membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengavaluasi peserta didik pada jalur
Dalam paradigma Jawa, seorang pendidik yang diidentikan dengan guru mempunyai
makna sebagai sosok yang “digugu dan ditiru”. Artinya seorang guru harus bisa menjadi
pribadi yang dapat di contoh budi pekertinya sekaligus dijadikan panutan segala pendapat
Di sisi lain, tugas guru tidak sekedar hanya mengajar atau memindahkan ilmu
kepada anak didiknya, namun harus memberikan contoh, teladan dan panutan kepada
murid-muridnya. Maksudnya, semua nilai kebaikan yang telah disampaikan sudah dan
sedang dilaksanakan oleh guru tersebut, sehingga ucapan seorang guru selaras dengan
perbuatannya. Hal demikian akan memberi pengaruh dan dampak yang kuat kepada anak
didik, sehingga mendorong mereka untuk mengikuti dan meneladani guru mereka.
Oleh karena itu tidak heran bila guru agama islam dituntut banyak berinteraksi
dengan Al-qur’an, walau sebenarnya tuntutan berinteraksi dengan Al-qur’an bukan hanya
tugas guru agama saja, melainkan orang islam pada umumnya dan tidak dikhususkan pada
profesi tertentu. Alqur’an sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk menjadi petunjuk bagi
seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Oleh karena itu Al-Qur’an harus senantiasa
dipelajari, difahami dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kiranya dengan tanpa
mempelajari dan memahaminya, seseorang mustahil mengamalkan dalam kehidupan
nyata.
Remaja di Indonesia kebanyakan melakukan bacaan rutin ayat suci Al-Qur’an ketika
mereka masih kecil atau masih duduk di tingkat Sekolah Dasar, dan begitu mereka
semakin beranjak remaja dan dewasa, banyak dari mereka akan mengutamakan hal-hal
lain yang berkaitan dengan sosial, lingkungan, maupun perihal sekolah mereka. Dan
kegiatan rutin mengaji akan terabaikan, hal ini akan dapat diperparah jika tempat tinggal
peserta didik ataupun keluarganya membiarkan hal ini terus berlanjut, apalagi jika mereka
mempunyai fikiran bahwa nilai akademik amat sangat penting dari pada belajar mengaji.
Keengganan membaca Al-Qur’an secara rutin ini jika berjalan dalam waktu yang
lama tidak menutup kemungkinan untuk menghilangkan kemampuan bacaan Qur’an pada
peserta didik atau anak tersebut. Sudah dijelaskan di atas bahwa Al-Qur’an mempunyai
peran penting bagi setiap individu seorang muslim yang akan sangat terlihat dalam etika
Membaca adalah sebuah keterampilan yang dimiliki seseorang karena mau belajar
dan membiasakannya. Suatu bentuk keterampilan akan berkurang bahkan hilang jika tidak
Keterampilan dalam membaca Al-Qur’an bisa berkurang bahkan hilang sama sekali jika
kita tidak membiasakan membaca kitab ini secara rutin, karena membaca Al-Qur’an
merupakan ibadah.
Jika pihak keluarga dan lingkungan menganggap hal ini bukan sesuatu hal yang
dapat dirisaukan maka akan menjadi tugas sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
untuk mengkhawtirkan hal ini. Terlebih jika sekolah tersebut mempunyai banyak peserta
didik yang beragama Islam, hal ini akan menjadi penting untuk dilakukan. Karena peran
sekolah bukan hanya mendidik para peserta didik dalam pelajaran yang ada di sekolah saja
tapi juga mendidik para peserta didik dalam pembentukan pribadi mereka. Untuk seorang
Agar mampu membaca dan menulis Al-Qur’an dengan benar, maka pelajaran
membaca dan menulis huruf Al-Qur’an harus dimulai sejak usia anak-anak, sebab dengan
cara demikian berarti telah memberi keterampilan dasar yang selanjutnya akan
Akan tetapi realita yang ada remaja di Indonesia kebanyakan melakukan bacaan
rutin ayat suci Al-Qur’an ketika mereka masih kecil atau masih duduk di tingkat Sekolah
Dasar. Begitu mereka semakin beranjak remaja dan dewasa mereka lebih mementingkan
hal-hal lain daripada mengaji. Padahal nantinya Al-Qur’an akan memberikan syafaat di
umat Islam, karena mayoritas orang tua memberikan ataupun mengajarkan agama yang
paling mendasar adalah membaca Iqra’. Itupun hanya beberapa saja yang sampai pada
tahap memasuki Al-Qur’an, sebagian berhenti sampai di Iqra’ dengan alasan yang
bermacam-macam.
lingkungan tempat tinggal mereka serta latar belakang mereka yang juga berbeda.
Membuat guru agak kesulitan untuk melakukan penanganan terhadap masalah ini.
Pemilihan metode mengajar yang baik serta pengemasan materi yang akan diajarkan
Penyebab utama dari kegagalan seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar di
depan kelas adalah kedangkalan pengetahuan guru terhadap siapa anak didik dan
justru lebih banyak kesalahan daripada kebijakan yang di ambil (Djamarah, 2011:9)
Membaca Al-Qur’an adalah kebiasaan yang baik dan juga dan juga mempunyai
dampak yang baik bagi perilaku individu yang dapat mengamalkannya. Tetapi hal ini jika
tidak dilakukan secara rutin maka akan sulit untuk menjadi sebuah kebiasaan. Padahal
sesuatu yang sudah terbiasa akan sangat ringan untuk dilakukan. Tidak biasanya membaca
melibatkan guru dan peserta didik. Guru merupakan penanggung jawab untuk mencapai
Maka dari itu, sekolah dan khususnya guru pendidikan agama Islam mempunyai
peranan penting dalam menumbuh kembangkan kembali kegiatan rutin membaca Al-
Qur’an bagi para peserta didiknya agar kemampuan membaca para peserta didik menjadi
baik. Hal ini mungkin akan sulit untuk dilakukan mengingat banyak faktor yang membuat
SMP. Idealnya siswa SMA sudah bisa membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu penulis ingin
mengetahui lebih dekat tentang peranan guru pendidikan agama islam dalam pengamalan
agama anak didiknya yang penulis khususkan dalam pembahasan ini tentang masalah
Dikatakan penting karena ketika shalat kita harus membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Oleh karena itu masalah membaca Al-Qur’an sangat menarik penulis untuk
membahasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Kesulitan apa saja yang ditemui peserta didik kelas X di SMA Negeri 3 Banjar ketika
membaca Al-Qur’an?
3. Apa saja metode-metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam
Banjar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang ditemui peserta didik kelas X dalam
2. Untuk mengetahui peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan
3. Untuk mengetahui metode-metode apa saja yang digunakan guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an pada peserta didik kelas X di
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum memiliki dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan praktis:
1) Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesulitan-
mengatsainya.
b. Memberi sumbangan bagi kalangan akademis yang mengadakan penelitian
berikutnya maupun riset baru tentang kesulitan membaca Al-Qur’an di SMA Negeri
3 Banjar.
2) Manfaat praktis
a. Peneliti
b. Satuan pendidikan
Dapat mendorong kreativitas dan keterampilan berpikir kreatif guru serta kepala
E. Landasan Teori
Dalam konteks Pendidikan Islam, guru adalah semua pihak yang berusaha
psikologi pendidikan.
c) Guru sebagai pengajar, pendidik, dan juga agen pembaharuan dan pembangunan
masyarkat.
dan pendidik siswanya dalam berbagai situasi (individual dan kelompok, dalam dan
di luar kelas, formal dan non-formal, serta informal) sesuai dengan keragaman
luas lagi sebagai penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan masyarakatnya
di mana ia berada.
dan persyaratan kerja yang dinamis dalam alam globalisasi mendatang, maka tenaga
guru harus siap secara luwes kemungkinan alih fungsi atau alih profesi (jika
dikehendakinya). Ide dasarnya adalah untuk memberi peluang alternatif bagi tenaga
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga
menjadi “mendidik”. Artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam pengertian yang
agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode
Agama adalah risalah yang disampaikan tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan
(Ahmadi&Salimi, 2004:4).
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat
Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam, yaitu sasaran
yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok yang melaksanakan pendidikan
Islam.
1) Tujuan sementara
Tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus di capai oleh umat
2) Tujuan akhir
Menurut Rusydie (2012), ada beberapa prinsip dasar yang perlu diketahui oleh
setiap guru untuk menjadi sosok guru yang favorit. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Profesional
menjadi sosok yang ahli dalam bidang pekerjaan yang dilakukan. Jika seseorang
menjalankan pekerjaan itu dengan penuh dedikasi tinggi dan bertanggung jawab.
Konsekuensinya, tentu saja adalah dicapainya hasil yang maksimal dan berkualitas.
Tugas seorang guru memang sangat identik dengan pelayanan. Sebab, ketika
mampu menjadi pembimbing, pembina, dan pengasuh bagi murid. Jika guru
melakukan tindakan yang benar maka tindakan itu akan diterima oleh murid sebagai
sesuatu yang harus mereka tiru. Sebaliknya, jika guru berperilaku yang buruk maka
Karena tugas seorang guru memang sangat erat dengan pelayanan, maka setiap
guru harus memiliki integritas dan personalitas yang baik, yang menjadi ciri bagi
kepribadiannya. Mengapa ini sangat penting? Sebab tugas seorang guru tidak hanya
mengajar (transfer of knowledge), tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai dasar
Bertanggung jawab merupakan prinsip dasar bagi anda jika ingin menjadi sosok
seorang guru yang favorit di mata murid. Bertanggung jawab di sini meliputi hampir
segala aspek yang berkenaan dengan tugas guru. Dalam ajaran islam, tanggung
jawab merupakan faktor urgen setiap manusia. Dalam salah satu hadits, Rasulullah
sebagai pemimpin, tentu saja kita akan dimintai pertanggungjawaban atas sesuatu
d. Ramah
Guru yang tidak ramah hanya akan menumbuhkan bibit-bibit kebencian di hati
murid, Yang tidak menutup kemugkinan bibit kebencian itu akan berubah menjadi
dendam yang diwujudkan dalam tidakan balasan. Karena itu bersikap ramahlah
lebih dulu saat bertemu, menanyakan kabar dirinya dan keluarganya, atau
e. Humoris
Humoris atau memiliki selera humor yang tinggi saat mengajar tidak harus
membuat anda berbuat layaknya seorang pemain ketoprak, komedian, dan lain
sesuatu yang segar dan lucu. Dan hal ini, bisa anda lakukan dengan menceritakan
kisah humor yang dialami oleh orang lain, teman, rekan sesama guru, atau bahkan
3. Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Al-Qur’an
kepada nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat jibril sebagai sumber
kejadian yang berlangsung. Sehingga ia menjadi lebih melekat dalam hati, lebih di
Rasulullah saw, dalam menghadapi cobaan dan kesulitan yang dialami oleh beliau
Tiada bacaan semacam Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta orang yang
tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan
dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa. Tiada bacaan melebihi Al-Qur’an
dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat
demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-
1) Metode Qira’ati
Metode Qira’ati adalah suatu metode dalam membaca Al-Qur’an yang langsung
memasukan dan mempraktekan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
2) Metode Iqra’
langsung pada latihan membaca. Metode Iqro’ ini dalam prakteknya tidak
(membaca huruf Al-Quran dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya
tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif
3) Metode Al-Baghdady
suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang
atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah
metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di
Indonesia (jejakpendidikan.com/2017/11/macam-macam-metode-pembelajaran-
al-quran)
4) Metode Tilawati
Ciri khas dari metode ini ialah mengajarkan cara membaca Al-Qur’an
5) Metode Ummi
Metode Ummi mulai mewarnai dunia pendidikan Al-Qur’an pada tahun 2011.
(https://bincangmuslimah.com/ibadah/metode-belajar-al-quran)
Adab membaca Al-Qur’an adalah norma, tata cara, budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam dalam
berinteraksi dengan kalam Allah agar dapat mengetahui dan mendekatkan diri
Qur’an termasuk amalan yang paling utama yang dapat mendekatkan seorang
2) Seyogiannya, para pembaca Al-Qur’an berada pada tempat yang bersih dan suci
(ucapan) dari seorang makhluk, melainkan kalam Allah SWT yang diturunkan
kepada Rasulullah saw untuk membebaskan umat manusia dari kegelapan jahiliah
membaca basmalah. Seperti ini pulalah yang dilakukan oleh Rasulullah saw
sebelum membaca Al-Qur’an. Maka wajib bagi kita untuk selalu mengikuti
beliau.
5) Disunnahkan membaca Al-Qur’an dengan sabar, tenang, dan tartil agar
bacaannya benar, baik dari segi ghunnah, mad, izhar, ikhfa’ idgham, maupun
yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah SWT. Sebab yang demikian itu
dengan catatan tidak keluar dari hukum tajwid (hukum membaca Al-Qur’an) dan
tidak mengeluarkan huruf, lafazh, serta kalimat-kalimat dari selain makharij al-
huruf (tempat keluarnya huruf) yang sebenarnya. Juga tidak melagukannya atau
Al-Qur’an:
Karena ia adalah kalam Allah SWT. oleh karena itu membacanya mempunyai
etika zahir dan batin. Diantara etika-etika zahir adalah membacanya dengan tartil.
Diantara etika membaca Al-Qur’an yang disepakati oleh para ulama adalah
memperbagus suara saat membaca Al-Qur’an. Suara yang indah akan menambah
maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi
sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.
2) Derajatnya diangkat
Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang selalu membaca Al-
Al-Qur’an diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam penyakit
6) Dihadiri malaikat
Rumah yang dibuat untuk membaca Al-Qur’an akan dihadiri malaikat. Penghuni
4. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
(Nurjan, 2015:181)
Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas
agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian besar
waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti di
sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar.
Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik. Adalah suatu
pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik
didik yang memiliki inteligensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh
dari yang diharapkan. Dan masih banyak anak didik dengan inteligensi yang rata-
rata normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi, melebihi kepandaian
Adapun definisi lain muncul, maka The National Joint Commitee for Learning
dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan
disebabkan oleh adanya disfungsi syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar
(misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau
Anak didik adalah subjek yang belajar. Dialah yang merasakan langsung
penderitaan akibat kesulitan belajar. Karena dia adalah orang yang belajar, bukan
guru yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan membelajarkan
anak didik agar giat belajar. Kesulitan belajar yang diderita anak didik tidak hanya
yang bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha
tertentu. Faktor inteligensi adalah kesulitan anak didik yang bersifat menetap.
Sedangkan kesehatan yang kurang baik atau sakit, kebiasaan belajar yang tidak
baik dan sebagainya adalah faktor non-intelektual yang bisa dihilangkan. Faktor-
2) Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau
pemarah, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan
6) Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh anak
7) Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya, anak didik sekolah sambil
bekerja. Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak didik harus bekerja
demi membiayai sendiri uang sekolah. Waktu yang seharusnya diapakai untuk
8) Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang
dipelajari)
9) Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan
10) Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.
dengan ketahanan anak didik, sehingga kesulitan belajar dirasakan oleh anak
didik.
11) Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya, cacat tubuh yang ringan
dan sebagainya.
12) Kesehatan yang kurang baik. Misalnya, sakit kepala, sakit perut, sakit mata,
sakit gigi, sakit flu, atau mudah capek dan mengantuk karena kurang gizi.
13) Seks atau pernikahan yang tak terkendali. Misalnya, terlalu intim dengan lawan
mendukung) atas bahan yang dipelajari. Kemiskinan atas bahan dasar dari
15) Tidak ada motivasi dalam belajar. Materi pelajaran sukar diterima dan diserap
2. Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah
rehabilitasi anak didik. Di tempat inilah anak didik menimba ilmu pengetahuan
dengan bantuan guru yang berhati mulia atau kurang mulia, karena memang
Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak didik datangi tentu saja
mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan
anak didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem
sosial di sekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Sarana
didik. Maka wajarlah bermunculan anak didik yang berkesulitan belajar. Berikut
ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa
3) Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat
dan sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Misalnya, guru bersikap
kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu
biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman,
sebagian kecil anak didik dapat belajar dengan baik dalam belajar.
anak didik.
membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat
dalam belajar.
8) Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang
9) Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara
dengan baik.
10) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya, suasana bising, karena
12) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Apabila sekolah masuk sore atau siang
hari, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima
pelajaran sebab energi sudah berkurang. Selain itu udara yang relatif panas di
waktu siang dapat mempercepat proses kelelahan. Oleh karena itu, belajar di
pagi hari akan lebih baik hasilnya daipada belajar di sore hari. Tetapi faktor
yang tak kalah pentingnya juga adalah faktor disiplin. Disiplin yang kurang baik
misalnya, tugas yang tidak dikerjakan anak didik, lonceng tanda masuk kelas
3. Faktor keluarga
lembaga formal dan non-formal. Bahkan sebelum anak didik memasuki sekolah,
dia sudah mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang bersifat kodrati. Ketika
orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak, ketika orang tua tidak
dan ketika kebutuhan belajar anak tidak terpenuhi, terutama kebutuhan yang
krusial, maka ketika itulah suasana keluarga tidak menciptakan dan menyediakan
suatu kondisi dengan lingkungan yang kretif bagi belajar anak. Maka lingkungan
Adapun strategi guru yang dapat dilakukan guna untuk mengatasi kesulitan
1) Bimbingan belajar
selalu aktif memberikan pengarahan, masukan serta motivasi kepada siswa serta
melatih siswa untuk rutin membaca Al-Qur’an, guru dapat memberikan les
pulang sekolah.
2) Bimbingan pribadi
ini untuk memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan-
Setiap orang tua pasti menaruh harapan kepada anaknya. Orang tua senantiasa
mengharapkan agar anak-anaknya kelak dapat hidup sejahtera. Untuk itu orang
sekali orang tua yang belum mengenal kemampuan anaknya, serta tidak
Fungsi layanan ini adalah membantu orang tua murid agar lebih mengetahui dan
F. Metodologi Penelitian
yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok masyarakat, atau organisasi tertentu yang dikaji dari sudut pandang
2. Setting Penelitian
Sumber data penelitian kualitatif terbagi dua data primer dan sekunder. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2018: 137)
menyeluruh pada sebuah kondisi tertentu (Tersiana, 2020: 12). Sedangkan teknik
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
kajian dari bahan dokumenter yang tertulis dapat berupa buku teks, surat kabar, film,
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisi data
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan verifikasi data serta kesimpulan. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Kemudian data disajikan (data display) penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2018: 247-
252)
Daftar Pustaka
Rusdydie, Salman. (2012). Tuntunan menjadi guru favorit. Jakarta: FlashBooks.
Danim, Sudarwan. (2013). Profesionalisasi dan etika profesi guru. Bandung: Alfabeta.
Rasyid, Abdullah. (1989). Tanya jawab kunci ibadah. Bandung: Husaini Bandung.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Saud, Udin Syaefudin. (2013). Pegnembangan profesi guru. Bandung: Alfabeta.
Muhaimin.(2004). Paradigma pendidikan islam. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Syah, Muhibbin. (2007). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Prihatin, Rosalin, Taufani & Triatna, Cepi. (2008). Konsep pendidikan. Bandung: PT Mandiri
Persada.
Kosim, Muhammad. 2008. Guru dalam perspektif Islam. Jurnal pendidikan islam, 3 (1), 46-
58.
Hamdani&Fuad. (2007). Filsafat pendidikan islam. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Al-Qaradhawi, Yusuf. (1999). Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Jakarta: GEMA INSANI
PRESS.
Ismail& Hamid, Abdullah. (2020). Adab pembelajaran Al-Qur’an: Studi kitab At-Tibyan Fi
Adabi Hamalatil Qur’an. Ar-Risalah. XVIII (2), 220-233.
Ahmadi&Salimi, Noor. (2004). Dasar-dasar pendidikan agama islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Shihab, Quraish. (1996). Wawasan Al-Qur’an:tafsir maudhu’i atas pelbagai persoalan umat.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Ikmal, Hepi. (2018). Strategi duru Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca Al-Qur’an peserta didik. Akademika. 12 (2), 213-223.
Aisyah, Siti. (2020). Literasi Al-Qur’an dalam mempertahankan survivalitas spiritulitas
umat. Jurnal keislaman dan kemasyarakatan. 4 (1), 203-228.
Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA
CV.
Tersiana, Andra. (2020). Metode penelitian. Yogyakarta: ANAK HEBAT INDONESIA.
Nurjan, Syarifan. (2015). Psikologi belajar. Ponorogo: CV. WADE GROUP.
Thanthawi, Muhammad Sayyid. (2013). Ulumul qur’an. Yogyakarta: IRCiSod.
Mulyani, Heti&Maryono. (2019). Implementasi metode Qira’ati dalam pembelajaran Al-
Qur’an. Jurnal paramurobi. 2 (2), 22-30.
Macam-macam metode pembelajaranAl-Qur’an.
http://www.jejakpendidikan.com/2017/11/macam-macam-metode-pembelajaran-al-
quran.html (Diakses, Ahad: 17 Januari 2021)
Fajry, Aunia Firza. (2019). Lima metode belajar Al-Qur’an yang terkenal di Indonesia.
https://bincangmuslimah.com/ibadah/metode-belajar-al-quran-populer-di-indonesia-
27756/ (Diakses, Ahad: 17 Januari 2021)