PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm., 173.
2
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, (Bandung :
Pustaka, 1995), hlm., 86.
2
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini disusun untuk
mengetahui dan mengungkap pemahaman serta menganalisa lebih jauh
bagaimana seorang Fazlur Rahman dengan cerdas dan cermat berhasil
menyimpulkan problematika pendidikan Islam dan tawaran jalan keluar,
sekaligus aplikasi atas ide – idenya dalam dunia pendidikan saat ini.
B. RUMUSAN MALASAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil pada makalah
ini adalah :
1. Bagaimana konsep Pendidikan yang sesungguhnya menurut Fazlur Rahman ?
2. Apasajakah problem pendidikan Islam sebagai hasil pengamatan Fazlur
Rahman ?
3. Bagaimana Fazlur Rahman memberikan alternatif pemecahan terhadap
problematika tersebut ?
4. Bagaimakah penerapan pendidikan Islam yang ditawarkan oleh Fazlur
Rahman ?
C. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengungkap konsep pendidikan menurut Fazlur Rahman
2. Mendapatkan informasi yang jelas tentang problematika pendidikan Islam
hasil pengamatan Fazlur Rahman
3. Mendapatkan alternatif pemecahan dan solusi terhadap problematika
pendidikan Islam
4. Memperoleh pemahaman bagaimana penerapan konsep pendidikan Fazlur
Rahman dalam dunia pendidikan nyata.
Acikgence Alparslan, The Thinker of Islamic Revival and Revorm: Fazlur Rahman’s Life
3
and Thought (1919-1988), dalam Journal of Islamic Reserch, Vol.4, 1990, hlm., 233.
3
tengah keluarga ulama bermadzhab Hanafiyah, yang dikenal sebagai mazhab
Sunni paling rasional di antara tiga madzhab yang lain. Meskipun ayahnya
adalah seorang ulama tradisional, akan tetapi pemikirannya berbeda dengan
kebanyakan ulama saat itu. Ia menerima konsep modernitas dalam ber – Islam.
Hal tersebut menjadikan seorang Fazlur Rahman dapat melepaskan diri dari
kurungan akal sektoral untuk melihat persoalan menjadi lebih objektif.
Sementara itu akar religiusitas keluarganya bisa ditelusuri pada Pengajaran di
Deoband Seminari (Sekolah Menengah Deoband) yang sangat berpengaruh pada
anak – anak benua India.4
4
Metcalf, Barbara Daly. Islamic Revival in British India: Deoband, 1860-1900,(Princeton:
Princeton University Press), 1982 , hlm., 122.
5
Fazlur Rahman, An Autobiographical Note, dalam Journal of Islamic Research, Vol. 4,
1990, hlm., 287.
6
Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan
Islam (Cirebon : Pustaka Dinamika, 1999), hlm., 17.
7
Khotimah, Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Pendidikan Islam(Jurnal Ushuluddin, Vol.
XXII No. 2, Juli 2014) hlm., 243.
8
Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, Taufik Adnan Amal
(penyunting) (Bandung : Mizan, cet. I, 1987), hlm., 41.
4
Pada tahun 1940, tokoh neomodernisme ini menyelesaikan pendidikan
akademiknya dengan gelar Bachelor of Art (B.A.) dalam bidang bahasa Arab di
Punjab University Lahore. Tahun 1942 gelar Master (M.A.) berhasil
diperolehnya di Universitas yang sama. Selanjutnya upaya untuk meraih cita –
citanya dalam kajian dan pemikiran Islam, ia selesaikan dan berhasil meraih
gelar Ph.D. di dunia Barat.
Sekalipun Rahman terdidik dalam lingkungan pendidikan tradisional, sikap kritis
mengantarkan jati dirinya sebagai seorang pemikir yang berbeda dengan
kebanyakan alumni madrasah. Sikap kritis yang menggambarkan ketidakpuasan
atas sistem pendidikan tradisional, terlihat dengan keputusannya melanjutkan
studi ke Barat9
Oleh karenanya saat usia 27 tahun (1946) Fazlur Rahman berangkat studi
doctoral di Universitas Oxford Inggris. Ia mengangkat desertasi tentang Ibnu
Sina di bawah bimbingan Profesor S. Van den Bergh dan H.A.R. Gibb, dan
berhasil meraih gelar Ph.D (Philosopy Doctor) pada tahun 1949.10 Padahal
sebelumnya Fazlur Rahman telah pula menyelesaikan Ph.D nya di Lahore, India.
Setelah menyelesaikan belajar hingga Ph.D. – nya, kemudian Fazlur Rahman
memimpin pusat Kajian Islam di Universitas McGill (Institute of Islamic Studies
yang dirintis oleh Wilfred Cantwell Smith)
Sekitar awal tahun 1960 – an Fazlur Rahman kembali ke Pakistan menjadi staf
senior lembaga penelitian di Karachi bernama Institute of Islamic Research.
Lembaga yang dipegang ini dijadikan sebagai wahana pengembangan keilmuan
untuk mengkaji keislaman. Sehingga digagaslah penerbitan Journal Islamic
Studies dan menjadi jurnal ilmiah bertaraf internasional hingga kini. Ia dipercaya
sebagai Direktur lembaga tersebut selama dua tahun (1960 – 1962). Akan tetapi
penunjukkan Fazlur Rahman sebagai direktur lembaga tersebut mendapatkan
resistensi atau penolakan dari kalangan ulama tradisional, Fazlur Rahman
dianggap sebagai kelompok modernis dan telah banyak terkontaminasi dengan
9
Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam
(Cirebon : Pustaka Dinamika, 1999), hlm., 17.
10
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 1998), hlm., 256 – 257.
5
pemikiran – pemikiran Barat. Meski pemerintahan Pakistan saat itu dipimpin
oleh Ayyub Khan, yang dalam banyak literatur Ayyub Khan adalah pemimpin
yang memiliki cara pandang modern. Tahun 1964, Fazlur Rahman juga diangkat
sebagai anggota Advisory Council of Islamic Ideology Pemerintah Pakistan.
Kedua lembaga ini mempunyai hubugan kinerja yang sangat erat. Karena data
dan bahan yang digunakan sebagai rancangan Undang – Undang diminta oleh
Dewan Penasehat dari hasil penelitian lembaga riset.11
11
Khotimah: Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Pendidikan Islam, dalam JURNAL
USHULUDDIN Vol. XXII No. 2, Juli 2014, hlm., 245.
12
Mumtaz Ahmad, In Memoriam Profesor Fazlur Rahman, dalam The American Journal of
Islamic Social Science,Vol. 5, No. 1, 1988, hlm., 2.
6
Namun secara singkat perkembangan pemikiran dan karya – karyanya dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga periode :
7
c. Periode Kematangan (Tahun : 1968 – 1988)
Periode ini dimulai sejak kedatangan Fazlur Rahman di Amerika sampai
kewafatannya tahun 1988. Secara epistimologis beliau berhasil
menggabungkan pendekatan historys dan normative menjadi metode yang
sistematis dan komprehensif untuk memahami Al – Qur’an, yang pada
akhirnya disempurnakan menjadi metode “suatu gerakan ganda” (a
double movement). Karya – karya Fazlur Rahman pada periode ini adalah
buku Philosophy of Mulla Sadra Shirazi (1976), dan Major Themes of the
Qur’an (1980), Islam and Modernty : Transformation of Intellectual
Tradition (1982), Healt and Medicene in Islamic Tradition (1987) juga
banyaknya artikel dalam jurnal internasional dan ensiklopedia.13
13
Sutrisno, Fazlur Rahman Kajian terhadap Metode, Epistimologi, dan Sistem Pendidikan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 65 – 84.
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan
Kata pendidikan dalam kamus kontemporer Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran,
penyuluhan, dan latihan proses mendidik (Peter dan Penny, 1991 : 353).
Pendidikan yang dimaksudkan dalam makalah ini tentu saja bukan sekedar
definisi seperti yang tersebut di atas. Karena ikatan kata Islam yang akan
membatasi sekaligus menjadi ciri khusus pendidikan yang diharapkan menjadi
pemicu bangkitnya umat Islam di masa yang akan datang. Sehingga pendidikan
Islam merupakan starting point untuk mengubah paradigma ulama yang masih
memiliki pemikiran tradisional menjadi modern.
1. Pendidikan Islam
Terminologi pendidikan Islam yang dimaksud adalah istilah yang diambil
dari khasanah ke – ilmuan yang bersumber pada al- Quran dan atau as –
Sunnah, atau bisa jadi definisi yang dihasilkan dari interaksi pemahaman
para ulama salaf terkait dengan pendidikan anak manusia. Pembatasan ini
bukan untuk dipertentangkan dengan konsep pendidikan Islam menurut
Fazlur Rahman melainkan untuk memberikan wawasan dan preknowledge
dalam memahami konsep pendidikan menurut Fazlur Rahman. Sehingga
pendekatan istilah dalam makalah ini sebisa mungkin terbatas pada kajian
istilah dan mengurangi pendekatan historis. Meski pada kenyataannya
bahwa terminologi pendidikan Islam adalah produk sejarah pemikiran
manusia.
Pendidikan “Islam” dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kalimat yang
bervariasi. Masing – masing memiliki tekanan makna yang berbeda – beda,
begitupun akar kata yang tidak sama antara satu dengan yang lain,
Ungkapan pendidikan dalam bahasa Arab yang dimaksud adalah :
a. Ta’lim -َ تــَعَـلَيـــم-َ berasal dari akar kata : َ َ َيـَعَـلَم-َ َعَـلَم - berarti
pengajaran,
Pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan atau keterampilan. Muhammad Rasyid Rida memberikan
9
definisi al – ta'lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan
pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu14.
Penta’rifan itu berpijak dari firman Allah SWT. surat Al – Baqarah [2] :
31 ;
َوعلمَ َآدمَ َاألسماءَ َكلها َثمَ َعرضهمَ َعَلى َالَمالئَكةَ َفقَالَ َأنبئوني
)31(ََبأسماءََهؤالءََإنََكنتمََصادقين
Artinya : Dan Dia ajarkan kepada Adam nama – nama
(benda)semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada Malaikat seraya
berfirman, “Sebutkanlah kepadaku nama – nama (benda) ini, jika kamu
termasuk yang benar.
Kata ‘allama pada ayat di atas Tuhan mengajarkan kepada Nabi Adam
as., sedangkan proses transmisi itu dilakukan secara bertahap
sebagaimana Nabi Adam A.S. menyaksikan dan menganalisis asma
yang diajarkan oleh Allah kepadanya15.
Muhammad Naquib Al – Attas berpadangan bahwa ada konotasi
tertentu yang dapat membedakan antara term al-tarbiyah dari al-ta‘lim,
yaitu ruang lingkup al-ta'lim lebih universal daripada ruang lingkup al-
tarbiyah sebab, al-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan
hanya mengacu pada kondisi eksistensial. Lagi pula, makna al-tarbiyah
lebih spesifik karena ditujukan pada objek-objek pemilikan yang
berkaitan dengan jenis relasional, mengingat pemilikan yang
sebenarnya hanyalah Allah. Akibatnya, sasarannya tidak hanya berlaku
bagi umat manusia tetapi tercakup juga spesies-spesies yang lain.
b. Tarbiyah - َتــربٍيـــة- berasal dari akar kata :-َ رَبـي يرَبـى- berarti
memelihara, mengasuh juga mendidik.
14
Muhammad Rasyid Rida, Tafsir al-Quran al-Hakim; Tafsir al-Manar, (Beirut, Dar al-
Fikr, Juz VII, 1373 H), hlm., 262.
15
Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1992),
hlm., 66.
10
َواخفضََلهماَجناحََالذُّلََمننََالرحمنةََوقنلََربنيَارحمهمناَكمنا
)24(َيراً ربيانيَصغ
Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil “.
16
Al-Raghib Al-Ashfahaniy, al-Mufradat Alfāz al-Qur’ān, (Beirut : ad-Dar asy-Syamiyah,
1992), hlm., 336.
11
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa,
sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan
dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
(Attas: 66). Pengertian ini berdasarkan Hadis Nabi Muhammad SAW:
أدَبنىَربىَفأحسنَتأديبى
Artinya : "Tuhanku telah mendidikku dan telah membaguskan
pendidikanku".
17
Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1992),
hlm. 74 – 75.
18
Al – Attas mengemukakan bahwa untuk menghindari agar pendidikan tidak hanya mengarah pada aspek
intektual saja, maka pendidikan harus dibahasakan dengan istilah al – ta’diib dan tidak sekedar al – Ta’liim
atau al – Tarbiyyah. Senada dengan Al – Attas, At – Thiyyah Al – Abrasy mengidentikan pendidikan Islam
dengan pendidikan moral dan akhlak (al – Tarbiyyatu al – Akhlaaqiyyah) lihat Muhammad Naquib Al – Attas,
Aims and Objective of Islam Education, (Jeddah : King Abd. Aziz University, 1979), hlm. 5 – 6, bandingkan
dengan At- Thiyyah Al – Abrasy, Al – Tarbiyyah Al – Islamiyyah, (Mesir : Daar al – Fikr, 1970), hlm. 1
12
sejarah saat itu, adalah hal baru bagi masyarakat, sehingga sebagian mereka
berpendapat bahwa konsep pendidikan Fazlur Rahman adalah perwakilan
dunia Barat yang tidak boleh diterima di dunia Timur. Karena dunia Barat
telah terkontaminasi dengan berbagai pemahaman atas teks al – Quran
maupun as – Sunnah, di sisi lain dunia Timur telah menjalankan proses
pendidikan secara “tradisional” yang sudah berjalan sekian abad lamanya.
Namun jika dilihat dari pemikiran Fazlur Rahman terkait dengan pandangan
Ulama Timur terhadap pemikiran Barat hal tersebut sangat bertolak
belakang. Sebagaimana diungkapkan dalam muqaddimah karyanya “Islam”
sebagai berikut :
…bahwa pembaharuan Islam bagaimanapun yang harus dilakukan,
mestilah dimulai dengan pendidikan….19
19
Yayah Hidayah, Fazlur Rahman : Kiai dari Chicago, (Amanah, Vol., III, No. 60 (21)
Oktober – 3 November, 1988), hlm., 60.
20
Fazlur Rahman, Islam and Moderity Transformation of Intelectual Tradition, (Chicago
and London: The University of Chicago Press, 1984), hlm., 46.
“…The Curren Strategy, as we shaal presently, is sot so much aimed at a positive goal: it seems rather to be avery
devensife one: to save thhe minds of Muslim from being spoiled or even destroyed under the impact of wasters ideals
coming through various desciplines, particulary ideas that threaten to undermine the traditional standarts of Islam is
morality…”
21
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Transformasi Intelektual, (Bandung :
Pustaka, 1995), hlm., 86.
13
Islam yang mempunyai komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam
terhadap Islam.22
Berangkat dari berbagai pengalaman dan pengamatan yang dilakukan,
Fazlur Rahman memberikan konsep pendidikan sebagai berikut :
3. Tujuan Pendidikan
22
Ahmad Syafii Maarif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, (Bandung : Mizan,
1993), hlm., 146.
23
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernistas: Studi Atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman, (Bandung: Mizan, 1993), hlm., 133.
“...The purpose of education according to the Qur’an, is to develop the inner faculties of man in such a way that all the
knowlwdgw gained by will become organic to his total creative personality....”
14
Salah satu problem dunia pendidikan Islam Menurut Fazlur Rahman adalah
tujuan pendidikan yang hanya berorientasi pada keakhiratan semata – mata.
Hal tersebut tentu akan menjadikan stagnasi dalam berfikir untuk survival
dalam meraih kesuksesan dunia sekaligus bersumber pada Al – Quran dan As
– Sunnah.24 Oleh karenanya menurut Fazlur Rahman tujuan tersebut harus
segera dirubah, sehingga terjadi keseimbangan antara tujuan akhirat dan
dunia. Selanjutnya Fazlur Rahman menguraikan bahwa tujuan pendidikan
adalah sebaga berikut :
a. Mengembangkan manusia sedemikian rupa, sehingga semua pengetahuan
yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang
kreatif, yang memungkinkan manusia dapat memanfaatkan sumber –
sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan
keadilan, kemauan dan keteraturan dunia.25
b. Menanamkan komitmen-komitmen nilai melalui al – tarbiyah
(pendidikan moral) dan mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah melalui
al – ta’lim (pengajaran)”26
c. Menekankan aspek moral. Ia mengatakan, bahwa tanggung jawab
pendidikan yang pertama adalah menanamkan pada pikiran-pikiran siswa
dengan nilai-nilai moral. Pendidikan Islam didasarkan pada ideologi
Islam.27
d. Harus diorientasikan kepada kehidupan dunia dan akhirat sekaligus
bersumber pada Al-Qur’an. Dengan demikian, perpaduan ilmu
24
Fazlur Rahman, The Qur‟anic Solution of Pakistan’s Educational Problem’s, Islamic
Studies, (Vol. 6, No. 4, tahun 1967), hlm., 315.
25
Fazlur Rahman, The Qur’anic Solution of Pakistan’s Edication Problems, dalam
Sutrisno, Kajian Terhadap Epistimologi dan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, Cet.1, 2006), hlm., 171.
26
Khotimah, Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Pendidikan Islam, (Journal Ushuluddin,
Vol. XXII No. 2, Juli 2014), hlm., 246.
27
Sutrisno, Fazlur Rahman, Kajian terhadap Metode, Epistemologi dan Sistem Pendidikan,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm., 171.
15
pengetahuan yang tidak saling memisahkan akan saling melengkapi baik
ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum (science).28
e. Menyelamatkan manusia dari diri sendiri oleh diri sendiri.29
f. Tujuan pendidikan menurut al – Qur’an adalah untuk mengembangkan
manusia sehingga semua ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan
menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif, yang
memungkinkan manusia memanfaatkan sumber-sumber alam untuk
kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan, dan
keteraturan dunia.30
28
Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan
Islam, (Cirebon : Pustaka Dinamika, 1999), hlm., 105.
29
Sutrisno, Fazlur Rahman, Kajian terhadap Metode, …. hlm., 171.
30
Fazlur Rahman, The Qur’anic Solution Of Pakistan.... hlm., 315.
16
mengislamkannya, yaitu mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu
dari Islam. Ada dua tujuan dari mengislamkan pendidikan sekuler modern
ini yaitu : (1) Membentuk watak para pencari ilmu dengan nilai Islam dalam
kehidupan individu dan masyarakat, (2) Memungkinkan para ahli yang
berpendidikan modern mentransformasikan bidang kajiannya masing –
masing dengan nilai – nilai Islam pada perangkat – perangkat yang lebih
tinggi, atau menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan
maupun orientasi kajian – kajian mereka.31
Rasulullah SAW. sendiri diperintahkan untuk berdo‘a kepada Allah SWT
sebagaimana dalam Q.S. Thaha [20] :114 :
31
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas : Tentang Transformasi Intelektual, (Bandung :
Pustaka Pelajar, 1995), hlm., 131.
32
Ibid., hlm., 135.
17
Pembaharuan ini cenderung menyederhanakan silabus-silabus pendidikan
tradisional yang sarat dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu.
Ketiga, menggabungkan cabang – cabang ilmu pengetahuan baru. Menurut
Fazlur Rahman integrasi atau penggabungan pada umumnya bersifat
mekanis dan hanya menyandingkan ilmu pengetahuan yang lama dengan
ilmu pengetahuan yang modern. Situasi ini diperburuk dengan masih
minimnya jumlah buku yang tersedia di perpustakaan. Selain itu, ia
berpendapat bahwa, kedangkalan dan kekakuan dalam pendidikan adalah
penyebab terjadinya kemacetan intelektualisme Islam, terutama berupa
sikap para ulama ortodok terhadap ilmu pengetahuan sekuler, yang
tampaknya ingin memadamkan semangat penelitian yang besar dan
keseluruhan pertumbuhan ilmu pengetahuan positif.33
33
Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The University of Chicago Press , 1979), hlm., 5.
34
Ibid., hlm., 50.
18
pada pembahasan – pembahasan sebelumnya seperti kemacetan intelektual,
tujuan pendidikan juga merupakan hal hal yang menyebabkan mandeg–nya
Pemikiran Islam termasuk sektor pendidikan. Sehingga berbagai aspek
pendidikan Islam tampak masih berada dalam kondisi yang
memprihatinkan. Fazlur Rahman memberikan analisanya terkait dengan hal
tersebut, disamping kondisi pendidik (mu’allim) dan peserta didik yang
secara kualitas masih perlu terus ditingkatkan. Ada enam hal yang menjadi
problem dasar pendidikan Islam.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan memiliki peran sentral dalam upaya mencetak para
mahasiswa menjadi manusia – manusia yang diharapkan masa depan.
Fazlur Rahman mengamati, bahwa pada aspek tujuan ini Pendidikan
Islam mempunyai persoalan serius, tujuan pendidikan selama ini hanya
bersifat difensif dan cenderung berorientasi hanya untuk kehidupan
akhirat saja, hal itu tentu harus segera dirubah. Tujuan pendidikan yang
hanya berorientasi pada ke akhiratan saja, ini bisa muncul karena adanya
faktor penekan, yang tumbuh subur akibat tekanan psikologis umat Islam
dalam menghadapi dunia Barat yang lebih maju dan atau sebagai saingan
sepanjang sejarah. Hal itu semakin menjadi akut karena faktor psikologis
yang lain, dimana umat Islam sebagai pihak yang “kalah”. Tentu saja
kondisi demikian berbanding terbalik dengan posisi umat Islam klasik
dahulu, dimana umat Islam sebagai pemenang dan penguasa peradaban.
Tujuan Pendidikan Islam harus diorientasikan kepada kehidupan dunia
dan akhirat sekaligus serta bersumber kepada al Qur‘an.35 Menurutnya
bahwa : Tujuan pendidikan dalam pandangan al – Qur’an adalah untuk
mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara sedemikian rupa
sehingga seluruh ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu
dengan kepribadian kreatifnya.
b. Persoalan Ideologis
35
Fazlur Rahman, The Qur’anic Solution of Pakistan’s ...., hlm., 315.
19
Terjadinya disparitas antara perintah menuntut ilmu dalam al – Qur’an
dan as – Sunnah dengan realitas ummat Islam pada sisi yang lain, adalah
salah satu penyebab pendidikan Islam tidak mengalami perkembangan
seperti yang diharapkan Fazlur Rahman. Begitu banyak ayat dan hadits
yang menyatakan pentingnya ilmu. Akan tetapi kondisi umat jauh
panggang dari api dalam menyikapi ilmu itu sendiri. Sebagai contoh,
wahyu pertama dengan perintah iqra’ nya, juga ditemukan banyak sabda
Rasulullah SAW tentang kewajiban menuntut ilmu, sekaligus motivasi
eksternal berupa kebahagiaan dan kedudukan mulia bagi mereka yang
berilmu. Semuanya merupakan hal – hal ideologis bagi setiap individu
maupun masyarakat muslim. Namun seperti yang terlihat dan terjadi di
negara – negara dengan penduduk mayoritas muslim, atmosfir ilmiah
belum beranjak dari ruang – ruang yang selama ini seakan terkunci rapat.
Padahal firman Allah SWT, tentang wajibnya kita berilmu dan upaya
untuk terus menambah ilmu dengan tegas dicantum dalam ayat – Nya
Q.S. Thaha [20] :114 :
)114(َوقلََربََزدنيَعل ًما...
Artinya : .... maka katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku”.36
Begitu juga hadits Rasulullah SAW terkait dengan hal ini adalah :
36
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathu al Barri: bi-Syarhi Shahih al Bukhary, Jilid I, hlm. 92. Ia
berkata :
َََربَزدنيَعل ًماَ)َواضحَالداللةَفيَفضلَالَعلمَ؛َألنََّللاَتعالَىَلمَيأمَرَنبيهَصلىَّللا:َ(َوقولهَعزَوجل
ََوالمَرادَبَالعلَمَالعلمَالشَرعيَالذيَيفيدَمعرفةَمَاَيجب،َعليهَوسلمَبطلبَاالزديادَمنَشيءَإالَمنَالعلم
ََوتنزَيههَعن،ََومَاَيجبَلهَمنََالقيامَبأمره،ََوالعلمَباّللََوصَفاته،َعلىَالمكلفَمنَأمرَعباداتهَومعامالته
.النقائض
“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil
yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang
dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf
mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan
sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari
berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, Jilid 1, hlm., 92.)
20
ََطَلَبَ َاَلعَلَمَ َفَرَيَضَةَ َعَلَي:َقالَرسولَهللاَصلىَهللاَعليهَوسلم
َ ََكَلََمَسَلَم
َ - رواهَإبنَماجه-
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim (baik laki – laki maupun perempuan). H.R. Ibnu Majah.37
Terlebih apabila kajian mengenai hal ini dikaitkan dengan banyak ayat
yang mengungkapan kata “al – ‘ilm” dengan kata derivat nya (disebut
sebanyak 854 kali) dalam al – Quran dan menempati urutan kedua
setelah lafadz Allah.
Sehingga wajar jika seorang Fazlur Rahman berpendapat bahwa, problem
pendidikan Islam yang paling mendasar dewasa ini adalah problem
ideologis. Artinya kaum Muslim tidak dapat mengaitkan secara efektif
pentingnya ilmu pengetahuan dengan orientasi ideologisnya. Akibatnya,
masyarakat Muslim tidak terdorong untuk belajar. Tampaknya secara
umum terdapat kegagalan dalam mengaitkan prestasi pendidikan umat
Islam dengan amanah ideologi mereka.38
HASIL PENGAMATAN - 3 : PENGAJARAN ILMU
“YANG
DITERIMA”
TRADISIONAL PASIF
PRA MODERN “YANG
TERSIMPAN
LAMA”
ILMU
HARUS DICARI
AKTIF,
MODERN KREATIF
DAN
HARUS INOVATIF
DITEMUKAN
37
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Maktabah Al – Syaamilah, tp, tt.), hadist no. 224.
Hadist dishahihkan oleh Syaikh Al – Bani dalam Kitab Al – Shahiih wa Al – Dha’iif,
hlm., 67.
38
Zaprulkhan: Filsafat Pendidikan Islam dalam Journal Epistemé, (Vol. 9, No. 2,
Desember 2014), hlm., 339.
21
dimulai dari madrasah ibtidaiyah sampai perguruan Tinggi Islam, pada
gilirannya para alumni lembaga tradisional melahirkan para lulusan yang
begitu tertinggal sehingga hasilnya betul – betul mengecewakan.
Kebanyakan produk dari sistem tersebut tidak mampu hidup di dunia
modern dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman.
Sedangkan sistem pendidikan sekuler modern (umum) yang dilaksanakan
mulai dari sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi Umum telah
berkembang tanpa menyentuh sama sekali ideologi dan nilai – nilai
Islam. Hasilnya sangat tragis karena dasar dari rasa jujur dan
tanggungjawab pun tidak muncul. Dengan demikian, kedua sistem
pendidikan tersebut sama – sama tidak tepat bagi Fazlur Rahman.
Keduanya menghasilkan manusia yang tidak terasing dizamannya dan
pada saat bersamaan ada manusia hasil pendidikan yang kehilangan
sebagian rasa kemanusiaannya.
39
Sutrisno, Fazlur Rahman, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm., 208.
22
HASIL PENGAMATAN - 4: DUALISME SISTEM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
AGAMA UMUM
“tradisional” “Sekuler “
PT
MI MTs MA SD SMP SMA PTU
IS
KEBEBASAN :
MEMENJARKAN OTAK
MATERIALISME DAN
DAN JIWA DALAM
RUSAKNYA
KURUNGANNYA
KEMANUSIAAN
d. Kelemahan Bahasa
Pernyataan Fazlur Rahman dalam soal penguasaan bahasa yang ditujukan
kepada umat Islam sesungguhnya sangat keras dan pedas. Ia menyatakan
bahwa umat Islam lemah di bidang bahasa, bahkan umat Islam adalah
masyarakat tanpa bahasa.
Fazlur Rahman berfikir bahwa konsep – konsep murni (orisinil dan
otentik) tidak pernah muncul dalam pikiran kecuali dilahirkan dengan
kata – kata (bahasa). Jika tidak ada kata – kata (karena tidak ada bahasa
yang memadai), konsep – konsep yang bermutu tidak akan muncul.
Akibatnya, peniruan dan pengulangan seperti halnya burung Beo adalah
bukanlah pemikiran orisinal dan otentik.
Fazlur Rahman menawarkan persoalan bahasa ini dengan pendapatnya
bahwa kontroversi bahasa yang sering dikemukakan, hendaknya
dipisahkan dari emosionalisme politik dan umat.40
َ َاَلطَرَيَقَةََأَهَ َُّمَمَنََاَلمَادَة
40
Ibid., hlm., 174 – 175.
23
Artinya : “Metode pengajaran itu lebih penting dari pada materi itu
sendiri.”
41
Ibid., hlm., 176.
24
HASIL PENGAMATAN - 2 : METODE PENDIDIKAN/BELAJAR
BARU
• MENGULANG “MODERN”
• MENGHAFAL • MEMAHAMI
• MENGANALISA
LAMA
“TRADISIONAL”
g. Peserta didik
Persoalan peserta daidik adalah rendahnya kualitas intelektual anak didik dan
munculnya pribadi-pribadi yang pecah (split personality) dari kaum Muslim.
Misalnya seorang muslim yang saleh dan taat menjalankan ibadah, pada waktu
42
Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, Terjemahan : Anas Mahyuddin (Bandung : Pustaka,
1965), hlm., 191-198.
43
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas..., hlm. 79.
44
Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad..., hlm. 206
25
yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor, atau melakukan
perbuatan tercela lainnya.45
Bahkan yang lebih ironis lagi dikotomi sistem pendidikan tersebut
mengakibatkna tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan
intelektual yang mendalam terhadap Islam dari lembaga-lembaga pendidikan
Islam.46 Sebagian dari mereka lebih berperan sebagai pemain-pemain teknis
dalam masalah-masalah agama. Sementara ruh agama itu sendiri jarang benar
digumulinya secara intens dan akrab.
45
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina,
1992), hlm., 243.
46
Syafii Maarif, Peta Bumi Intelektualisme di Indonesia, (Bandung : Mizan , 1993), hlm.,
20.
47
Muhaimin, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan
Islam. (Cirebon: Pustaka Dinamika, 1999), hlm., 118.
26
Pertama : Terkait dengan tujuan pendidikan Fazlur Rahman menawarkan
pemikiran solutif antara lain : (a) mengorientasikan tujuan Pendidikan
Islam kepada kehidupan dunia dan akherat sekaligus dan bersumber dari
al – Qur’an. (b) menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam
menghadapi Barat, dan (c) menghilangkan sikap negatif terhadap ilmu
pengetahuan.
Kedua : Adapun persoalan Metode dan sistem Pendidikan gagasan
alternatif pemecahan yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman adalah
sebagai berikut : (a) memberikan pelajaran al – Qur’an dan metode tafsir
yang sistematis, sehingga memungkinkan al – Qur’an tidak saja dihafal
dan diulang tetapi berfungsi sebagai sumber inspirasi moral juga
dijadikan sebagai rujukan sentral bagi pemecahan persoalan yang muncul
ke permukaan, (b) memberikan materi disiplin ilmu – ilmu Islam secara
historis, kritis, dan menyeluruh, sehingga melalui upaya ini dapat
mengintegrasikan pikiran – pikiran itu ke dalam konsep Islam yang utuh
dan terpadu, (c) mengintensifkan penguasaan bahasa asing seperti bahasa
Arab dan bahasa Inggris disamping bahasa nasional (d) menumbuhkan
sikap toleran terhadap perbedaan pendapat, sebagai akibat dari kajian
filsafat yang membuka cakrawala berfikir luas dan bebas.
Ketiga : Perihal peserta didik Fazlur Rahman memberikan kontribusi
pemikiran antara lain, (a) anak didik harus diberikan pelajaran al-Qur’an
melalui metode – metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya
dijadikan sebagai sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan
sebagai rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari – hari yang semakin kompleks dan menantang.48 (b)
memberikan materi disiplin ilmu – ilmu Islam secara historis, kritis dan
holistic. Disiplin ilmu – ilmu Islam itu meliputi: teologi, hukum, etika,
ilmu – ilmu sosial dan filsafat dan berbagai ilmu pengetahuan lain yang
tidak sebatas pemberian ilmu pengetahuan saja49.
Pandangan Fazlur Rahman terhadap peserta didik tersebut merupakan
pandangan yang sangat ideal bagi terbentuknya pribadi muslim yang
48
Ibid., hlm., 111.
49
Ibid., hlm., 112.
27
unggul, sebagaimana dalam dirinya terbentuk jiwa Qur’ani serta
memiliki berbagai disiplin ilmu yang sangat komprehensif.
Keempat : Solusi untuk sulitnya pendidik (mu’allim) yang berkualitas
Fazlur Rahman memberikan gagasan sebagai berikut : (a) Merekrut calon
pendidik (mu’allim) yang memiliki bakat-bakat terbaik yang ada dan
menyediakan insentif yang perlu bagi karir intelektual yang berkomitmen
di bidang agama (Islam). (b) Mengangkat lulusan madrasah yang relatif
cerdas atau menunjuk sarjana sarjana modern yang telah memperoleh
gelar doctor di universitas – universitas Barat.50 (c) Para pendidik harus
dilatih di pusat – pusat studi keislaman di luar negeri khususnya ke
Barat.51 (d) Mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki
pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik-
teknik riset modern dan merekrut lulusan – lulusan universitas di bidang
filsafat atau ilmu – ilmu sosial dan memberi mereka pelajaran bahasa
Arab dan disiplin – disiplin Islam klasik yang pokok seperti Hadits dan
yurisprudensi Islam.52
Kelima : Sedangkan masalah sarana Pendidikan, Fazlur Rahman
memprioritaskan pengembangan perpustakaan. Hal tersebut dianggap
penting karena referensi – referensi ilmiah sangat dibutuhkan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama buku – buku yang berbahasa
Arab dan Inggris yang memuat teroi – teori dan perkembangan ilmu
pengetahuan dari berbagai negara.53 Dengan cara itu, maka kajian –
kajian umat islam dari berbagai disiplin ilmu akan mampu menciptakan
khazanah intelektual baru jika berbagai referensi memadai dengan baik.
50
Fazlur Rahman : Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual terj. Ahsin
Mohammad, (Bandung : Pustaka, 2005), hlm., 142.
51
Muhaimin : Kontroversi...,hlm., 116.
52
Fazlur Rahman : Islam dan Modernitas..., hlm., 147.
53
Muhaimin : Kontroversi...,hlm., 118.
28
Pendidikan Islam sampai dengan saat ini, masih berada di posisi yang jauh
dari ideal. Gagasan segar seorang Fazlur Rahman tentang pendidikan belum
sepenuhnya diadopsi dunia pendidikan Islam di berbagai negara dengan
penduduk muslim terbanyak. Sehingga kondisi umat Islam pada umumnya
belum beranjak dari ketertinggalan dunia Barat. Hal itu dapat dirasakan
bahwa teknologi lintas jagad bahkan alam raya, masih saja terbatas menjadi
“previlage” negara – negara tertentu. Di sisi lain justeru hasil kreasi
teknologi, bahkan hasil teknologi sederhana sekalipun, yang membanjiri
pasar – pasar dunia Islam. Tentu saja keadaan tersebut mencerminkan hasil
pendidikan Islam. Namun demikian upaya untuk mempersempit jarak laku
pendidikan yang tradisional dengan modern terus diusahakan setahap demi
setahap.
Penerapan ide – ide pendidikan Fazlur Rahman bisa dilihat dari gejala –
gejala yang muncul di bebepa negara dengan adanya integrasi dan
interkoneksi keilmuan. Bentuk yang sederhana seperti penggabungan secara
“mekanis” terhadap ide – ide dengan menyandingkan mata pelajaran atau
mata kuliah agama dengan umum. Memang belum pada tingkan integrasi
keilmuan sebagaimana yang digambarkan Fazlur Rahman. Beberapa contoh
yang terlihat yaitu adanya sekolah – sekolah yang sudah terintegrasi antara
keagamaan dengan umum di lembaga pendidikan formal. Khususnya di
Indonesia ditandai seperti bangkitnya Sekolah Islam Terpadu, Madrasah
dengan pelajaran yang seimbang antara ilmu agama dan umum, juga
Perguruan Tinggi yang mengintegrasikan nilai nilai ke-Islaman dalam proses
pendidikan mereka. Fazlur Rahman berkeyakinan, Perguruan Tinggi
merupakan lembaga yang paling strategis untuk memulai adanya integrasi
keilmuan, bahkan interkoneksi antar disiplin ilmu. Perguruan Tinggi juga
memiliki posisi penting untuk mengurai benang kusut krisis pemikiran dalam
Islam yang berdampak pada stagnasi dan kemunduran peradaban umat Islam.
54
Sistem Pendidikan Islam yang masih bersifat dikotomis hendaknya segera
ditinggalkan sejauhnya – jauhnya, agar proses integrasi keilmuan benar –
benar menjadi kenyataan. Sebenarnyalah persoalan ideologis umat Islam
terhadap disparitas mencari ilmu dalam dunia nyata, juga menjadi persoalan
54
Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: Chicago Press, 1982), hlm., 259 – 260.
29
yang besar. Fazlur Rahman menawarkan gagasannya terkait dengan perintah
Allah dan Rasul – Nya untuk menjadikannya motivasi dan pusat moral
keilmuan yang diperoleh seseorang.
Secara keseluruhan apabila pemikiran Fazlur Rahman tentang pendidikan
Islam disistematisasikan kedalam kurikulum , maka unsur – unsurnya akan
meliputi empat hal, yaitu tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Mengenai
tujuan pendidikannya ditemukan tiga macam tujuan yaitu :
1. Mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan
yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang
kreatif, yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber alam
untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan,
kemajuan, dan keteraturan dunia.
2. Menyelamatkan manusia dari diri sendiri oleh diri sendiri dan untuk diri
sendiri.
3. Melahirkan ilmuwan yang padanya terintegrasi ilmu – ilmu agama dan
ilmu – ilmu modern, yang ditandai dengan adanya sifat kritis dan kreatif.
30
UPAYA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
Membangkitkan idiologi
PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN
Mengikis dualisme
sistem pendidikan
Menyadari betapa
pentingnya bahasa
Metode pendidikan
Islam
BAB III
ANALISA DAN SIMPULAN
31
A. Analisa
32
konsep, praktik pendidikan sampai soal lapangan pekerjaan. Kondisi inilah yang
terkadang bagi kelompok “tradisionalis” tetap mempertahankan eksistensinya,
dan secara otomatis vis – a – vis dengan modernisme. Hal inipun menurut
penyusun sah – sah saja. Persoalan ini menurut Fazlur Rahman dapat di atasi
dengan konsep integrasi keilmuan.
Berkaitan dengan ide dan gagasan Fazlur Rahman yang “sulit” diterima
sebagian kelompok umat Islam, menurut hemat penyusun makalah dikarenakan
pemikiran – pemikirannya banyak dijadikan rujukan bagi sekelompok orang
yang mengatasnamakan “Islam Liberal”. Sehingga efek domino yang terjadi
adalah tertolaknya pemikiran – pemikiran Fazlur Rahman di sebagian kaum
tradisional.
Meskipun demikian pembaharuan yang terinspirasi dari buah pemikiran
seorang Fazlur Rahman terus bergulir melaju sesuai fitrahnya, untuk itu proses
sejarah akan membuktikan dan memang membutuhkan waktu yang panjang.
B. Simpulan
1. Pendidikan menurut Fazlur Rahman mencakup dua hal yaitu , (a) Pendidikan
dalam arti praktis dan (b) Pendidikan dalam arti pemikiran intelektualisme
Islam.
2. Problema pendidikan Islam hasil pengamatan Fazlur Rahman antara lain
berkaitan dengan; (a) Tujuan Pendidikan tidak diarahkan kepada tujuan yang
positif. (b) Persoalan Ideologis umat islam, dalam hal ini terjadi disparitas
antara dalil agama dengan semangat mencari ilmu bagi umat Islam (c)
Dikotomi sistem pendidikan menjadi tradisional dan modern dalam
memandang ilmu, (d) Miskinnya metode dalam pendidikan Islam yang
berkembang saat itu (e) Rendahnya kualitas anak didik, munculnya pribadi-
pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen
spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam (f) Sulitnya
menemukan pendidik yang berkualitas dan professional serta memiliki
pikiran yang kreatif dan terpadu, dan (g) minimnya buku-buku yang tersedia
di perpustakaan. Persoalan terbesar dari tujuh problem pendidikan Islam di
atas adalah masalah iseologi umat Islam itu sendiri.
33
3. Kontribusi Fazlur Rahman untuk memodernisasi pendidikan Islam meliputi
lima bidang, yaitu (1) tujuan pendidikan yang lebih luas dan tepat, (2) sistem
pendidikan yang terintegrasi (3) anak didik yang kritis dan kreatif, (4)
pendidik (mu’alim), cerdas memiliki kemampuan yang layak, dan (5)
peralatan pendidikan yang memadai untuk menguasai ilmu agama dan ilmu
umum.
Wallaahu a’lam
DAFTAR PUSTAKA
34
A.W. Munawir, Kamus Al Munawwir : Kamus Arab – Indonesia, Surabaya : Pustaka
Progresif, 1984.
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 1998.
Acikgence Alparslan, The Thinker of Islamic Revival and Revorm: Fazlur Rahman’s
Life and Thought (1919-1988), dalam Journal of Islamic Reserch, Vol.4,
1990.
Fazlur Rahman : Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual terj. Ahsin
Mohammad, Bandung : Pustaka, 2005.
35
------------, The Qur’anic Solution of Pakistan’s Educational Problem’s, Islamic
Studies, Vol. VI, No. 4, tahun 1967.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Maktabah Al – Syaamilah, tp, tt.).
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernistas: Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1993.
Yayah Hidayah, Fazlur Rahman, Kiai dari Chicago, (Amanah, Vol. III, No. 60 (21)
Oktober – 3 November, 1988.
Zaprulkhan: Filsafat Pendidikan Islam dalam Journal Epistemé, Vol. IX, No. 2,
Desember 2014.
36