Anda di halaman 1dari 10

Ilmu Tawarih Al-Ruwah

H. Atus Ludin Mubarok.M.Sy


Definisi Ilmu tarikh Ar Ruwah

Tarikh Ar Ruwah merupakan salah satu cabang dari ilmu Rijalul Hadits, yang di dalam
Rijalul Hadits tersebut memuat dua ilmu yaitu Tarikh Al-Ruwah itu sendiri dan ilmu jarh
wat Ta’dil.

Dr. Muhammad A’jjaj Al Khatib menta’rifkan Ilmu Tarikh Ar-Ruwah itu sebagai berikut:

ّ ‫ُه َو ال ِْعل ُْم اَل ّـَِّذى‬


‫ فهو يتناول بالبيان‬,‫يعرف برواة الحديث من النّاحية الّتى تتعـلّق بروايتهم للحديث‬
‫ وبذكر تاريخ والدة الراوى ووفاته وشيوخه و تاريخ سماعه منهم و من روى عنه وبالدهم و‬,‫احوال الرواة‬
‫الراوى و تاريخ قدومه الى البلدان المختلفة و سماعه من بعض الشيوخ قبل‬ ّ ‫مواطنهم ورحالت‬
‫االختالط او بعده وغير ذلك مماله صلة بأمور الحديث‬.

“ilmu untuk mengetahui para rawi dalam hal-hal yang bersangkutan dengan
meriwayatkan hadits. Karena itu mencangkup keterangan tentang hal ikhwal para rawi,
tanggal lahir, tanggal wafat guru-gurunya, tanggal kapan mndengar dari guru-gurunya,
orang-orang yang berguru padanya, kota dan kampung halamannya, perantauannya,
tanggal kunjungannya kenegri-negri yang berbeda-beda, mendengarnya hadits dari
sebagian guru sebelum dan sesudah ia lanjut usia dan lain sebagainya yang ada
hubungannya dengan masalah perhaditsan”. (Fatchur Rahman, “ikhtisar mushthalahul
hadits”, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985, hal.258.)
Ilmu yang membahas tentang biografi para perawi yang menjelaskan tentang
nama dan gelar, tanggal dan tempat kelahiran, keturunan, guru, murid dan
jumlah hadist yang diriwayatkan, tempat dan waktu, dan lainya tentang rawi. Adi
Endang Soetari, “Ilmu Hadits kajian riwayah dan dirayah”, Bandung: CV Mimbar
Pustaka, 2008, hal.192

ilmu Tawarikh Ar-Ruwah adalah :

‫هوالتقريف با لوقت الذي تضبط با الحوال من المواليد والوفيات والوقاءع‬


‫وغيرها‬
“Adalah Ilmu yang mempelajari waktu yang membatasi keadaan kelahiran ,
wafat, peristiwa/kejadian lainnya.”

Ilmu tarikh ar-ruwah, ialah:

ِ ْ‫َاحيَ ِة ال َّ ِت ْي تَتَ َعل َّ ُق ِب ِر َوايَ ِت ِه ْم لِل َْح ِدي‬


‫ث‬ ِ ْ‫ اَل ِْعل ُْم ال َّ ِذ ْي يُ َع ِّ ّـِر ُفِب ِر َوايَ ِة ال َْح ِدي‬.
ِ ّ ‫ث ِمنَالن‬
Artinya: “Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan
usaha periwayatan mereka terhadap hadis.”
Para Ulama sangat mementingkan ilmu ini supaya mereka dapat mengetahui keadaan
perawiperawi sanad. Mereka menanyakan tentang umur perawi, tempat kediaman,
sejarah mereka belajar, sebagaimana mereka menanyakan tentang pribadi perawi
sendiri agar mereka mengetahui tentang kemutashilannya dan kemunqathiannya,
tantang kema‟rufannya dan kemauqufannya. Karena memang sejarahlah senjata yang
ampuh untuk menghadapi para pendusta. Sufyan Ats Tsauri berkata:

‫لما استعمل الرواة الكذب التعملنا لهم التاريخ‬


“Tatkala para perawi telah mempergunakan kedustaan, kamipun mempergunakan
sejarah”.
Dengan demikian kita dapat mengetahui mana hadits yang diterima, mana hadits yang
ditolak, mana yang sah diamalkan, mana yang tidak. Dialah jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum Islam. Dengan kesungguhan para Ulama dalam
menghadapi sejarah para perawi, terkumpullah suatu pembendaharaan besar yang
menerangkan sejarah para perawi hadits, kekayaan itu mereka simpan dalam hasil-
hasil karya mereka. Maka ada yang menulis tentang hal para sahabat dan segala
sangkut pautnya, tentang bilangan haditshadits mereka dan perawi-perawinya.
Cara Penulisan riwayat

Ada berbagai macam jalan yang ditempuh para pengarang sejarah perawi hadits
diantaranya:
a. Ada yang mengarang sejarah para perawi thabaqat demi thabaqat, yaitu orang-
orang semasa kemudian orang-orang semasa pula. Diantara kitab-kitab yang menulis
sejarah perawi thabaqat demi thabaqat adalahkitab At Thabaqat Al Kubro, karya
Muhammad ibn sa‟ad ( 168-230 H ).
b. Ada yang mengarang sejarah para perawi dengan mensyarahkan menurut tahun
para perawi, dari tahun demi tahun. Didalamnya diteraangkan tahun wafatnya para
perawi, disamping menerangkan keadaan beritanya. Diantara kitab yang terkenal
adalah Tarikhul Islamm karya Adz Dzahabi.
c. Ada juga yamg menyusun sejarah perawi menurut huruf abjad. Diantara kitab yang
paling tua yang sampai kepada kita adalah At Tarikhul Kabir karya Al Imam Muhammad
ibn Isma‟il Al Bukhori ( 194-256 H ) yang didalamnya disebutkan kurang lebih 40.000
biografi pria dan wanita.
d. Ada pula yang menyusun menurut negeri perawi hadits. Pengarangnya
menerangkan Ulama-ulama negerinya dan Ulama-ulama yang datang ke negeri itu.
Selain itu biasanya disebutkan pula sahabat-sahabat yang berada di negeri itu. Diantara
kitab yang paling tua dalam bidang ini adalah Tarikh Naisabur karangan Al Hakim ( 321-
405 H ). (dr.M.’Ajaj al-khathib,. Ushul al hadist,. Hal : 227)
Kitab-kitab Tarikh ar-Ruwah

Kitab-kitab tarikhur ruwah yang harus diketahui oleh penggali sunah Rasulullah antara lain:
1) At-Tarikhul Kabir, karya imam Muhammad bin Ismail al-Bukhary (tahun 194-252 H.).
dalam kitab tersebut imam Bukhari menerangkan biografi dari guru-gurunya yang
pernah memberikan hadits kepadanya baik dari golongan tabi’in maupun sahabat
sampai kurang lebih 40.000 orang. Baik merekaa itu laki-laki maupun perempuan, baik
mereka yang tsiqah maupun yang gair tsiqah. Nama-nama rawi itu disusun secara
alfabetis. akan tetapi nama yang pertama ditaruh pada bab pendahuluan adalah nama
yang menggunakan Muhammad. Setiap nam dijadikan satu bab dan disusun secara
alfabetis atau arabiyah dengan mengutamakan nama leluhurnya. Kitab tersebut terdiri
dari 4 jilid besar-besar. Pada cetakan Haiderabad tahun 1362 H, kitab tersebut dijadikan
8 jilid.[5]

2) Tarikh Nisabur, karya imam Muhammad bin Abdullah Al Hakim An Nisabury ( 321-405 H
). Kitab ini merupakan kitab Tarikh yang terbesar dan banyak faidahnya bagi para
fuqoha’. Hanya saja kitab ini telah hilang. Ia hanya ditemukan dalam koleksi cuplikan
yang terdiri dari beberapa lembar.
3) Tarikh Bagdad, karya Abu Bakar Ahmad Ali Al Bagdady, yang terkenal dengan nama Al
khatib Al Bagdady ( 392-463 H ). Kitab yang besar faidahnya ini memuat biografi darri
ulama-ulama besar dalam segala bidang ilmu pengetahuan sebanyak 7831 orang dan
disusun secara alfabetis. Perawi-perawi yang tsiqah, lemah dan yang ditinggalkan
haditsnya dimasukkan semuanya di dalam kitab ini. Ia terdiri dari 14 jilid dan dicetak di
kairo pada tahun 1349 H ( 1931 M ). (dr.M.’Ajaj al-khathib,. Ushul al hadist,. Hal : 227)
Berikut ini contoh-contoh data sejarah dalam tarikh al-ruwah:
a. Yang ṡahih tentang umur Nabi Muhammad saw dan kedua sahabat; Abu Bakar dan Umar adalah 63
tahun.
b. Rasulullah wafat pada waktu Dhuha hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H.
c. Abu Bakar meninggal pada bulan Jumadil Awal tahun 13 H.
d. Umar meninggal dunia pada bulan Dzulhijjah tahun 23 H.
e. Utsman meninggal terbunuh pada bulan Dzulhijah tahun 35 H. berusia 82 tahun namun ada yang
mengatakan 90 tahun. Pada hal ini tampak adanya perbedaan pendapat dalam tarikh alruwah,
implikasinya tentu saja akan memunculkan perbedaan penilaian terhadap kualitas hadiṡ.
f. Ali terbunuh pada bulan Ramaḍan tahun 40 H. berusia 63 tahun.
g. Dua sahabat yang hidup selama enam puluh tahun semasa Jahiliyah dan enam puluh tahun pada
masa Islam dan meninggal dunia di Kota Madinah tahun 54, keduanya adalah Hakim bin Hizam dan
Hasan bin Tsabiṭ.
h. Pendiri maẓab-maẓab yang mempunyai pengikut serta tahun lahir dan wafatnya:
1) An-Nu‟man bin Ṡabit (Abu Hanifah) 80-150 H
2) Malik bin Anas 93-179 H
3) Muhammad bin Idris Asy-Syafi‟i 150-204 H
4) Ahmad bin Hambal 164-241H
i. Pemilik kitab-kitab ḥadiṡ induk serta tahun lahir dan wafatnya:
1) Muhammad bin Ismail al-Bukhari 194-256 H
2) Muslim bin al Hajjaj an-Naisaburi 204-261 H
3) Abu Dawud as-Sijistany 202-275 H
4) Abu Isa al-Tirmidzi 209-279 H
5) Ahmad bin Syu’aib al-Nasa’i 214-303 H
6) Ibnu Majah (al-Qaswiny) 207-275 H
PARA PERIWAYAT HADITS
1. Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak meriwayatkan Hadist :
a. Abu Hurairah radhiallahu’anhu (5374 Hadits)
b. Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu (2630 Hadits)
c. Anas bin Malik radhiallahu’anhu (2286 Hadits)
d. Umu’l Mukminin Aisyah radhiallahu’anha (2210 Hadits)
e. Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu’anhu (1660 Hadits)
f. Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu (1540 Hadits)
g. Abu Sa‟id Al Khudry radhiallahu’anhu (1170 Hadits)

Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak berfatwa :


a. Abdullah Ibnu Abbas radhiallahu’anhu
b. Umar bin Khaththab radhiallahu’anhu
c. Umu’l Mukminin Aisyah radhiallahu’anha
d. Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu
e. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu
f. Zaid bin Tsabit radhiallahu’anhu
g. Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu
2. Tabi’in (Generasi setelah Sahabat) :
1) Ka`ab bin Mati (wafat 32 H) (652 M)
2) Alqamah (wafat 62 H) (681 M)
3) Masyruq bin al Ajda' (wafat 63H) (682 M)
4) Muhammad Ibnul Hanafiyyah (wafat 80 H) (700 M)
5) Muh. bin al Hanafiyah bin Ali Abi Thalib (wafat 81 H) (701 M)
6) Sa‟id bin Musayyab (wafat 90 H) (709 M) 33) Ayyub as-Sakhtiyani (wafat 131 H)
7) Urwah bin Zubair (wafat 94 H) (713 M) (748 M)
8) Ali bin Husain Zainal Abidin (wafat 93 H) (712 M) 34) Muh. bin Al-Munkadir (wafat 131 H)
9) Mujahid ibn Jabr (wafat 104 H) (722 M)
(748 M)
10) Ikrimah (wafat 105 H) (724 M)
35) Abdullah bin Thawus Al-Yamani (wafat 132 H) (750 M)
11) Ubaidillah bin Abdullah bin Umar (wafat 106 H) (725 M)
36) Umar bin Dzar Al-Murhabi (wafat 135 H) (752 M)
12) Salim bin Abdullah bin Umar (wafat 106 H) (725 M)
37) Zaid bin Aslam Al Madani (wafat 136 H) (754 M)
13) Thawus bin Kaisan al Yamani (wafat 106 H) (725 M)
38) Rabi`ah Ar Ra-i (wafat 136 H) (754 M)
14) Qasim bin Muh.bin abu bakar Ash Shiddiq (wafat 106 H) (725 M)
39) Sulaiman At-Taim (wafat 143 H) (760 M)
15) Sulaiman bin Yasar al Madani (wafat 107 H) (726 M)
40) Ja`far bin Muhammad Ash-Shadiq (wafat 143 H) (768 M)
16) Al Hasan Al Bashri (wafat 110 H) (729 M) 41) Abdullah bin Syaudzab Al Khurrasani (wafat 144 H) (762 M)
17) Muh. bin Sirrin (wafat 110 H) (729 M) 42) Ibnu Juraij (wafat 150 H) (768 M)
18) Raja` bin Haiwah (wafat 112 H) (731 M) 43) Abu Hanifah An Nu’man (wafat 150H) (767 M)
19) Thalhah bin Musharaf (wafat 112 H) (731 M)
44) Hanafi Abdurrahman bin Yazid bin Jabir (wafat 153 H) (770 M)
20) Atha' bin Rabah (wafat 114 H) (732 M)
45) Ma'mar bin Rosyid (wafat 154 H) (770 M)
21) Abu Ja`far Al-Baqir (wafat 114 H) (733 M)
46) Syu’bah ibnu A-Hajjaj (wafat 160 H) (777 M)
22) Abu Bakar bin Amr bin Hazm (wafat 117 H) (735 M)
47) Abdul Aziz bin Salman Al Majisyun (wafat 164 H) (781 M)
23) Maimun bin Mahran (wafat 117 H) (736 M) 48) Sa`id bin Abdul Aziz At Tanwikhi (wafat 167 H) (784 M)
24) Ibnu Abi Malikah (wafat 117 H) (736 M) 49) Hammad bin Salamah (wafat 167 H) (784 M)
25) Ubadah bin Nusay al Kindi (wafat 118 H) (737 M)
26) Nafi’ bin Hurmuz (wafat 117 H) (735 M)
27) Qotadah As Sudusy (wafat 118 H) (736 M)
28) Muh bin Syihab Az Zuhri (wafat 125 H) (743 M)
29) Amr bin Dinar (wafat 126 H) (744 M)
30) Abdul Karim bin Malik al Harrani (wafat 127 H) (745 M)
31) Abu Mashar Abdul A`la ad Damsyiqi (wafat 128 H) (746 M)
32) Yahya bin Abi Katsir al Yamani (wafat 129 H) (747 M)

Anda mungkin juga menyukai