Anda di halaman 1dari 16

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR

PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Disusun Oleh:
Resza Moutya Kartikasri
Almin Kurnia Annisa
Definisi Belajar Mengajar

A. Belajar
Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Belajar merupakan proses bagi manusia untuk mendapatkan berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir
hayat. Secara etimologis, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki arti bahwa
manusia harus berusaha melalui aktifitas belajar agar mendapatkan ilmu atau
kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Nidawati,
2013).
B. Mengajar
Mengajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh pendidik. Mengajar adalah
praktik menularkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik untuk proses
pembelajaran (Huda, 2015). Rumusan pengertian mengajar para ahli bervariasi, E. Edward
Smith (1987) menyatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan
keterampilan (Sumiati, 2009).

Definisi mengajar yang dikemukakan di atas dapat berimplikasi positif maupun negatif.
Apabila pendidik menyampaikan materi kepada peserta didik dapat menguasai pengetahuan
tersebut, maka tugas pendidik dalam mengajar dapat dikatakan baik atau berimplikasi
positif. Namun apabila dalam menyampaikan materi pelajaran hanya asal-asalan, yang
penting ada materi yang disampaikan, tanpa memperhatikan pemahaman dan kesiapan
peserta didik, maka mengajar dapat bermakna kurang baik atau berimplikasi negatif.
Kewajiban Belajar Mengajar Menurut
Al-Quran
Paling tidak ada dua istilah yang digunakan Al-Qur’an yang berkonotasi
belajar, yaitu ta’allama dan darasa. Ta’allama berasal dari kata ‘alima yang
telah mendapat tambahan dua huruf (imbuhan), yaitu ta’ dan huruf yang
sejenis dengan lam fi’il-nya yang dilambangkan dengan tashdid sehingga
menjadi ta’allama. ‘Alima berarti “mengetahui”, dari kata ‘alima juga
terbentuk kata al-‘ilm (ilmu). Maka ta’allama secara harfiah dapat diartikan
kepada “menerima ilmu sebagai akibat dari suatu pengajaran”. Dengan
demikian, “belajar” sebagai terjemahan dari ta’allama dapat didefenisikan
kepada perolehan ilmu sebagai akibat dari aktivitas pembelajaran. Atau dengan
kata lain, belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang di mana
aktivitas itu membuatnya memperoleh ilmu (Kadar: 2013: 34).
Kata “mengajar” mempunyai akar kata yang sama dengan belajar, yaitu berasal
dari kata “ajar”. Secara harfiah kata “mengajar” diartikan kepada “memberikan
pelajaran”. Artinya, mengajar sebagai suatu pekerjaan melibatkan berbagai hal, yaitu
guru -sebagai pengajar-, materi pelajaran, dan pelajar (Kadar: 2013: 58).
Ayat-ayat tentang pendidikan banyak terdapat di dalam Al-qur’an meskipun masih
bersifat umum sehingga tidak mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Oleh karena
itu ayat-ayat tentang pendidikan itu perlu di kaji secara seksama agar dapat ditangkap
petunjuknya dan dapat diterapkan di tengah masyarakat untuk membimbing kita kejalan
yang benar. Seperti halnya yang terdapat pada surat Al-Alaq ayat 1-5 disamping sebagai
ayat pertama juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah atau utusan
Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.
Iqra’ atau perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima
oleh Nabi Muhammad SAW. Kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali
dalam rangkaian wahyu pertama. Mungkin mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan
pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kit kitab sebelum turunnya
Al-Qur’an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu tulisan sampai akhir hayatnya.
Namun, keheranan ini akan sirna jika disadari arti kata iqra’ dan disadari pula bahwa perintah
ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad SAW semata-mata, tetapi juga
untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan, karena realisasi perintah tersebut
merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Perintah untuk
“membaca” dalam ayat itu disebut dua kali perintah kepada Rosulullah SAW. dan selanjutnya
perintah kepada seluruh umatnya. Membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu
pengetahuan, baik secara etimologis berupa membaca huruf-huruf yang tertulis dalam buku-
buku, maupun terminologis, yakni membaca dalam arti lebih luas. Maksudnya, membaca
alam semesta (ayatul-kaun). Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rosulullah
SAW menunjuk pada ilmu pengetahuan, yaitu dengan memerintahkan membaca sebagai
kunci ilmu pengetahuan.
Tafsir surah al-Alaq ayat 1-5

1. Ayat Pertama:

Menurut Tafsir Jalalain ‫قزأ‬B‫( ا‬Bacalah) maksudnya mulailah membaca bismi


rabbikallazi kholaqa, (dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan) semua
makhluk.”12 Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Allamah Kamal
Faqih Imani dalam kitab Tafsir Nurul Quran bahwa ayat pertama Surah aL-Alaq
menyapa Rasulullah dengan mengatakan, “Bacalah (nyatakanlah) dengan nama
Tuhanmu yang menciptakan.” Sebagian mufasir berpendapat bahwa objek yang
dituju untuk dibaca tidak disebutkan dalam kalimat ini, tetapi pada dasarnya
berarti: “bacalah aL-Quran dengan menyebut namaTuhanmu”. Itulah sebabnya
mengapa mereka menganggap ayat ini sebagai hujah, bawa “bismillah..” adalah
frase yang harus digabungkan dalam surah-surah aL-Quran.
Selanjutnya M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir aL-Misbah
mengemukakan bahwa kata ( ‫قزأ‬B‫ ) ا‬terambil dari kata ‫زأ‬BB‫ ق‬qara‟a yang pada
mulanya berarti menghimpun. Apabila anda merangkai huruf atau kata
kemudian anda mengucapkan rangkaian tersebut maka annda telah
menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikian, realisasi perintah
tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan,
tidak pula harus diucapkan sehinnga terdengar oleh orang lain.
Lebih jauh Qurish Shihab menuturkan bahwa pada ayat pertama ini tidak
menyebutkan objek bacaan, dan jibril as. tidak juga membaca satu teks tertulis,
dan karena itu dalam satu riwayat dinyatakan bahwa nabi saw. Bertanya: ( ‫قزا‬B‫ها ا‬
) ma aqra ? apa yang harus saya baca.?. namun demikian beraneka ragam
pendapat ahli tafsir yang mengemukakan tentang objek bacaan yang dimaksud.
Ada yang berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu aL-Quran sehingga perintah
itu dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-Quran ketika dia turun nanti. Kata
(‫ ) خلق‬kholaqo dari segi pengertian kebahasaan memiliki sekian banyak arti.,
antara lain: menciptakan dari tiada, menciptakan tanpa satu contoh terlebih
dahulu,. Mengukur, memperhalus, mengatur membuat dan sebagainya.
2. Ayat ke dua:
Dalam Tafsir Jalalain pengertian‫النسان‬BB‫“ خلقا‬Dia telah menciptakan manusia” (jenis
manusia) dari Alaq. dan Lafadz Alaq bentuk jama dari kata Alaqoh, artinya segumpal
darah yang kental. Kata (‫النسان‬BB‫ ) ا‬menurut tafsir aL-Misbah terambil dari akar kata(‫نس‬B‫) ا‬
uns/senang, jinak. dan harmonis. Atau dari kata (‫سي‬BB‫ ) ن‬nis-y yang berarti lupa. Ada juga
yang berpendapat dari kata (‫وس‬BB‫ ) ن‬nus, yakni gerak atau dinamika. Kata Insan
menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman sifatnya. Kata ini berbeda dengan
kata( ‫شز‬BBB‫ ) ب‬basyar yang juga diterjemahkan dengan manusia, tetapi maknanya lebih
banyak mengacu kepada manusia dari segi fisik serta nalurinyayang tidak berbeda antara
seorang manusia dengan manusia lain.
Kata‫„ علق‬alaq dalam kamus-kamus besar bahasa Arab digunakan dalam arti segumpal
darah, juga dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka
ia tersangkut dikerongkongannya. Bisa juga kata „Alaq dipahami sebagai berbicara
tentang sifat manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri tetapi selalu
bergantung kepada selainnya. Tafsir Nurul Quran menjelaskan bahwa istilah‫ علق‬semula
berarti “menempel pada sesuatu”. Karena itu, darah yang menggumpal atau seekor lintah
yang menempeli tubuh untuk menyedot darah, disebut Alaq. Sejak benih kehidupan
berubah menjadi sejenis gumpalan yang membeku yang secara sekilas sangat tidak
berharga, selama masa proses kehidupan, hingga ia menjadi janin.
3. Ayat ketiga
Tafsir Jalalian menjelaskan bahwa lafadz ‫قزأ‬B‫( ا‬bacalah) lafadz ayat ini mengukuhkan
makna lafadz pertama yang sama. dan lafadz B‫الكزم‬BB‫( وربك ا‬dan Tuhanmulah yang paling
pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafadz ayat
ini sebagai hal dari dhamir yang terkandung di dalam lafadz iqra. Dalam Tafsir Nurul
Quran bahwa kata ‫قزأ‬B‫ ا‬pada ayat ketiga ini artinya bacalah (umumkanlah), dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Dalam peristiwa manapun, sebenarnya ayat ini
merupakan satu jawaban atas pernyataan Nabi saw. Yang merespon Jibril dengan
mengatakan “Aku tidak bisa membaca”; dan ini artinya: “engkau dapat membaca ialah
karena kemurahan dan kasih sayang yang besar dari Tuhanmu
Sedangkan menurut Tafsir aL-Misbah bahwa Perintah membaca yang kedua ini
dimaksudkan agar beliau lebih banyak membaca, menelaah, memerhatikan alam raya,
serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis dengan rangka mempersiapkan diri
terjun ke masyarakat. Kata B‫الكزم‬BB‫ ا‬bisa diterjemahkan dengan yang maha paling pemurah.
Kata ini terambil dari kata B‫زم‬B‫( ك‬kroma) yang antara lain berarti: memberikan,dengan
mudah dan tanpa pamrih, bernilai tinggi, terhormat, mulia, setia, dan sifat kebangsawanan.
Kata B‫الكزم‬BB‫ ا‬yang berbentuk superlatif adalah satu-satunya ayat di dalam al-Quran yang
menyifati Tuhan dalm bentuk tersebut. Ini mengandung pengertian bahwa Dia dapat
menganugrahkan puncak dari segala yang terpuji bagi setiap hamba-Nya, terutama dalam
kaitannya dengan perintah membaca. Dari sini, kita tidak wajar memahami perintah
membaca yang kedua ini hanya terbatas tujuannya untuk menolak alas an Nabi “saya tidak
dapat membaca”, tidak pula sekedar untuk menanamkan rasa percaya diri, atau berfungsi
pengganti “mengulang-ulangi bacaan”, tetapi jauh lebih dalam dan lebih luas, seluas
pengertian kata akram yang berbentuk superlative dan seluas kata Karam yang menyifati
Allah swt.
4. Ayat ke-empat dan kelima

Tafsir Jalalain memberikan pengertian bahwa kata B‫لقلم‬BB‫ا‬BBB‫( ب‬dengan qalam) artinya dengan
pena. dan orang pertama yang menulis dengan qalam atau pena adalah Nabi Idris. B‫علم‬BB‫ ي‬B‫لم‬BB‫ما‬
(apa yang tidak diketahuinya) artinya yaitu sebelum Allah mengajarkan hidayah, menulis,
dan berkreasi serta hal-hal lainnya. Tafsir Nurul Quran meberikan pemahaman bahwa ayat
ini pun merupakan jawaban atas pernyataan Nabi saw yang berkata, “saya tidak bisa
membaca.” Di sini ayat menjawab bahwa Tuhan yang sama yang telah yang telah mengajari
manusia dengan pena dan mengajarinya dari hal-hal yang tidak ia ketahui sebelumnya, dan
yang mampu mengajari seorang hamba (seperti dirinya) yang tidak mengetahui bagaimana
cara membaca. Ayat ke empat ini bisa di pandang dalam dua cara. Pertama Allah
mengajarkan tulisan dan kitab kepada manusia dan Dia lah yang mampu melakukan isyarat
ini; menetapkan sumber semua sains, pengetahuan dan peradaban seorang hamba. Kedua
melalui cara dan sarana pengajaran itu manusia di ajari seluruh bidang sains dan
pengetahuan
Dan menurut Tafsir al-Misbah Kata B‫لقلم‬BB‫ ا‬terambil dari kata kerja B‫لم‬BB‫ ق‬yang berarti
memotong ujung sesuatu. Kata qalam disini dapat berarti hasil dari pnggunaan ayat
tersebut, yakni tulisan. Ini karena bahasa sering kali menggunakan kata yang berarti “alat”
atau penyebab untuk menunjuk akibat atau hasil dari penyebab atau penggunaan alat
tersebut. Dari uraian diatas kita dapat menyatakan bahwa kedua ayat diatas menjelaskan
dua cara yang ditempuh Allah dalam mengajar manusia. Pertama melalui pena (tulisan)
yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa
alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah ilmu ladunniy.
Terimakasih Atas Perhatinnya

Anda mungkin juga menyukai