Anda di halaman 1dari 111

PERANAN MUSYRIFAH DALAM MEMBINA AKHLAK

SANTRIWATI DI DAYAH MADRASAH ULUMUL QUR’AN


PAGAR AIR ACEH

SKRIPSI

Diajukan oleh :
NURUL HIDAYANTY
NIM. 180201164

Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Program Studi Pendidikan Agama Islam

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM- BANDA ACEH
2022 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah SWT., karena dengan

kasih sayang dan karunia-Nya penulis masih diberikan kesempatan sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peranan Musyrifah Dalam Membina

Akhlak Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

Shalawat beriringkan salam penulis sanjung sajikan kepada Al-Mustafa Baginda

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau yang mana telah

membawa umat manusia dari zaman jahilyah kepada zaman islamiyah yang

penuh ilmu pengetahuan.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Selama pelaksanaan dalam

melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, tentu banyak bimbingan, arahan,

motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak yang turut berpartisipasi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT., yang senantiasa memberikan Kesehatan dan kemampuan kepada

peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

v
2. Rasulullah SAW., yang telah membawa perubahan besar dalam kehidupan

manusia dari kehidupan manusia yang jahiliyyah kepada kehidupan islamiah

yang penuh ilmu pengetahuan.

3. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Jamaluddin Abd, dan ibunda tercinta

Nurlaila wati yang senantiasa melantunkan do’a untuk kesuksesan anaknya

serta memberi cinta yang tulus dan ikhlas, hingga memberi Pendidikan pada

Pendidikan yang agama islam kepada penulis dari kecil sampai jenjang

perguruan tinggi. Serta kepada seluruh keluarga penulis juga.

4. Dekan FTK UIN Ar-Raniry yaitu Bapak Dr. Muslim Razali, SH., M.Ag dan

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan yaitu Bapak Dr. M. Chalis,

M. Ag yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini.

5. Bapak Drs. Amiruddin, MA selaku pembimbing I dan ibu Dr. Cut Maitrianti,

S.Pd.I., M.A selaku pembing II yang telah bersabar dan bersedia meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis dari

awal hingga selesainya skripsi ini.

6. Staf pengajar/ dosen-dosen di Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN

Ar-Raniry yang telah membantu mendidik dan memberi ilmu pengetahuan

kepada penulis.

7. Kepada Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, yakni ustadz Sualip

Khamsin beserta ustadzah-ustadzah musrifah yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk meneliti terkait peranan musyrifah dalam membina

akhlak santriwati.

vi
8. Kepada sahabat tercinta Asmalida yang sangat bersabar dalam menemani

perjuangan, mendengar keluh kesah, dan memberikan motivasi kepada penulis

dari awal hingga selesainya skripsi ini. Serta kepada para sahabat tercinta

Rahma wati, Reza septian, Nissa Aula dan lainnya, yang senantiasa

mendukung dan memberi do’a kepada penulis sehingga penulis selalu merasa

ditopang dengan keyakinan optimis.

9. Yang terakhir kepada seluruh teman-teman seperjuangan di Prodi Pendidikan

Agama Islam yang telah berpartisipasi, membantu dan baik terhadap penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan segala tugas yang menyangkut dengan

perkuliahan termasuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat berterima kasih sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT

senantiasa membalas segala kebaikan yang penulis terima dengan kebaikan yang

jauh lebih baik kepada semuanya. Akhirnya penulis berserah diri kepada Allah

SWT., semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperoleh hasil ilmu

pengetahuan, terutama kepada penulis sendiri. Amin ya rabbal ‘alamin.

Aceh Besar, 20 juli 2022

Penulis,

Nurul Hidayanty
NIM. 180201164

vii
ABSTRAK

Nama/NIM : Nurul Hidayanty/180201164


Judul Skripsi : Peranan Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di Dayah
Madrasah Ulumul Quran Pagar Air Aceh
Pembimbing : 1. Drs. Amiruddin, M.A
2. Dr. Cut Maitrianti, S.Pd.I., M.A
Jumlah halaman : 81 Halaman
Kata Kunci : Peranan Musyrifah, Membina Akhlak Santriwati di Dayah
Skripsi ini berjudul “Peranan Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di Dayah Madrasah
Ulumul Quran Pagar Air Aceh.” Akhlak adalah segala tingkah laku seseorang yang lahir dari
dalam bathin dan dituangkan secara spontan tanpa harus berfikir. Berbicara masalah akhlak
bukan saja perihal perilaku terhadap sesama manusia, namun akhlak memiliki ruang lingkup
antara lain: Akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak terhadap Rasulullah SAW, Akhlak terhadap
diri sendiri, dan akhlak terhadap kepada selain manusia/lingkungan. Pada Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, musyrifah adalah contoh teladan dan yang bertanggungjawab
khusus dalam membina akhlak santriwati. Setiap Dayah tidak terkecuali Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh tentu terdapat beberapa akhlak santri yang belum baik seperti
tidak ikut shalat berjamaah, tidak teratur makan, berpakaian tidak mengikuti aturan, dan lain-lain.
Berdasarkan latar masalah tersebut, maka peranan musyrifah merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk membentengi segala permasalahan tersebut sehingga tidak keluar dari batasan-
batasan akhlak santriwati yang tidak diharapkan. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
langkah-langkah musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah, untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah, dan untuk mengetahui kendala
musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif melalui
wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi, kemudian data tersebut di analisis.
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah lima orang musyrifah, dan tujuh orang santriwati
sebagai narasumber. Dari hasil wawancara mendalam, penulis menemukan kedudukan musyrifah
merupakan peranan yang sangat penting bagi santriwati, dengan adanya musyrifah santriwati
lebih terbina dan terkontrol secara menyeluruh. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi
santriwati di Dayah tersebut antara lain adalah faktor internal (emosional yang ada dalam diri
santriwati) dan faktor eksternal (keluarga, lingkungan, dan pertemanan di luar Dayah). Adapun
kendala yang dihadapi musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul
Qur'an Pagar Air Aceh adalah kendala yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi
santriwati tersebut, serta kendala yang datang dari sebagian keluarga dan wali santriwati yang
tidak menerima ketika anaknya dinyatakan salah/melanggar, bahkan sebagian orang tua lebih
mendukung anaknya tersebut.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi
TRANSLITERASI ................................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
E. Definisi Operasional ................................................................................... 12
F. Kajian Terdahulu yang Relavan ................................................................. 16
G. Metode Penelitian ............................................................................................. 17
H. Sistematika Pembahasan .................................................................................. 18

BAB II: LANDASAN TEORITIS .......................................................................... 20


A. Definisi Musyrifah dan Dayah .................................................................... 20
B. Langkah-Langkah dalam Membina Akhlak ................................................ 27
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ........................ 38
BAB III: METODE PENELITIAN ....................................................................... 46
A. Rancangan dan Jenis Penelitian .................................................................. 46
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 47
C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 47
D. Sumber Data ................................................................................................ 48
E. Instrument Pengumpulan Data .................................................................... 49
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 50
G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 51

viii
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 54
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................ 54
B. Langka-Langkah Musyrifah dalam Membina Akhlak Santri
wati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh ........................... 59
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Santriwati di Dayah
Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh .................................................. 71
D. Kendala Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di Dayah
Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh ................................................. 75
E. Pembahasan ................................................................................................ 76
BAB V: PENUTUP .................................................................................................. 79
A. Kesimpulan .................................................................................................. 79
B. Saran ............................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air ......... 58

Gambar 1 Asrama Putri Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh ........... 88

Gambar 2 Wawancara ketua Tata Usaha Dayah Madrasah Ulumul Qur’an

Pagar Air. .............................................................................................. 88

Gambar 3 Wawancara ketua dan anggota Musyrifah Dayah Madrasah Ulumul


Qur’an Pagar Air. .................................................................................. 89

Gambar 4 Wawancara dengan ustadzah Musyrifah Jasriani Ainun ........................ 89

Gambar 5 Wawancara dengan ustadzah Musyrifah Nurmala Hayati. .................... 90

Gambar 6 Wawancara dengan ustadzah Musyrifah Suci Akmalia ......................... 90

Gambar 7 Wawancara dengan narasumber yakni santriwati Dayah Madrasah


Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh ............................................................. 91

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Keterangan Pengangkatan Pembimbing Skripsi dari


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry.

Lampiran II Surat Keterangan Permohonan Izin Melakukan Penelitian dari Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry.

Lampiran III Surat Penelitian sudah melakukan Penelitian dari Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh.

Lampiran IV Lampiran Dokumentasi Penelitian.

Lampiran V Struktur Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh.

Lampiran VI Daftar Pertanyaan dan Informan.

Lampiran VII Daftar Riwayat Hidup.

xi
TRANSLITERASI

A. TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, secara umum
berpedoman kepada trasnsliterasi ‘Ali ‘Awdah dengan keterangan sebagai berikut:

Arab Transliterasi Arab Transliterasi


‫ا‬ Tidak Disimbolkan ‫ط‬ T
‫ب‬ B ‫ظ‬ Z
‫ت‬ T ‫ع‬ ‘
‫ث‬ Th ‫غ‬ Gh
‫ج‬ J ‫ف‬ F
‫ح‬ H ‫ق‬ Q
‫خ‬ Kh ‫ك‬ K
‫د‬ D ‫ل‬ L
‫ذ‬ Dh ‫م‬ M
‫ر‬ R ‫ن‬ N
‫ز‬ Z ‫و‬ W
‫س‬ S ‫ه‬ H
‫ش‬ Sy ‫ء‬ ’
‫ص‬ S ‫ي‬ Y
‫ض‬ D

Catatan:
1. Vokal Tunggal
---------- (fathah) = a misalnya, ‫ حدث‬ditulis hadatha
---------- (kasrah) = i misalnya, ‫ وقف‬ditulis wuqifa
---------- (dammah) = u misalnya, ‫ روي‬ditulis ruwiya
2. Vokal Rangkap
(‫( )ي‬fathah dan yā’) = ay, misalnya, ‫ بين‬ditulis bayna
(‫( )و‬fathah dan waw) = aw, misalnya, ‫ يوم‬ditulis yawm
3. Vokal Panjang
(‫( )ا‬fathah dan alīf) = ā (a dengan garis di atas)
(‫( )ي‬kasrah dan ya’) = ī, (i dengan garis di atas)
4. Tā’ marbūtah (‫)ة‬
Tā’ marbūtah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya
adalah (t), misalnya (‫ = الفلسفة األولى‬al-falsafat al-ūlā). Sementara tā’ marbūtah mati atau
mendapat harakat sukun, transliterasi-nya adalah (h), misalnya: ( ,‫ مناهج األدلة‬,‫تهفت الفالسفة‬
‫ )دليل اإلناية‬tahafut al-falāsifah, manāhij al-adillah, dalīl al-ināyah.
5. Syaddah (tasydīd)


‘Ali ‘Awdah, Konkordansi Qur’ān, Panduan dalam Mencari Ayat Qur’ān, cet. II, (Jakarta: Litera Antar
Nusa, 1997), hal. xiv.

xii
Syaddah yang dalam bahasa Arab dilambangkan (ّ ), dalam transliterasi ini
dilambangkan dengan huruf, yakni huruf yang sama dengan huruf yang mendapat
syaddah, misalnya (‫ )خطابية‬ditulis khattābiyyah.

6. Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan ‫ ال‬transliterasinya


adalah al, misalnya: ‫ النفس‬,‫ الكشف‬ditulis al-kasyf, al-nafs.

7. Hamzah (‫)ء‬
Untuk hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata ditransliterasikan dengan
apostrof, misalnya: ‫ مالئكة‬ditulis malā’ikah, ‫ جزئى‬ditulis juz’ī. Adapun hamzah yang
terletak di awal kata, tidak dilambangkan karena dalam bahasa Arab ia menjadi alīf,
misalnya: ‫ إختراع‬ditulis ikhtirā‘.

B. MODIFIKASI
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaedah
penerjemahan. Contoh: Muhammad Fū’ād ‘Abd al-Bāqī.
2. Nama kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misra; Beirut,
bukan Bayrūt; dan sebagainya.
3. Istilah asing yang sudah popular dan masuk ke dalam bahasa Indonesia ditulis biasa,
tanpas transliterasi. Contoh: tauhid, ditulis tauhid, bukan tawhīd. Pengecualian berlaku
jika penulisan dimaksudkan sebagai ungkapan asing dan dicetak miring, seperti: ummah
wasatan.

C. SINGKATAN
Swt. = ‫سبحانه و تعالى‬
Saw. = ‫صلى هللا عليه وسلم‬
Ra. = ‫رضي هللا عنه‬
terj. = terjemahan
jil. = jilid
t.p. = tanpa penerbit
t.tp. = tanpa tempat penerbit
t.th. = tanpa tahun
ed. = editor
hal. = halaman

Dalam penulisan tesis ini, penulis mengacu kepada buku “Panduan Program Sarjana UIN
Ar-Raniry Banda Aceh, edisi 2016.”Adapun terjemahan ayat al-Quran diambil dari al-Qur’an
dan Terjemahnya, terbitan Departemen Agama, 1989.

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak baik adalah suatu perilaku yang ditekankan dalam kehidupan

lingkungan manusia. Bahkan Allah SWT mengutus seorang Rasul di dunia ini

untuk menyempurnakan akhlak. Kedudukan akhlak menjadi sangat penting sebab

rusak dan majunya sebuah masyarakat itu juga tergantung pada akhlak

masyarakatnya. Apabila perilaku masyarakatnya baik maka sejahteralah sebuah

masyarakat tersebut. Namun apabila akhlak di sebuah masyarakat tersebut buruk

maka hancurlah keharmonisan hidup di masyarakat itu.

Menurut pandangan islam, manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang

mempunyai ciri-ciri psikis dan fisik yang cenderung baik dan buruk. Tanpa proses

yang terarah manusia bisa menjadi makhluk yang sepenuhnya diliputi oleh

keinginan nafsu yang buruk, serta mengingkari dan tidak beriman tehadap

Tuhannya.1

Akhlak juga merupakan sebuah hakikat yang sangat begitu istimewa bagi

kehidupan, dengan akhlak yang baik manusia pasti berada pada posisi yang mulia,

baik itu pada kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Memiliki perilaku akhlak

terpuji adalah tanda dari sempurnanya iman seseorang.2

______________
1
M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 15.
2
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari IV, (Beirut: Dar Al-Fikr, t.t), h. 37.

1
2

Dalam berperilaku akhlak yang baik Allah SWT telah memberikan kepada

manusia contoh teladan yaitu Rasulullah SAW., dalam al-Qur’an Allah berfirman:

‫ﻮم ا ٰﻻ ِﺧَﺮ َوذَ َﻛَﺮ ا َّٰ َﻛﺜِ ًﲑا‬ ِ ِ ِ


َ َ‫ﻟََﻘﺪ َﻛﺎ َن ﻟَ ُﻜﻢ ِﰱ َر ُﺳﻮل ا ّٰ اُﺳ َﻮةٌ َﺣ َﺴﻨَﺔٌ ﻟّ َﻤﻦ َﻛﺎ َن ﻳَﺮ ُﺟﻮا ا َّٰ َواﻟﻴ‬
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang
baik, bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”(Q.S
Al-Ahzab: 21)
Dari ayat tersebut, dalam tafsir ibnu katsir dijelaskan makna firman

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik

bagimu,” merupakan penegasan yakni “mengapa kalian tidak meniru dan mengikuti

jejak sifat-sifatnya (Nabi Muhammad SAW)?” serta firman lanjutannya “bagi

orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

yang banyak mengingat Allah” yakni bermakna “hamba-hambanya-Nya yang

beriman, yang membenarkan janji Allah kepada mereka, yang pada akhirnya Allah

akan menjadikan kesudahan yang baik di dunia dan akhirat bagi mereka”.3 Maka

dapat dipahami bahwa sosok Rasulullah SAW merupakan suri teladan yang patut

dicontoh, apalagi bagi manusia yang menginginkan rahmat dari Allah SWT. Nabi

Muhammad SAW merupakan manusia pilihan yang memiliki perilaku yang sangat

mulia. Sebagai manusia yang mengharap rahmat Allah SWT di dunia maupun

akhirat sudah sepatutnya kita berperilaku baik, seperti perilaku yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad SAW.

Berperilaku akhlak yang baik merupakan sesuatu pembelajaraan yang telah dimulai
dari sebelum manusia lahir ke dunia, yang mana pendidikan tersebut dilakukan

______________
3
Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2017), h. 308.
3

terus menerus sehingga jadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri seseorang.4
Penerapan akhlak yang baik harus selalu di aplikasikan, tidak pandang dari jenis
kelamin maupun umur. Baik itu pria, wanita, anak-anak, remaja, orang tua, dan
sekalipun itu orang hebat, akhlak yang baik tetap wajib senantiasa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Keharusan menjunjung tinggi akhlak mahmudah lebih
dipertegas lagi oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits, yaitu:

ِ َ َ‫ ﻗ‬،‫ﺶ‬ ِ ‫ َﻋ ِﻦ اﻷ َْﻋ َﻤ‬،ُ‫ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ‬5َ َ‫ﺎل أَﻧْـﺒَﺄ‬


َ َ‫ ﻗ‬،‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ َد ُاوَد‬،‫ﻮد ﺑْ ُﻦ َﻏْﻴﻼَ َن‬
Aََ ‫ﺖ أ‬
ُ ‫ﺎل َﲰ ْﻌ‬ ُ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َْﳏ ُﻤ‬
‫ﻮل ا ﱠِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬َ َ‫ﺎل ﻗ‬ َ َ‫ ﻗ‬،‫ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ ا ﱠِ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤ ٍﺮو‬،‫وق‬ ٍ ‫ث ﻋﻦ ﻣﺴﺮ‬
ُ ْ َ ْ َ ُ ‫ﳛَ ّﺪ‬،
ِ ُ ‫واﺋِ ٍﻞ‬
َ
‫ﺎل‬ ِ َ‫ وَﱂ ﻳ ُﻜ ِﻦ اﻟﻨِﱠﱯ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓ‬. "‫ﺎﺳﻨُ ُﻜﻢ أَﺧﻼَﻗًﺎ‬
َ َ‫ﻗ‬.‫ﺎﺣ ًﺸﺎ َوﻻَ ُﻣﺘَـ َﻔ ِّﺤ ًﺸﺎ‬ ‫ﱡ‬ َ َْ ْ ْ ‫َﺣ‬
ِ ‫" ِﺧﻴﺎرُﻛﻢ أ‬
َ ْ َُ
(‫ﻴﺢ )رواﻩ اﺑﻮ داود واﻟﱰﻣﺬي‬ ِ ‫ﻳﺚ ﺣﺴﻦ‬ ِ ِ
ٌ ‫ﺻﺤ‬ َ ٌ َ َ ٌ ‫ﻴﺴﻰ َﻫ َﺬا َﺣﺪ‬ َ ‫أَﺑُﻮ ﻋ‬
Artinnya: “Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah
meriwayatkan kepada kami Abu Dawud ia berkata, Telah memberitakan
kepada kami Syu'bah dari A'masy ia berkata; Aku mendengar Abu Wa`il
menceritakan dari Masruq dari Abdullah bin Amr ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik orang di antara
kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian." Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah seorang yang buruk perangainya.
Abu Isa berkata; Ini adalah hadis hasan shahih.” (HR. al-Tirmidzî).5
Hadis di atas menunjukkan dengan tegas bahwa misi utama Rasulullah saw.

adalah memperbaiki akhlak manusia. Beliau melaksanakan misi tersebut dengan

cara menghiasi dirinya dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar

umatnya senantiasa menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab "al-Adabul Mufrad," dan

______________
4
Darmawan Harefa, Belajar Berpikir dan Bertindak Secara Praktis dalam Dunia
Pendidikan, (Solok: Insan Cendikia Mandiri, 2020), h. 101.

5
Abdullah Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih al Bukhari, Juz V, (Beirut: Dar al
Kitab al ‘Ilmiyyah, 1992), h. 2444.
4

Ahmad dengan sanad shahih dengan syarat Muslim dari Abu Hurairah dia bercerita,

Rasulullah bersabda:

‫ ﻛﺎن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﺣﺴﻦ اﻟﻨﺎس ﺧﻠﻔﺎ‬:‫وﻋﻦ أﻧﺲ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل‬
Artinya: “Dari Anas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa sallam adalah manusia yang paling mulia akhlaknya”.(Muttafaq
Alaih).6
Penjelasan syarahnya, Al-Hafidz An-Nawawi Rahimahullah menyebutkan

“Bab Akhlak Mulia”. Yaitu, bab yang mengandung perintah untuk berakhlak mulia,

menjelaskan orang-orang yang bersifat dengan akhlak mulia dari kalangan para

hamba Allah, tentang akhlak mulia terhadap Allah dan terhadap para hamba-Nya.7

Perlu diketahui, pada kehidupan dunia sekarang ini penyusutan akhlak

terlihat terus menjadi nyata. Bahkan lebih ironisnya lagi penyusutan akhlak serta

kehancuran moral terjalin di setiap lapis masyarakat, orang-orang merasa hebat

apabila telah meniru budaya Barat, baik meniru trend, style hidup, dan pemikiran

yang diusung Barat tersebut. Bahkan ada pula yang menjadikan nilai-nilai Barat

sebagai standar sikap akhlak.8 Sehingga pada akhirnya akhlak keislaman yang

sesungguhnya akan menjadi tidak mudah untuk diaplikasikan lagi dalam kehidupan

masyarakat kita, karena disebabkan oleh permasalahan demikian. terutama bagi

pergaulan golongan anak muda zaman sekarang, karena pada generasi mudalah

______________
6
Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin; Imam Nawawi, Jilid 2,
(Bekasi: PT. Darul Falah, 2013), h. 691.

7
Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin; Imam Nawawi, Jilid 2,
(Bekasi: PT. Darul Falah, 2013), h. 691.

8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Diponegoro,2000),
h. 7.
5

letak sebuah tolak ukur bagi masyarakat dalam memandang kemajuan masa depan

bangsa yang sejahtera.

Membahas tentang generasi muda sebagai tolak ukur masyarakat, pesantren

merupakan jawaban sebuah lembaga pendidikan yang diyakini oleh sebagian orang

tua sebagai tempat pendidikan yang dapat memberikan nilai-nilai keagamaan

terbaik sekaligus mampu membenahi akhlak untuk anak-anak mereka, terlebih bagi

orang tua yang sibuk dengan pekerjaan namun senantiasa memikirkan masa depan

anaknya, yang disebabkan takut akan kerusakan moral dan akhlak yang sering

terjadi pada generasi muda sekarang. Meninjau tentang akhlak, tentu pembinaan

akhlak antara lingkungan keluarga dan pesantren pasti memiliki banyak perbedaan,

terlebih tugas seseorang pembina akhlak di pesantren pasti jauh lebih besar daripada

keluarga, itu semua karena lebih banyaknya kepala dan berbagai watak yang harus

dibina oleh seorang pengasuh di pesantren daripada pembinaan yang hanya di

kawasan keluarga. Dengan demikian, dapat diketahui pembinaan akhlak dalam

lingkungan pesantren tidaklah perihal yang mudah, melainkan pasti banyak

tantangan, kesungguhan, metode, sebab akibat, serta kendala yang diterima

pembinanya dalam menghadapi semua hal tersebut.

Dalam lingkungan pesantren ustadz serta ustadzah (guru santri) merupakan

teladan yang paling utama untuk santri tersebut, terlebih jika mereka seorang yang

membimbing akhlak tersebut. Akhlak yang baik juga merupakan pokok dari sebuah

kesuksesan pesantren dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Sehingga

dalam pendidikan dan pesantren ketika menjalankan pelaksanaan akhlak tidak

mungkin terlepas dari seseorag yang membina akhlak tersebut. Agar dapat
6

mencapai tanggungjawab dan amanah dalam membentuk akhlak santrinya, sebuah

lembaga pesantren tentunya memiliki sebagian guru yang bertugas terhadap

pembentukan akhlak santrinya, dan pada umumnya itu guru-guru pengajarnya, kiai,

ustadz, dan lain-lain.9

Pembinaan dan nilai-nilai akhlak seseorang itu tentu memiliki hubungan

yang sangat erat, sebab setiap individu pasti dikarenakan mendapat bina dan arahan,

sehingga ketika melaksanakan praktik akhlak mampu berperan secara benar dan

semakin terarah. Ketika seseorang tidak dibina/arahkan tentu mereka akan merasa

kebingungan dalam menjalankan nilai-nilai akhlaknya, terlebih lagi kepada santri

di pesantren, sebab sebagian sejarah bahkan mengatakan sudah sepatutnya seorang

santri terlebih dahulu mempelajari ilmu adab/akhlak sebelum mempelajari ilmu

agama yang lain.

Terdapat sejumlah pertimbangan penting mengapa setiap pesantren perlu

dilakukan penyelenggaraan bimbingan sebagai penunjangnnya. Alasan itu pernah

dikemukan Badan Penelitian, Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K)

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) pada sebuah konteks

pesantren yang relavan, di antaranya: 10

1. Ada.sebagian permasalahan pengajaran dan pendidikan pesantren yang

mungkin tak bisa diselesaikan oleh ustadz dan ustadzah sebagai guru.

______________
9
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), h. 56.
10
M. Sultan Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), h.
128.
7

2. Sewaktu-waktu guru, ustadz dan ustadzah pengajar memperoleh tugas yang

harus diselesaikan, dan tugas tersebut berselisih kepentingan dari kehendak

murid/santri.

3. Ada.sejumlah aktivitas dalam motif mendidik murid/santri yang harus

dilaksanakan oleh petugas pesantren yang bukan guru, ustadz dan ustadzah

lakukan.

4. Barangkali terjadi bentrokan antara santri/murid dan guru, ustadz dan

ustadzah yang pemisahannya memerlukan pihak ketiga.

Memandang betapa pentingnya peranan pengasuh dan pembimbing dalam

membina akhlak santri, itulah alasan mengapa sebagian pesantren pasti menetapkan

pengasuh/pembimbing khusus yang mampu melaksanakan hal-hal yang demikian,

termasuk Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh. Pada tahun 2019

hingga sekarang, setelah penyerahan aset kepada pemerintahan Aceh, Dayah

tersebut mengganti sistem pembinaan akhlak santri dari binaan di bawah asatidz/ah

(pengajar) menjadi di bawah binaan pengasuh khusus, pengasuh yang bertugas

membina santri di pesantren tersebut disebut dengan panggilan ustadz/ah

musyrif/musyrifah. Musyrif/musyrifah inilah yang berperanan pada pembinaan dan

pelaksanaan pengawasan akhlak santri-santri di Dayah tersebut.

Dalam lingkungan pesantren bukan berarti santri memiliki akhlak terpuji


semua, ada pula santri yang memiliki akhlak-akhlak tercela, contohnya
seperti tidak shalat tepat waktu, tidak mandi, tidak makan, tidak disiplin,
tidak sopan terhadap teman/kakak letingnya, bahkan tidak sopan terhadap
guru-gurunya, serta ada pula yang berpacaran, kabur (tidak izin pulang),
mencuri, dan banyak lagi pelanggaran agama yang pernah terjadi dalam
8

dunia pesantrian dan tidak lazim dilakukan oleh beberapa santri yang belum
mengamalkan akhlak terpuji.11
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa santri pada dasarnya hanya

manusia yang sama dengan manusia yang lain, dan kehidupan dalam pesantren juga

pernah memiliki kejadian-kejadian yang pernah terjadi dalam masyarakat

umumnya. Menurut penjelasan lanjutan dari musyrifahnya:

Santriwati setiap harinya harus dikontrol dalam menggunakan pakaian


maksudnya pakaian yang menutup sesuai syar’i, pakai ciput, pakai kaos kaki
dan pakai jelbab besar. Shalat mereka juga kami musyrifah yang mengawasi
dan kami juga ikut shalat berjama’ah dengan mereka. Bahkan sampai aturan
yang lebih khususpun kami (musyrifah) juga yang berperan mengayomi
mereka. Dari yang terlihatnya juga sebenarnya tanggungjawab musyrifah
(Pembina perempuan) agak sedikit lebih banyak dan rumit dari pada
tanggungjawab musyrif (Pembina laki-laki), apa lagi kita tau menjaga anak
perempuan memang harus lebih waspada dari pada menjaga anak laki-
laki.12
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa ada

beberapa permasalahan yang dihadapi musyrifah sebagai petugas yang berperan

sebagai pengasuh sekaligus membina santriwati (Santri putri) di Dayah Madrasah

Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, permasalah tersebut tentu saja pernah dialami juga

oleh lembaga pesantren serupa.

Pada dasarnya, dalam pergaulan perempuan memang lebih cepat terbawa

arus, dan bahkan mudah terjerumus pada hal-hal yang salah, dikarenakan fitrahnya

perempuan memang diibaratkan sebagai tulang rusuk yang bengkok, jika dibiarkan

______________
11
Wawancara dengan Ustadzah Jasriani Ainun, (Anggota musyrifah di Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh), 26 Juni 2021.
12
Wawancara dengan Ustadzah Jasriani Ainun…, 26 Juni 2021.
9

ia akan tetap bengkok, tetapi jika diluruskan akan patah.13 Dalam artian memang

perempuan harus terus dalam binaan dan pasti dengan cara-cara tertentu. Begitu

pula dalam kehidupan di lingkungan pesantren, akhlak santriwati juga harus terus

diluruskan, terutama bagi beberapa santri awam yang masih kurang baik dalam

penerapan akhlaknya. Apalagi kepada santriwati yang memiliki akhlak tercela

seperti sering melanggar; berbicara kasar layaknya bukan santriwati, pura-pura

sakit, malas makan bahkan sepakat membicarakan orang lain (ghibah), dan banyak

lagi,14 di sinilah pastinya musyrifah berperanan penting bagi santriwati, sehingga

dalam pengawasan tersebut santriwati-santriwati yang masih tidak baik perilakunya

dapat dibina dengan cara-cara sistematis dan mendidik yang dilakukan para

Musyrifah di Dayah tersebut. Semua itu pasti tidak terlepas dari berbagai faktor

yang mempengaruhi santriwati dan juga kendala yang dihadapi musyrifah dalam

menjalankan kewajibannya, sehingga peranan musyrifah dalam membina akhlak

santriwatinya mesti diketahui serta dikaji bersama-sama.

Mengenai pemaparan tersebut penulis sangat tertarik untuk menggali dan

mengkaji tentang “Peranan Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di

Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh.”

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang pokok pembahasan peranan musyrifah dalam

membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh

______________
13
Anna Maria, Ketika Allah SWT Lebih Menyayangi Wanita, (Jakarta: PT. Kawai Media,
2011), h. 48.
14
Wawancara dengan Ustadzah Jasriani Ainun…, 26 Juni 2021.
10

maka penulis dapat menemukan beberapa rumusan masalah penelitian, di antaranya

adalah:

1. Bagaimana langkah-langkah musyrifah dalam membina akhlak santriwati di

Dayah Madrasah Ulumul Quran Pagar Air Aceh?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah Madrasah

Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh?

3. Apa saja kendala musyrifah dalam membina akhlak santriwati Di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui langkah-langkah musyrifah dalam membina akhlak santriwati

di Dayah Madrasah Ulumul Quran Pagar Air Aceh.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

3. Mengetahui kendala musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

D. ManfaatpPenelitian

1. ManfaataTeoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang berkenaan dengan pengembangan

ilmu pengetahuan.15Manfaat teoritis dari kajian ilmiah ini adalah penulis

______________
15
Rustiyarso, Panduan dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Noktah,
2020), h. 135.
11

mengharapkan dari penelitian ini mampu memberi partisipasi untuk

mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam pendidikan, sekaligus pengetahuan

tersebut mampu menjadi sebagai sumbangan pemikiran dalam peningkatan ide

peranan setiap musyrifah dalam membina santriwati yang sudah ada, terkhusus

peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati.

2. ManfaatpPraktis

Manfaat praktis adalah manfaat yang berkenaan manfaat nyata dan langsung

dirasakan oleh pihak-pihak terkait dalam penelitian tersebut.16 Secara.praktis hasil

penelitian.ini di harapkan bermanfaat sebagai berikut:

a. Manfaat untuk lembaga pendidikan yang bersangkutan, yakni untuk

mengetahui pandangan masyarakat terhadap musyrifah (pengasuh) Dayah

(pesantren) yang akan dijadikan landasan sebagai evaluasi dan wacana

selanjutnya, dan untuk perkembangan Dayah terkhususnya bagi pencetakan

pendidikan yang islamiah secara penuh.

b. Bagi peneliti, yakni penelitian ini dapat meningkatkan khazanah terutama

dalam bidang keilmuan peranan seorang musyrifah (pengasuh/

pembimbing), yang dapat digunakan sebagai kajian-kajian serupa serta

menjadi pengetahuankketika nantinya turun ke dalam dunia pendidikan

serupa.

______________
16
Rustiyarso, Panduan dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas…, h. 135.
12

c. Bagi masyarakat, hasil penelitian dapat digunakan untuk bahan

pertimbangan kajian keagamaan, khususnya ilmu baru yakni bagaimana

peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati.

E. Definisii.Operasional

Defini operasional adalah Batasan pengertian yang dijadikan pedoman

untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Definisi

operasional juga sering didefinisikan sebagai judul penelitian kata demi kata,

padahal adalah penjelasan variable yang akan diamati dalam pemecahan masalah.17

Supaya dapat menghindari kesalahpahaman para pembaca ketika mencerna karya

ilmiah ini, maka perlu bagi penulis untuk menjelaskan istilah-istilah penting dalam

kajian ilmiah ini, yakni:

1. Peranan

kata peran dapat diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan

dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan

peranan merupakan aspek dinamis terhadap kewajiban dan hak seseorang

sesuai kedudukannya.18 Maksud peranan penulis di sini yaitu mengacu pada

status atau hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang sesuai dengan

kedudukannya, yaitu tindakan yang dilakukan musyirifah selama

mengemban amanah terutama dalam membina akhlak santriwati. Peranan

______________
17
Maryam B. Gainau, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2016), h.
23.
18
Soejorno Soekarto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997),
h. 286.
13

musyrifah meliputi mendidik, membina, mengajar dan mengawasi akhlak

santriwati berakhlak terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW, akhlak

terhadap sesama, terhadap orang yang lebih tua dan muda, bahkan terhadap

diri sendiri.

2. Musyrifah

Musyrifah adalah mu'annats yang diambil dari kata al-musyrif, artinya

pembimbing atau pengawas.19 Musyrifah yang dimaksud penulis ialah

seseorang penanggung jawab yang memberikan bimbingan dan pengawasan

khususnya terhadap santriwati (santri perempuan).

3. Membina

Menurut penjelasan di kamus besar bahasa indonesia membina berarti

berusaha untuk menjadikan sesuatu lebih baik (maju, sempurna, dan

sebagainya).20 Membina yang dimaksud penulis yaitu usaha/upaya yang

dilakukan musyrifah tersebut untuk menjadikan santriwati (santri

perempuan) lebih baik dan memiliki akhlakul karimah (berakhlak mulia).

4. Akhlak

Akhlak diambil dari bahasa Arab, yang mufradnya khulqu, artinya perangai,

adab, budi, Baik, buruk atau jahat dalam semua tingkah laku manusia.21

menurut Abi Husen Ali Bin Hisyam Al-Kailami, “ akhlak yaitu sifat yaang

______________
19
Ahmad Warso Munawir, Al Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Progressif, 2007), h. 712.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesi, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), h. 95.
21
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: Rineka Cipta: 1994), h. 1-6.
14

mengakar pada jiwa individu untuk bertindak tanpa dengan berpikir lagi

atau pun tanpa pertimbangan lagi”. Sedangkan akhlak dimaksud di sini yaitu

suatu usaha yang dilakukan oleh musyrifah ketika membina santriwati

dalam sebuah lembaga pendidikan dengan tujuan mengarahkan sikap santri

agar perangai, tingkahlaku, akhlak, karakter, kebisaan, tabiat, budi pekerti

atau kelakuan sesuai dengan tuntunan syari’at Islam dan selalu berakhlak

mulia, menjaga kebersihan, tanggungjawab, disiplin, dan jujur kepada guru,

sesama santri dan siapapun di lingkungan mana pun ia berada.

5. Dayah

Dayah diambil dari kata zawiyah, yang memiliki keterkaitan bahasa, yaitu

berubahnya zawiyah menjadi kata Dayah. Istilah zawiyah pada awalnya

mengacu pada sudut sebuah bangunan, biasanya dikaitkan dengan masjid.

Di pojok mesjid, karena dzikir pada masa Nabi dilakukan di pojok mesjid.22

Di beberapa negara muslim lainnya Dayah atau zawiyah juga lazim biasa

disebut dengan madrasah. Di Aceh penyebutan Dayah untuk lembaga

pendidikan santri-santri tinggal dan menimba ilmu. Dayah yang dimaksud

oleh penulis di sini ialah pesantren, yakni lembaga pendidikan agama Islam

tempat para santri (murid) menuntut lmu dan menetap pada lingkungan

tersebut dengan tujuan mendalami Islam, al-Qur’an dan syari’at.

______________
22
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2018), h. 27-28.
15

6. Santriwati

Santri adalah peserta didik yang belajar di pesantren.23 Sedangkan wati ialah

perempuan. Jadi, pengertian santriwati menurut kamus besar bahasa

Indonesia merupakan sebutan bagi santri perempuan, sehingga definisi

santriwati mengikuti pengertian santri dalam KBBI, yaitu orang yang

mendalami agama, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh; orang

yang saleh, sehingga menurut pengertian tersebut, santriwati adalah orang

perempuan yang mendalami agama (Islam)24. Penunjukkan status

perempuannya ditandai dengan imbuhan “wati” di belakang kata “santri”.

Santri biasa tinggal di sekeliling masjid di setiap kota besar maupun kecil,

yang biasa disebut Kauman.25 Kebanyakan santri adalah totalistik, yakni

menganggap agama Islam sebagai dasar yang fundamental untuk perilaku

manusia dalam segala faktornya.26 Upaya mengatasi konflik antara kaum

modernis dan konservatif, santri cenderung menyukai penyesuaian

dibandingkan perdebatan, dan kritik tak langsung daripada konflik

terbuka.27 Sedangkan santriwati yang maksud oleh penulis di sini yakni

peserta didik perempuan yang belajar di pesantren serta dituntut belajar dan

______________
23
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan…, h. 64.
24
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 997.
25
Clifford Geetz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya,
1989), h.180.
26
Clifford Geetz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa…, h. 207-208.
27
Clifford Geetz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa…, h. 194.
16

mempraktikan akhlak sesuai syari’at Islam di bawah pengawasan

pengasuh/pembimbing atau disebut juga dengan musyrifah.

F. Kajian Terdahulu yang Relavan

Penelitian “Peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh” adalah baru atau bukan merupakan

penelitian pernah dilakukan sebelumnya. Dari sejumlah karya ilmiah penulis

memukan juga penelitian yang hampir serupa, oleh karenanya untuk memudahkan

penulis melakukan penelitian, makaapenulis melihat lebih dahulu sumber ilmiah

yang hampir menyangkut paut dan yang dapat memperkuat topik terkait penelitian.

Beberapa kajian dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain

dapat menjadi dukungan bagi penelitian ini, baik itu dukungan referensi, dukungan

kajian penelian dan juga dukungan dalam mempertahankan kekuatan argumen dari

penelitian yang dilakukan. Referensi kajian terdahulu yang akan digunakan dalam

penelitian ini, di antaranya:

Karya Faez Syahroni dengan judul “Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar

Air (Sejarah, Program dan Tantangan),”28 yang bertujuan untuk lebih mengenal dan

mengetahui Sejarah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air serta penelitian terdahulu

hingga lahirnya generasi-generasi Hafizh/Hafizhah penurus yang berkarakter

(akhlak) qurani. Ada beberapa persamaan dan perbedaannya, yaitu persamaannya

adalah sama-sama meneliti Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh sebagai

______________
28
Faez Syahroni, Skripsi: Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air (Sejarah, Program
dan Tantangan. (Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2020), h. 9.
17

objek. Perbedaannya yaitu penelitian kali ini menggunakan “peranan musyrifah

dalam membina akhlak” sebagai acuan kajiannya. Sedangkan peneliti sebelumnya

menggunakan acuan sejarah, program dan tantangan di Madrasah Ulumul Qur'an

Pagar Air Aceh.

Selanjutnya skripsi karya Khasanatun Ni’mah, tentang “Peranan musyrifah

dalam bimbingan akhlak santri putri di UPT Pesantren Kampus Ma’had Al-Jami’ah

UIN Raden Intan Lampung”29, tahun 2018. Berdasarkan isi skripsi di atas ada

persamaan dan perbedaannya, persamaannya adalah sama-sama meneliti peranan

musyrifah dalam membina atau bimbingan akhlak peserta didik sebagai acuan

kajiannya, serta menggunakan analisis data deskriptif. Perbedaannya yaitu

penelitian kali ini menggunakan objek kajiannya Dayah (Pesantren/sekolah agama

Islam untuk santri) Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh. Sedangkan peneliti

terdahulu menggunakan objek Ma’had (Pesantren/sekolah agama Islam untuk

mahasantri) yaitu Pesantren Kampus Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan

Lampung.

G. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.30 Metode dalam penelitian

ini yaitu deskriptif kualitatif dan dalam penelitian ini penulis memecahkan

______________
29
Khasanatun Ni’mah, Skripsi: Peranan musyrifah dalam Bimbingan Akhlak Santri Putri
dii UPT Pesantren Kampus Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung. (Lampung: Pesantren
Kampus Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan, 2018), h. 11.
30
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 3.
18

permasalahan yang bersifat deskriptif. Dengan metode deskriptif kualitatif penulis

dapat memecahkan atau menjawab permasalahan yang yang ingin dikaji, yaitu

penulis ingin mengambarkan mengenai situasi kejadian yang sedang terjadi dengan

menganalisis peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh, dengan cara mendeskriptifkan kumpulan

data yang telah dikumpulkan.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan rangkaian secara berurutan dari

beberapa uraian suatu sistem pembahasan dalam suatu kerangka ilmiah. Dapat

diartikan pula dengan suatu gambaran umum untuk memudahkan peneliti untuk

mengkaji sebuah persoalan dari bab ke bab.31 Maka untuk memudahkan gambaran

tentang penelitian ini maka penting bagi penulis untuk membuka sistematika dalam

penelitian ini, sehingga para pembaca akan lebih mudah memahami tentang

penulisan ini. Adapun sistematika yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

BAB I, merupakan Pendahuluan yang terdiri latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, kajian

terdahulu yang relavan, metode penelitian dan sitematika pembahasan mengenai

peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul

Qur'an Pagar Air Aceh.

BAB II, merupakan landasan teoritis yang membahas landasan teori dan

pembahasan kaidah yang telah diungkapkan oleh pakar sebelumnya, guna sebagai

______________
31
Faisol, Pendidikan Islam Perspektif, (Jakarta: Guepedia, 2020), h. 51.
19

analisis kajian yang berhubungan dengan penelitian ini yakni tentang Peranan

Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an

Pagar Air Aceh.

BAB III, merupakan metode penelitian yang terdiri dari pemaparan metode

penelitian yakni serangkaian metode yang saling melengkapi yang digunakan

dalam melakukan penelitian dengan menguraikan semua langkah kerja yang

meliputi: rancangan dan pendekatan yang dipakai, penentuan jenis data yang

dibutuhkan, sumber data desain sampel, instrumen pengumpulan data, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisi data. yang dipakai dan bersangkutan dengan

peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul

Qur'an Pagar Air Aceh.

BAB IV, merupakan hasil penelitian yaitu analisis penelitian yang mengacu pada

rumusan masalah yang terdiri dari pemaparan dan pembahasan data penelitian yang

digunakan untuk memecahkan masalah mengenai peranan musyrifah dalam

membina akhlak santriwati di dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

BAB V, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan pembahasan dan saran

yang menyangkut dengan penelitian ini, yaitu peranan musyrifah dalam membina

akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.


BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Definisi Peranan Musyrifah dan Dayah

1. Peranan

Peranan ialah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang yang

betanggungjawab (memiliki status/jabatan) pada posisi/kedudukan tertentu. Secara

luas peranan yaitu orang yang menjalankan kewajiban dan haknya sesuai

kedudukannya pada jabatan tertentu, maka pasti ia sudah melaksanakan sebuah

peranan.32 Menurut pandangan Abu Ahmadi di dalam bukunya yang berjudul

Psikologi Sosial, beliau menjelaskan yang dimaksud peranan yaitu sebuah

penghargaan khalayak orang terhadap upaya seseorang namun sikap (berbuat) pada

situasi tertentu hanya berdasarkan keharusan status dan fungsi sosialnya, meskipun

kedudukannya berbeda antara satu dengan lainnya, tetapi masing-masing individu

berperan sesuai statusnya33.

Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya yang judul Teori-teori Psikologi

beliau juga menerangkan bahwa peranan ialah impian-impian yang lain pada

dasarnya dari perilaku semestinya yang dilakukan individu ketika ia memiliki

tanggungjawab tertentu.34

______________
32
Soejorno Soekarto, Sosiologi Suatu Pengantar…, h. 286.
33
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 14.
34
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi, (Jakarta: Cv. Rajawali,1984), h. 235.

20
21

Definisi-definisi di atas dapat diambil kesimpulan tentang arti peranan,

yakni suatu pedoman atau amanah seseorang ketika memegang status/kekuasan

tertentu, dan bertanggungjawab penuh terhadap orang yang dibimbingnya supaya

bertindak sesuai harapan dan tujuan yang ingin dicapai, seperti bertanggungjawab

atas dirinya dan orang lain.

Dalam penjelasan buku Teori-teori Psikologi, Sarlito Wirawan Sarwono

mengemukakan bahwa suatu pembeda dari kedudukan dan peran ialah bagi

kepentingan pengetahuan,,keduanya tak mungkin dapat terpisahkan sebab antara

satu bergantung dengan yang lainnya, begitupun sebaliknya tak ada kedudukan

tanpa peranan, dan tak ada peranan tanpa kedudukan.35 Peranan juga mempunyai

dua maksud. Setiap individu pasti mempunyai bermacam ragam peranan dari setiap

pola lingkungan pergaulan hidup sosialnya. Karena itulah berarti peranan

menentukan apa yang dilakukannya kepada sebuah masyarakat dan peluang apa

yang diberikan sebuah mayarakat itu kepadanya.36

Peranan begitu penting sebab ia mengatur tindakan seseorang, peranan pada

hal-hal tertentu juga mampu meramal perbuatan-perbuatan sikap orang lain.

Peranan tentang pribadi individu harus bisa dibedakan (kondisikan) dengan peranan

yang bersangkutan dengan masyarakat. Posisi individu dalam kehidupan

masyarakat (lingkungan tempat tinggalnya) tersebut yaitu social position, ia adalah

unsur statis yang menunjukkan posisi individu dengan posisinya pada organisasi

______________
35
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi…, h. 236.
36
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi…, h. 237.
22

sebuah masyarakat37. Peranan lebih kepada kedudukan seseorang dalam

penyesuaian dirinya dan fungsi dari jabatan yang ia duduki, dan juga sebagai suatu

proses di mana seseorang memainkan perannya. Peranan terdiri atas tiga cangkupan

yaitu:

a. Peranan mencakup nilai-nilai yang berkaitan dengan posisi atau kedudukan

status individu di sebuah masyarakat. Maksud pengertian di sini adalah,

peranan merupakan seperangkat instruksi pembinaan dan peraturan yang

memberikan bimbingan terkait seseorang pada kehidupan sosialnya.

b. Peranan adalah sebuah konsep terhadap apa dan bagaimana yang ingin

dilakukan seorang penanggung jawab dalam masyarakat selaku oraganisasi.

c. Peranan dapat dikatakan juga seperti perilaku seseorang yang menduduki

jabatan dalam struktur kemasyarakatannya.

Tujuan dari sebuah peranan ialah adanya hubungan dan keikhlasan oleh

kedua belah pihak yaitu antara seseorang yang menjalankan peranan dengan orang-

orang sekitar yang ikut serta dengan peranan tersebut dalam mematuhi dan

menjalankan aturan yang diatur oleh nilai-nilai sosial. Peranan dapat diartikan juga

sebagai tindakan perilaku seseorang yang bermanfaat bagi sosial masyarakat.38

Menurut sejumlah uraian para ahli tadi, penulis dapat.menyimpulkan bahwa

peranan..dapat diartikan suatu tindakan dan sikap..yang dilakukan oleh seseorang

______________
37
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi…, h. 238.
38
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar…, h. 242.
23

yang mengemban suatu tanggungjawab (amanah) suatu hal..yang diharapkan oleh

sekelompok orang kepada individu yang memiliki status atau jabatan tertentu.

2. Musyrifah

Kata musyrifah berasal dari kata musyrif, yakni diambil dari bahasa Arab

‫ ُﻣ ْﺸ ِﺮ َﻓﺔ‬yang mu'annatsnya dari kata al-musyrif (‫) ُﻣ ْﺸ ِﺮﻑ‬. ‫ ُﻣ ْﺸ ِﺮ َﻓﺔ‬/‫ﻑ – ُﻣ ْﺸ ِﺮﻑ‬


ُ ‫ﺭ‬
ِ ‫ ﻳُﺸَﺎ‬- ‫ﻑ‬
َ ‫ﺭ‬
َ ‫ﺷَﺎ‬,

artinya adalah mengasuh, mengontrol, mengawas atau membimbing.39 Dalam

kamus al-Munawir menjelaskan bahwa musyrif/musyrifah (‫ ُﻣ ْﺸ ِﺮﻓَﺔ‬/‫ف‬


َ ‫ ) ُﻣ ْﺸ ِﺮ‬berasal dari

َ ‫ )ﺷ ََﺮ‬yang berarti mulia, dan musyrif/musyrifah (‫ ُﻣ ْﺸ ِﺮ َﻓﺔ‬/‫ ) ُﻣ ْﺸ ِﺮ َﻓﺔ‬berarti


kata syarafa (‫ﻑ‬

pembimbing. pembimbing dalam artian di sini ialah seseorang yang memberikan

bimbingan dan pengawasan dari tanggungjawab yang ia emban. Secara umum

musyrifah juga disebut sebagai ustadzah yang membina masyarakat asrama. Yang

dimaksud asrama yaitu sebuah bangunan yang ditempatkan oleh sekelompok

tertentu, seperti murid, siswa, santri, mahasiswa, dan sebagainya. Dengan

demikian, musyrifah memiliki peranan tertentu dalam pembinaan kelompok-

kelompok tersebut terutama dalam pembinaan karakter atau akhlak.

Musyrif atau musyrifah ialah seorang pendidik akhlak, seorang tokoh yang

menjadi panutan bagi peserta didik serta lingkungannya, sebab itu pastilah seorang

guru pasti memiliki suatu standar dan kualitas tertentu pribadinya, yang meliputi

tanggungjawabnya; mandiri,wibawa dan disiplin.40

______________
39
Ahmad Warso Munawir, Al Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Progressif, 2007), h. 712.
40
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h. 37.
24

Secara menyeluruh pengertian musyrifah dalam kehidupan pesantren dapat

di uraikan sebagai seseorang yang dipercayakan sebagai pengasuh yang membina

dan memberi petunjuk kepada santriwati tentang hidup yang baik, yakni mengenal

siapa dirinya dan pencipta-Nya sehingga jauh dari sifat sombong, dan selalu berbuat

baik, serta berperilaku sesuai kebenaran dan menerapkan perilaku akhlak yang

mulia pada lingkungannya. Musyrifah juga seseorang yang senantiasa memberi

bimbingan, binaan ataupun konseling khusus kepada santri-santri asrama yang ada

hubungannya dengan perilaku sikap santriwati dalam melaksanakan tugas dan budi

pekerti sesuai yang telah ditetapkan oleh asrama pesantren ketika di asrama.

3. Dayah

Dalam kajian ini, teori yang digunakan adalah teori tentang Dayah. Secara

etimologi kata Dayah diambil dari unsur bahasa Arab yaitu dari kata zawiyaḥ

artinya buju rumah atau buju mesjid41. Pengertian Dayah dalam bahasa Aceh sama

halnya dengan pesantren, yakni lembaga pendidikan agama Islam tempat para santri

(murid) menuntut ilmu dan menetap pada lingkungan tersebut dengan tujuan

mendalami Islam, al-Qur'an dan syari'at.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, yang penulis maksud pengertian

Dayah dalam kajian ini yaitu Dayah yang bermakna pesantren yang merupakan

Dayah dari pelesetan kata zawiyah kepada kata Dayah. Mayarakat Aceh pada

______________
41
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa Aceh,
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), h. 18.
25

umumnya mengartikan Dayah sebagai Pesantren, yakni tempat santri mempelajari

ilmu agama Islam secara benar dari guru-guru yang bersanad.

Pendirian Dayah atau pesantren juga dimaksudkan untuk menyebarkan ajaran

Islam keseluruh pelosok nusantara yang pluralis. Tujuan pendidikan pesantren,

pada awalnya memang tidak tertulis. Hanya berupa konsep dan pemahaman umum.

Namun, sekarang pemerintah telah memberi perhatian lebih pada lembaga

pendidikan asli Indonesia ini sehingga secara tersirat, rumusan tujuan pendidikan

pesantren telah dimasukkan dalam PP RI No.55 Tahun 2007, yaitu Menanamkan

keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren

untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik

untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) atau menjadi muslim

yang memiliki keterampilan dan keahlian untuk membangun kehidupan yang islami

di masyarakat. (PP RI No.55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan), dengan demikian maka dapat diketahui bahwa tujuan

pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian

muslim.

Mastuhu menjelaskan bahwa kepribadian muslim yaitu kepribadian yang

beriman, bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat kepada masyarakat,

mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama di

tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam mengembangkan kepribadian yang

Muhsin, dalam pondok pesantren modern, kepribadian yang dimaksud oleh

Mastuhu di atas tertuang dalam “Panca Jiwa”. Panca jiwa adalah nilai-nilai yang
26

harus dijiwai santri selama ia berada di lingkungan pesantren, meliputi jiwa

keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiah, dan kebebasan.42

1. Jiwa Keikhlasan

Jiwa keikhlasan dalam pondok pesantren, diciptakan suasana di mana setiap

tindakan didasarkan pada keikhlasan. Ikhlas dalam bergaul, dalam nasihat

menasihati, mendidik dan dididik, ikhlas berdisiplin dan sebagainya. Suasana

seperti ini dibangun agar setiap santri dan penghuni pesantren dapat terus

berbuat untuk kemaslahatan dan niat ibadah pada Allah, bukan karena

dorongan keuntungan.

2. Jiwa Kesederhanaan

Kesederhanaan bukan berarti kepasifan, melainkan gambaran dari kekuatan,

kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan

hidup.

3. Jiwa Berdikari

Jiwa berdikari berarti kesanggupan menolong diri sendiri. Pribadi yang

berdikari berarti pribadi yang selalu belajar dan melatih dirinya untuk

mengurus kepentingannya tanpa terus menerus bergantung dan bersandar pada

orang lain.

4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah

Jiwa ini yang mendasari interaksi antar santri, ustadz dan guru dalam

kehidupan sehari-hari di pondok pesantren modern, sehingga suka, duka

______________
42
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor,
(Ponorogo: Tri Murti Press, 2005), h. 86.
27

dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan, bukan oleh

golongan atau suku.

5. Jiwa Kebebasan

Jiwa ini berarti bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan

masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, juga bebas dari pengaruh

negative dari masyarakat luar. Dengan jiwa kebebasan, santri juga diharapkan

akan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan sesuai

dengan nilai yang diajarkan.43

Berdasarkan penjelasan di atas sudah jelas sekali dayah atau pondok

pesantren bukan sekedar tempat para santri untuk menuntut ilmu, melainkan juga

sebagai tempat mereka dituntut untuk mendidik diri pribadi mereka agar

mengamalkan ilmu akhlak dan agama dengan berbagai keadaan watak dan

lingkungan hidup yang dihadapi. Dengan itulah bekal-bekal ilmu yang ditempuh

menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat dengan sebenar-benarnya.

B. Langkah-Langkah dalam Membina Akhlak

1. Pengertian Membina

Kata bina diambil dari kata bana yang berasal dari bahasa arab dan artinya

adalah Menyusun, mendirikan (membangun) atau pondasi.44 Menurut kamus besar

______________
43
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 138.
44
Kaharuddin, Mencetak Generasi Anak Shaleh dalam Hadits, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), h. 19.
28

bahasa indonesia arti dari membina yaitu usaha yang diupayakan dengan cara

berdayagguna dan berhasilgguna untuk mendapatkan hasil terbaik.

Menurut Arifin yang dimaksud pembinaan ialah usaha sadar untuk

mendidik dan membimbing kepribadian dan kemampuan seorang anak dalam

pendidikan formal dan nonformal45. Sedangkan Maolani berpendapat bahwa

membina/pembinaan ialah: usaha yang dilakukan pendidikan formal/informal

secara terencana, bertanggungjawab, terarah, sistematis dan sadar dalam upaya

menumbuhkan, mendidik, mengarahkan, mengembangkan, membimbing dasar-

dasar perilaku yang seimbang, teratur dan sesuai dengan kemampuan,

keterampilan, dan pengetahuan sebagai bekal untuk kehidupan lebih lanjut untuk

atas kesadaran dan kemauan dirinya sendiri untuk meningkatkan, memperbaiki, dan

mengembangkan diri terhadap orang lain, dan lingkungannya, guna mencapa mutu,

harkat dan kemanusiawian yang sebenarnya, serta pribadi yang mandiri.46

Dari sejumlah pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembinaan ialah usaha yang dilaksanakan oleh seseorang dengan kesadaran, teliti,

konsisten dan sistematis melalui bimbingan, praktekan, pengawasan, arahan,

pengembangan pengetahuan dan pengamalan ilmu keislaman, sehingga orang yang

di bina faham, mengerti, dan melaksanakan dalam kehidupannya.

______________
45
M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2008), h.
30.
46
Maolani, Pembinaan Moral Remaja sebagai Sumberdaya Manusia di Lingkungan
Masyarakat, (Bandung: Pps Upi, 2003), h. 11.
29

2. Pengertian dan Macam-Macam Akhlak

Kata akhlak dari segi etimologi berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari

khulq artinya adalah watak, tabiat, perangai, atau budi pekerti.47Aminuddin

mengemukakan bahwa akhlak terdapat dua jenis, yaitu akhlak baik (akhlakul

mahmudah) dan akhlak buruk (akhlakul madzmumah).48

a. Akhlak yang baik/terpuji merupakan kesederhanaan, keterusterangan,

kelembutan, tidak berlebihan, perilaku yang baik, kerendahan hati,

dermawan, berilmu, menepati janji, jujur, istiqamah, berani, sabar,

bersyukur, ridha, lemah lembut, dan lain sebagainya.

b. Akhlak yang buruk/tercela, yaitu semua yang secara tegas dibenci dan

dilarang Allah SWT. Semua perilaku tidak baik, adalah semua perilaku yang

kebalikan dari akhlak baik.

Menurut penjelasan dan pengertian tersebut, dapat diartikan akhlak yang

terpuji/mahmudah ialah akhlak baik yang sudah terbiasa pada individu seorang,

yang diwujudkan dalam perbuatan amalaan ketaatan terhadap perintah ajaran

syari’at Islam, termasuk ketaatan amalan batin seperti shalat dan zikir, serta berupa

amalan lahiriah, yakni ibadah dan interaksi pergaulan baik dalam kehidupan

bermasyarakat. Sedangkan akhlak keji adalah sikap bawaan seseorang, yang

diwujudkan dalam perbuatan tercela berupa kebiasaan-kebiasaan yang melanggar

______________
47
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesi…, h. 19.
48
Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 96.
30

ajaran Islam, antara lain berupa perbuatan batin seperti hasad, takabbur,

kecemburuan, kesombongan dan riya, ataupun perilaku lahiriah yang sangat tercela

seperti zina, penindasan, korupsi dan perilaku buruk lainnya. Hakikat Akhlak

mahmudah/baik telah disebutkan oleh Allah swt dalam surah al-Isra’ ayat 7:

ۤ ۗ
‫اﻻ ِﺧَﺮةِ ﻟِﻴَ ۤﺴٔـُْﻮا ُو ُﺟ ْﻮَﻫ ُﻜ ْﻢ‬
ٰ ْ ‫اِ ْن اَ ْﺣ َﺴْﻨـﺘُ ْﻢ اَ ْﺣ َﺴْﻨـﺘُ ْﻢ ِﻻَﻧْـ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ َۗواِ ْن اَ َﺳﺄْ ُْﰎ ﻓَـﻠَ َﻬﺎ ﻓَﺎِ َذا َﺟﺎءَ َو ْﻋ ُﺪ‬
‫َوﻟِﻴَ ْﺪ ُﺧﻠُﻮا اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ َﺪ َﻛ َﻤﺎ َد َﺧﻠُ ْﻮﻩُ اَﱠوَل َﻣﱠﺮةٍ ﱠوﻟِﻴُـﺘَِّﱪُْوا َﻣﺎ َﻋﻠَ ْﻮا ﺗَـْﺘﺒِ ْ ًﲑا‬
Artinya; “ .Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri

Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu

sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami

bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka

masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka

memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang

mereka kuasai.” (QS. Al-Isra’: 7)

Secara umum, surah al-Isra’ ayat 7 berbicara mengenai hakikat perbuatan

akhlak baik dan buruk. Pada dasarnya setiap akhlak baik yang dilakukan manusia

tidak hanya diperuntukkan bagi obyeknya, melainkan juga bagi pelakunya. Artinya,

jika seseorang berbuat baik, maka sebenarnya akhlak baik itu akan kembali kepada

dirinya sendiri, begitu pula sebaliknya. Ayat di atas secara umum juga mengenalkan

hakikat dunia, ia mendasarkan pada ujian dan cobaan, mengasah semangat untuk

menanamkan amal saleh di dunia, menegaskan bahwa hari pembalasan dekat, untuk

menegakkan keadilan antara orang yang berbuat baik dan berbuat jahat.49

______________
49
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Depok: Gema Insani: 2016), h. 453.
31

Dari uraian penjelasan tersebut dapat dipahami, bahwa kita diperintahkan

untuk selalu berbuat baik (memiliki akhlak yang baik) karena pada dasarnya segala

perbuatan dan akhlak yang kita perbuat itu akan kembali kepada diri kita sendiri.

Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terkait akhlak yang ingin dicapai

dalam pembinaan musyrifah di sini ialah akhlak yang terpuji (baik), yaitu segala

amalan yang diperintahkan dan dicintai oleh Allah SWT., dimana peranan

musyrifah yaitu menghilangkan segala akhlak tercela yang masih ada pada santri

seperti perilaku-perilaku yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT. Sehingga

akhlak baik dengan mudah dapat mempengaruhi pelakunya, serta dapat melekat

dan menjadi keterbiasaan yang baik selamanya.

3. Ruang Lingkup Akhlak

Ruangglingkuppakhlak meliputi semua aspek-aspek hidup seseorang

sebagai seorang idividu, karena hidupnya pasti bersentuhan dengan hal-hal selain

dirinya. Sebab sebagai individu ia harus hidup berinteraksi dengan alam sekitar dan

juga lingkungannya, serta interaksi sosiologissdengan bermacam-macam kelompok

manusia, dan juga interaksi metafisik kepada tuhan yakni Allah SWT., dengan

meyakini sebagai yang menciptakan semesta alam dunia. Ruangglingkup dalam

bidang akhlak yang dikatakan Muhammad David Ali, yaitu: 50

______________
50
Shalaeh Ahmad Asy-Syami, Berakhlak dan Beradap Mulia…, h. 38.
32

a. Akhlak Terhadap Pencipta (Allah SWT)

1) Meng-Esa-kan Allah SWT., beriman kepada-Nya, serta tidak menduakan-

Nya, mencintai Allah lebih dari mencintai apapun dan siapapun yakni

dengan mengamalkan al-Qur'an dan menjadikan pedoman pada kehidupan.

2) Taqwa, yaitu menjalakan segala yang diperintahkan Allah SWT. dan

meninggalkan segala bentuk larangan.

3) Selalu memohon berdo’a hanya kepada Allah SWT.

4) Tawakkallyakni berserahhdiri kepadaaAllah SWT.

b. Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaannAllah SWT), terbagi 2 bagian, yakni

akhlak terhadap manusia dan bukan manusia (seperti lingkungan, alam,

binatang, dan lain sebagainya), yang penjelasannya: 51

1) Akhlakkkepada manusia. Akhlak terhadap manusia juga dirincikan lagi, di

antaranya:

a) Akhlak kepada Rasulullah SAW, yakni meliputi: Mencintai dan

mengamalkan perintah Rasullah SAW dengan ikhlas, menjadikan Nabi

Muhammad SAW sebagai fans, idola, dan teladan hidup, tanpa

melakukan hal-hal yang telah dilarang.

b) Akhlakkkepadaaorangttua, antara lain: mencintai dan menyayangi orang

tua lebih dari kerabat lainnya, khidmat atau serius saat berkomunikasi

______________
51
Shalaeh Ahmad Asy-Syami, Berakhlak dan Beradap Mulia…, h. 39.
33

dengan orang tua, menggunakan bahasa yang lembut, rendah hati,

berbuat sebaik mungkin, dan mendo’akan keduanya jika sudah tiada.

c) Akhlak kepada diri sendiri, yaitu: menjaga kesucianndiri, menutupi aurat

(sebagian badan yang tidak boleh terlihat, sesuai syariat danaakhlak

Islam), benar dan jujur baik perkataan ataupun perbuatan, punya rasa

malu Ketika melakukan perbuatan munkar, menanamkan sifat ikhlas,

rendah hati, sabar, berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain, serta

menjauhi diri dari sifat dengki dan dendam dan menjauhi segala

pembicaraan ataupun tindakan yang tidak berguna, dan lain-lain.52

d) Akhlak kepada karib, keluarga, tetangga dan masyarakat, yakni: saling

menyayangi, menghormati pendapat, hidup rukun, saling tolong

menolog, menunaikan kewajiban, berbakti, senang beri-memberi, dan

menghindari masalah yang menimbulkan permusuhan.53

2) Adapun akhlak kepada selain manusia yaitu akhlak kepada lingkungan, baik

itu kepada alam sekitar, tumbuhan, binatang dan lai-lainnya.54 Di antara

akhlaknya yaitu:

a) Sadar menjaga dan melestarikan alam lingkungan,

b) Memanfaatkan alam lingkungan dengan baik, seperti mengelola dan

mengkaji tentang kebesaran nikmat yang telah Allah SWT berikan.

______________
52
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 1998), h.
352-359.
53
M. Daud Ali, Pendidikan Agama Islam…, h .357.
54
Shalaeh Ahmad Asy-Syami, Berakhlak dan Beradap Mulia…, h. 39.
34

Menjaga kelestarian Fauna, flora, bahan hewani, nabati, dan lainnya.

semua itu Allah SWT ciptakan dengan sengaja demi kepentingan dan

kebutuhan manusia.

c) Menyayangi makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT.

4. Macam-Macam Contoh Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah merupakan akhlak baik,55 maka contoh akhlak

mahmudah merupakan kebenaran praktik akhlak baik yang seharusnya diterapkan.

Sebelum menjelaskan langkah-langkah dalam membina akhlak, maka sebelumnya

penulis akan terlebih dahulu menjelaskan contoh akhlak yang penulis maksud

dalam kajian ilmiah ini, di antara contoh akhlaknya adalah:

a. Contoh akhlak terhadap Allah SWT dan Rasul Nya seperti akhlak dalam

melaksanakan ibadah shalat wajib, shalat sunah, puasa, Tahsin al-Qur’an,

Tahfidz al-Qur’an, shalawat, dan lain sebagainya.

b. Contoh akhlak kepada orang tua adalah patuh, menghormati, menyayangi

dan senantiasa medo’akan keduanya.

c. Contoh akhlak kepada ustadzah (guru) seperti menghormati, menaati, patuh,

meneladani perilaku baik yang diajarkan, dan tidak melakukan semena-

mena atau membuatnya marah.

d. Akhlak kepada diri sendiri yakni akhlak dalam berpakaian, akhlak makan,

tidur, disiplin waktu, bersyukur, dan lain sebagainya.

______________
55
Aminuddin, dkk, Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 96.
35

e. Akhlak kepada lingkungan, yaitu mencintai dan menjaga segala aspek yang

ada dalam lingkungan hidup.

f. Akhlak sesama manusia yaitu akhlak mulia dalam bertetangga, berteman,

dan lain sebagainya.56

5. Langkah-Langkah dalam Membina Akhlak

Kata dasar membina ialah bina, dimulai dengan me- yang maksudnya

bertindak (metode). Jadi, membina berarti kegiatan yang dilaksanakan oleh

individu terhadap suatu tanggungjawabnya secara efisien dan efektif untuk

memperoleh tujuan dan hasil lebih baik. Membina dan akhlak pasti memiliki

hubungan, yanggmana akhlak ialah budippekerti berupa karakteristik dari sebuah

bentukan akal dan perilaku seseorang yang menjadikanya terlihat perfect. Ciri

karakteristik tersebut membentuk sebuah psikologis individu yang dilatih terus

menerus hingga terbiasa dan sesuai antara karakter, perilakunya dengan

lingkungannya dan pada akhirnya membentuk sebuah keterbiasaan perilaku baik

tanpa berfikir.

Ibnu Maskawih, yang dikutip oleh Nasharuddin, mendefinisikan akhlak

sebagai “suatu bentuk atau keadaan jiwa individu orang yang menggerakkan

seseorang tersebut untuk berperilaku dengan senanghhati tanpa berencana ataupun

berfikir”.57Sedangkan menurut Ali Mas’ud dalam kutipannya yang mengambil dari

kata-kata Ahmad Amin, beliau menjelaskan yang dimaksud akhlak ialah

______________
56
Shalaeh Ahmad Asy-Syami, Berakhlak dan Beradap Mulia…, h. 38.
57
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015), h. 207.
36

“membiasakannkehendak, artinya ialah membiasakan kehendakkjiwa manusia

yang menjadikan tindakan dengan lebih mudah, karena kebiasaan merupakan

tindakan tanpa melakukan pertimbangan sebelumnya.”58

Mengenai sejumlah pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa

pembinaan akhlak ialah upaya yang dikerjakan oleh seorang penanggung jawab

(pembimbing) dengan membiasakan/mendorong jiwa manusia dari sikap yang

kurang baik kepada sikap-sikap baik yang diharapkan sesuai syari’at. Adapun

langkah-langkah dalam membina akhlak yaitu:

a. Membina dengan memberi contoh (teladan). Membina dengan memberi contoh

adalah membina dengan menjadikan panutan sebagai faktor yang sangat

penting dalam mempengaruhi kualitas baik dan buruknya peserta didik.

Sebagaimana dijelaskan oleh MuhammaddBinnIbrahim, yang bunyinya

“pendidikannitu besarrmenurut pandangan peserta didiknya, apa yang mereka

lihat dari pendidiknya pasti ditirunya, karena peserta didik akan meneladani

dan meniru yang mereka lihat dariggurunya.59

b. Membina dengan...nasihat. Disebutkan dalammtafsir al-manar, yang

dikutippoleh AbdurrahmannAn-Nahlawi bahwa membina dengan nasihat

memiliki beberapa konsep yang penting, yakni: memberi nasihat dalam bentuk

penjelasan tentang kebenaran dan manfaat sesuatu, dengan maksud tujuan

______________
58
Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, (Sidoarjo: CV. Dwiputra Pustaka Jaya Anggota Ikapi,
2012), h. 2.
59
Muhammad Bin Ibrahim Al-Hamd, Maal Muaallimin, Penerjemah Ahmat Syaikhu,
(Jakarta: Darul Haq, 2002), h. 27.
37

supaya orang yang dinasihati meninggalkan maksiat. Penasehat harus memberi

uraian nasihat yang mampu membangkitkan perasaan, contohnya adalah

nasihat tentang berbuat baiklah karena mengingat kematian dan amalan di hari

akhir. Jadi, dampak dari sebuah harapan yang ingin dicapai melalui metode

membina dengan nasihat adalah agar menghasilkan tekad atau selalu menyertai

pemikiran ilahi saat ingin bertindak salah, serta dapat membentuk budi pekerti

yang selalu kokoh pada kelompok yang benar dan beriman60.

c. Membina dengan membiasakan, mengembangkan kebiasaan yang baik dan

disiplin setiap hari merupakan faktor pendukung yang paling efektif dalam

pendidikan.

d. Membina dengan penghargaan dan hukuman sesuai dengan hukum syari’at.

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, Islam mengajarkan bahwa ada berbagai cara

mendidik anak, termasuk Ketika memberi hukuman. Hukuman di sini

maksudnya ialah hukuman ringan yang sekedar membuat seseorang kembali

sadar bahwa yang ia perbuat adalah salah dan melanggar syari’at, di antaranya

dengan:

1) Bersikap dengan lemahhlembut, itu merupakan suatu yang pokok ketika

memperlakukan peserta didik (anak),

2) Melihat perilaku anak yanggmelakukan penyimpangan ketika memberikan

hukuman,

______________
60
Abdurrahman An-Nahlawai, Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fii Baiti Wal
Madrasati Wal Mujtama Penerjemah Shihabuddin, (Jakarta : Gema Insani, 1996), h. 289.
38

3) Memberikan hukuman dengan cara bertahap.61 Dengan artian memberi

hukuman mulai dari tahapan yang palinggringan terlebih dahulu, contohnya

memberi peringatan ancaman yang terdapat dalamnal-quran yakni ancaman

bahwa hal tersebut perbuatan yang tak diridhai olah Allah SWT.,

selanjutnya ancaman bahwa Allah SWT murka Terhadap hal tersebut, dan

yang terakhir, diancam bahwa diperangiooleh Allah SWT dan Rasul Nya

dengan mendapat hukuman dunia dan akhirat.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Sebelum membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan


akhlak, maka untuk mempermudah pemahaman dalam membaca, penulis akan
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak terlebih dahulu sebagai
faktor untuk melihat permasalahan sebelum pembentukan akhlak.

1. Faktor yang Mempengaruhi Akhlak

Membahas tentang akhlak, sudah semestinya semua manusia terlahir dalam

keadaan yang fitrah (layaknya seperti lembaran kertas putih yang masih bersih

belum terkena noda apapun, ia belum mengenal apapun). Kemudian manusia

dibimbing dengan diberi pengetahuan untuk mengenali dan memahami fitrahnya,

agar tindakan dan gerak tingkah laku yang ada bisa sejalan dengan fitrah dirinya

tersebut. Ketika dilahirkan dasar perilaku manusia adalah baik, namun untuk

selanjutnya itu tergantung lagi kepada orang tua yang mendidik, memelihara serta

memberi Pendidikan untuk anaknya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

______________
61
Ulwan Abdullah Nashih, Pendidikan Anak dalam Islam, (Diterjemahkan Ayit Irpani),
(Depok: Fatahan Prima Media, 2016), h. 690-692.
39

ٍ ُ‫ﻮل ا ﱠِ ﺻﻠﱠﻰ ا ﱠ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﻣﺎ ِﻣﻦ ﻣﻮﻟ‬


‫ﻮد إِﱠﻻ ﻳُﻮﻟَ ُﺪ‬ ُ ‫ﺎل َر ُﺳ‬ َ َ‫ﻮل ﻗ‬ ُ ‫َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ أَﻧﱠﻪُ َﻛﺎ َن ﻳـَ ُﻘ‬
َْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
‫ﺼَﺮاﻧِِﻪ َوﳝَُ ِّﺠ َﺴﺎﻧِِﻪ) رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري( ا‬
ِ ِِ ِ
ّ َ‫َﻋﻠَﻰ اﻟْﻔﻄَْﺮةِ ﻓَﺄَﺑـَ َﻮاﻩُ ﻳـُ َﻬ ِّﻮَداﻧﻪ َوﻳـُﻨ‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW, bersabda: setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang
(kemudian) menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi.”(HR.
Bukhari).62
Berdasarkan hadits di atas, keshalehan seorang anak tergantung pada amal-

amal yang diperbuat oleh orang tuanya, karena anak-anak akan belajar dengan cepat

dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan setiap harinya.63 Konsep yang harus

dikembangkan dalam proses pembinaan manusia adalah bagaimana akhlak yang

mulia itu dapat dijabarkan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Aktivitas-aktivitas

tersebut antara lain berinduk pada adanya hikmah (bijaksana), baik dalam perkataan

ataupun perbuatan (action). Syaja'ah (berani) dan ‘iffah (menjaga diri dari

pekerjaan maksiat) merupakan aktivitas lain yang harus tertanam dalam diri

manusia.64

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Rahmat

Djatnika yang ditulis dalam buku “Sistem Etika Islam”, yakni faktor asal dari

dirinya dan faktor dari luar dirinya. Faktor dari dalam di antaranya adalah adat,

keinginan, insting, kepercayaan, hati nurani, dan hawa nafsu, sedangkan faktor dari

luar diri yaitu pergaulan, lingkungan, keluarga, keturunan, sekolah, pemimpin, atau

______________
62
Imam Bukhary, Shahih Bukhari, Juz 1, (Mesir: Darul Watathabil Asy-Sya'bi, t.t), h. 20.

63
Abu Abdullah Mushthafa ibn al-ʻAdawy, Fikih Pendidikan Anak: Membentuk Kesalehan
Akhlak Sejak Dini, (Jakarta: Qisthi Press, 2006), h.19-20.

64
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 43.
40

pengusaha.65 Muncul dari sikap adil seseorang yang secara rohaniah memiliki

potensi aktif untuk melakukan hal-hal yang berguna dan bermanfaat untuk dirinya

sendiri dan orang lain di sekitarnya.

Persoalan yang muncul dalam pengembangan konsep pendidikan akhlak itu,

bukan hanya terkait dengan masalah norma akhlak yang bagaimana yang akan

diajarkan, tetapi lebih penting dari itu bagaimana mengembangkan subyek didik

untuk bertindak secara etis. Pertanyaan ini dirasa penting mengingat bahwa orang

sudah mengetahui suatu norma akhlak tidak secara otomatis dapat bertindak sesuai

dengan norma akhlak yang telah diketahuinya. Banyak orang, bahkan tokoh santri

yang dipandang telah memiliki pengetahuan memadai tentang nilai-nilai akhlak dan

agama, sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi ia masih

melakukan perbuatan perbuatan yang ia sendiri telah menyadari bahwa

perbuatannya itu buruk. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang nilai akhlak jelas

bukan satu-satunya faktor yang membuat seseorang itu dapat bertindak secara etis.

Dari beberapa pendapat tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi akhlak, yaitu:

a. Faktor internal (dari dalam) yakni potensi rohaniah hati, fisik dan intelektual

bawaan sejak dari lahir.

b. Faktor eksternal (dari luar), yakni pengaruh yang dibawakan dari

lingkungan keluarganya, pendidikan-pendidikannya, masyarakat dan

pendidikan yang sedang diberikan. Jika pendidikan yang diberikan baik,

______________
65
Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h. 73.
41

maka akan baik pula yang mempengaruhi anak tersebut begitu pula

sebaliknya,

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Pada dasarnya ada dua faktor juga yang dapat mempengaruhi pembentukan

akhlak, sama halnya seperti faktor yang mempengaruhi akhlak, yaitu internal dan

eksternal, maka untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan, yaitu:

a. Internal

Faktor yang timbul dari dalam diri seseorang itu sendiri. Adapun salah-satu

faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang yaitu motivasi. Motivasi merupakan

faktor psikis bersifat non-intelektual yang memberikan gairah dalam diri seseorang.

Senada dengan pernyataan Sardiman menyatakan beberapa hambatan anak tidak

melaksanakan akhlak baik yaitu: Motivasi dan pemahaman. Jadi yang berkaitan

dengan motivasi adalah dorongan yang bersal dari diri seseorang. Individu akan

lebih semangat berbuat kebaikan jika memiliki motivasi yang tinggi.66

Selain motivasi dan kesadaran diri, maka ada faktor internal yang lain

seperti bakat pada masing-masing individu. Secara umum bakat (attitude) adalah

komponen potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai kesuksesan pada

masa yang akan datang. Kecerdasan merupakan bagian internal yang dimiliki

peserta didik. 67Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor internal

______________
66
Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta, PT. Rajagrafindo, 2011), h.
34.
67
Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar…, h. 34.
42

yang mempengaruhi peserta didik dalam melaksanakan akhlak mahmudah adalah

psikis (motivasi, bakat, kecerdasan) dan fisik (kesehatan jasmani).

b. Eksternal

Faktor yang merupakan faktor yang muncul dari luar individu tersebut.68

Lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap prilaku

seseorang, apabila lingkungan tersebut adalah lingkungan yang baik maka

sesungguhnya itu telah mengajarkan kepada seseorang itu tentang perilaku baik

juga (positif). Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar peserta

didik. Misalnya dalam pembinaan akhlak, keluarga sangat berperan memberikan

motivasi sebab keluarga merupakan lingkungan yang pertama. Sebaik apapun yang

individu dapatkan di lingkungan pendidikannya, jika buruk di lingkungan keluarga,

maka hal itu dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sebaliknya sebaik apapun

orang tua melakukan proteksi kepada anak mereka tetapi lingkungan sekolah dan

sosial tidak mendukung maka hal itu juga dapat membentuk perilaku buruk santri.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan akhlak sebagai berikut: 69

a. Meluaskan lingkungan pikiran, yang telah dinyatakan oleh “Herbert Spencer”

akan kepentingannya yang besar untuk meninggikan moral. Sungguh, pikiran

yang sempit itu sumber beberapa keburukan, dan akal yang kacau balau tidak

dapat membuahkan moral yang tinggi. Melihat takutnya beberapa orang

disebabkan karena kurafat yang memenuhi otak mereka dan banyak dari suku

______________
68
Muhammad Arif, Esensi Pendidikan Islam; Memahami Akhlak Sebagai Esensi
Pendidikan Islam, (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus, 2011), h. 109.
69
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 63-66.
43

bangsa yang biadab berkeyakinan bahwa keadilan itu hanya diwajibkan

terhadap orang-orang suku mereka. Adapun kepada lainnya tidak dikata zalim

bila merampas harta mereka atau mengalirkan darah mereka. Lingkungan

pikiran itu bila sempit menimbulkan akhlak yang rendah.

b. Berkawan dengan orang yang terpilih, sebagian dari yang dapat mendidik

akhlak adalah berkawan dengan orang yang terpilih, karena manusia itu suka

mencontoh, seperti mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka,

juga mencontoh dalam perbuatan mereka dan berperangai dengan moral

mereka. Sebab memilih kawan atau beberapa kawan yang mempengaruhi

mereka dengan pengaruh yang baik dan membangunkan jiwa mereka yang

dahulu lemah.

c. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berpikiran luar

biasa sungguh perjalanan hidup mereka tergambar dihadapan pembaca dan

memberi semangat untuk mencontoh dan mengambil tauladan dari mereka.

Sesuatu bangsa tidak sepi dari pahlawan, yang jika dibaca tentu akan

menimbulkan ruh yang baharu yang dapat menggerakkan jiwa untuk

mendatangkan perbuatan yang besar. Banyak orang yang terdorong

mengerjakan perbuatan yang besar. Karena membaca hikayatnya orang besar

atau kejadian orang besar yang diceritakan. Adapun yang berhubungan

semacam ini ialah perumpamaan dan hikmah kiasan.

d. Dalam memberi dorongan kepada pendidikan akhlak ialah supaya orang

mewajibkan dirinya melakuakan perbuatan baik bagi sesamanya, yang selalu


44

diperhatikan olehnya dan dijadikan tujuan yang harus diperbuatnya sehingga

berhasil.

e. Apa yang kita tuturkan di dalam “kebiasaan” tentang menekan jiwa melakukan

perbuatan yang tidak ada maksud kecuali menundukkan jiwa. Dan setiap hari

menderma dengan perbuatan yang bermaksud untuk membiasakan jiwa agar

taat, dan memelihara kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan

ditolak ajakan buruk.

Faktor sekolah dan lingkungan merupakan faktor yang sering mewarnai

perilaku anak remaja, yang mana perubahan-perubahan remaja baik fisik maupun

non fisik mampu merubah segala tampilan, yang mana seharusnya baik menjadi

tidak baik dan lepas dari kontrol keagamaan yang baik. Sedangkan pendapat dari

H. M Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengemukakan faktor yang

dapat mempengaruhi akhlak anak yakni:70 Faktor dari dalam yaitu faktor hati dan

intelektual yang telah ada sejak lahir, dan faktor dari luar yakni faktor dari tokoh-

tokoh dan pendidikan, orang tua, serta kerja samanya antara ketiga lembaga

tersebut, maka faktor-faktor dari pengalaman dan pengetahuan ajaran yang

mempengaruhi akan membentuk pada diri seseorang. Itulah yang pada akhirnya

dikenal sebagai manusia sebenarnya.

Dari beberapa definisi dan faktor tersebut penulis dapat menyimpulkan,

faktor-faktor yang memepengaruhi pembentukan akhlak adalah dikarenakan dua

faktor yang berpengaruh, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal

______________
70
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 45.
45

merukan faktor yang dibentuk dari diri seseorang itu sendiri dan dengan dorongan

dalam dirinya, seperti dengan motivasi, bakat, kecerdasan dan kesehatan jasmani.

Sedangkan faktor eksternal, ialah faktor dukungan dari luar diri santriwati itu

sendiri, seperti faktor yang didukung dari lingkungan yang baik.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan terprogram serta sistematis, perlu untuk

mengidentifikasi metode yang tepat untuk memperoleh dan memproses dataayang

diperlukan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif di

mana peneliti menggambarkan data berupa hasil teoritis yang ditetapkan dari data

yang diperoleh di lapangan. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, kegiatan sosial, sikap,

keyakinan, pendapat, pemikiran individu atau kelompok. 71.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Taylor dalam buku

Lexy J Moleong, mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif, secara tertulis atau lisan, dari perilaku orang

yang diamati oleh peneliti di lokasi penelitian.72 jenis penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan ini digunakan untuk

memperoleh data di lapangan secara langsung sehingga data yang diperoleh lebih

akurat dan objektif. Penelitian ini merupakan studi lapangan yang dilakukan penulis

dengan langsung mendatangi lokasi penelitian yaitu Dayah Madrasah Ulumul

Quran di Pagar Air Aceh, untuk mencari dan mengumpulkan data yang

______________
71
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 60.
72
Lexy J Moleong, Metodologi, Penelitian Kulaitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 4.

46
47

berhubungan dengan judul tersebut. Survei lapangan ini digunakan untuk

memperoleh data lapangan secara langsung, sehingga data yang diperoleh lebih

akurat.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an

Pagar Air Aceh, jalan Rel Kereta Api Lama, Bineh Blang, Kemukiman Ajee, Pagar

Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, dengan penjelasan yang lebih

tepatnya, yaitu:

a. Sebelah selatan berbatasan dengan kantor UPTD dinas daya Aceh,

b. Sebelah utara berbatasan dengan komplek perumnas meunasah krueng,

c. Sebelah barat berbatasan dengan persawahan Gampong bineh Blang

lembaga pemasyarakatan (lapas) kelas 2A, dan

d. Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk gampong bineh

blang.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ialah setiap orang dalam situasi sosial yang didefinisikan

sebagai informasi yang diteliti atau dikenal sebagai informen.73 Subjek penelitian

ini yaitu musyrifah dan santriwati, dan bertujuan untuk mengetahui peranan

musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an

______________
73
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group,
2013), h. 89.
48

Pagar Air Aceh. Subjek penelitian diberi nama tersebut karena dilakukan berpusat

pada sudut pandang orang yang diteliti, baik orang yang ditugaskan maupun orang

yang diminta untuk memberikan informasi, dilakukan secara bergilir sehingga

datanya berkembang dan meluas pada suatu titik. Kejenuhan, artinya data tidak lagi

dikumpulkan untuk menjawab dan mendukung kebutuhan penelitian. Subjek yang

dibutuhkan yakni orang, kelompok, atau pemberi informasi yang berkompeten dan

relevan atau mempunyai hubungan dekat dengan penelitian ini.

D. Sumber Data

Sumber data adalah asal dimana data tersebut dapat diperoleh.74Sedangkan

sumber data utama yang akan ada dalam penelitian ini yaitu Musyrifah di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh, dengan menggunakan wawancara

mendalam. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari narasumber melalui wawancara

langsung dengan narasumber. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat

dari catatan, buku, laporan pemerintah, dan sebagainya. Menurut Suharsimi

Arikunto data sekunder adalah sumber bahan kajian yang digambarkan bukan orang

yang ikut mengalami atau yang hadir waktu kejadian berlangsung.75 Data ini tidak

perlu diolah lagi langsung memberikan data pada pengumpul data.

1. Sumber data primer, data utama/pokok yang dibutuhkan penulis untuk

penelitian ini, yakni Musyrifah dan Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul

______________
74
Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka. Setia, 1988),
h. 122.
75
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek…, h. 64.
49

Quran Pagar Air. Dalam penelitiain ini data primer diperoleh melalui

wawancara mendalam yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan kepada

musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh yang

sistematis dengan tujuan mendapatkan data mengenai peranan musyrifah

dalam membina akhlak santriwati di Dayah tersebut.

2. Sumber data sekunder, data pelengkap, dalam penelitian ini data sekunder

diperoleh dari keterangan atau fakta secara tidak langsung, mulai studi

pustaka, literatur, karya ilmiah dan sumber tertulis lainya yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Serta kegiatan-kegiatan santriwati yang

dimuat dalam sebuah dokumen.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang dipilih serta digunakan

penulis agar penelitian menjadi sestematis dan mudah. Alat yang dipilih ini juga

digunakan untuk merekam penelitian pada umumnya, baik secara kualitatif atau

pun secara kuantitatif.76 senada dengan itu teknik pengumpulan data, instrument

penelitian juga diartikan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Adapun

instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi dan lembar pertanyaan

wawancara penulis yang memuat beberapa butir pertanyaan terkait objek yang

diteliti dan telaah dokumentasi tentang Peranan Musyrifah dalam Membina Akhlak

Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

______________
76
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 52.
50

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara atau metode yang dilakukan oleh

seorang peneliti untuk dapat mengumpulkan data dan informasi yang nantinya akan

berguna sebagai fakta pendukung dalam memaparkn penelitiannya. Teknik

pengumpulan data penelitian berkaitan dengan bagaimana peneliti mengumpulkan

data serta siapa hendak siteliti.77 Adapun dalam penelitian ini, yaitu menggunakan

teknik pengumpulan data dengan cara mengobservasi, mewawancarai dan

dokumentasi. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam, wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan sesi tanya jawab langsung dengan narasumber. Wawancara

dilakukan melalui percakapan langsung dengan informan yang bekerja

sebagai musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air. Bertujuan

untuk lebih memperhatikan data yang dibutuhkan, wawancara yang

dilakukan secara terstruktur, yaitu menyusun beberapa pertanyaan sesuai

dengan data yang dibutuhkan, mengacu pada hal-hal yang terkait dengan hasil

yang ingin dicapai dalam penelitian ini, guna memperoleh informasi yang

sesuai dan akurat tentang peranan musyrifah dalam membina akhlak

santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Quran Pagar Air Aceh.

2. Observasi Partisipan, observasi adalah teknik pengumpulan data secara

langsung dengan melakukan pengamatan yang dekat dengan sekelompok

______________
77
Agustinus, Penelitian Kualitatif Metodologi, Desain, dan Teknik Analisis Data, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2016), h. 85.
51

orang/masyarakat beserta kebiasaan merekadengan cara melibatkan diri

sendiri secara intensif kepada lingkungan tersebut dalam waktu yang Panjang,

untuk mendapatkan pemahaman. Observasi sangat diperlukan dalam

penelitian karena memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang masalah

dan pedoman bagaimana menyelesaikannya. Observasi dilakukan di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air, sebuah pondok pesantren, yang

menerapkan pembinaan akhlak santriwati melalui program harian yang

dilaksanakan oleh musyrifah.

3. Dokumentasi, dokumentasi adalah teknik pengumpulan data informasi

dengan cara mengumpulkan data berupa catatan, buku, majalah, foto, dll yang

berkaitan dengan penelitian, dan pada dasarnya, pendekatan terdokumentasi

adalah metode yang digunakan untuk melacak data historis78. sehingga,

peneliti perlu mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen yang relevan

dengan penelitian ini. Data dokumen ini antara lain meliputi perencanaan,

struktur, pelaksanaan, tanggungjawab dan peranan musyrifah terhadap

pembinaan akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

Aceh.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini merupakan suatu proses pengolahan data menjadi

informasi baru. Fungsinya yaitu agar karakteristik data mudah dimengerti sebagai

suatu solusi. Hasil penelitian yang didapatkan nantinya haruslah melalui proses

______________
78
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.
123.
52

analisis data sebelum dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan absahannya.79

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis

yaitu suatu metode yang tertujuan pada pemecahan masalah yang ada pada

pengelompokan data untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh dari hasil

observasi dan wawancara dianalisis menggunakan tiga tahapan yang harus

diselesaikan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi (Reduction) Data

Reduksi ialah pengurangan, yakni maksud di sini berarti merangkum,

memilih hal-hal yang utama, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari

tema dan pola, dan membuang hal-hal yang tidak penting. Oleh karena itu, data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah pengumpulan data selanjutnya bagi peneliti80. Dalam konteks

sosial, peneliti yang mereduksi data akan fokus pada ustadzah musyrifah dan

santriwatinya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara penulis dengan musyrifah

mengenai peranan musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah Madrasah

Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

2. Penyajian (Display) Data

Setelah mereduksi data, tahap berikutnya yaitu menyajikan data, seperti

kegiatan menghasilkan hasil penelitian atau menyusun data secara sistematis dan

______________
79
Haris.Herdiansyah, Metodologi, (Jakarta: Selemba.Humanika, 2012), h. 152.
80
Imam..Gunawan, Metode..Penelitian dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 210-
211.
53

mudah diakses, sehingga memberikan kemungkinan untuk menarik kesimpulan.

Menyajikan data yang dirancang untuk dimengerti dan dikaji seperti tujuan yang

dimaksudkan. Penyajian atau mendisplay data, dilakukan agar mudah melihat apa

yang terjadi dan dapat merencanakan rencana selanjutnya berdasarkan apa yang

sudah anda ketahui, dalam pelaksanaannya tidak semudah ilustrasi, karena

fenomena sosial, dengan perkembangan (perubahan) zaman, perubahan

lingkungan, dan perubahan peraturan, memasuki bidang ini, dan hanya setelah

beberapa waktu ditemukan. Pengembangan data akan dialami di bidang ini.

Sehingga peneliti harus siaga terjun ke lapangan guna mengkaji untuk penyajian

penelitian dalam tempo secepatnya, tentang peranan musyrifah dalam membina

akhlak santiwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh.

3. Penarikan.Kesimpulan

Bagian ketiga dari menganalisis data menurut Miles yaitu kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan yaitu jika pertama yang disajikan masih sifatnya tentatif

(belum pasti/masih dapat berubah) dan bisa berubah jika tidak didapatkan bukti

yang kuat supaya mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya. Teknik

pengumpulan data dibuat menggunakan pengamatan serta seleksi tanya jawab

melalui pertanyaan kontras. Data tersebut diperoleh dari pengamatan dan hasil

wawancara penulis dengan musyrifah. Banyak teknik pengumpulan data dari

berbagai pihak yang tidak terbatas dan perbedaan pendapat di setiap bidang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air

Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air, merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang ada di Aceh yang mempunyai program khusus bidang Tahfidzul

Qur’an dibarengi dengan pendidikan klasikal (Sekolahan) tingkat Tsanawiyah dan

tingkat Aliyah. antara kedua sistem ini yaitu pendidikan umum dan dayah

merupakan ciri khas lembaga Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh.

Pendidikan klasikal (sekolahan) yang bertujuan agar para santri di samping mereka

harus mampu menghafal al-Qur’an 30 Juz, juga untuk mendapatkan akreditasi studi

lebih lanjut untuk belajar keberbagai lembaga pendidikan tinggi baik di dalam

maupun di luar negeri.81

Lembaga Tahfidzul Qur'an ini berdiri dari tahun 1989 di bawah naungan

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) di gedung LPTQ Geuceu Kota

Banda Aceh oleh Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan, MBA (Gubernur Aceh pada saat itu).

Sejarah pesantren Tahfidz ini dibentuk pertama kali di Aceh yaitu di karenakan

semakin langkanya orang-orang yang mampu menghafal al-Qur'an 30 Juz,

sedangkan tantangan dan kebutuhan akan Hafizh dan Hafizhah semakin tinggi

sesuai dengan penerapan syari'at Islam di Aceh, serta ingin mengembalikan masa

______________
81
Tim Penulis, Profile Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, (Banda Aceh,
2011), h. 9.

54
55

kejayaan Islam di Aceh seperti pada zaman Sultan Iskandar Muda memerintah abad

ke-16 Masehi, dimana Aceh merupakan 5 kerajaan Islam terbesar di dunia dan

pernah memiliki banyak para Hafizh dan Hafizhah 30 Juz, maka didirikanlah

sebuah lembaga Tahfidzul Qur'an yang di bernama dengan sebutan “Pendidikan

Tahfidzul Qur'an (PTQ)” dibawah binaan LPTQ Provinsi Daerah Keistimewaan

Aceh. Gerakan itu pertama kali dimulai ketika guberner tersebut mengundang

sejumlah Hafizh/Hafizhah dan qari serta qariah al-Qur'an dari Jakarta untuk datang

ke Aceh. Salah satunya, Haji Muammar ZA, qari berprestasi nasional maupun

internasional selama tiga bulan di Banda Aceh, dari inisiatif Ibrahim Hassan itulah,

cikal bakal pertama Pesantren Madrasah Ulumul Qur’an resmi berdiri di Aceh,

tahun 1989. Pada saat ini Dayah (pesantren) tersebut adalah lembaga Tahfidz al-

Qur’an yang Tertua di Aceh.

Pada tahun 1991 Pendidikan Tahfidzul Qur’an ini berubah menjadi

Madrasah Ulumul Qur’an Banda Aceh bersamaan dengan lahirnya pendidikan

Klasikal (Sekolahan) Madrasah Tsanawiyah Ulumul Qur’an dan dilanjutkan

dengan Madrasah Aliyah Ulumul Qur’an, untuk mendukung eksistensi Dayah

Ulumul Qur’an. Pada Tahun 1998 dibentuklan “Yayasan Pendidikan Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Banda Aceh” maka sejak itulah secara resmi seluruh

aktivitas Dayah Madrasah Ulumul Qur’an bertempat di Desa Bineh Blang

Kemukiman Pagar Air Kabupaten Aceh Besar. Tahun 2019 sampai dengan

sekarang Pembubaran Yayasan Dayah/Madrasah Ulumul Qur’an dan penyerahan


56

aset ke Pemerinta Aceh menjadi Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air

Aceh.82

2. Visi dan Misi Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

Visi dan misi merupakan gairah atau gambaran dari perencanaan yang ingin

dicapai oleh suatu organisasi,83 maka untuk mengetahui lebih detail tentang

keterkaitan keberadaan musyrifah dan visi dan misi Dayah Madrasah Ulumul

Qur’an Pagar Air Aceh maka penulis perlu menjelaskan sekilas visi dan misi

Dayah tersebut, yaitu: 84

a. Visi: “Terwujudnya para kader Hafizh dan Hafizhah yang unggul,

berprestasi dan berpengetahuan luas, untuk mengembalikan kejayaan Islam

di Aceh.”

b. Misi:

1) Melahirkan para kader ulama yang mampu menghafal al-Qur'an 30 juz.

2) Melahirkan para Hafizh dan Hafizhah yang berpendidikan luas di bidang

IMTAQ dan IPTEK serta mampu memahami isi kandungan al-Qur'an

dan Ilmu Agama.

3) Mendidik siswa yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketaqwaan,

ilmu yang kuat. Pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing secara

positif sesuai dengan nilai-nilai al-Qur’an dan sunnah Nabi.

______________
82
Tim Penulis, Profile Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air..., h. 10.
83
Harini Fajar Ningrum, Manajemen Strategik, (Bandung: Media Sains Indonesia, 2021),
h. 39-40.
84
Tim Penulis, Profile Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air..., h. 12.
57

4) Membina generasi untuk berprestasi, berkarakter, kreatif dan

bertanggungjawab sebagai calon pemimpin masa depan.

3. Maksud dan Tujuan Dayah madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

a. Mencetak generasi kader Ulama yang mampu menghafal al-Qur’an 30

Juz.

b. Melahirkan generasi Qur’ani.

c. Mencetak kader-kader Imam penghafal al-Qur’an85

4. Struktur Organisasi Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

Struktur organisasi ini sebagai pengetahuan untuk melihat posisi musyrifah

dalam struktur Dayah tersebut yang telah ditetapkan. Musyrifah di sini adalah

seorang “pengasuh sekalis pembina santriwati yang bertugas mengayomi,

membina, mendidik, dan membangun karakter anak-anak menjadi insan yang

qur’ani yang berakhlakul karimah.”86 Bentuk dari struktur Dayah tersebut adalah

sebagai berikut:

______________
85
Tim Penulis, Profile Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air..., h. 18.
86
Wawancara dengan Ustadzah Desy Amalia, (Anggota musyrifah di Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh), 11 Mei 2022.
58

Rais’Am
Drs. Sualip Khamsin

Bendahara Umum Ketua Tata Usaha


Anita, SE., M.Si Yusnelly, SE

Wakil Rais’Am I Wakil Rais’Am II


Muhammad Nasir, Lc Basthariah, S.Pd.I

Bidang Pengembangan Bidang Bakat Minat Bidang Dapur Bidang Perawatan


Kitab Turats dan Bahasa Santri Umum dan Gedung dan
Hanisullah, MA Muhammad Radhi, Pengembangan Kebersihan
M.Ag Ekonomi Dayah Ikhsan, A.Md
Rosdiana,S.Pd.I

Bidang Tahfidz dan takhasus


Zainuddin Arif, S.Pd Bidang Musyrif/ah
Rayyan A. Hadi, SHI

Ketua Musyrif Ketua Musyrifah


Ully Azra

Kepala Madrasah Anggota Musyrifah


Tsanawiyah - Jasriani Ainun
Nurul Birri, S.Ag., MA -Suci Akmalia
-Desy Amalia
-Nurmala Hayati
Kepala Madrasah
Aliyah
Djamaluddin Husta,
S.Pd., M.Si

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh
2021/2022

5. Program-Program Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

Progran pendidikan dalam sistem Dayah Madrasah Ulumul Quran Pagar Air

Aceh yang diintegrasikan dengan sistem pendidikan nasional mencakup seluruh

kegiatan santri yang berdomisili di asrama dan berdisiplin selama 24 jam penuh, di

bawah bimbingan Musyrif/Musyrifah dan ustadz/ustadzah Dayah tersebut.

Kurikulum Dayah Madrasah Ulumul Quran Pagar Air Aceh tidak terbatas pada
59

pelajaran di kelas, melainkan seluruh kegiatan di dalam dan luar kelas yang

merupakan proses pendidikan yang tidak terpisahkan. Sementara MTS-MA sebagai

mitra Dayah Madrasah Ulumul Quran Pagar Air dalam kegiatan belajar mengajar

di beberapa mata pelajaran umum. 87

B. Langka-langkah Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh

Peranan musyrifah ialah “mengayomi, mendidik, dan membangun karakter

anak-anak menjadi insan yang qur’ani yang berakhlakul karimah.”88Seorang

pendidik, Pengasuh dan pembimbing karakter tentu memiliki langkah-langkah

yang dilakukan untuk mencapai target sesuai tanggungjawabnya, dan untuk

mengetahui langkah-langkah musyrifah dalam membina akhlak santriwati, maka

penulis akan menjelaskan beberapa hasil wawancara yang telah dikutip menjadi

beberapa tahapan penting yang dilakukan Musyrifah dalam membina akhlak

Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qu’an Pagar Air, di antaranya:

1. Pendekatan

Langkah pertama yang dilakukan musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul

Qu’an Pagar Air dalam membina akhlak santriwati ialah melakukan pendekatan,

hal ini seperti yang telah disampaikan ketua musyrifah ustadzah Ully Azra:

Pertama kami (musyrifah) melakukan pendekatan, kemudian kami


(musyrifah) melihat anak-anak yang sering melakukan pelanggaran, di situ
kami melakukan pendekatan kepada mereka yang susah diatur, melakukan

______________
87
Tim Penulis, Profile Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air..., h. 8.
88
Wawancara dengan Ustadzah Desy Amalia…, 11 Mei 2022.
60

pendekatan seperti mengajak bicara (menasehati) tentang adab dan akhlak


kepada mereka.89
Dari penjelasan di atas, ustadzah musyrifah tersebut menjelaskan bahwa hal

yang pertama kali dilakukan kepada santriwati adalah pendekatan, pendekatan yang

dimaksud di sini adalah pendekatan sosial antara musyrifah dan santriwati, mereka

menjadikan santriwati sebagai adik apabila santriwati membutuhkan sesuatu, dan

menjadi penegur/penasehat apabila santriwati masih belum sempurna menerapkan

tindakan-tindakan saat menjalankan peraturan.

2. Nasehat dan sharing

Tahapan selanjutnya yang dilakukan Musyrifah dalam membina akhlak

Santriwati di Dayah Madarasah Ulumul Qur’an Pagar Air adalah menasehati

seluruh Santriwati dan memberi ilmu-ilmu pada jadwal-jadwal tertentu. Berbicara

mengenai nasehat dan sharing ilmu, itu merupakan pendidikan akhlak yang pokok

dalam kehidupan manusia. Menasehati manusia akan perbuatan salah yang ia

perbuat, merupakan Tindakan yang baik. Sebagai manusia yang tidak luput dari

kesalahan, sudah semestinya sebagai manusia kita mengandalkan pembicaraan

terlebih dahulu sebelum memberi tindakan kepada keputusan selanjutnya.

Berbicara ialah salah satu nikmat terbesar dari Allah SWT yang diberikan kepada

manusia. Sebab dengan berbicara manusia menjadi makhluk yang termulia

______________
89
Wawancara dengan Ustadzah Ully Azra, (ketua musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul
Qur’an Pagar Air Aceh), 18 Juni 2022.
61

dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.90 Berdasarkan hasil wawancara

dengan musyrifah Ully Azra, beliau menjelaskan:

Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, Alhamdulillah selalu


menerapkan Tausiyah mingguan yang diadakan di hari jum’at ba’da shalat
dzuhur. Selanjutnya dalam setiap minggu musyrifah juga mengadakan
sharing ilmu (berbagi ilmu) kepada anak-anak dalam setiap minggu sekali
pada waktu-waktu luang, biasanya malam, di situ kami menyampaikan
ilmu-ilmu adab, dan mengajarkan mereka tentang akhlak.91
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa program di Dayah

tersebut sudah menerapkan nasehat-nasehat serta motivasi yang diupayakan demi

berjalannya target pendidikan islami yang sesungguhnya. Hal tersebut juga

dijelaskan lagi secara terperinci oleh ustadzah Desi Amalia salah satu dari anggota

musyrifah, beliau menyatakan:

Untuk membiasakan santriwati berbicara baik, maka kita sebagai pengajar


dan pembina harus memberikan contoh sopan santun berbicara yang baik
dulu supaya mereka meniru prilaku ustadzahnya. Setiap kegiatan harian dan
tiap kali tausiyah jum’at kami pun selalu memberikan contoh serta
menasehati agar santriwati memahami serta mengamalkan cara berakhlak
yang baik di kehidupan sehari-hari ketika ada santriwati yang berbicara
kurang sopan maka kami akan memberikan teguran serta nasehat kepada
mereka agar tidak mengulangi perkataan buruk itu.”92
Berdasarkan hasil wawancara dapat kita pahami bahwa para pengurus yang

berada dalam lingkungan Dayah tersebut juga berupaya dengan juga dengan

menerapkan peraturan yang sama terhadap mereka, mencontohkan hal-hal yang

baik dan menasehati santriwati agar mengamalkan perilaku akhlak mahmudah

______________
90
Abdul Rahman, dkk, Konsep pendidikan akhlak, moral dan karakter dalam islam,
(Jakarta: Guepedia,2020), h. 83.
91
Wawancara dengan Ustadzah Desy Amalia…, 30 Juni 2022.
92
Wawancara dengan Ustadzah Desy Amalia…, 30 Juni 2022.
62

dalam kehidupan sehari-hari. Penulis juga mendapat hasil dari wawancara dengan

santriwati di Dayah tersebut yakni saudari S.H yang disaksikan oleh teman-

temannya A.S dan A.M ia menyatakan:

Waktu mengajar ustadzah selalu memberikan contoh serta nasehat kepada


kami agar kami memiliki akhlak yang baik, waktu kami dan teman-teman
ada berberbicara yang kurang baik, ustadzah pasti langsung tegur dan
nasehati kami supaya kami tidak mengulangi perkataan yang kurang baik
itu, ustadzah yang lain pun sama membiasakan kami agar mempunyai sopan
santun dalam berbicara, supaya kami jadi santriwati yang mempunyai
perilaku serta perkataan yang baik kepada teman atau pun orang yang lebih
tua dari kami.93
Menurut dari hasil wawancara dengan santriwati tersebut, dapat dipahami

bahwa ustadzah musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh

selalu membiasakan santriwatinya berbicara dan bertutur kata yang baik dalam

keseharian mereka ketika bergaul kepada sesama santriwati lainnya ataupun kepada

para ustadz maupun ustadzah. Jika ada santriwati yang berbicara kurang sopan

maka ustadzah mereka langsung menegur dan memberikan nasehat kepada

santriwati tersebut agar tidak mengulangi perkataan buruk itu.

3. Pembiasaan.

Pembiasaan dalam pndidikan akhlak merupakan sebuah metode yang sangat

penting terlebih terhadap anak-anak dalam proses mengenal dirinya, karena mereka

belum dapat menginsafi yang disebut buruk dan baik dalam artian Susila. Sehingga

mereka perlu melakukan pembiasaan-pembiasaan baik setiap hari dengan

perkataan, pola pikir, keterampilan, kecakapan dan tingkah laku tertentu.94

______________
93
Wawancara dengan “S.H”, (Santriwati kelas VII di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an
Pagar Air Aceh), 30 Juni 2022.
94
Ahmad Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.101.
63

Pembiasaan disiplin di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh dapat

dilihat dari tata tertib yang berlaku di Dayah tersebut, seperti datang tepat waktu,

mengerjakan tugas, mengikuti sholat dzuhur berjamaah, menggunakan seragam

busana muslim dan berpakaian rapi sesuai dengan ketentuan pesantren.95 Peraturan

di pesantren berlaku kepada seluruh yang menetap, baik itu santriwati, ustadzah,

maupun musyrifah tanpa pengecualian. Sehingga warga yang ada di Dayah bisa

saling menghargai, dan mendukung satu sama lain berkenaan dengan program yang

telah diterapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan musyrifah putri di Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, ustadzah Jasriani Ainun menyatakan:

Disiplin memang sangat penting bagi setiap orang yang ingin maju dan
berkembang dan itu harus dimunculkan dari kesadaran dalam diri kita
terlebih dahulu, akan tetapi masih ada saja santriwati yang kurang sadar
tentang kedisiplinan, dan yang saya perhatikan ada beberapa santriwati yang
masih kurang dalam kedisiplinan seperti terlambat datang, tidak
mengerjakan tugas piketnya, ataupun tidak ikut sholat dzuhur berjamaah.
Hal ini tentu saja menjadi tanggungjawab kita untuk mendidik santriwati
yang masih kurang dalam disiplinnya, yaitu berupa teguran atau hukuman.
Jika teguran dan nasehat belum mampu memberikan efek perubahan maka
kita berikan hukuman atau sanksi sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan.96
Dari hasil wawancara yang disampaikan anggota musyrifah tersebut dapat

dimengerti bahwa ustadzah-ustadzah tidak langsung memberi hukuman terhadap

santriwati yang melanggar di luar batas, namun mereka juga memberi teguran dan

nasehat tidak memberikan efek, maka mereka akan memberi sanksi yang sesuai

______________
Hasil observasi terhadap Santriwati, jam 12:00, tanggal 28 Juni 2022 di Dayah Madrasah
95

Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Pagar Air Aceh.


96
Wawancara dengan Ustadzah Jariani Ainun…, 30 Juni 2022.
64

dengan peraturan yang telah ditetapkan. Ketua dari musyrifah yakni ustadzah Ully

Azra kemudian juga menerangkan:

Kemudian kepada mereka yang sering melanggar kami juga akan


memberikan sanksi berupa hafal hadits, hafal ayat, atau tulis ayat, dan sanksi
sanksi yang masih mendidik, ini juga merupakan pembinaan kami terhadap
mereka (yang sering melakukan pelanggaran). Selanjutnya baru denda dan
sanksi yang berupa hukuman seperti membersihkan bagian-bagian asrama
yang kotor. Tapi jika pelanggaran yang dilakukan sudah terlalu sering sekali
atau pelanggaran berat, maka kami akan memanggil orang tua si anak yang
bersangkutan, untuk mengajak diskusi dengan orang tuanya perihal
perbuatan berat pelanggaran yang dilakukan (terus-menerus diulangi), kami
terus mencari cara untuk kebijakan kepada anak yang sering mengulangi
pelanggaran-pelanggaran. niatnya ini semata-mata untuk mendidik mereka,
agar menjadi santriwati yang memiliki perilaku yang baik.97
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, musyrifah menjelaskan tentang

hukuman dengan santriwati, ustadzah musyrifah telah berupaya memberikan

hukumam mendidik, namun bila pelanggaran tersebut terus diulangi dan berat maka

mereka menerapkan hukuman sesuai kebijakan peraturan semestinya. Selanjutnya

penulis juga mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan santriwati yang

bernama N.S yang disaksikan teman-temannya N.F.S dan H.M.I mereka

menyatakan:

“Pas (waktu) kami datang terlambat biasanya nama kami dicatat, setelah itu
nama-nama yang terlambat diumumkan, dipanggil semua waktu (ketika)
kumpul malamnya untuk dikasih (berikan) sanksi, yang telat beberapa jam
cuma (hanya) bayar denda, yang telat beberapa hari dinasehati dan disuruh
piket (membersihkan sesuatu)”98
Dari hasil wawancara diatas, disiplin dan taat aturan di Dayah Madrasah

Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh sudah diterapkan sejak lama dan disepakati oleh

______________
97
Wawancara dengan Ustadzah Ully Azra…, 18 Juni 2022.
98
Wawancara dengan “N.S”, (Santriwati kelas VII di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an
Pagar Air Aceh), 30 Juni 2022.
65

semua pihak pondok pesantren baik ustadz/ustadzah maupun para santri/santriwati.

Sanksi yang di berikan kepada santriwati yang melanggar peraturan tujuannya

adalah memberikan efek jera dan kesadaran, agar santriwati tersebut tidak

mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.

4. Keteladanan

Selanjutnya langkah yang juga dilakukan musyrifah Dayah Madrasah

Ulumul Qur’an Pagar Air dalam membina akhlak santriwati ialah memberi

keteladanan. Santriwati di Dayah madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh setiap

harinya menerapkan kehidupan yang sesuai dengan syari’at Islam, seperti shalat

tepat waktu ke mushalla berjama'ah, bertutur kata dan budi baik, memberi salam,

senyum dan sapa kepada sekitar, bangun dan makan tepat waktu, berpakaian islami

yang menutupi aurat dan sesuai dengan syari’at, bahkan menanamkan kegiatan-

kegiatan shalat sunnah seperti shalat tahajud yang rutin di mushalla.

Setiap harinya santriwati diharuskan melaksanakan kegiatan-kegiatan

sesuai syar'i tersebut, di dasarkan peraturan yang telah di tetapkan dan berlaku di

Dayah serta madrasah (sekolah), para musyrifah dan ustadzah selalu

mencontohkan peraturan-peraruran yang telah ditetapkan, baik cara berpakaian

yang sopan, tertutup dan rapi hingga penerapan shalat tahajud ke mushalla secara

berjama’ah. Namun, masih ada saja santriwati yang merubah penerapan peraturan

dalam kehidupannya, ada beberapa santriwati yang suka berbicara kasar, ada pula

yang sering telat, telat bangun telat shalat di mushalla, telat balek (kembali) waktu

(ketika) diberi izin pulang, ada pula model pakaian yang tidak sesuai dengan
66

peraturan yang berlaku, contohnya seperti santriwati yang tidak memakai ciput

(dalaman jelbab) dan tidak memakai kaos kaki, bahkan pelanggaran-pelanggaran

tersebut ada juga dilakukan oleh kakak leting mereka yang kelas tiga Aliyahnya.

Santriwati yang melanggar biasanya ditegur dan dinasehati, jika santriwati tidak

menurut maka santriwati itu akan kami berikan denda, jika masih berlanjut maka

akan diberi sanksi.99 Penulis juga mendapatkan hasil wawancara dengan santriwati

A.S dan K.M mereka menyatakan:

Jika ada yang melanggar peraturan, kami diberi hukuman sama ustadzah
musyrifah, apalagi sampai melanggar tidak memakai kaos kaki. Pertama
ditegur dulu, pas jum’at juga dinasehati lagi, tapi kalau sering-sering
melanggar akan dihukum (sanksi).100
Dari hasil wawancara serta observasi yang dilakukan penulis di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh diketahui bahwa pihak Dayah telah

melakukan pembiasaan kepada santriwati agar selalu memakai pakaian yang sopan,

rapi, pantas dan menutup aurat. Dayah pun mewajibkan santriwatinya untuk

mengikuti tata tertib yang berlaku di pesantren. Akan tetapi masih ada santriwati

yang mengubah model dan peraturan yang tidak sesuai dengan ketentuan tata tertib

di pesantren, dan sebelum mereka di beri sanksi karena melanggar, biasanya mereka

diberikan teguran terlebih dahulu.

______________
99
Hasil observasi terhadap Santriwati, jam 13:00, tanggal 28 Juni 2022 di Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Pagar Air Aceh.
100
Wawancara dengan “A.S dan K.M”, (Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an
Pagar Air Aceh), 01 Juli 2022.
67

5. Pengawasan

Stategi pengawasan merupakan sebuah langkah yang penting dilakukan

agar memungkinkan manusia terjaga dan tidak melakukan hal-hal yang tidak

diinginkan, karena manusia tidaklah sempurna.101 Dalam ajaran Islam pergaulan

antar sesama umat manusia dalam arti positif sangat dianjurkan dan bahkan tidak

dibatasi oleh etnis, agama dan ras. Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil

musrifah di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh ustadzah Jasriani

Ainun menyatakan:

Pergaulan santriwati di lingkungan Dayah menjadi tanggungjawab kami


untuk selalu mengawasi dengan siapa mereka berteman dan pertemanan
mereka itu apakah membawa kebaikan atau keburukan, tetapi ketika mereka
pulang kerumah kami pun tidak bisa mengawasinya lagi, akan tetapi jika
mereka ketahuan bergaul dengan teman mereka yang tidak baik di luar
pesantren dan tidak menggunakan pakaian yang menutup aurat ataupun
berpacaran maka kami pihak pondok pesantren memberikan teguran dan
nasehat dulu, tapi bagi santriwati yang ketahuan berpacaran maka pihak
pesantren akan memanggil orang tua mereka dengan memberikan nasihat
atau sanksi. Hal ini semata-mata untuk menjauhkan mereka dari perbuatan
zina102
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota musyrifah tersebut dapat

dipahami bahwa mereka senantiasa memberikan pengawasan terhadap santriwati

dan mereka berupaya mengontrol juga santriwati ketika sedang di luar Dayah.

Untuk mendapatkan bukti sesuai yang diharapkan maka penulis mewawancarai

______________
101
Suhartono, dkk, Pendidikan Akhlak dalam Islam, (Semarang, CV. Pilar Nusantara,
2019), h. 20.
102
Wawancara dengan Ustadzah Suci Akmalia, (Anggota Musyrifah Di Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh), 01 Juli 2022.
68

juga beberapa santriwati Dayah tersebut yakni saudari A.K yang disaksikan oleh

teman-temannya S.S, Z.A, H.S.N, dan N.H.Z ia menyatakan:

Waktu (ketika) ada yang ketahuan berpacaran di luar pesantren, ustadzah


musyrifah langsung membahasnya pas (ketika) tausiyah jum'at, tapi kalau
yang melanggar di dalam pesantren ustadzah langsung memanggil orang
tersebut. Kalau sama-sama santri di Dayah tersebut, maka akan diberi
hukuman di depan semua santriwati yang lain. Santriwati diberi hukuman
yang memperlihatkan kepada santriwati yang lain dengan tujuan untuk
menjadikan pelajaran atas tindakan yang tidak patut dicontoh tersebut, dan
sedangkan santriwan mendapat mendapat sanksi tersendiri dari ustadz
musyrifnya.”103Mereka semua menjelaskan bahwasanya benar apa yang
dilihat dan disampaikan oleh temannya itu.
Dari hasil wawancara di atas bahwasanya para pihak Dayah Madrasah

Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh selalu mengawasi pergaulan para santriwan dan

santriwatinya, baik di pesantren maupun di luar pesantren dengan bantuan

masyarakat sekitar mereka juga ikut andil dalam mengawasi pergaulan santriwati.

Semua peraturan yang ditetapkan semata mata untuk menjauhkan mereka dari

perbuatan dilarang dalam agama.

Dari uraian wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

langkah-langkah yang ditempuh musyrifah dalam membina akhlak santriwati di

Dayah Madrsah Ulumul Qur’an Pagar Air, antara lain:

1. Pendekatan, yaitu mengenal lebih dalam setiap santriwati dengan upaya

mengajak secara langsung terutama kepada santriwati yang dicurigakan kurang

dalam penerapan ilmu akhlaknya, yang mana pendekatan ini merupakan suatu

hal yang paling penting untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya. Dengan

______________
103
Wawancara dengan “A.K”, (Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air
Aceh), 01 Juli 2022.
69

demikian menurut musyrifah pelaksanaan dalam pembinaan Akhlak santriwati

akan lebih terbentuk.

2. Nasihat dan Sharing, menasehati dan berbagi ilmu pada waktu-waktu tertentu

kepada santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air. Di situ

santriwati selalu diajarkan untuk berkata-kata yang baik, jujur dan benar,

ustadz maupun ustadzah selalu membiasakan dan memberikan contoh serta

nasehat berkata-kata yang baik dan tidak meninggikan suaranya kepada orang

yang lebih tua. Bagi santriwati yang mengucapkan perkataan yang tidak baik

maka ustadzah pun langsung menegur dan memberikan nasehat kepada

mereka. Akan tetapi masih ada saja santriwati yang ketika berteman dengan

santriwati lainnya mereka mengucapkan perkataan yang kurang baik, hal ini

merupakan kebiasaan dari santriwati tersebut yang melupakan nasehat dari

ustadzahnya.

3. Kedisiplinan, yaitu pembiasaan disiplin di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an

Pagar Air Aceh dan ini berlaku kepada semua warga yang ada di dalamnya

tanpa pengecualian, hal ini dapat diketahui pula dari tata tertib yang telah

ditetapkan dan berlaku sejak lama. Apabila ada santriwati yang melanggar

seperti terlambat datang. Tidak mengerjakan tugas piketnya, tidak mengikuti

peraturan dengan benar ataupun tidak ikut sholat dzuhur berjamaah maka

santriwati yang melanggar peraturan akan ditegur dan dinasehati, selanjutnya

jika sudah sering melanggar maka akan mendapat denda dan sanksi hukuman

sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan.


70

4. Keteladanan, yakni menerapkan keteladanan bagi semua yang berada dan

menetap di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh setiap harinya

guna dan tujuan untuk membina secara sikap terhadap santri-santriwati.

Misalnya dalam memakai pakaian yang sopan dan menutup aurat hal ini sesuai

dengan tata tertib yang ditetapkan, bertuturkata sesuai syariat Islam,

melaksanakan kedisiplinan dan menjalankan semua aturan sesuai tata tertip

yang ada, hal tersebut diwajibkan bagi semua yang menetap di Dayah dan

harus mengikuti peraturan sesuai yang yang telah ditetapkan. Akan tetapi

masih ada saja santriwati yang tidak mengikuti peraturan, bagi santriwati yang

melanggar maka ustadzah akan memberikan teguran dan nasehat terlebih

dahulu, jika teguran tersebut tidak memberikan efek perubahan maka

santriwati tersebut akan dikenakan denda dan selanjutnya sanksi, hal ini

dilakukan agar santriwati meneladani dan mengikuti peraturan yang berlaku.

5. Pengawasan, yaitu musyrifah beranggung jawab dalam mengontrol santriwati

bahwa setiap pergaulan santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar

Air Aceh selalu diawasi dengan siapa saja mereka berteman, apakah

pertemanan mereka itu membawa kebaikan atau keburukan pada mereka, akan

tetapi jika santriwati sudah pulang kerumah mereka, maka pihak

dayah/pesantren tidak bisa mengawasi setiap pergaulan santriwati tersebut.

Hanya saja ada bantuan dari laporan masyarakat yang melaporkan kepada

pihak pesantren tentang pergaulan santriwati itu atau dilihat langsung oleh

pihak pesantren. Jika santriwati tersebut berteman di luar dan tidak memakai

pakaian yang menutup aurat atau berpacaran, maka pihak pesantren akan
71

memberikan teguran, sedangkan bagi santriwati yang ketahuan dalam

lingkungan dayah (secara langsung), apalagi berpacaran maka akan

mendapatkan sanksi dari pesantren sesuai yang telah ditetapkan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak Santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh

Pada dasarnya setiap permasalahan pasti timbul karena sebab-sebab

tertentu. Hal tersebut juga dapat dirasakan oleh setiap musyrifah yang berada di

Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh. Agar mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah tersebut, maka penulis

mengadakan penelitian melalui wawancara mendalam untuk mendapatkan hasil

dari permasalahan yang ingin dipecahkan dan penelitian ini dapat diterima serta

berjalan dengan lancar. Dari hasil wawancara tersebut, penulis menemukan dua

faktor paling berpengaruh dan sangat mempengaruhi akhlak Santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi dalam diri seseorang

yakni potensi rohaniah hati, fisik dan intelektual bawaan sejak dari lahir tersebut.104

Ustadzah Nurmala Hayati salah satu anggota musyrifah menjelaskan mengenai

faktor internal yang mempengaruhi akhlak santriwati adalah:

“Pertama faktor internal mereka, yakni yang berasal dalam diri santriwati.
Maksudnya emosional setiap orang santriwati itu pasti berbeda-beda, ada
yang emosionalnya yang emang bawaannya (pribadi pemarah, mudah

______________
104
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 45.
72

tersinggung, dll) itu adalah hal pokok yang juga sering ditemukan pada
keadaan santri-santri di sini.”105
Faktor yang dijelaskan ustadzah musyrifah tersebut, merupakan faktor yang

utama disebutkan, dapat dipahami bahwa faktor yang berasal dari diri santriwati

tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap santriwati. Apabila

pada dasarnya santri tersebut sudah tertanam nilai-nilai baik dalam dirinya maka

yang dituangkan dalam kehidupannya secara spontan merupakan hal-hal yang baik

pula, begitu juga sebaliknya.

2. Faktor Eksternal

Adapun faktor selanjutnya yang diceritakan oleh musyrifah-musyrifah

Dayah tersebut adalah faktor eksternal, yakni faktor yang mempengaruhi dari luar

diri santriwati, yang berupa pengaruh-pengaruh yang dibawakan dari lingkungan

keluarganya, pendidikan-pendidikannya, masyarakat dan pendidikan yang sedang

diberikan.106Ustadzah musyrifah menjelaskan tentang faktor yang juga

mempegaruhi santriwati adalah faktor eksternalnya. Ustadazah Nurmala Hayati

memberi penjelasan:

Ada juga yang mempengaruhi mereka dari faktor sekitarnya (faktor


eksternal), seperti pengaruh keluarga, lingkungan, bahkan tempat mereka
sekolah, tempat mereka tinggal (lingkungan pesantren ini), berbicara
masalah keluarga ada beberapa yang mungkin anak-anak yang tumbuh dari
keluarga yang broken home, mohon maaf ni kita bilang terlahir dari
keluarga yang tidak rukun, yang kebiasaannya dalam keluarga itu
pertengkaran, jadi ini sangat berdampak kepada emosional si anak
(santriwati), apalagi yang broken home sampai orang tuanya bercerai, itu
sangat berdampak sama perilaku si anak, karena apa? Katakanlah ini karena
______________
105
Wawancara dengan Ustadzah Nurmala Hayati, (Anggota Musyrifah di Dayah Madrasah
Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh), 01 Juli 2022.
106
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam… h. 45.
73

kurangnya kasih sayang orang tua mereka, dalam artian tidak utuh lagi kasih
sayang yang seharusnya si anak terima, beda dengan anak-anak yang masih
ada orang tua (masih utuh kedua orangtuanya).107
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, Ustadzah Nurmala Hayati anggota

musyrifah menyampaikan tentang faktor yang mempengaruhi santriwati di luar

dirinya yakni faktor eksternal, yang mana faktor keluarga adalah sebab yang juga

mempengaruhi santriwati yang kurang baik perilakunya, baik mungkin sebab dari

ketidak rukunan keluarganya ataupun kebiasaan terhadap apa yang ia lihat dari

perilaku keluarganya tersebut. Selanjutnya ustadzah Ully Azra Ketua dari

Musyrifah juga menerangkan hal lain yang juga berdampak terhadap santriwati,

beliau menjelaskan:

Memang ada anak-anak yang sudah tumbuh dengan didikan akhlak yang
baik, tapi ketika mereka tidak bisa kontrol diri mereka ketika mereka berada
dalam lingkungan yang katakanlah lingkungan tersebut ada yang
berpacaran, pergaulan teman-temannya tidak sesuai-maksudnya ada teman-
teman mereka yang berpacaran, pasti di sini dia mulai juga terikut
(mengikuti) dengan lingkungannya yang pacaran tersebut. Nah, ketika si
anak sudah mulai tau tentang dunia berpacaran makanitu akan berpengaruh
pada daya pikir mereka, itu akan berpengaruh pada perilaku mereka. Dapat
kita lihat, sekarang banyak remaja yang ketika mereka sibuk dengan
pacaran, maka mereka akan cuek dengan sekitarnya, mereka bahkan tidak
akan terlekat lagi hal-hal yang positif. Karena apa? Karena fikiran mereka
sudah tidak sehat lagi, makanya anak-anak yang sudah berpacaran ini, sudah
tau lawan jenis dan udah sangat dekat dengan lawan jenis, maka mereka
udah sangat susah diatur/dikontrol, karena pikiran mereka sudah susah
diatur, sebab yang mereka ingat adalah pacaran dan pacarana. Selanjutnya
faktor-faktor sosial media, di zaman sekarang ini anak-anak sudah mulai
meniru apa-apa yang mereka lihat dari sosial media, katanlah tiktok, hal-hal
negatif banyak di tiktok kalau salah digunakan oleh si anak dapat membuat
mereka terjerumus pada hal yang salah. Ketika si anak sudah tau dunia luas,
artinya ketika mereka tau dengan hal-hal negatif (di luar lingkungan Dayah),

______________
107
Wawancara dengan Ustadzah Nurmala Hayati…, 30 Juni 2022.
74

maka pikiran mereka juga akan negatif, dan ketika pemikiran mereka negatif
maka tindakan mereka juga negatif.108
Berdasarkan dari dua faktor yang dijelaskan ustadzah musyrifah di atas

dapat kita pahami bahwa dua faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang

diketahui dan dirasakan oleh ustadzah musyrifah sendiri ketika menjadi Pembina

serta pengasuh asrama, dan merupakan faktor-faktor yang mepengaruhi akhlak

Santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh. Hal tersebut juga

penulis buktikan lagi dengan mewawancarai santriwati di Dayah tersebut, yakni

saudari S.S, ia menyatakan bahwa ustadzah telah menerapkan peraturan sebaik-

baiknya, serta juga menjalankan peraturan sesuai yang ditetapkan kepada

santriwati, namun yang biasa melanggar adalah santriwati, itu semua juga tidak

terlepas dari kelabilan berfikir santriwati yang masih remaja dan mungkin belum

terbiasa. Seorang santriwati yang berinisial K.M juga menjelaskan “kalau kami

shalat tahajud ke mushalla ustdzah juga shalat. Kami di hukumpun kalau (jika) kami

melanggar. Biasanya hukumannya tergantung kesalahan, kalau telat ke mushalla

satu dua hari paling bayar infaq tapi kalau udah keseringan disuruh piket

(membersihkan sesuatu).” Dari uraian tersebut pastinya juga dapat dipahami faktor-

faktor yang mempengaruhi santriwati pada dasarnya berasal dari individu diri

mereka sendiri, apabila mereka menerapkan sesuai nasehat dan peraturan pastilah

yang mereka terima juga hal yang baik-baik, begitupun sebaliknya.

______________
108
Wawancara dengan Ustadzah Ully Azra…, 01 Juli 2022.
75

D. Kendala Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di Dayah Madrasah

Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh

Dalam sebuah tanggungjawab tentu seorang Pembina memiliki berbagai

persoalan-persoalan yang menjadikannya suatu pemegang problema tersebut,

begitu pula yang pasti dialami oleh Musyrifah-Musyrifah Dayah Madrasah Ulumul

Qur’an Pagar Air Aceh. Dari beberapa hasil wawancara penulis menemukan

sejumlah kendala yang mempengaruhi dalam pembinaan akhlak yang dilakukan

oleh musyrifah. Ustadzah musyrifah juga menjelaskan kendala yang dihadapi

tersebut juga berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak

santriwatinya.

Setelah mengkaji secara terperici, ustadzah-ustadzah musyrifah memberi

tanggapan bahwa apa yang berhubungan dengan faktor yang mengaruhi akhlak

santriwati dan yang mengakibatkan sebuah tantangan bagi musyrifah itu juga

karena berbagai watak dan karakter anak dalam jumlah banyak dan berbeda-beda

sudut pandang yang merupakan keharusan setiap hari dihadapi musyrifahnya.

Menurut beberapa ustadzah musyrifah pengaruh emosi santri berbeda-beda dan ada

beberapa santriwati yang memiliki sifat egonya tinggi, tidak menerima (tidak suka)

dinasehati, itu merupakan sebuah kendala bagi musyrifah.109 kendala berikutnya

yang diungkapkan musyrifahnya yaitu kurangnya kerja sama antara orang tua santri

dan kami (musyrifah). Ustadzah-ustadzah musyrifahnya padahal telah memberikan

yang terbaik, dan itu semua demi mendidik dan memperbaiki akhlak semua

______________
109
Wawancara dengan Ustadzah Jasriani Ainun…, 01 Juli 2022.
76

santriwati. Metode-metode yang dilaksanakanpun sesuai syari’at, tapi masih ada

sebagian orang tua ketika ada anak yang berbuat salah, malah orang tuanya justru

mendukung si anak, bukan mendukung musyrifah, bahkan menyalahkan lagi

aturan-aturan yang ada di Dayah.110 Selanjutnya, musyrifahnya juga melanjutkan

kendala yang mungkin berasal dari musyrifahnya sendiri:

Setiap orang (manusia) pasti ada kekurangan, termasuk kami (musyrifah),


mungkin ilmu kami juga masih kurang untuk menyampaikan kepada anak-
anak, ini juga merupakan pr bagi kami, biar kedepan kami bisa belajar, dan
agar ilmu-ilmu yang kami sampaikan kepada si anak kedepan lebih
berwawasan (berkembang) lagi.111
Dari penyampaian musyrifah-musyrifah tersebut dapat disimpulkan,

kendala-kendala yang dihadapi oleh musyrifah ketika memembina akhlak

santriwati ialah kendala-kendala yang mempengaruhi faktor santri, seperti:

perbedaan watak, karakter, dan emosi yang ada pada sebagian diri santriwati.

Selanjutnya faktor keluarga santriwati yang tidak mempercayai ustadzah musyrifah

dan lebih mendukung anaknya padahal yang anaknya perbuat salah. Dan yang

terakhir adalah faktor musyrifahnya juga manusia biasa, yang mungkin banyak

kekurangannya, baik itu kekurangan dalam penyampaian, pembinaan, dan ataupun

ilmu.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan seluruh dokumentasi dari

penelitian yang penulis lakukan, maka dapat dipahami bahwa peranan musyrifah di

______________
110
Wawancara dengan Ustadzah Ully Azra, (Ketua Musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul
Qur’an Pagar Air Aceh), 01 Juli 2022.
111
Wawancara dengan Ustadzah Ully Azra…, 01 Juli 2022.
77

Dayah madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air merupakan sebuah peranan yang sangat

berpengaruh terhadap pembinaan akhlak santriwati. Sehingga dengan Adanya

musyrifah ini peran-peran dari ustadzah dan pengurus dalam mengemban

tanggungjawabnya membina akhlak santriwati lebih maksimal. Semua itu dapat

dibuktikan oleh hasil observasi dan wawancara ketika peneliti melakukan kajian

langsung terhadap musyrifah dan beberapa santriwatinya. Dari hasil wawancara

terhadap musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air peneliti

menumukan beberapa penjelasan mengenai langkah-langkah musyrifah dalam

membina akhlak santriwati yakni dengan melakukan berbagai upaya pendekatan

terhadap santriwati, memberikan nasihat (sharing khusus), menerapkan upaya

keteladanan kepada santriwati yang harus dilakukan oleh seluruh yang menetap di

Dayah, dan membiasakan santriwati untuk menerapkan akhlak mulia dalam

kehidupan, serta para musyrifah senantiasa melakukan pengawasan yang ketat

kepada santriwati, baik di lingkungan Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

Aceh maupun di luar Dayah.

Penulis juga menemukan beberapa masalah yang menjadi faktor-faktor

yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar

Air, baik itu faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi akhlak santriwati adalah faktor emosi dan kelabilan ego dalam

berfikir setiap santriwati yang berbeda-beda ketika musyrifah memberi nasihat,

misalnya ketika mendapat nasihat dari musyrifah ada yang mengamalkannya dan

ada pula yang hanya menerapkan sekedarnya sehingga keesokannya ia

melupakannya, dan itu semua tidak terlepas dari pribadi bawaan emosi dan ego
78

setiap diri santriwati yang berbeda-beda. Selanjutnya ada pula faktor eksternal,

yaitu faktor yang mempengaruhi akhlak santriwati dari luar dirinya, dari hasil

wawancara yang telah dilakukan penulis menemukan beberapa faktor eksternal

yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar

Air yaitu faktor lingkungan pertemanan yang masih melakukan pelangaran,

sehingga perkara tersebut mampu mempengaruhi perangai dan akhlak santriwati

yang jauh dari kata syariat, seperti faktor ketika beberapa santriwati yang tidak

terkontrol pertemanannya di rumah ketika liburan tiba, sehingga hal-hal tersebut

dapat membuat ia menerapkan pula pada lingkungan pesantren ketika kembali

menjalankan aktivitas di asrama Dayah.

Selanjutnya penulis juga menemukan beberapa kendala yang dihadapi

musyrifah ketika membina akhlak santriwati, permasalahan yang muncul terhadap

kendala yang dihadapi musyrifah juga berasal dari faktor-faktor yang

mempengaruhi akhlak santriwati, yakni perbedaan karakter dan watak setiap

santriwati yang berbeda, ada yang egonya tinggi ada pula yang tidak, ada yang

dapat menerima nasihat dan bimbingan ada pula yang tidak, dan yang menjadi

kendala bagi musyrifah tersebut adalah ketika santriwati yang egonya tinggi maka

musyrifah lebih sedikit berupaya dalam melakukaan pembinaan khusus. Tidak

terlepas dari itu, musyrifah juga harus menerima kendala dengan wali santriwati

yang lebih mendukung anaknya dan tidak memberikan percayaan sepenuhnya

kepada Dayah. serta kendala yang juga berasal dari diri musyrifah sebagai manusia

yang mungkin masih kurang dan harus berupaya terus-menerus.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Langkah-langkah yang dilakukan musyrifah dalam membina akhlak santriwati

di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh di antaranya adalah:

a. Pendekatan, yaitu melakukan pendekatan kepada seluruh santriwati,

terutama kepada santriwati yang ingin diupayakan pembinaan akhlak

terhadapnya.

b. Nasihat, yaitu memberikan arahan terbuka melalui tausyiah Bersama setiap

hari jum’at maupun sharing nasihat setiap hari yang dilakukan oleh semua

Musyrifah Di Dayah Madarasah Ulumul Qur’an Pagar Air.

c. Pembiasaan, yaitu membiasakan santriwati melakukan praktik akhlak sesuai

syariat Islam setiap hari, baik kepada Allah SWT., Rasulullah SAW., kepada

manusia dan yang bukan manusia (semua makhluk ciptaan Allah), maupun

kepada dirinya sendiri.

d. Keteladanan, yaitu mewajibkan semua yang tinggal di asrama Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air untuk menjalankan aturan dan

kewajinban serta memberi keteladanan kepada santriwati dengan menaati

aturan-aturan yang telah ditetapkan.

e. Pengawasan, yaitu memberi pengawasan yang baik dengan mengontrol

pergaulan santriwati baik selama di Dayah (pesantren) maupun di luar

Dayah (pesantren).

79
80

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak santriwati di Dayah Madrasah

Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh

a. Faktor internal, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam diri santriwati

seperti emosi yang masih labil dan tidak terkontrol, ego dan sikap bawaan

yang belum berubah (mudah tersinggung dan marah ketika dinasehatkan).

b. Faktor eksternal, yaitu bawaan dari pergaulan dan lingkungan santriwati

ketika di luar jam asrama (tidak terkontrol musyrifah) yang mempegaruhi

akhlak santriwati.

3. Adapun kendala Musyrifah dalam membina akhlak santriwati di Dayah

Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh, di antaranya yaitu:

a. Kendala yang berasal dari santriwati, yaitu perbedaan seluruh karakter,

emosi dan watak setiap santriwati yang berbeda-beda.

b. Kendala yang berasal dari keluarga santriwati, yaitu orang tua santriwati

yang tidak mempercayai pesantren untuk mendidik anaknya, bahkan lebih

mendukung anaknya padahal jelas-jelas anaknya telah berbuat salah.

c. Dan kendala yang dirasakan musyrifah, yaitu ketidakluputan dari kata

kurang karena hanya manusia biasa yang mungkin banyak kekurangannya,

baik itu kekurangan dalam penyampaian, pembinaan, dan ataupun ilmu.

B. Saran

Dari isi penelitian ini penulis dapat mengambil beberapa saran yang

mungkin dapat memberikan argumen untuk ke depannya agar menjadi perubahan

yang lebih baik lagi, yakni:


81

1. Kepada para Musyrifah di Dayah Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Aceh

agar lebih sabar dan berupaya terus menerus dengan sebaik-baiknya serta

terus menciptakan ide-ide baru yang mampu membangkitkan semangat

santriwati yang tetap untuk berakhlakul karimah.

2. Kepada santriwati, agar lebih menaati peraturan dan kebijakan yang telah

ditetapkan demi kebaikan diri sendiri dan orang lain. Penting diketahui

bahwa itu semua merupakan peraturan yang sudah dahulu ditetapkan oleh

syari’at agama Islam, maka menaatinya merupakan menaati pula perintah

Allah SWT dan menjahui larangan-Nya.

3. Kepada wali santri, agar senantiasa mempercayai penuh kepada

pembimbing pesantren untuk membina anak (santriwati), sebab sebuah

aturan yang telah ditetapkan merupakan aturan demi kebaikan anak tersebut

(santriwati).

4. Kepada penelitian selanjutnya, agar melakukan penelitian yang lebih

terperinci dan dalam lagi mengenai penelitian yang serupa namun belum

terdapat dalam penjelasan penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agustinu. (2016). Penelitian Kualitatif Metodologi, Desain, dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Mitra Wacana Media.

Ahmad Asy-Syami, Shalaeh. (2002). Berakhlak dan Beradap Mulia. Jakarta: Gema Insani.

Ahmadi, Abu. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Bukhari, (t.t). Shahih Al-Bukhari IV. Beirut: Dar Al-Fikr.

Al-Hamd, Muhammad Bin Ibrahim. (2002). Maal Muaallimin, Penerjemah Ahmat Syaikhu.
Jakarta: Darul Haq.

Ali, M. Daud. (1998). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Aminuddin, dkk. (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Graha Ilmu.

Amin, Ahmad. (1995) Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.

An-Nahlawai, Abdurrahman. (1996). Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha Fii Baiti Wal
Madrasati Wal Mujtama Penerjemah Shihabuddin. Jakarta : Gema Insani.

Arif, Muhammad. (2011). Esensi Pendidikan Islam; Memahami Akhlak Sebagai Esensi
Pendidikan Islam. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus.

Arifin, M. (2008). Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, Muhammad. (1993). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Daulay, Haidar Putra. (2018). Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa Aceh.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djatnika, Rahmat. (1992). Sistem Etika Islami. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Faisol. (2020). Pendidikan Islam Perspektif. Jakarta: Guepedia.

Gainau, Maryam B. (2016). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: PT. Kanisius.

82
Geetz, Clifford. (1989). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Gunawan, Imam. (2014). Metode..Penelitian dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryono. (1988). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka. Setia.

Herdiansyah, Haris. (2012).. Metodologi. Jakarta: Selemba.Humanika.

Imam Ibnu Katsir. (2017). Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.

Kaharuddin. (2018). Mencetak Generasi Anak Shaleh dalam Hadits. Yogyakarta: Deepublish.

Masyhud, M. Sultan. (2005). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.

Masyhur, Kahar. (1994). Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Rineka Cipta.

Maria, Anna. (2011). Ketika Allah SWT Lebih Menyayangi Wanita. Jakarta: PT. Kawai Media.

Mas’ud, Ali. (2012). Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: CV. Dwiputra Pustaka Jaya Anggota Ikapi.

Maolani. (2003). Pembinaan Moral Remaja sebagai Sumberdaya Manusia di Lingkungan


Masyarakat. Bandung: Pps Upi.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi, Penelitian Kulaitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.

Munawir, Ahmad Warso. (2007). Al Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Pustaka
Progressif.

Nasharuddin. (2015). Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nashih, Ulwan Abdullah. (2016). Pendidikan Anak dalam Islam, (Diterjemahkan Ayit Irpani).
Depok: Fatahan Prima Media.

Nata, Abuddin Nata. (2002). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ningrum, Harini Fajar. (2021). Manajemen Strategik. Bandung: Media Sains Indonesia.

Rustiyarso. (2020). Panduan dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Noktah.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (1984). Teori-Teori Psikologi. Jakarta: Cv. Rajawali.

Sardiman. (2011). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

83
Soekarto, Soejorno. (1997). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Suhartono, dkk. (2019). Pendidikan Akhlak dalam Islam. Semarang: CV. Pilar Nusantara.

Suryabrata, Sumadi. (2008). Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo.

Susanto. (2009). Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. (2005). Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor.
Ponorogo: Tri Murti Press.

84
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Syeikh Abdur Rauf Kopelma Darussalam Banda Aceh
Telepon : 0651- 7557321, Email : uin@ar-raniy.ac.id

Nomor : B-6390/Un.08/FTK.1/TL.00/06/2022
Lamp :-
Hal : Penelitian Ilmiah Mahasiswa

Kepada Yth,
Kepala Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air Banda Aceh

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry dengan ini menerangkan
bahwa:

Nama/NIM : NURUL HIDAYANTY / 180201164


Semester/Jurusan : VIII / Pendidikan Agama Islam
Alamat sekarang : Gampoeng Lhoknga Kab. Aceh Besar

Saudara yang tersebut namanya diatas benar mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
bermaksud melakukan penelitian ilmiah di lembaga yang Bapak/Ibu pimpin dalam rangka
penulisan Skripsi dengan judul Peran Musyrifah dalam Membina Akhlak Santriwati di
Madrasah Ulumul Qur'an Pagar Air

Demikian surat ini kami sampaikan atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami
mengucapkan terimakasih.
Banda Aceh, 02 Juni 2022
an. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kelembagaan,

Berlaku sampai : 01 Juli 2022 Dr. M. Chalis, M.Ag.


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1 Asrama Putri Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh.

Gambar 2 Wawancara ketua Tata Usaha Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air.
Gambar 3 Wawancara dengan ketua dan anggota Musyrifah Dayah Madrasah Ulumul Qur’an

Gambar 4 Wawancara dengan ustadzah Musyrifah Jasriani Ainun.


Gambar 5 Wawancara dengan ustadzah Musyrifah Nurmala Hayati.

Gambar 6 Wawancara dengan ustadzah Musyrifah Suci Akmalia..


Gambar 7 Wawancara Seluruh santriwati Dayah Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh.
Daftar Pertanyaan dan Informan

Pertanyaan kepada Musyrifah

1. Apa peranan musyrifah di dayah di madrasah ulumul quran pagar air?


2. Apa saja kegiatan-kegiatan musyrifah di dayah madrasah ulumu Qur'an pagar air?
3. Apakah peranann musyrifah sangat berpengaruh dalam upaya pembinaan akhlak
santriwati?
4. Bagaimana upaya dan langkah yang dilakukan oleh musyrifah untuk mencapai target
dalam pembinaan akhlak santriwati?
5. Apakah musyrifah telah membuat kebijakan tentang peraturan yang akan di
implementasi kan oleh seluruh yang menetap pada asrama, baik itu santriwati,
musyrifah maupun ustadzah?
6. Apakah dalam membina santriwati musyrifah telah memberi teladan contoh yang
serupa dalam sehari-hari?
7. Apakah dengan musyrifah memberikan teladan contoh dalam sehari-hari dapat
membuat akhlak santriwati berubah?
8. Apakah musyrifah ada mengarahkan santriwati untuk membiasakan mentaati peraturan
agama islam, misalnya seperti melaksanakan ibadah tepat waktu, senantiasa
berperilaku akhlak baik kepada siapapun dan lain sebagainya?
9. Bagaimana cara musyrifah bertindak terhadap santriwati baru (pemula) yang kurang
baik terhadap penanaman akhlaknya?
10. Apakah peranan musyrifah juga sebagai penasehat, dan juga membantu mendengar
keluh kesah yang dihadapi santriwati?
11. Apa saja langkah yang dilakukan musyrifah ketika ada santriwati yang melakukan
kesalahan?
12. Dalam membina akhlak santriwati, apakah musyrifah sudah memberikan waktu dan
perhatian sepenuhnya kepada santriwati, contohnya seperti memberi tausiyah,
memberi arahan-arahan sesuai syariat dalam pembinaan harian dan dan lain-lain?
Pertanyaan Kepada Santriwati

1. Apakah santriwati menerapkan akhlak yang baik setiap hari?


2. Apakah santriwati mendapat bimbingan dan nasehat dari musyrifah secara berulang-ulang?
3. Bagaimana cara musyrifah dalam membina santriwati ?
4. Apakah santriwati menyaksikan musyrifah telah menetapkan dan menjalankan peraturan
secara sistematis atau sesuai?
5. Apakah santriwati merasa berat mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan?
6. Apakah santriwati sepenuhnya mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan?
7. Apakah faktor yang mempengaruhi santriwati berat menjalankan aturan-aturan?
8. Bagaimana langkah yang dilakukan musyrifah apabila ada santriwati yang tidak
menjalankan penerapan akhlak?
9. Apakah santriwati melihat musyrifah melaksanakan juga aturan-aturan yang telah
ditetapkan?
10. Apakah peraturan yang ditetapkan merupakan kebaikan untuk dijalankan santriwati?
11. Apakah santriwati merasa ada kedekatan dengan para musyrifah?
12. Apakah santriwati melihat ustadzah dan musyrifah sepenuhnya melaksanakan penerapan
akhlak yang baik?
13. Apakah santriwati mendapat sanksi yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
apabila melanggar?
14. Apakah santriwati selalu diarahkan dan dinasehati terlebih dahulu sebelum dihukum
karena kesalahannya?
15. Apakah Santriwati selalu mendapat pencerahan yang berupa nasehat secara berulang-ulang?
16. Apakah santriwati selalu mendapatkan binaan dan nasehat yang baik dari musyrifah?
Lembar Observasi

No Observasi Keterangan

1 Santriwati menerapkan akhlak yang baik. Selalu Sering Kadang- Tidak


Kadang Pernah

2 Santriwati mendapat nasehat dari musyrifah.

3 Santriwati sepenuhnya mengikuti aturan.

4 Santriwati dan Musyrifah merasa ada


kedekatan.

5 Santriwati dan musyrifah selalu melaksanakan


penerapan akhlak yang baik.

6 Santriwati mendapat hukuman yang berupa


hukuman yang sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan.

7 Santriwati, ustadz dan musyrifah selalu shalat


berjamaah di mushalla.

8 Santriwati selalu diarahkan dan dinasehati


terlebih dahulu sebelum diberi sanksi karena
kesalahannya.

9 Santriwati selalu mendapat binaan umum dan


khusus dari musyrifah.

10 Santriwati diberi sanksi berat apabila


melakukan kesalahan-kesalahan yang sudah di
luar batas.

11 Santriwati menghormati Ustadzah, Guru,


Musyrifah, dan semua orang di sekitar
lingkungannya.

12 Musyrifah menegur dan menasihati santriwati


yang membuat kesalahan atau melanggar
peraturan.
13 Musyrifah dan santriwati menjaga kebersihan
lingkungan dayah.

14 Musyrifah memberi teladan yang baik setiap


hari kepada santriwati.

15 Musyrifah selalu melakukan pengawasan


kepada santriwati di dalam dan luar
lingkungan dayah.

16 Musyrifah selalu melakukan pembinaan yang


berupa keteladanan kepada sangriwati.

17 Musyrifah memberi laporan kepada orang tua


apabila ada santriwati yang selalu mengulangi
kesalahan-kesalahan.

18 Musyrifah melakukan pembinaan kepada


akhlak secara berulang-ulang.

19 Musyrifah mendengarkan keluh kesah


santriwati yang menghadapi permasalahan
pribadi.

20 Musyrifah memberi apresiasi kepada


santriwati yang melaksanakan pembinaan
akhlak yang baik.
Daftar Informan

Nama lengkap : Ulia Azra

Usia sekarang : 25 Tahun

Jabatan di musyrifah: Kepala Musyrifah

Alamat/asal daerah : Aceh Utara

Nama lengkap : Jasriani Ainun

Usia sekarang : 23 Tahun

Jabatan di musyrifah: Anggota

Alamat/asal daerah : Aceh Singkil

Nama lengkap : Nurmala Hayati Abdullah

Usia sekarang : 25 Tahun

Jabatan di musyrifah: Anggota

Alamat/asal daerah : Sigli

Nama lengkap : Suci Akmalia

Usia sekarang : 25 Tahun

Jabatan di musyrifah: Anggota

Alamat/asal daerah : Pidie

Nama lengkap : Desy Amalia

Usia sekarang : 25 Tahun

Jabatan di musyrifah: Anggota

Alamat/asal daerah : Aceh Besar


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Hidayanty


NIM. : 180201164
Tempat/Tanggal lahir : Aceh Besar/03 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Lhoknga

Riwayat Pendidikan
MIN Lamlhom, Lhoknga, Aceh Besar
MTs. Swasta Ulumul Qur’an Pagar Air
MA. Swasta Ulumul Qur’an Pagar Air

Pengalaman Organisasi
Serikat Mahasiswa Muslim Indonesia
Persatuan Pelajar Islam Indonesia
HISTAQ 2017/2018 Madrasah Ulumul Qur’an Pagar Air

Banda Aceh, 21 Juli 2022

Nurul Hidayanty

Anda mungkin juga menyukai