Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH METODE MUDZAKARAH TERHADAP

PENINGKATAN PEMAHAMAAN KITAB KUNING DI

PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH SAMARANG-

GARUT

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Manfred Ziemek (1988), kata pondok berasal dari kata funduk

(Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang

merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari

tempat asalnya. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi

awalan pe dan akhiran an yang berarti menunjukkan tempat,maka artinya adalah

tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata santri

(manusia baik) dengan suku kata (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat

berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Terlepas dari itu, karena yang

dimaksudkan dengan istilah pesantren dalam pembahasan ini adalah suatu

lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam di Tanah Air (khusunya

Jawa) dimulai dan dibawa oleh Wali Songo, maka model pesantren di Pulau Jawa

juga mulai berdiri dan berkembang bersamaan dengan zaman Wali Songo. Karena

itu tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama didirikan

adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau

Syekh Maulana Maghribi. (Kompri,2018:2)

1
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan yang brsifat non formal, Di pondok pesantren materi yang di

bahas adalah tentang isi dari kitab kuning, karena kitab kuning merupakan ciri

khas dari pondok pesantren khususnya pondok pesantren salafi, pesantren bisa di

sebut salafi jika kegiatan pendidikannya di dasarkan pada pengajaran klasik atau

berupa pengajaran kitab kuning. Dan materi-materi yang diajarkan bersifat khusus

tentang pendalaman agama islam.

Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pengajaran untuk para santri

dengan berbagai macam materi, dan disampaikan dengan berbagai macam metode

pembelajaran. Sebagai sumber materi, kalangan pesantren menggunakan kitab-

kitab wajib (kutub almuqararah) yang di kenal dengan nama kitab kuning sebagai

buku teks utamanya. (Mahmud 2011: 21)

Metode merupakan perangkat pembelajaran yang keberadaanya sangat

membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran, secara etimologi metode berasal

dari kata “met” dan “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan secara istilah,

metode adalah jalan atau cara yang yang harus di tempuh untuk mencapai suatu

tujuan. Sementara pembelajaran adalah kegiatan belajar-mengajar yang

berlangsung secara interaktif antara santri dan kyai atau ustadz sebagai pendidik

yang di atur berdasarkan kurikulum yang telah di susun dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara yang di tempuh dalam

kegiatan belajar-mengajar antara santri dan kyai atau ustadz untuk mencapai suatu

tujuan. (Muhibin Syah, 2008:201)


Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisionl dan

modern (baru). Tradisional adalah metode pembelajaran yang di selenggarakan

menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama di pergunakan pada institusi

pesantren atau metode pembelajaran asli (original) pesantren. Sedangkan

pembelajaran baru (modern) merupakan metode pembelajaran hasil pembaharuan

kalangan pesantren dengan mengadopsi metode-metode yang berkembang di

masyarakat modern. (Mahmud 2011:50)

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa metode pembelajaran

di pesantren adalah salah satu cara yang di lakukan kyai/ustadz untuk membantu

dan mempermudah para santri dalam membaca dan memahami isi dari kitab

kuning yang di kajinya.

Di pondok pesantren Al-hikmah salah satu metode yang di gunakan untuk

bisa memahami isi kitab kuning yaitu menggunakan metode mudzakarah, karena

metode ini membantu para santri untuk memahami isi dari kitab kuning yang

telah di kaji sebelumnya oleh kyai/ustadz, karena metode ini di lihat dari salah

satu prakteknya yaitu mendiskusikan kembali bersama sama apa yang telah di

sampaikan oleh kyai/ustadz dalam salah satu kajian kitab kuning dan langsung di

kontrol oleh para pengurus yang sudah di tugaskan untuk mengontrolnya.

Pondok pesantren Al-hikmah tergolong pada pondok pesantren tradisional,

dimana dalam sistem pengajaranya sama seperti pesantren-pesantren salafi pada

umumnya, yakni dalam sistem pembelajaran kitabnya menggunakan metode

bandongan, sorogan, balagahan, hafalan dan mudzakarah. Akan tetapi dari empat
metode tadi di pondok pesantren ini metode yang kurang efektif yaitu metode

mudzakarah, karena di dalam metode ini para santri di haruskan mengulang

kembali dan mendiskusikanya bersama-sama mengenai pembahasan kitab yang

sudah di sampaikan kyai/ustadz sebelumnya dan kebanyakan para santri merasa

cukup dengan apa yang di sampaikan oleh kyai/ustadz sebelumnya di

kelas/madrasah tampa di ulangi dan di diskusikan kembali oleh para santri,

padahal dengan mengulangi dan mendiskusikan kembali justru dapat

memperkuat daya ingat santri akan penjelasan materi kitab kuning yang telah di

sampaikan oleh kyai/ustadz nya. Tentunya inilah yang menjadi penyebab ketidak

efektifan metode mudzakarah yang diadakan di pondok pesantren Al-hikmah.

Disisi lain, semangat belajar santri pondok pesantren Al-Hikmah masih

rendah, hal ini didasarkan atas hasil wawancara penulis dengan Ustadz Hasan

pada tanggal 1 Maret 2021 pada pukul 20:00-21:30, yang mengatakan bahwa

masih ada santri di Pondok Pesanten Al-Hikmah yang terkadang tidur disaat jam

pelajaran, mengobrol dengan teman, tidak membawa kitab, bahkan meninggalkan

majelis pada saat jam pelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa metode

mudzakarah di pondok pesantren Al-Hikmah belum maksimal.

Dari berbagai uraian dan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

membuat penelitian yang di tuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul

“PENGARUH METODE MUDZAKARAH TERHADAP PENINGKATAN

PEMAHAMAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN AL-

HIKMAH SAMARANG-GARUT”
B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang di kemukakan pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak santri yang belum bisa memahami isi kitab yang telah di

pelajarinya.

2. Masih banyak santri yang belum bisa mengulang kembali isi dari kitab yang

sudah di pelajarinya.

3. Masih banyak santri yang belum siap mengajarkan kembali kitab kitab yang

sudah di kajinya kepada orang lain atau masyarakat.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan metode mudzakarah di pondok pesantren Al-hikmah?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman kitab kuning di pondok pesantren Al-

hikmah?

3. Bagaimana pengaruh metode mudzakarah terhadap peningkatan pemahaman

kitab kuning di pondok pesantren Al-hikmah?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode mudzakarah di Pondok Pesantren Al-

Hikmah

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman kitab kuning di pondok pesantren

Al-Hikmah

3. Untuk mengetahui pengaruh metode mudzakarah terhadap peningkatan

pemahaman kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Hikmah


E. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Kegunaan Teoritis

a. Memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan Islam terutama yang

berkaitan dengan pengaruh pendidikan agama di lingkungan keluarga dan

masyarakat terhadap perilaku beragama sehingga dapat dijadikan referensi

serta dapat diterapkan dalam perkembangan dunia pendidikan khususnya

di Pondok Pesantren Al-Hikmah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas keilmuan peneliti

sebagai calon ulama dan meningkatkan kemampuan santri dalam

memahami isi kitab kuning.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan

cakrawala berpikir penulis dalam bidang penelitian.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi tanggung jawab orang tua, pesantren, serta lingkungan sosial santri.
F. Kerangka Pemikiran

Metode merupakan perangkat pembelajaran yang keberadaanya sangat

membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran, secara etimologi metode berasal

dari kata “met” dan “hodes” yang berarti melalui. Sedangkan secara istilah,

metode adalah jalan atau cara yang yang harus di tempuh untuk mencapai suatu

tujuan. Sementara pembelajaran adalah kegiatan belajar-mengajar yang

berlangsung secara interaktif antara santri dan kyai atau ustadz sebagai pendidik

yang di atur berdasarkan kurikulum yang telah di susun dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara yang di tempuh dalam

kegiatan belajar-mengajar antara santri dan kyai atau ustadz untuk mencapai suatu

tujuan. (Muhibin Syah, 2008:201)

Terdapat macam-macam metode pembelajaran di pondok pesantren salah

satunya adalah metode mudzakarah. Mudzakarah adalah suatu pertemuan ilmiah

yang secara spesifik membahas masalah diniah, seperti ibadah, akidah serta

masalah agama pada umumnya. Dengan demikian metode mudzakarah adalah

jalan atau cara yang di gunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran kitab

kuning dengan jalan mudzakarah atau diskusi untuk membahas masalah diniah

yang mencakup permasalahan akidah, ibadah dan permasalahan agama pada

umumnya, dalam hal ini mudzakarah atau diskusi yang di teliti adalah

mudzakarah atau diskusi jenis kelas ma’had aly yang berjumlah 40 santri.

(Mulyasa,2005:98)
Metode mudzakarah dapat juga di sebut dengan metode diskusi, hal ini

dapat terlihat dari pengertian menurut sukanto (1999:92). Metode diskusi adalah

metode pembelajaran yang menghadapkan para santri/siswa pada suatu

permasalahandan memahami pengetahuan santri/siswa serta untuk membuat suatu

keputusan. (Wina sanjaya, 2009:194)

Menurut J.J. Hasibun (2000:20), metode diskusi adalah suatu cara

penyajian materi dimana seorang guru memberi kesempatan kepada siswa/santri

untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat

kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah.

Dari beberapa pengertian yang di tulis di atas, dapat di lihat pada dasarnya

metode mudzakarah adalah suatu metode pembelajaran dengan jalan diskusi-

diskusi ilmiah untuk membahas tentang permasalahan-permasalahan agama,

mulai dari aspek aqidah, ibadah, hadist, dan aspek-aspek lainya. Jadi, pondok

pesantren sebagai lembaga pendidikan islam dalam proses pembelajaran kitab

kuning tidak hanya menggunakan metode-metode tradisional seperti sorogan dan

bandongan, tetapi juga menggunakan metode yang lebih kreatif lagi yaitu dengan

adanya metode mudzakarah atau diskusi.

Selanjutnya metode mudzakarah juga mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Adapun kelebihan metode mudzakarah diantaranya:

1. Dapat merangsang santri/siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam

memberikan gagasan dan ide-ide.


2. Dapat melatih diri siswa untuk membiasakan bertukar fikiran dalam

mengatasi setiap permasalahan.

3. Melatih santri/siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain.

4. Dapat melatih santri/siswa mengemukakan pendapat atas gagasan secara

verbal. (Wina Sanjaya, 2009:157)

Selain beberapa kelebihan, metode mudzakarah atau diskusi juga memiliki

beberapa kekurangan diantaranya:

1. Sering terjadi pembicaraan dalam mudzakarah dan hanya di kuasai oleh

dua atau tiga orang santri/siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

2. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang terkadang tidak sesuai

dengan waktu yang di rencanakan.

3. Terkadang dalam pembahasan dalam mudzakarah meluas, sehingga

kesimpulan menjadi kabur.

4. Dalam mudzakarah sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat

emosional, akhirnya ada pihak yang tersinggung, sehingga mengganggu

iklim pembelajaran. (Wina Sanjaya,2009:157)

Sementara yang di maksud dengan pemahaman menurut Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan

benar. (Departemen Pendidikan Nasional, KBBI,2005:51)

Selanjutnya mengenai istilah kitab kuning sebenarnya istilah tersebut di

letakan pada kitab-kitab warisan abad pertengahan islam yang masih di gunakan

pesantren hingga saat ini. Kitab kuning selalu menggunakan tulisan arab,
meskipun tidak selalu menggunakan bahsa arab. Dalam kitab yang bertulisan

bahasa arab, biasanya tidak di lengkapi dengan harkat. Karena di tulis dengan

tanpa kelengkapan harokat (syakal), kitab kuning ini kemudian di kenal dengan

istilah “kitab gundul”. Secara umum spesifikasi kitab kuning itu memiliki lay out

yang unik. Di dalamnya terkandung matn (teks asal) yang kemudian di lengkapi

dengan komentar (hasyiah)biasanya penjilidanyapun tidak maksimal, bahkan di

sengaja di format secara korasan sehingga mempermudah dan memungkinkan

pembaca untuk membawanya sesuai yang di butuhkan. (Amin Haedari, 2004:149)

Dari kerangka pemikiran yang sudah di paparkan di atas maka dapat di

gambarkan sebagai berikut:

PENGARUH METODE MUDZAKARAH TERHADAP PENINGKATAN


PEMAHAMAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH
SAMARANG GARUT

(Variabel X) (Variabel Y)
Metode Mudzakarah Pemahaman Kitab Kuning
1. Definisi Metode 1. Definisi Pemahaman
2. Definisi Metode Mudzakarah 2. Definisi Kitab Kuning
3. Kelebihan dan Kekurangan pengaruhh

Metode Mudzakarah

Muhibin Syah(2008:209) KBBI (2005:51)


Mulyasa (2005:98) Amin Haedari (2004:149)
Wina sanjaya (2009:157)

Responden

Gambar : kerangka pemikiran


G. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. H0 : Tidak adanya pengaruh metode mudzakarah terhadap peningkatan

pemahaman kitab kuning santri Pondok Pesantren Al-Hikmah

Samarang-Garut.
2. H1 : Adanya pengaruh metode mudzakarah terhadap peningkatan

pemahaman kitab kuning Pondok pesantren Al-Hikmah

Samarang-Garut.
Kaidah Keputusan :

- Tolak H 0 jika T hitung>T tabel dan terima H 1

- Terima H 0 jika T hitung<T tabel dan tolak H 1

Dengan kata lain dapat dirumuskan hipotesis penelitian yakni hipotesis

alternatif (H1) akan lebih besar dari hipotesis nihil (H0) dengan korelasi positif

yang signifikan. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa Jika metode

mudzakarah berjalan maksimal di Pondok Pesantren Al-Hikmah Samarang-Garut,

maka akan berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman kitab kuning santri

Pondok Pesantren Al-Hikmah Samarang-Garut.

H. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah


terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono 2017:208). Menurut Sugiyono

(2017 : 195) metode kuantitatif sering juga disebut metode ilmiah karena telah

memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif,

terstruktur,rasional dan sistematis. Metode ini disebut metode kuantitatif karena

data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit elementary yang terdapat di daerah

lokasi penelitian (Sudjana, 2010), kemudian menurut Sugiyono (2010:80),

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian

ini adalah santri pondok pesantren Al-Hikmah Samarang-Garut kls Ma’had

Aly yang berjumlah 45 santri.

b. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:118), sampel penelitian adalah bagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adapun pengertian sampel

menurut Mustofa (2010:135), ialah sebagian dari populasi untuk mewakili

seluruh populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang

disebut dengan teknik sampling, Teknik sampling berguna agar:


1) Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili

populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi

dapat dipertanggungjawabkan

2) Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak

3) Menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Adapun menurut Suharsimi Arikunto (2010:112), jika subjeknya

kurang dari 100 maka seluruh populasi sebaiknya diambil semuanya, jika

subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%

atau lebih. Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam penelitian ini penulis

menetapkan responden dengan menggunakan pemilihan Sensus Sampling/

sampling jenuh, artinya menurut Bungin (2011:109), bahwa teknik ini adalah

teknik penentuan sampel yang diambil dari seluruh populasi tanpa terkecuali,

teknik penentuan sampel ini dipakai kepada seluruh anggota populasi yang

digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi

relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil, teknik Sensus Sampling ini

diambil 30% dari jumlah santri yaitu 30%/100 x 123 = 36 santri.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
a. Observasi

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi

langsung dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya

peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek yang diselidikinya.

(Mustofa, 2010:94). Observasi tersebut, dilakukan dengan cara melihat

secara langsung kegiatan di pondok pesantren Al-Hidayah Samarang-

Garut.

b. Wawancara

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula.

(Mustofa, 2010:105). Wawancara dilakukan kepada santri di pondok

pesantren Al-Hikmah Samarang-Garut, untuk mendukung jawaban dari

hasil kuesioner yang telah disebarkan.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen, leger,

agenda dan sebagainya (Ardianto, 2011: 162). Dan tentu teknik ini untuk

mencari data terhadap dokumen-dokumen yang ada di pondok pesantren

Al-Hikmah Samarang-Garut.
d. Angket (Questionnaire)

Merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang di susun secara

sistematis, untuk diisi oleh responden (Arikunto, 2010:140). Angket

tersebut digunakan untuk mencari informasi seputar pengaruh metode

pembelajaran daring (dalam jaringan) terhadap motivasi belajar

pendidikan agama islam dan diberikan kepada seluruh responden.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pengukuran skala likert yaitu sebagai berikut :

a. Pertanyaan dengan jawaban (Sangat Sering) memiliki skor = 5

b. Pertanyaan dengan jawaban (Sering) memiliki skor = 4

c. Pertanyaan dengan jawaban (Kadang-kadang) memiliki skor = 3

d. Pertanyaan dengan jawaban (Jarang) memiliki skor = 2

e. Pertanyaan dengan jawaban (Tidak Pernah) memiliki skor = 1

e. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono studi dokumentasi merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen atau mendapatkan

data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Dengan mencari informasi mengenai profil sekolah, hal-hal yang

berkaitan dengan tata tertib sekolah, baik melalui kepala sekolah, guru

maupun staf dan tata usaha.


4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengolahan data kuantitatif,

analisis data adalah proses penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar

dapat digunakan untuk membenarkan dan menyalahkan hipotesis. Dengan

pengolahan yang dimaksudkan pengolahan data kasar menjadi data yang lebih

halus, lebih bermakna, sedangkan analisis dimaksudkan untuk mengkaji data

dalam hubungannya dengan keperluan pengujian hipotesis penelitian. Menurut

Sudjana (2010: 76), analisis data kuantitatif diartikan sebagai usaha analisis

berdasarkan angka-angka yang diperjelas, sedangkan menurut Bungin (2011: 25),

bahwa separuh kegiatan penelitiannya adalah proses teori atau berteori, pada

proses ini peneliti melakukan analisis-analisis deduktif untuk mencoba menjawab

persoalan yang dihadapi.

Maka untuk pengolahan data pada penelitian ini yaitu menggunakan :

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. PengujianValiditas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2010 :

267). Uji validitas untuk kuesioner pendahuluan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan teknik korelasi product moment, dengan menggunakan

taraf signifikansi 5%.

Langkah-langkah pengujiannya menurut Azwar (2010:121), adalah

sebagai berikut:
1) Penentuan nilai korelasi (r)

Dalam menentukan nilai korelasi digunakan persamaan sebagai

berikut :

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
r= ¿¿
√¿ ¿ ¿
Dimana:

r = koefisien korelasi

X = jumlah skor semua butir instrumen dalam variabel X

Y = jumlah skor semua butir instrumen dalam variabel Y

n = jumlah responden

2) Penentuan uji signifikansi korelasi product moment (thitung)

Dalam menentukan uji signifikansi korelasi product moment (thitung)

digunakan persamaan sebagai berikut :

r √ n−2
2
thitung= √ 1−r

Keterangan :

t = Nilai statistik pengujian

r = Koefisien korelasi

n = Ukuran sampel

3) Kaidah Keputusan

Nilai thitung yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai

ttabel dengan taraf signifikansi 5 % (α=0,05) tertentu dan derajat

bebas sebesar n-2.

Apabila dari hasil perhitungan diperoleh nilai :


thitung > ttabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid.

thitung < t tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabel adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu

alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya

memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

Dengan kata lain, reliabilitas merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran konsisten apabila pengukuran

diulang beberapa kali.

Sugiyono (2010: 268), menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan

derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik

(kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam

objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila

dipecahkan menjadi dua menghasilkan data yang tidak berbeda

Pengujian reliabel alat ukur yang digunakan adalah pendekatan Alpha

Cronbach, dengan tahapan sebagai berikut :

1) Penentuan nilai korelasi

Untuk menentukan nilai korelasi digunakan rumus sebagai

berikut :

2
∑ σb
( )[
r=
k
k−1
1− 2
σ1 ]
Keterangan :

r = Koefisien korelasi
k = Banyaknya butir pertanyaan

∑ σ 2b = Jumlah Varians Instrumen

σ 21 = Varian total

2) Penentuan nilai thitung

Untuk menentukan thitung menggunakan rumus sebagai berikut :

t hitung =
r √ n−2
2

√ 1− r
Keterangan :

t = Nilai statistik pengujian

r = Koefisien korelasi

n = Ukuran sampel

3) Kaidah Keputusan

Nilai thitung yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai

ttabel dengan taraf signifikansi 5 % (α=0.05) tertentu dan derajat

bebas sebesar n-2.

Apabila dari hasil perhitungan diperoleh nilai :

thitung≥t tabel, maka item pertanyaan dinyatakan reliabel.

thitung<t tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak reliabel.

b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Syarat yang harus dipenuhi adalah data berdistribusi normal,

maka jika demikian data tersebut mewakili populasi. (Priyatno, 2017 : 85)

c. Metode Rank Skore

Untuk menganalisa kriteria penelitian ukuran sampel hasil penyebaran dari

kuesioner yang diberikan pada 70 responden dengan 31 item pertanyaan, maka

penulis menggunakan analisa dengan metode Rank Score, dimana menurut Umar

(2011: 29), fungsinya untuk menilai rentang kriteria pengukuran dari setiap

dimensi suatu variabel yang dianalisas sebagai berikut :

1) Tentukan skor terendah dan tertinggi dengan cara mengalihkan jumlah

sampel yang diketahui.

2) Menentukan rentang interval tiap kriteria untuk skor :

N ( n−1 )
Rs=
5

Dimana :

N = Jumlah responden/sampel

N = Nilai skor tertinggi

1) Daftar skala penilaian tiap kriteria, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.2

Kriteria Penilaian
Kriteria Penilaian Rentang Skor
Sangat Buruk 25 – 44
Buruk 45–64
Cukup Baik 65–84
Baik 85 – 104
Sangat Baik 105 – 125
Sumber :(Umar : 2011 : 29)

d. Uji Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis

a. Menganalisis Korelasi

Korelasi adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan


antara variabel (X) kegiatan tamrinan dan prestasi santri (Y) , uji korelasi yang
digunakan adalah korelasi rank spearman, dengan menggunakan rumus :

6 ∑ d2
r s = 1-
n(n 2−1)

Keterangan :

n = banyak responden

∑ d2 = jumlah kuadrat perbedaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian korelasi ini adalah


sebagai berikut :

1) Membuat tabel yang memuat hasil penjumlahan setiap item pertanyaan


dari seluruh responden.

2) Membuat tabel pembantu untuk meranking setiap variabel.

3) Mencari perbedaan antar ranking (d) dan mencari kuadrat perbedaan (d 2).

4) Menghitung koefisien korelasi spearman (r s) dengan menggunakan

6 ∑ d2
rumus :r s = 1- .
n(n 2−1)
n−2
5) Mencari T hitung dengan rumus t = r s
√ 1−r 2s

6) Mencari T tabeldengan tingkat α = 0,05 dan derajat bebas n-2 yang


diperoleh dari tabel T.

Kaidah Keputusan :

Tolak H 0 jika T hitung>T tabel dan terima H 1

Terima H 0 jika T hitung<T tabel dan tolak H 1

7) Menghitung determinasi, artinya menghitung besar kecilnya pengaruh


dari variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus D = r 2x
100%

8) Menghitung epsilon, artinya menghitung berapa besar pengaruh dari


faktor lain terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus ε −D.

Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka dapat


berpedoman pada ketentuan sebagai berikut :

Tabel 1.3

Pedoman Untuk Menginterpretasikan Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.19 Sangat rendah

0.20 – 0.39 Rendah

0.40 – 0.59 Sedang

0.60 – 0.79 Kuat

0.80 – 1.00 Sangat kuat

Sumber : (Sugiyono, 2010:183)

Anda mungkin juga menyukai