis yang
disebutkan dalam bab tersebut sehingga dapat menjadi sandaran awal yang membuka
bahasan tentang kritik-kritik Ibn Abdilhadi.

Terdapat penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan kitab al-Muharrar, antara
lain penelitian yang dilakukan oleh Nurkhalis Kurdian (2016), “Studi Komparasi antara
Bab al-Miyah di Kitab al-Muharrar fi Ahaadits al-Ahkam dengan Bab al-Miyah di Kitab
Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam ” al-Majalis: Jurnal Dirasat Islamiyah.
Penelitian ini memaparkan perbandingan antara hadis-hadis yang ada dalam kitab al-
Muharrar dengan kitab bulugh al-Maram dari Bab al-Miyah. Peneliti menguraikan hadis-
hadis agar dapat dilihat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penelitian ini
termasuk studi kepustakaan dengan dengan pendekatan kualitatif (Kurdian 2016). Peneliti
pun telah melakukan penelitian terhadap al-Muharrar fi al-Hadith dengan Bab yang
berbeda setelah penelitian di atas (Kurdian 2018).

Adapun penelitian yang berfokus pada pengkajian metode kritik hadis pada kitab al-
Muharrar, maka sebatas pencarian peneliti belum ada yang melakukannya, sehingga
penelitian ini termasuk penelitian pertama yang dilakukan berkaitan metode kritik hadis
Ibn Abdilhadi dalam kitab al-Muharrar.

Kritik hadis adalah satu metode untuk mengetahui kualitas hadis. Kritik hadis sendiri
terbagi menjadi dua unsur, yaitu, kritik sanad dan kritik matan. Kritik sanad adalah
mengkaji sanad hadis dengan memeriksa jalur-jalur sanad dan para perawi hadis agar bisa
dipastikan kebersambungan sanad dan kredebilitas para perawinya sehingga hadis dapat
diterima. Sedangkan kritik matan adalah mengkaji matan hadis di antaranya
mengkorelasi dengan redaksi matan dari jalur-jalur yang berbeda juga dengan
membandingkan dengan hadis lain. Dengan menerapkan kritik sanad dan matan, kualitas
hadis dapat diketahui secara baik dan proporsional.

Salah satu kitab yang merangkum hadis-hadis tentang hukum fikih adalah kitab al-
Muharrar fiil Hadits yang disusun oleh al-Imam Ibnu Abdilhadi. Kitab ini sejenis dengan
kitab Umdatul Ahkam yang disusun oleh al-Imam Abdul Ghani al-Maqdisi dan Kitab
Bulughul Maram yang disusun oleh al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahumullaah.
Namun kitab al-Muharrar memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan kedua
kitab tersebut. Sebagian hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Muharrar diikuti
komentar-komentar penyusun yang kaitannya dengan penilaian terhadap hadis yang
berupa kritik terhadap hadis yang disebutkan. Dengan komentar tersebut dapat diketahui
alasan hadis dapat diterima atau pun sebaliknya.

Dari paparan di atas rumusan penelitian ini dapat diuraikan yaitu bahwa terdapat
komentar-komentar Ibn Abdil Hadi terhadap hadis-hadis dalam kitab al-Muharrar Bab
al-Miyah. Sehingga timbul pertanyaan yaitu bagaimana Metodologi Ibnu Abdil Hadi
dalam mengkritik hadis dalam kitab al-Muharrar Bab al-Miyah. Dari pertanyaan tersebut
dapat dipetakan pertanyaan lebih terperinci menjadi dua pertanyaan; pertama:
Bagaimana pandangan umum tentang kritik hadis; kedua Bagaimana metode Ibnu Abdil
Hadi dalam mengkritik hadis dalam kitab al-Muharrar bab al-Miyah. Dari penelitian ini
diharapkan bisa diketahui metodologi Ibnu Abdil Hadi dalam mengkritik hadis dalam
kitab al-Muharrar bab al-Miyah.

B. Metodologi penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif; di mana peneliti akan


mengumpulkan terlebih dahulu hadis-hadis yang dicantumkan Ibnu Abdilhadi dalam
kitab al-Miyah, kemudian dari hadis-hadis yang dipaparkan peneliti akan menjabarkan
dan memberikan simpulan-simpulan dari komentar Ibnu Abdilhadi. Tahapan untuk
memoeroleh kesimpulan dilalui dengan metode analisis konten yang berupa keterangan
langsung Ibnu Abdilhadi tentang hadis tertentu atau pun keterangan dari ulama pada
hadis tertentu. Disertai pengkajian sumber-sumber ilmu hadis yang berkaitan dengan
ungkapan-ungkapan Ibnu Abdilhadi melalui studi pustaka.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Biografi Ibnu Abdil Hadi dan Kitab al-Muharrar
a. Biografi Ibn Abdilhadi
Beliau adalah Imam Hafidz Muhaddis Faqih. Bernama Muhammad Ibn
Ahmad Ibn Abdilhadi Ibn Abdilhamid Ibn Yusuf Ibn Qudamah al-Jama’iili ad-
Dimasyqi. Lahir pada bulan Rajab pada tahun 705H, beliau dikenal dengan Ibn
Abdilhadi.
Ibnu Abdilhadi tergolong ulama yang mengadopsi madzhab hanbali,
sehingga beliau memiliki karakter kehanbalian yang sangat mencolok yang
terlihat dalam penyusunan kitab al-Muharrar, di mana saat mentakhrij hadis hadis
tertentu beliau mengedepankan penyebutan Imam Ahmad bin Hanbal.
Karya tulis Ibnu Abdilhadi terbilang cukup banyak. Ibnu Rajab
menuturkan bahwa Ibnu Abdlihadi menghasilkan banyak karya tulis. Sebagian
karya telah disusun sempurna dan sebagian yang lain tidak sempurna karena
kewafatan beliau pada usia 40 tahun atau kurang dari itu. Ibnu Rajab menyatakan
bahwa karya tulis Ibnu Abdilhadi mencapai 70 karya tulis (Ibn-Rajab
1425H/2005M, 5/117). Karya-karya Ibnu Abdil Hadi beragam di berbagai cabang
ilmu, namun karya terbanyak membahas tentang ulumul-hadits. Di antara karya-
karyanya: al-Muharrar fiil Hadits, Tanqiih at-Tahqiiq fii Ahaadits at-Ta’liiq,
Ahadits al-Jam’ Baina ash-Shalatain fi al-Hadhr, Ahadits ash-Shalah ‘ala an-
Nabiy, al-Ahadits adh-Dha’ifah allati Yatadawaluha al-Fuqaha wa Ghairihim,
dll (Ibn-Ukasyah 1427H/2006M, 16-38).
Karena keahlian beliau dalam berbagai cabang ilmu, tidak heran mucul
pujian dari ulama-ulama, antara lain adalah pujian Ibnu Katsir: “Ibnu Abdil hadi
adalah Syaikh Imam ‘Alim ‘Allaamah kritikus hadis yang piawai. Mendapatkan
ilmu yang tidak digapai oleh para masyaikh kibar. Pakar dalam ilmu hadis,
Nahwu, Tashrif, Fikih, tafsir, dua ilmu ushul (Ushul fiqh dan ushul tafsir), sejarah
dan ilmu qiraat…” (Ibn-Katsir 1408H/1988M, 14/244) Imam as-Suyuthi pun
tidak luput memuji Ibn Abdilhadi: “al-Imam al-Awhad Muhaddis Hafizh cendikia
seorang faqih yang piawai, al-Muqri’ (pakar qiroat)… Beliau pakar dalam hadis,
fikih, ilmu ushul dan sastra Bahasa Arab” (as-Suyuthi , 233)
Ibnu Abdil Hadi wafat pada hari Rabu 10 Jumadal Ula tahun 744H di usia
39 tahun setelah sakit yang diderita dengan akhir kata yang diucapkan: Asyhadu
allaa ilaaha illallaah wa Asyhadu anna muhammadan rasulullaah,
Allaahummaj’alnii minattawwaabiin waj’alnii minal mutathohhiriin.
b. Kitab al-Muharrar fiil Hadiits
Kitab ini diberi nama dengan al-Muharrar fi Ahaadits al-Ahkam, sebuah
kitab yang menghimpun hadis hukum-hukum fiqih yang sejenis dengan kitab
bulughul-maram dan umdatul ahkam. Para ulama menyebutkan bahwa kitab ini
termasuk karya Ibnu Abdilhadi, antara lain yang menyatakan demikian adalah
Ibnu Rajab dalam Dzail ath-Thabaqat, Ibnu Nashiruddin dalam ar-Radd al-Wafir
Ibnu Hajar dalam ad-Durar al-Kaminah.
Seluruh hadis dalam al-Muharrar berjumlah 1324 hadis yang diuraikan
dalam 30 bahasan kitab dan 107 bab (Kurdian 2018). Bahasan-bahasan kitab
dalam al-Muharrar yaitu; Kitaab bath-Thaharah, Kitaab ash-Shalaah, Kitaab al-
Janaaiz, Kitaab az-Zakaah, Kitaab ash-Shiyaam, Kitaab al-Hajj, Kitaab ash-
Shayd, Kitaab al-Ath’imah, Kitaab an-Nudzuur, Kitaab al-Jihaad wa as-Sayr,
Kitaab al-Buyuu’, Kitaab al-Hajr, Kitaab al-Ghashb wa al-Syuf’ah, Kitaab al-
Faraaidh wa al-Walaa, Kitaab al-‘Itqi, Kitaab an-Nikaah, Kitaab ash-Shadaaq,
Kitaab ath-Thalaaq, Kitaab al-Aymaan, Kitaab al-Li’aan, Kitaab al-‘Adad,
Kitaab ar-Radhaa’, Kitaab an-Nafaqaat wa al-Hadhaanah, Kitaab al-Jinaayaat,
Kitaab ad-Diyaat, Kitaab al-Huduud, Kitaab al-Qadhaa, Kitaab asy-Syahaadaat,
Kitaab al-Jaami’ dan Kitaab ath-Thibb.
Ibnu Hajar mengatakan perihal kitab ini: “Ibnu Abdilhadi meringkas kitab
ini dari kitab al-Ilmam (Karya Ibnu Daqiq al-‘Ied) dan ia menyusun dengan
sangat baik” (al-Asqalani 1392H/1972M, 5/62). Hanya saja pernyataan Ibnu
Hajar bahwa al-Muharrar adalah ringkasan dari al-Ilmam perlu dikaji lebih
lanjut, karena Ibn Abdilhadi tidak membuat pernyataan tersebut dalam kitabnya.
Kitab ini memiliki kelebihan dalam penyebutan sumber-sumber kitab hadis induk
ketika disebutkan takhrij hadis. disamping itu Ibnu Abdilhadi menyertakan
penilaian para muhaddis terhadap hadis yang dibawakan dan juga menyebutkan
sepintas jarh wa ta’dil ketika dianggap perlu. Secara penyusunan hadis-hadisnya
menyesuaikan bab-bab dalam ilmu fiqih. Terkadang menyebutkan atsar yang
berupa ucapan sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan hadis
dalam bab al-Miyah yang akan menjadi fokus penelitian ini berjumlah 15 hadis.

2. Metode Kritik Ibnu Abdil Hadi terhadap Hadis-hadis di dalam al-Muharrar


Bab al-Miyah
A. Pandangan Umum tentang Kritik Hadis

ِ ‫ نَ ْق ُد ْال َح ِد ْي‬Naqd al-Hadits. Makna ‫النقد‬


Kritik hadis yang disebut dalam Bahasa Arab ‫ث‬
An-Naqd secara etimologi didapati dari beberapa sumber; seperti di dalam Mu’jam
Maqayiis al-Lughah karya Ibnu Faris (Abul-Husain 1399H/1979M, jld.5 Hlm. 467),
Lisanu al-‘Arob karya Ibnu Mandzur (Manzhur 1414H, jld. 3, hlm. 425) dan Taaj
al-‘Aruus karya al-Zabiidi (Az-Zabiidi T.th). Ketiga sumber tersebut menerangkan
tentang makna an-Naqd secara etimologi yang berarti memisahkan dirham-dirham
yang asli dengan yang palsu. Sedangkan jika diidhafahkan kepada al-Hadits dapat
dimaknai secara terminolog ilmu hadis yaitu memilih hadis-hadis shahih dalam
rangka memisahkan dari hadis-hadis yang dha’if serta menilai kredibiltas para perawi
hadis, baik dan buruk perawi-perawi tersebut (al-A'zhami 1410H/1990M, 5). Naqd
al-hadis dapat dimaksudkan sebagai satu metode untuk mengetahui kualitas hadis.

Kritik hadis sendiri terbagi menjadi dua unsur, yaitu, kritik sanad dan kritik
matan. Kritik sanad adalah mengkaji sanad hadis dengan memeriksa jalur-jalur sanad
dan para perawi hadis agar bisa dipastikan kebersambungan sanad dan al-Jarh wa at-
Ta’dil yaitu penilaian kredebilitas baik dan buruk para perawi sehingga hadis dapat
diterima atau ditolak (al-Abdultathif , 11-12). Sedangkan kritik matan adalah
mengkaji matan hadis dengan proses-proses tertentu, antara lain dengan mengkorelasi
redaksi matan dari jalur-jalur yang berbeda juga dengan membandingkan dengan
hadis lain (ad-Damini 1404H/1984M, 133, 163). Dengan menerapkan kritik sanad
dan matan, kualitas hadis dapat diketahui secara baik dan proporsional.

B. Uraian Analisis Metode Kritik Ibnu Abdil Hadi terhadap Hadis-hadis di


dalam al-Muharrar Bab al-Miyah
‫‪Hadis yang menjadi objek penelitian ini berjumlah 15 hadis dalam Bab al-Miyah‬‬
‫‪(Ibn-Abdilhadi 1433H/2012M, 33-39). Dalam menganalisis metode Ibnu Abdilhadi,‬‬
‫‪peneliti akan menyebutkan beberapa hadis yang didahului dengan penjelasan tema‬‬
‫‪hadis, kemudian peneliti akan memberikan catatan-catatan terhadap komentar-‬‬
‫‪komenter yang ada pada setiap hadisnya untuk mendapatkan sisi komentar yang‬‬
‫‪berupa kritik hadis.‬‬

‫‪I.‬‬ ‫‪Hadis-hadis tentang Status Kesucian Air.‬‬


‫‪a. Penjelasan Hadis-hadis tentang Status Kesucian Air.‬‬
‫‪Hadis petama adalah hadis yang menerangkan tentang status kesucian air‬‬
‫‪laut, hadis kedua adalah hadis yang menerangkan tentang batasan kesucian air‬‬
‫‪yang terkena najis dan hadis ketiga adalah hadis yang menerangkan tentang‬‬
‫‪takaran minimum air tidak terdampak najis dengan dua qullah.‬‬
‫‪b. Matan-matan Hadis-hadis tentang Status Kesucian Air‬‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه قَا َل‪َ " :‬سَأ َل رجل َرسُول هللا َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‪ِ Z‬ه َو َس‪Z‬لَّم َ فَقَ‪ZZ‬ا َل‪ِ :‬إنَّا ن‪ZZ‬ركب ‪1-‬‬ ‫عَن أبي هُ َر ْي َرة َر ِ‬
‫ْالبَحْ ر ونحمل َمعنا ْالقَلِيل من ال َماء فَِإن توضأنا بِ ِه عطشنا‪ ،‬أفنتوضأ من َماء ْالبَحْ ر؟ فَقَا َل النَّبِي َ‬
‫ص ‪Z‬لَّى هَّللا ُ‬
‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ‪ :‬هُ َو الطّهُور َماُؤ هُ ْالحل ميتَته " َر َواهُ َأحْ مد‪َ ،‬وَأبُ‪Z‬و دَا ُود‪َ ،‬وابْن َم َ‬
‫اج‪ Z‬ه‪َ ،‬والنَّ َس‪Z‬اِئ ّي‪َ ،‬والتِّرْ ِم‪ِ Z‬ذيّ‪،‬‬
‫‪Z‬ال ْال َح‪ Z‬ا ِكم‪( :‬هُ‪َ Z‬و‬
‫ي َوابْن ُخزَ ْي َمة‪َ ،‬وابْن حبَان‪َ ،‬وابْن عبد ْال‪ZZ‬بر َو َغ‪ZZ‬يرهم) َوقَ‪َ Z‬‬ ‫َاريّ‪َ ،‬والتِّرْ ِم ِذ ّ‬
‫صححهُ البُخ ِ‬
‫( َو َ‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهم من عصره ِإلَى وقتنا هَ َذا)‬ ‫‪ .‬أصل ص ّدر بِ ِه َمالك كتاب ْال ُم َوطَّأ وتداوله فُقَهَاء اِإْل ْساَل م َر ِ‬
‫بض‪Z‬اعَة‪َ ،‬و ِهي بِْئر ‪2-‬‬ ‫ض‪ُZ‬أ من بِْئر َ‬ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه قَا َل‪ " :‬قيل يَا َرسُول هللا َأنَتَ َو َّ‬ ‫َوعَن أبي سعيد ْال ُخ ْد ِر ّ‬
‫ي َر ِ‬
‫يُلقى فِيهَا ْالحيض َوالنَّتن َولُحُوم ْالكالب؟ قَا َل‪ِ :‬إن ال َماء طهُور اَل يُنجسهُ َش ‪ْ Z‬يء "‪َ .‬ر َواهُ َأحْ م‪ZZ‬د َوَأبُ‪ZZ‬و دَا ُود‬
‫‪Z‬رح فِيهَ‪Z‬ا مح‪Z‬ايض النِّ َس‪Z‬اء‬‫طنِ ّي‪ْ " :‬‬
‫يط َ‬ ‫ي َوحسنه) ‪َ .‬وفِي لفظ َأِلحْ َمد َوأبي دَا ُود َوال َّدا َرقُ ْ‬ ‫َوالنَّ َساِئ ّي َ‬
‫(والتِّرْ ِم ِذ ّ‬
‫ص‪Z‬ححهُ َأحْ م‪ZZ‬د) َور ُِو َ‬
‫ي من َح‪ِ Z‬ديث‬ ‫َولحم ْالكالب َوعذر النَّاس " ( َوفِي ِإ ْسنَاد هَ‪َ Z‬ذا ال َح‪ِ Z‬ديث ْ‬
‫اختِاَل ف‪ ،‬لَ ِكن َ‬
‫‪.‬أبي هُ َر ْي َرة‪َ ،‬و َسهل بن سعد‪َ ،‬و َجابِر‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ عَن ال َم‪ZZ‬اء َو َم‪ZZ‬ا ‪3-‬‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهما قَا َل‪ُ " :‬سِئ َل َرسُول هللا َ‬
‫َوعَن عبد هللا بن عمر َر ِ‬
‫ال‪ِ :‬إذا َكانَ ال َماء قُلّ‪ZZ‬تين لم يحم‪ZZ‬ل ْالخبث " َوفِي لف‪ZZ‬ظ " لم يُنجس‪Z‬هُ َش‪ْ Z‬يء "‪.‬‬ ‫ينوبه من ال َّد َوابّ َوال ِّسبَاع؟ فَقَ َ‬
‫ارقُ ْ‬
‫طنِ ّي‬ ‫ص‪Z‬ححهُ ابْن ُخ َز ْي َم‪Z‬ة َوابْن حبَ‪Z‬ان َوال‪َّ Z‬د َ‬ ‫َر َواهُ َأحْ مد َوَأبُ‪Z‬و دَا ُود َوابْن َما َج‪ Z‬ه َوالنَّ َس‪Z‬اِئ ّي َوالتِّرْ ِم‪ِ Z‬ذ ّ‬
‫ي ( َو َ‬
‫ص‪ِ Z‬حيح‬ ‫ال ْال َحا ِكم‪( :‬هُ‪َ Z‬‬
‫‪Z‬و َ‬ ‫َوغير َوا ِحد من اَأْلِئ َّمة‪َ .‬وتكلم فِي ِه ابْن عبد ْالبر َوغَيره‪َ .‬وقيل‪ :‬ال َّ‬
‫ص َواب َوقفه‪َ ،‬وقَ َ‬
‫َعلَى َشرط َّ‬
‫الش‪Z‬يْخَ ْي ِن فق‪ZZ‬د احتج‪ZZ‬ا َج ِمي ًع‪ZZ‬ا بِ َج ِمي‪ِ Z‬‬
‫‪Z‬ع ُر َوات‪ZZ‬ه َولم يخر َج‪ Z‬اهُ‪ ،‬وأظنهم‪ZZ‬ا ‪َ -‬وهللا أعلم ‪ -‬لم يخرّج‪ZZ‬اه‬
‫‪ .‬لخالف فِي ِه َعلَى أبي ُأ َسا َمة عَن ْال َولِيد بن كثير))‬
c. Analisis Metode Kritik Ibnu Abdilhadi pada Hadis-hadis tentang Status
Kesucian Air.
Dari tiga sampel hadis di atas dapat diambil gambaran metode kritik Ibnu
Abdli Hadi terhadap hadis-hadis tersebut. Redaksi pada hadis pertama Ibn
Abdilhadi menyebutkan sebab wurud hadis tersebut yaitu pertanyaan sahabat
perihal kebutuhan air yang mendesak ketika berada di tengah laut, bagaimana
hukum air laut untuk berwudu. Karena maksud makna hadis pun bisa
diketahui maknanya secara proporsional dengan menelaah sebab wurudnya.
Kemudian Ibn Abdil Hadi memberikan catatan atau komentar terhadap
hadis yang terdapat kekhususan tertentu dengan menukil perkataan muhaddis,
yaitu seperti penukilan penuturan al-Hakim terhadap hadis pertama: ‫هُ َو أصل‬
ِ ‫“ ص ّدر بِ ِه َمالك كتاب ْال ُم َوطَّأ وتداوله فُقَهَاء اِإْل ْساَل م َر‬Hadis
‫ َذا‬Zَ‫ا ه‬ZZ‫ره ِإلَى وقتن‬ZZ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهم من عص‬
ini sebagai dasar yang dijadikan hadis pertama oleh Malik dalam kitab al-
Muwathhta’, dan para Fuqoha Keislaman membicarakan hadis ini sejak
zaman Malik hingga saat ini (generasi al-Hakim)” (al-Hakim 1411H/1990M,
jld.1, Hlm. 224, 239) dan ini pun beliau lakukan pada Hadis ketiga.
Pada hadis ketiga, Ibnu Abdil Hadi mengisyaratkan ada perbedaan
pendapat dikalangan ulama tentang hadis itu, yang kemudian menukilkan
komentar al-Hakim berkaitan dengan perselisihan yang ada dalam hadis ‫هُ َو‬
‫ لم‬- ‫ َوهللا أعلم‬- ‫ا‬ZZ‫ وأظنهم‬،ُ‫ اه‬Z‫ه َولم يخر َج‬ZZ‫ع ُر َوات‬Z َّ ‫رط‬Z‫ ِحيح َعلَى َش‬Z‫ص‬
ِ Z‫ا بِ َج ِمي‬ZZ‫ا َج ِمي ًع‬ZZ‫د احتج‬ZZ‫ ْي َخ ْي ِن فق‬Z‫الش‬ َ
‫ير‬ZZ‫د بن كث‬ZZ‫ا َمة عَن ْال َولِي‬Z‫ ِه َعلَى أبي ُأ َس‬Z‫“ يخرّجاه لخالف فِي‬Hadis ini shahih selaras dengan
persyaratan Bukhari dan Muslim, keduanya menjadikan hujjah dengan semua
perawinya namun keduanya tidak mengeluarkan hadis ini. Dugaanku -
wallaahu a’lam- mereka tidak mengeluarkan hadis ini karena terdapat
perselisihan perihal periwayatan Abu Usamah dari al-Walid Ibn Katsir” (al-
Hakim 1411H/1990M, jld.1, Hlm. 224, 239)
Jika pada hadis pertama dan kedua Ibnu Abdil Hadi menukil ucapan
ulama, lain halnya dengan hadis kedua. Beliau langsung mengomentari hadis
tersebut sebagaimana penuturan beliau ‫صححهُ َأحْ مد‬ ْ ‫َوفِي ِإ ْسنَاد هَ َذا ال َح ِديث‬
َ ‫ لَ ِكن‬،‫اختِاَل ف‬
“pada sanad hadis ini terdapat perselisihan, walau demikian, Ahmad menilai
hadis ini shahih”
Berdasarkan pengamatan tiga hadis pertama, tergambar bahwa Ibn Abdil
Hadi dalam masalah kritik terhadap hadis menukilkan pendapat ulama
terdahulu yang mewakili penilaian terhadap hadis, namun beliau juga
mengomentari secara langsung tanpa menukil ucapan ulama hadis terdahulu.
Beliau juga memiliki perharian terhadap sebab wurud hadis. Hal ini akan
terlihat juga pada hadis-hadis kedepan.
II. Hadis-hadis Air yang Menggenang yang Dikencingi.
a. Penjelasan Tema Hadis-hadis Air yang Menggenang yang Dikencingi
Ketiga hadis ini membicarakan perihal larangan kencing di air yang
menggenang kemudian menggunakan air tersebut sebagai sarana mandi junub.
b. Matan-matan Hadis-hadis Air yang Menggenang yang Dikencingi
4- ‫اء‬ZZ‫د ُكم فِي ال َم‬ZZ‫ولن أح‬ZZ‫ " اَل يب‬:‫ال‬Z َ Zَ‫لَّم َ ق‬Z‫ ِه َو َس‬Z‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه عَن النَّبِي‬
ِ ‫َوعَن أبي هُ َر ْي َرة َر‬
‫ " ث َّم ي ْغتَسل ِم ْنهُ " ُمتَّفق َعلَ ْي ِه‬:‫ َوقَا َل ُمسلم‬." ‫ال َّداِئم الَّ ِذي اَل يجْ ِري ث َّم ي ْغتَسل فِي ِه‬.
َ َ‫ ق‬،‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه قَا َل‬
5- ‫ول هللا‬Z‫ال َر ُس‬ ِ ‫ َس ِمعت أبي يحدث عَن أبي هُ َر ْي َرة َر‬:‫َو َر َوى ُم َح َّمد بن عجاَل ن قَا َل‬
‫و دَا ُود عَن‬ZZُ‫ َواَل ي ْغتَسل فِي ِه من ْال َجنَابَة " َر َواهُ َأب‬،‫ " اَل يبولن أحد ُكم فِي ال َماء ال َّداِئم‬:َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬
َ
)‫ ( َوابْن عجاَل ن َوَأبوهُ َر َوى لَهما ُمسلم‬.ُ‫ُم َس ّدد عَن ْالقطَّان عَنه‬
6- ‫َو َر َوى ُمسلم من َح ِديث بكير بن اَأْل َشج َأن َأبَا السَّاِئب مولَى ِه َشام بن زه َرة َحدثهُ َأنه سمع َأبَا ه َُر ْي َرة‬
َ Zُ‫ " اَل ي ْغتَسل أحد ُكم فِي ال َماء ال َّداِئم َوه‬:َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬
‫و جنب‬Z َ ‫ قَا َل َرسُول هللا‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه يَقُول‬
ِ ‫َر‬
)‫ ( َوَأبُو السَّاِئب اَل يعرف اسْمه‬.ً‫ يتَنَا َولهُ تناوال‬:‫ َكيفَ يفعل يَا َأبَا هُ َر ْي َرة؟ قَا َل‬:‫ فَقَا َل‬،" .
c. Analisis Metode Kritik Ibn Abdilhadi pada Hadis-hadis Air yang
Menggenang yang Dikencingi.
Dari tiga hadis di atas yaitu hadis keempat hingga keenam, terdapat
gambaran jelas perhatian Ibnu Abdil Hadi terhadap perbedaan redaksi matan
hadis. Hadis keempat muttafaq ‘alaihi dengan dua redaksi matan, pertama
larangan kencing di air menggenang lalu mandi di dalam air tersebut.
Sedangkan kedua larangan mandi menggungakan air dari genangan tersebut.
Walau hadis di atas muttafaq ‘alaihi, namun beliau tidak mencukupkan
menukilkan matan hadis tersebut saja, beliau mencantumkan redaksi matan
yang lain, yaitu redaksi yang dibawa oleh Abu Daud. Dan juga redaksi
tambahan yang dibawakan Muslim. Kedua redaksi ini mempertegas mandi
yang dimaksudkan dalam hadis adalah mandi junub. Bahkan di redaksi
terakhir Ibnu Abdilhadi menyertakan ucapan Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu berkenaan dengan makna hadis ini yaitu ketika Abu Saib bertanya
َ ‫ا هُ َري‬ZZَ‫ا َأب‬ZZَ‫ل ي‬ZZ‫فَ يفع‬ZZ‫“ َكي‬Bagaiamana
kepada Abu Hurairah: ً‫اوال‬ZZ‫هُ تن‬ZZ‫ يتَنَا َول‬:‫ا َل‬ZZَ‫رة؟ ق‬ZZْ
prakteknya wahai Abu Huraira, Abu Hurairah menjawab “Menciduk air
tersebut” (an-Naisaburi T.th, jld.1, hlm.236)
Ibnu Abdilhadi pun menukilkan memberikan komentar tentang perowi,
yaitu Abu Saib, beliau mengatakan: “Abu Saib tidak diketahui namanya” ini
adalah indikasi kritik kepada perawi tersebut yang masuk dalam rangkaian
kritik sanad.
Berdasarkan pengamatan di atas, terdapat gambaran bahwa Ibnu Abdil
Hadi melakukan pengumpulan redaksi yang ada dalam sebuah bahasan dan ini
termasuk tahapan dalam mengkritik matan. Karena hadis tidak dapat
diprediksi kelemahannya kecuali dengan mengumpulkan redaksi-redaksi hadis
dalam bahasan tersebut. Dan beliau menukilkan keterangan atsar Abu
Hurairah yang dapat membuka pemahaman lebih terhadap maksud dari hadis.
Dalam kritik sanad Ibnu Abdilhadi memberikan komentar terhadap perowi
tertentu.
III. Hadis-hadis tentang Status Air yang Sudah Dipakai
a. Penjelasan Tema Hadis-hadis tentang Status Air yang Sudah Dipakai
Hadis ketujuh sampai kesembilan berbicara tentang status air yang telah
digunakan, baik oleh lawan jenis atau pun telah digunakan untuk mandi junub.
b. Matan-matan Hadis-hadis tentang Status Air yang Sudah Dipakai
7- ‫ برنِي َأن ابْن َعبَّاس‬Z‫ ْعثَاء َأ ْخ‬Z‫ا الش‬ZZَ‫الي َأن َأب‬ZZ‫ر َعلَى ب‬ZZ‫يخط‬
ْ ‫ علمي َوالَّ ِذي‬:‫ال‬Z
َ Zَ‫ار ق‬ZZَ‫رو بن ِدين‬ZZ‫َوعَن َع ْم‬
َ ‫ " َأن َرسُول هللا‬:ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهما أخبره‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ َكانَ ي ْغتَسل بِفضل َم ْي ُمونَة " َر َواهُ ُمسلم‬ ِ ‫ َر‬.
8- ‫ل بعض‬ZZ‫ " ا ْغتس‬:‫ا َل‬ZZَ‫ا ق‬ZZ‫ َي هَّللا ُ َع ْنهم‬Z ‫ض‬ِ ‫ة عَن ابْن َعبَّاس َر‬ZZ‫ رْ ب عَن ِع ْك ِر َم‬Z‫ماك بن َح‬ZZ‫ي عَن س‬ َ ‫َور ُِو‬
- ‫ َأو ي ْغتَسل‬- ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ ليتوضأ ِم ْنهَا‬ َ ‫َأز َواج النَّبِي‬
َ ،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ فِي َج ْفنَة‬
َ ‫فجاء النَّبِي‬
ُ‫اء اَل يجنب " َر َواه‬ZZ‫ ِإن ال َم‬:َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬
َ ‫ فَقَا َل َرسُول هللا‬،‫ يَا َرسُول ا هلل ِإنِّي كنت جنبا‬:ُ‫فَقَالَت لَه‬
‫ة َوابْن‬ZZ‫ي َوابْن ُخ َز ْي َم‬
ّ ‫ ِذ‬Z‫ححهُ التِّرْ ِم‬Z‫ص‬ ّ ‫ ِذ‬Z‫ َوالتِّرْ ِم‬،‫ه‬ZZ‫ َذا لَفظ‬Zَ‫َأحْ مد َوَأبُو دَا ُود َوه‬
َ ‫ ( َو‬،‫ه‬ZZ‫اِئ ّي َوابْن َما َج‬Z‫ي َوالنَّ َس‬
َ ‫ لَي‬،" ‫ " أتقيه ل َحال " سماك‬:‫ال َأحْ مد‬
،‫ماك‬ZZ‫لم بس‬ZZ‫د احْ تج ُمس‬ZZ‫ َوق‬. )‫يره‬ZZ‫ْس أحد يروي ِه َغ‬ َ َ‫ َوق‬،‫حبَان َو ْال َحا ِكم‬
‫ي بِ ِع ْك ِر َمةَ) َوهللا أعلم‬ ِ َ‫ َو ْالبُخ‬.
ّ ‫ار‬
9- ‫و‬ZZُ‫صحبه َأب‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ َأربع ِسنِين َك َما‬
َ ‫ لقِيت رجال صحب النَّبِي‬:‫َوعَن حميد ْال ِح ْميَ ِري قَا َل‬
‫ل‬ZZ‫ل الرج‬ZZ‫ل َأو ي ْغتَس‬ZZ‫ل الرج‬ZZ‫رْ َأة بِفض‬ZZ‫ل ْال َم‬Z‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ َأن تَ ْغت َِس‬
َ ‫ " نهَى َرسُول هللا‬:‫ه َُر ْي َرة قَا َل‬
،‫ ِدي‬Z‫ححهُ ْالحمي‬Z‫ص‬
َ ‫ ( َو‬،‫اِئ ّي‬Z‫ َوالنَّ َس‬،‫ه‬ZZ‫ َذا لَفظ‬Zَ‫و دَا ُود َوه‬Zُ‫ َوَأب‬،‫د‬Z‫ا " َر َواهُ َأحْ م‬ZZ‫ وليغترفا َج ِمي ًع‬،‫بِفضل ْال َمرْ َأة‬
َ Zُ‫ل ه‬ZZ‫ قي‬:‫ل ْال ُمبْهم‬ZZ‫ َوالرج‬. )‫ات‬ZZَ‫َوقَا َل ْالبَ ْيهَقِ ّي ( ُر َواته ثِق‬
،‫رجس‬ZZ‫د هللا بن س‬ZZ‫ عب‬:‫ل‬ZZ‫ َوقي‬،‫رو‬ZZ‫و الحكم بن َع ْم‬Z
)‫ ابْن ُمغفل‬:‫ َوقيل‬.
c. Analisis Metode Kritik dalam Hadis.
Dengan mengamati tiga hadis di atas yaitu hadis ketujuh hingga
kesembilan, dapat menggambarkan metode Ibnu Abdil Hadi. Ibnu Abdil Hadi
melakukan pengumpulan redaksi-redaksi hadis yang membicarakan tema
yang sama. Ini serupa dengan poin sebelumnya. Perbedaan redaksi-redaksi
hadis dapat mempengaruhi kesimpulan hukum fikih sehingga jika ingin
menyimpulkan hukum suatu masalah perlu diadakan pengkajian kritik matan
yang di antara prosesnya adalah mengumpulkan redaksi-redaksi hadis yang
membicarakan tema yang sama.
Hadis ketujuh menjelaskan kebolehan air bekas wanita digunakan kembali
oleh laki-laki, hadis kedelapan menjelaskan bahwa air yang telah dipakai
mandi junub tidak menjadikan air tersebut junub, kesembilan yang berupa
larangan memakai air bekas lawan jenis menunjukkan bahwa menggunakan
air bekas lawan jenis itu hukumnya makruh. Karena walau pun Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang beliau juga melakukannya seperti
disebutkan pada dua hadis sebelumnya.
Pada hadis hadis tertertentu beliau menyebutkan sanad hadis, jika diamati
tujuan dari penyebutan sanad adalah dikarenakan Ibnu Abdilhadi hendak
memberikan kritik terhadap perawi dalam sanad tersebut. Seperti dalam hadis
kedelapan, beliau menyebutkan sanad: Dari Simak Ibn Harb, dari ‘Ikrimah.
Kemudian diakhir beliau mengomentari dua perawi tersebut: ‫ه‬ZZ‫ " أتقي‬:‫قَا َل َأحْ مد‬
‫ ةَ) َوهللا أعلم‬Z‫ي بِ ِع ْك ِر َم‬ ِ Z‫ َو ْالبُ َخ‬،‫ماك‬ZZ‫لم بس‬ZZ‫د احْ تج ُمس‬ZZ‫ َوق‬. )‫يره‬ZZ‫ ِه َغ‬Z ‫د يروي‬ZZ‫ْس أح‬
ّ ‫ار‬ َ ‫ لَي‬،" ‫ماك‬ZZ‫ ال " س‬Z‫لح‬
َ
“Ahmad mengatakan: aku khawatir dengan kondisi (kredebilitas) Simak, tidak
ada yang meriwayatkan selain darinya. Imam Muslim menjadikan Simak
sebagai hujjah (yang diterima hadisnya) sedangkan Bukhari menjadikan
‘Ikrimah (sebagai Hujjah) ”
‫‪Ibnu Abdilhadi pun menjelaskan perawi yang tidak disebutkan namanya.‬‬
‫‪Sebagaimana pada hadis kesembilan.‬‬
‫‪IV.‬‬ ‫‪Hadis-hadis tentang Status kenajisan Hewan-hewan Tertentu‬‬
‫‪a. Penjelasan Tema Hadis-hadis tentang Status kenajisan Hewan-hewan‬‬
‫‪Tertentu‬‬
‫‪Hadis-hadis berikut menerangkan tentang status najis hewan-hewan tertentu‬‬
‫‪seperti jilatan anjing dan kucing serta penjelasan tatacara membersihkan najis‬‬
‫‪tersebut.‬‬
‫‪b. Matan-matan Hadis-hadis tentang Status kenajisan Hewan-hewan‬‬
‫‪Tertentu‬‬
‫‪Z‬ال َر ُس‪Z‬ول هللا ‪10-‬‬ ‫ض‪َ Z‬ي هَّللا ُ َع ْن‪ZZ‬ه قَ‪َ Z‬‬
‫‪Z‬ال‪ ،‬قَ‪َ Z‬‬ ‫َوعَن ِه َشام بن حسان عَن ُم َح َّمد بن ِس ِ‬
‫يرين عَن أبي هُ َر ْي‪َ Z‬رة َر ِ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ‪ " :‬طهُور ِإنَاء أحد ُكم ِإذا ول َغ فِي‪ِ Z‬ه ْال َك ْلب َأن يغس‪ZZ‬لهُ س‪ZZ‬بع َم‪ Z‬رَّات أواَل ه َُّن بِ‪ZZ‬التُّ َرا ِ‬
‫ب"‬ ‫َ‬
‫ب "‪َ ،‬وذك‪ZZ‬ر َأبُ‪ZZ‬و‬
‫ْس فِي ِه " أواَل ه َُّن بِ‪ZZ‬التُّ َرا ِ‬
‫َر َواهُ ُمسلم‪َ .‬و َر َواهُ من َح ِديث همام بن ُمنَبّه عَن أبي هُ َر ْي َرة‪َ ،‬ولَي َ‬
‫ض‪َ Z‬ي هَّللا ُ َع ْن‪ZZ‬ه فَلم ي‪ZZ‬ذكرُوا " التُّ َراب "‪َ .‬وفِي لف‪ZZ‬ظ‪ِ " :‬إذا ش‪ZZ‬رب‬ ‫دَا ُود َأن ج َما َع‪ZZ‬ة َر َووْ هُ عَن أبي هُ َر ْي‪َ Z‬‬
‫‪Z‬رة َر ِ‬
‫‪.‬ال َك ْلب فِي ِإنَاء أحد ُكم فليغسله سبع َمرَّات " ُمتَّفق َعلَ ْي ِه‬
‫ْ‬
‫مس ‪Z‬هر عَن اَأْل ْع َمش عَن أبي رزين َوأبي ‪11-‬‬ ‫َو َر َوى ُمس‪ZZ‬لم َوالنَّ َس ‪Z‬اِئ ّي َوابْن حبَ‪ZZ‬ان من ِر َوايَ‪ZZ‬ة عَلّي بن ْ‬
‫ص‪Z‬لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‪ِ Z‬ه َو َس‪Z‬لَّم َ‪ِ " :‬إذا ول‪َ Z‬غ ْال َك ْلب فِي‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه قَا َل‪ ،‬قَ‪ZZ‬ا َل َر ُس‪Z‬ول هللا َ‬
‫صالح عَن أبي هُ َر ْي َرة َر ِ‬
‫َ‬
‫ِإنَاء أحد ُكم فليرقه ث َّم ليغسله سبع َمرَّات " َو َر َواهُ ُمسلم من ِر َوايَة ِإ ْس َما ِعيل بن زَ َك ِريَّا عَن اَأْل ْع َمش َوقَا َل‪:‬‬
‫ارقُ ْ‬
‫طنِ ّي‪ِ( :‬إ ْسنَاد حسن َور َُواته كلهم ثِقَات)‬ ‫‪َ ( .‬ولم يقل فليرقه) ‪َ ،‬وقَا َل ال َّد َ‬
‫ي عَن سوار بن عبد هللا ْال َع ْنبَري عَن ْال ُم ْعتَ ِمر بن ُسلَ ْي َمان قَ‪ZZ‬ا َل‪َ :‬س‪ِ Z‬معت َأيُّوب يح‪ZZ‬دث ‪12-‬‬
‫َو َر َوى التِّرْ ِم ِذ ّ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َ قَ َ‬
‫ال‪ " :‬يُغسل اِإْل نَ‪ZZ‬اء‬ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه عَن النَّبِي َ‬
‫يرين عَن أبي هُ َر ْي َرة َر ِ‬
‫عَن ُم َح َّمد بن ِس ِ‬
‫ب‪َ ،‬وِإذا ولغت فِي‪ِ Z‬ه ْال ِه‪Z‬رَّة غس‪Z‬ل م‪Z‬رّة "‬
‫ِإذا ول َغ فِي ِه ْال َك ْلب سبع َمرَّات أخراهن ‪َ -‬أو قَ‪Z‬ا َل أواَل ه َُّن ‪ -‬بِ‪Z‬التُّ َرا ِ‬
‫ال‪( :‬هَ َذا َح ِديث حسن َ‬
‫ص ِحيح)‬ ‫‪َ .‬وقَ َ‬
‫‪َ .‬و َر َوى َأبُو دَا ُود قَوْ له " ِإذا ول َغ الهر غسل مرة " ( َموْ قُوفا‪َ ،‬وهُ َو الص ََّواب) ‪13-‬‬
‫َوعَن َك ْب َشة بنت َكعْب بن َمالك ‪َ -‬و َكانَت تَحت ابْن أبي قَتَ‪ZZ‬ادَة ‪َ " -‬أن َأبَ‪ZZ‬ا قَتَ‪ZZ‬ادَة دخ‪ZZ‬ل َعلَ ْيهَ‪ZZ‬ا‪ ،‬قَ‪ZZ‬الَت‪14- :‬‬
‫فَ َس َكبت لَهُ وضُو ًءا قَالَت فَ َجا َءت هرة تشرب فأصغى لَهَا اِإْل نَاء َحتَّى شربت قَالَت َك ْب َشة فرآني أنظر ِإلَ ْي‪ِ Z‬ه‬
‫‪Z‬ال‪َ :‬أتَ ْع َجبِينَ يَ‪ZZ‬ا بنت أخي؟ فَقلت نعم‪ .‬قَ‪ZZ‬ا َل‪ِ :‬إن َر ُس‪Z‬ول هللا َ‬
‫ص‪Z‬لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‪ِ Z‬ه َو َس‪Z‬لَّم قَ‪ZZ‬ا َل‪ِ " :‬إنَّهَ‪ZZ‬ا لَيس‪ZZ‬ت‬ ‫فَقَ‪َ Z‬‬
‫بِنَجس‪ِ ،‬إنَّ َما ِه َي من الطوافين َعلَ ْي ُكم ‪َ -‬أو الطوافات "‪ .‬لفظ التِّرْ ِم ِذيّ‪َ ،‬وغَيره يَقُول‪ " :‬والطوافات " َر َواهُ‬
‫اِإل َمام َأحْ مد َوَأبُو دَا ُود َوالتِّرْ ِم ِذ ّ‬
‫ي َوالنَّ َساِئ ّي َوابْن َما َجه‪َ ( ،‬و َ‬
‫صححهُ التِّرْ ِم‪ِ Z‬ذيّ‪َ ،‬وابْن ُخ َز ْي َم‪ZZ‬ة‪َ ،‬وابْن حبَ‪ZZ‬ان‪،‬‬
‫ص ‪Z‬ححهُ‬
‫الح‪ِ Z‬ديث ِم َّما َ‬ ‫َو ْال َحا ِكم‪َ ،‬وغَيرهم‪َ ،‬وقَا َل ال َّدا َرقُ ْ‬
‫طنِ ّي (ر َُواته ثِقَات معروفون) َوقَا َل ْال َحا ِكم‪َ ( :‬وهَ ‪َ Z‬ذا َ‬
‫َمالك َواحْ تج بِ ِه فِي ْال ُم َوطَّأ‪َ ،‬و َم َع َذلِك فَِإن لَهُ َشاهدا بِِإ ْسنَاد َ‬
‫ص ِحيح))‬
c. Analisis Metode Kritik Ibn Abdil-hadi pada Hadis-hadis tentang Status
kenajisan Hewan-hewan Tertentu.
Sempel-sempel hadis ini mempertegas gambaran metode Ibnu Abdilhadi
tentang pengumpulan redaksi-redaksi hadis yang berbicara pada satu tema,
sehingga dengan pengumpulan seperti dalam sempel ini akan jelas makna
kandungan hadis secara proporsional. Terlihat perhatian penyusun dalam hal
perbedaan redaksi matan, seperti kata ‫وافين‬ZZ‫ الط‬ath-Thawafiin dengan kata
‫ الطوافات‬ath-Thawwaafaat pada hadis ke-14. Dan dalam hadis-hadis di atas pun
mempertegas bahwa Ibnu Abdil Hadi sering menukil komentar-komentar
muhadis terdahulu dalam menilai hadis dan menyebutkan penilaian terhadap
perawi atau pun sanad hadis. seperti penukilan pernyataan ad-Daraquthni: (
‫ات‬ZZَ‫ه كلهم ثِق‬ZZ‫ن َو ُر َوات‬ZZ‫نَاد حس‬Z‫“ )ِإ ْس‬Sanad Hasan, para perawinya Tsiqaat (memiliki
kredibiltas tinggi)” dalam hadis ke-11. Juga perkataan al-Hakim ‫َوهَ َذا ال َح ِديث ِم َّما‬
َ ‫نَاد‬Z‫اهدا بِِإ ْس‬Z‫هُ َش‬Zَ‫ِإن ل‬Zَ‫ك ف‬ZZِ‫ َع َذل‬Z‫ َو َم‬،‫ ِه فِي ْال ُم َوطَّأ‬Zِ‫صححهُ َمالك َواحْ تج ب‬
‫ ِحيح‬Z‫ص‬ َ “Hadis ini adalah
termasuk hadis yang dinilai shahih oleh Malik juga dijadikan sebagai hujja
dalam al-Muwatha’, walau demikian, terdapat syahid dengan sanad yang
shahih” (al-Hakim 1411H/1990M, jld.1, Hlm. 224, 239) pada hadis ke-14
V. Hadis Tentang Cara Membersihkan Kencing Manusia
a. Penjelasan Tema Hadis Tentang Cara Membersihkan Kencing Manusia
Hadis berikut ini menjelaskan tata cara membersihkan air kencing najis di atas
tanah.
b. Matan Hadis Tentang Cara Membersihkan Kencing Manusia
‫اهم‬ZZ‫ فنه‬،‫ره النَّاس‬ZZ‫ ِجد فزج‬Z‫ة ْال َم ْس‬ZZَ‫طاِئف‬
َ ‫ال فِي‬ZZَ‫ َرابِي فَب‬Z‫ " َجا َء َأ ْع‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه قَا َل‬
ِ ‫َوعَن أنس بن َمالك َر‬
َ ‫ر النَّبِي‬ZZ‫ضى بَوْ له َأم‬
‫أهريق‬ZZ‫اء ف‬ZZ‫ذنوب من َم‬ZZ‫لَّم َ ب‬Z‫ ِه َو َس‬Z‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬Z‫ص‬ َ َ‫ فَلَ َّما ق‬،َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬
َ ‫النَّبِي‬
ِ ‫ َواللَّ ْفظ ْللبُخ‬،‫ َعلَ ْي ِه " ُمتَّفق َعلَ ْي ِه‬.
ّ ‫َار‬
‫ي‬
c. Analisis Metode Kritik Ibn Abdilhadi pada Hadis Tentang Cara
Membersihkan Kencing Manusia
Sempel terakhir ini menggambarkan bahwa tidak semua hadis-hadis dalam
muharrar diperlukan komentar perihal hadis tertentu. Kritik dan komentar hanya
diutarakan ketika memang diperlukan saja. Terlebih ketika hadis berstatus muttafaq
‘alaihi alias disepakit oleh al-Bukhari dan Muslim.
Dari hadis-hadis di atas, menunjukkan bahwa Ibnu Abdlihadi merujuk kitab-kitab
induk hadis dalam mentakhrij hadis-hadis dan ini sangat bermanfaat dalam rangka
mengumpulkan jalur-jalur periwayatan hadis sehingga bisa dilihat sepintas
banyaknya jalur sanad bisa menjadi salah satu indikasi kebenaran keberadaan asal-
usul hadis walau ini tidak mutlak.
D. Kesimpulan
Setalah melakukan penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan
mengenai metode kritik Ibnu Abdilhadi terhadap hadis-hadis, antara lain:
Pertama, Metode pengumpulan redaksi-redaksi hadis agar dapat diketahui
kesimpulan hukum terkait tema fikih dalam hadis dengan hasil yang proporsional,
dan ini adalah rangkaian proses kritik matan hadis; Kedua, Ibnu Abdilhadi
menyebutkan sabab wurud hadis, yang mana ini dapat membantu dalam
memahami maksud hadis. Ini pun masih dalam rangkaian proses kritik matan
hadis; Ketiga, beliau mentakhrij hadis secara global, ini membantu dalam kritik
sanad yang mana sangat dibutuhkan pengumpulan jalur-jalur sanad hadis agar
diketahui kualitas sanadnya. Ini termasuk dalam rangkaian proses kritik sanad
hadis; Keempat, Ibnu Abdilhadi menukilkan kritik pada perawi yang
mempengaruhi penilaian terhadap hadis. Ini termasuk rangkaian proses kritik
sanad hadis; Kelima, Ibnu Abdilhadi menyebutkan kesimpulan penilaian terhadap
hadis dengan menukil penilaian para ulama hadis, Walau sebagian hadis beliau
membuat kesimpulan sendiri dalam penilaian pada hadis tertentu.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat bagi pengkaji ilmu hadis
dalam hal pengkajian metode kritik hadis. penelitian ini masih sangat terbatas
karena hanya membahas sebagian kecil dari isi kitab al-Muharrar yaitu bab al-
Miyah. Oleh karenanya penelitian ini membuka celah besar bagi para pelajar
untuk mengkaji komentar-komentar Ibnu Abdilhadi dalam kritik hadis yang
terdapat di kitab al-Muharrar fil hadits.
Daftar Pustaka
Abul-Husain, Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariya al-Quzwaini al-Razi. Mu'jam Maqayiis al-Lughah.
Beirut: Daar al-Fikr, 1399H/1979M.

ad-Damini, Musfir 'Azmullah. Maqayisu Naqdi Mutun as-Sunnah, (Cet. 1). Riyadh,
1404H/1984M.

al-Abdultathif, Abdul-Aziz Ibn Muhammad Ibn Ibrahim. Dhawabith al-Jarh wa at-Ta'diil.


Maktabah al-'Ubaikan, , 11-12.

al-Asqalani, Abul Fadhl Ahmad Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hajar. Ad-Durar al-
Kaminah fii A'yaan al-Mi'ah ats-Tsaminah (Cet.2). Shidr Abad: Majlis Da-irati al-Ma'arif
al-'Utsmaniyah, 1392H/1972M.

al-A'zhami, Muhammad Mushthafa. Manhaj an-Naqd 'inda al-Muhadditsin, (Cet.3). Riyadh:


Maktabat al-Kautsar , 1410H/1990M.

al-Hakim, Abu Abdillaah Muhammad Ibn Abdillah Ibn Muhammad an-Naisabuuri. al-Mustadrak
'ala ash-Shahihaini. Beirut: Daar al-Kutub al-'Ilmiyah, 1411H/1990M.

an-Naisaburi, Muslim Ibn al-Hajjaj Abulhasan al-Qusyairi. Shahih Muslim. Beirut: Daar Ihyaa at-
Turats, T.th.

as-Suyuthi, Abdurrahman Ibn Abi Bakr Jalaluddin. Dzail Thabaqat al-Huffazh. Daar al-Kutub al-
Ilmiyah.

Az-Zabiidi, Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdurrazzaq Abulfadhl al-Murtadha. Taaj al-'Aruus
min Jawaahir al-Qaamus. Daarul HIdayah, T.th.

Ibn-Abdilhadi, Muhammad Ibn Ahmad al-Jama'ili ash-Shalihi. al-Muharrar fi al-Hadits, (Cet.4).


Riyadh: Daar athlas al-Khadraa, 1433H/2012M.

Ibn-Katsir, Abul Fida Isma'il Ibn Umar. al-Bidayah wa an-Nihayah, (Cet.1). Dar Ihya at-Turats
al-'Arabiy, 1408H/1988M.

Ibn-Rajab, Zainuddin Abdurrahman Ibn Ahmad. Dzail Thabaqat al-Hanabilah (cet.1). Riyadh:
Maktabat al-'Ubaikan, 1425H/2005M.

Ibn-Ukasyah, Abu Abdillah Husain. Tahqiiq Majmu' Rasail al-Hafizh Ibn Abdilhadi, (Cet.1). al-
Qahirah: al-Faruq al-Haditsiyah li ath-Thiba'ah wa an-Nasyr, 1427H/2006M, 16-38.

Kurdian, Nur Kholis bin. "Studi Komparasi antara Bab al-Miyah di Kitab al-Muharrar fi Ahadits al-
Ahkam dengan Bab al-Miyah di Kitab Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam." Al-
Majaalis: Jurnal Dirasat Islamiyah (vol.3, No.2), 2016.

Kurdian, Nur Kholis bin. "Studi Komparasi antara Bab Nawaqid al-Wudu Kitab al-Muharrar fi al-
Hadits dengan Bab Nawaqid al-Wudu Kitab Bulughul Maram min Adillat al-Ahkam." al-
Majaalis: Jurnal Dirasat Islamiyah, 2018.
Manzhur, Muhammad Ibn Mukram Ibn Ali Abulfadhl Jamaluddin Ibn. Lisaanul 'Arab. Beirut: Daar
ash-Shadir, 1414H.

Anda mungkin juga menyukai