Status Anak Angkat, Anak pungut, Anak hasil zina, dan Anak inseminasi
Pengangkatan anak dalam bahasa arab dikenal dengan istilah tabanni yang
artinya mengambil anak angkat atau menjadikannya seseorang menjadi anak 1.
Pengangkatan anak dalam pengertian ini berakibat hukum pada putusnya
hubungan nasab antara angkat dan orang tua kandungnya, status anak angkat sama
dengan anak kandung dan anak angkat dipanggil dengan nama ayah angkatnya,
serta berhak mewarisi. maka jelas Islam melarang sejak turun surat al-ahzab:37.
Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami
kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini)
isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan
keperluannya daripada isterinya dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
1
Musthofa, Pengangkatan Anak kewenangan pengadilan Agama ,(Jakarta:Kencana,
2008), 18.
2
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997), 29-30.
1
iddahnya Nabi diperintahkan oleh Allah untuk mengawini Zainab, bekas istri anak
angkatnya.
Surat Al-Ahzab ayat :37 yang menerangkan kasus Zaid dengan Zainab diatas
adalah untuk menegaskan, bahwa:
1. Adopsi seperti praktik dan tradisi dizaman jahiliyah yang memberi status
kepada anak angkat sama dengan status anak kandung tidak dibenarkan
(dilarang) dan tidak diakui oleh Islam.
2. Hubungan dengan anak angkat dengan orang tua angkat dan keluarganya
tetap seperti sebelum diadopsi, yang tidak mempengaruhi kemahraman
dan kewarisan, baik anak angkat itu diambil dari intern kerabat sendiri,
seperti di Jawa, kebanyakan keponakan sendiri diambil sebagai anak
angkatnya, maupun diambil diambil dariluar lingkungan kerabat.
Kalau kita perhatikan motif-motif adopsi dikalangan masyarakat
Indonesia bermacam-macam. Ada yang bermotif agar keluarga yang tidak
punya anak itu memperoleh anak cucu yang akan meneruskan garis
keturunannya, maka dalam hal ini Islam melarangnya. Ada yng bermaksud
agar keluarga tersebut dikarunia anak itu mendapat anak sendiri (semacam
untuk mencari berkah atau pancingan (jawa), atau mempunyai tujuan
mendapat tenaga kerja atau karena kasihan terhadap anak-anak kecil yang
menjadi yatim piatu. Maka dalam hal ini Islam tidak melarangnya, selama
anak angkat tersebut tidak diberi status sebagai anak kandung sendiri,
yang mempunyai hubungan kewarisan dan lain-lain.
3. Status Anak pungut
Pada sisi lain, Islam mewajibkan siapa saja yang menemukan bayi yang
terlantar untuk segera menyelamatkan jiwanya3. Orang yang
mebiarkannya akan mendapat berdosa, dan yang menyelamatkannya akan
mendapat pahala. Allah berfirman:
3
Chuzaimah, Problematika Hukum Islam Kontemporer 1, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1994), 99.
2
Ïô`tBur $yd$uômr& !$uK¯Rr'x6sù $uômr& }¨$¨Y9$# $YèÏJy_ 4 ôs)s9ur óOßgø?uä!$y_
$uZè=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ¢OèO ¨bÎ) #ZÏWx. Oßg÷YÏiB y÷èt/ Ï9ºs Îû ÇÚöF{$#
cqèùÎô£ßJs9 ÇÌËÈ
dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada
mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.
Status anak pungut dengan orang tua yang memungutnya tetap seperti
sebelum pemungutan dan kelurga anak yang dipungut tetap seperti
sebelum pemungutan, tidak mempengaruhi kemahraman dan kewarisan,
baik anak pungut dari intern keluarga sendiri atau luar lingkungan kerabat.
Dasarnya adalah Firman Allah Swt surat Al-Ahzab:4-5
tBur @yèy_ öNä.uä!$uÏã÷r& öNä.uä!$oYö/r& 4 öNä3Ï9ºs Nä3ä9öqs% öNä3Ïdºuqøùr'Î/ ( $
ª!$#ur ãAqà)t ¨,ysø9$# uqèdur Ïôgt @Î6¡¡9$# ÇÍÈ öNèdqãã÷$# öNÎgͬ!$t/Ky uqèd
äÝ|¡ø%r& yZÏã «!$# 4 bÎ*sù öN©9 (#þqßJn=÷ès? öNèduä!$t/#uä öNà6çRºuq÷zÎ*sù Îû
ÈûïÏe$!$# öNä3Ï9ºuqtBur 4 ÇÎÈ
. Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang
demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka;
Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak
mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-
maulamu.
Pemungutan anak yang diperintahkan adalah yang memberikan penekanan
dalam segi kecintaan, pemberian nafkah, pendidikan, dan pelayanan segala
kebutuhannya, bukan memperlakukanya sebagai anak sendiri.
Pemungutan anak seperti ini merupakan amal baik yang bisa dilakukan
oleh orang yang tidak dianugrahi anak oleh Allah SWT. Mereka
melakukannya dalam suatu jenis pendekatan diri kepada dengan mendidik
anak yang terbengkalai dari kecintaan keluarganya atau ketidakmampuan
orang tuanya.
3
Hal ini sesuai dengan misi keadilan sosial dalam Islam, dimana Syari’at
Islam memberikan hak kepada orang-orang kaya untuk mewasiatkan
sebagian harta peninggalannya kepada anak pungutnya untuk menutupi
kebutuhan hidupnya di masa depan.
Sayariat Islam menuntut masyarakat untuk memelihara anak-anak terlantar
demi melaksanakan tugas kemanusiaan, persaudaraan seagama.
Jadi Masyarakat bertugas memelihara mereka sebagai konsekuensi
dari persaudaraan. Umat Islam dapat mengambil dan memelihara anak-
anak terlantar itu, dengan mendidiknya, menanggung nafkahnya sehingga
anak tersebut itu dewasa dan tidak membutuhkan pemelihraan lagi, tanpa
menetapkan hak-hak dan hukum-hukum anak kandung kepadanya.
Pemeliharaan ditetapkan Islam itu sudah cukup menjamin kesejahteraan
mereka.
4
2. Tidak dapat menjadi wali bagi anak diluar nikah
3. Tidak ada hubungan saling mewarisi5.
Sebagai bukti lebih lanjut keterkaitan antara anak dan kedua orang tua,
timbulah keduanya hak dan kewajiban. Seorang anak berkewajiban
menghormati dan mentaati orang tuanya. Dilarang menyakiti baik secara fisik
maupun psikis. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-luqman :14-15.
¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? (
$yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO
Ayat ini menjelaskan kewajiban kepada seorang ibu untuk menyusui atau
memberi makan kepada anaknya sehingga pertumbuhannya baik dan sehat.
Sedangkan bapak diberi kewajiban secara umum untuk memberi nafkah kepada
ibu yang menyusui anaknya sekaligus menafkahi anaknya.
Hak dan kewajiban seperti diatas terjadi manakala anak dilahirkan dalam
pernikahan yang sah. Khusus untuk menetukan nasab dari ayahnya, Imam Syafii
berpendapat bahwa anak dapat dianggap sah dan dapat dihubungakan kepada
ayahnya dengan semata-mata adanya akad nikah antara ayah dan ibunya. Berbeda
ahalnya dengan Imam Ahmad bin Hambal yang menyatakan bahwa nasab anak
terhadap ayahnya harus dipastikan dengan adanya hubungan kelamin antara ibu
dan ayahnya.
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabug dari segi hukum Islam,
maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para
ahli ijtihad, agar hukum ijtihad sesuai dengan prinsip-prinsip dari Al-quran dan
5
Adjat Sudrajat, fikih Aktual membahas problematika hukum Islam Kontemporer,
(Ponorogo:STAIN Ponorogo Press, 2008), 149.
5
hadits maka memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses
terjadinya bayi tabung dari cendekiawan muslim yang ahli kedokteran dan
biologi.
Bayi tabung/ inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan
ovum suami istri itu sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam Rahim
wanita lain termasuk wanitanya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami),
maka Islam membenarkan, naik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus Istri, maupun cara pembuahan dilakukan
diluar Rahim, kemudian buahnya ditanam didalam rahim. asal keadaan kondisi
suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan
untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak
berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih Islam :
6
. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya .
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-
makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka
sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga
menghormati martabat sesame manusia. Sebalinya inseminasi buatan dengan
donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan
yang diinseminasi.
Mengenai status atau anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau
ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan
prostitusi. Asumsi menteri kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk
kalangan agama nantinya bisa menerima bayi tabung seperti halnya KB karena
pemerintah tidak memaksakan alat atau cara KB yang bertentangan dengan agama
seperti sterilisasi, dan abortus. Karena itu, diharapkan pemerintah juga mau
mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan prinsip agama
dalam hal ini Islam melarang sama sekali percampuran nasab dengan perantaraan
sperma atau ovum donor6.
6
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: CV Haji Masaagung,
1992), 24-25.