Anda di halaman 1dari 14

EKSPLORASI MAKNA Al-HIKMAH DALAM DAKWAH

Bambang Saiful Maarif


___________________________________________ Banyak idiom verbal yang dipergunakan oleh Al-Quran dalam penyampaian makna kebijaksanaan (Al-Hikmah) dalam dakwah. Pada saat dakwah dilakukan dalam masyarakat yang zalim maka substansi dakwahnya bersifat tegas dan bernas meskipun tetap dikemas dalam bahasa yang santun dan human. Sehingga tidak menimbulkan reaksi, gejolak dan penentangan (resistensi). Ada 2 (dua) pendekatan dalam dakwah meliputi dakwah bil-lisan dan dakwah bil-hal. Yang pertama meliputi : tabligh, khithabah dan karya-karya tulis; sedang yang kedua mencakup kerja profesi, karya kreatif-inovatif yang berguna bagi kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan kaum muslimin (baik di dunia maupun di akhirat). Pembangunan merupakan salah satu bentuk nyata di dalamnya. Pada dakwah bil-lisan yang perlu diperhatikan adalah materi-materi dakwah yang cocok dengan kondisi khalayak dengan melihat karakteristik tertentu, seperti : tingkat keterpelajaran dan kondisi keberagamaan mereka. Ini akan membawa pada suatu model interaksi antara tingkat pendidikan dan keberagamaan. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan tidak segera diterima oleh masyarakat karena mereka bersifat aktif memprosesnya dan menginterpretasikannya sesuai dengan lingkup sisio-kultural mereka. Informasi tabligh diproses bila memenuhi 2 (dua) persyaratan. Ini pada gilirannya akan melahirkan jalur periferi dan jalur sentral dalam pemrosesan informasi. Sedang pada pada dakwah bil-hal interaksi sosial-kultural yang dipadukan dengan pendekatan pribadi dan kelompok akan membawa optimalisasi dakwah. _____________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

ULISAN ini bertujuan untuk mendalami makna al-hikmah dalam konteks Dakwah Islam yang berbasis psiko-sosial. Diharapkan dari tulisan ini kita dapat memanfaatkan informasi untuk keperluan Dakwah Islam. Dengan de-mikian tulisan ini meliputi aspek-aspek individual (antar pribadi, keluarga dan warga) dan budaya. Selanjutnya hikmah dalam dakwah membahas beberapa hal yang penting : A. Menggali makna hikmah B. Landasan metodologi dakwah Islam C. Dakwah Islam yang bermatra psiko-sosial madu

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ushuluddin Unisba

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

59

PEMBAHASAN A. Menggali Makna Hikmah


1. Kajian Semantik Kata bijaksana (al-hikmah) dalam Al-Quran tersebar dalam berbagai surat namun pada prinsipnya ia kembali pada akar kata hakama, yang darinya dibentuk hakim, hukum, hikmah, hakim, dan hukama. Hasyim (Moh. E., 1987:45) mengartikan hikmah adalah : Kearifan, kebijaksanaan, kepandaian, keuntungan serta keunggulan. Hal ini akan membawa arti yang mendalam pada konteks kemasyarakatan Hikmatul-hukm yaitu kemaslahatan (kebajikan) hukum yang bersifat nisbi atau relatif. Tulisan ini berupaya mendalami makna hikmah dalam realitas sosial-budaya. 2. Realitas Makna Al-Hikmah Secara semantic hikmah berasal dari kata hakama yang darinya dibentuk kata hukama, yaitu: semuanya mengantarkan pada satu poros makna dengan kebijaksanaan sebagai satu inti pada sosial dan budaya. Sementara itu, Eliade1 (1993; 393) menyatakan, As far as we can judge from the terms used and their history, wisdom was originally a practical matter, namely insight into certain connections existing in human life and in the world and models of behavior derived from this insight and put into the service of instruction and education. Sejauh yang dapat kita tetapkan dari istilah yang dipergunakan dan rangkaian sejarahnya, kebijaksanaan secara orisinal merupakan suatu yang bersifat praktis, sebut saja pandangan dalam-diri terhadap hubungan tertentu yang ada dalam kehidupan manusia dan di alam serta polapola perilaku yang berasal dari pandangan ini dan diletakkan ke dalam layanan jasa instruksi dan pendidikan. Kata hikmah dalam al-Quran dan al-Hadits dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi, yaitu: a. Sebagai Kata Benda Kata al-Hikmah menjadi kata benda seperti yang tergambar dalam QS. 2 2:129 :
1

Mirrcea Eliade, 1933, The Encyclopedia of Religion, vol 15, Mmacmillan Publishing Company, New Yoork. 2 Ayat-ayat yang senada dengan ini ada pada QS.2:231, QS.62:2151.

60

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (al-Sunnah) serta mensucikan mereka. Seungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Al-Hikmah disini mengarah pada satu hal yang bersifat inderawi yang harus dipercayai sebagai pegangan dan tuntunan hidup yang bersifat abadi. Hadits Nabi saw: Telah aku tinggalkan kepada kalian 2(dua) perkara yang kalian semua tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Dalam pengertian seperti ini al-Hikmah diartikan sebagai the Prophets Sunnah Legal ways Islamic Yurisprudence, etc. b. Sebagai Kata Kerja Hakama, yang ditashrifkan (konyugasi) menjadi al-hikmat, merupakan bentuk kata-kerja. Perubahan yang terjadi dalam rentang kata kerja (verba) adalah: hakama, yahkumu, yahkamani, yahkumuna Dapat kita cermati perbuatan bijaksana dapat melahirkan perilaku hukum. Hukum diciptakan untuk ditaati dan bersifat mengikat. Hukum menawarkan keadilan, perdamaian dan kebaikan bersama, hukum bersifat mengikat warga, dimana ketaatan yang dituntut bersifat kekal; karena pelanggaran akan melahirkan suatu kegagalan dan anarki dalam masyarakat. Perselisihan dalam masyarakat, misalnya, dianggap selesai apabila masing-masing pihak yang berselisih dapat menemukan keadilan yang mereka rindukan. Al-Quran menyebutkan dalam bentuk kata kerja dalam QS.5:43 dan QS.4:60 c. Sebagai Subjek Pelaksana Kata hakama, akar dari kataal-Hikmah, dapat dijadikan bentuk isim fail (subjek) dan bentuknya yang muncul adalah: Hakim3, Hikamun4, Hukama5, Hakimin6 Orang yang bijaksana = al-hakim dan al-Hakim menjadi tumpuan orang yang berselisih pada saat menyelesaikan masalah. Dalam bentuk formal melalui
3 4

QS. 2:129 dan 2:209 QS. 2:188 5 QS. 4::35 6 QS. 7:87 dan 11:45
Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

61

pengadilan sedang non-formal melalui kekeluargaan dalam bentuk arbitrase. Demikian pula hukkam dan hakam. Seorang dai, karena fungsinya sebagai pelaku dakwah dituntut melaksanakan aktivitas dakwah dengan bijaksana. Dai hendaknya melakukan dakwah tersebut dengan kesadaran, tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan watak khalayaknya yang heterogen. Pelaku dakwah akan diminta pertanggungjawabannya. d. Sebagai Kata Sifat 1) QS.2:269 Dia memberi kebijaksanaan kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang diberi kebijaksanaan maka (sesungguhnya) ia telah diberikan kebaikan yang sangat banyak. 2) QS.2:251 Mereka (tentara Tholut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. 3) QS. 19:12 Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh dan kami berikan kepadanya hikmah selagi dia masih kanak-kanak. Hikmah di sini berarti pemahaman Taurat dan pendalaman agama. Dengan demikian mereka yang diberi pemahaman agama dan kecerahan berpikir berarti telah memperoleh hikmah. Pada tahapan selanjutnya, pemahaman dan pendalaman tersebut melahirkan sikap dan perilaku yang arif dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kajian Dakwah Islam Prof. Dr. HAMKA (1983:283)7 menyatakan, bahwa sikap bijak tersebut sangat diperlukan oleh masyarakat dalam langkah-langkah dakwah Hikmah merupakan kekayaan diri, kelebihan dan pahala yang sebesar-besarnya bagi masyarakat manusia. Al-Hikmah dalam arti bijaksana lebih sering dikaji sebagai prinsip dan landasan yang mendasari langkah-langkah pencarian kebenaran dan kebajikan. Hughes (1982:175) menyatakan : al-hikmah the wisdom is a term used by the sufi mystic to express a knowledge of the essence, attributes, specialties, and result of thing as they exist and are seen, with the study of their cause, effect and uses.
7

HAMKA, 1983, Falsafah Hidup , Penerbit Umminda, Jakarta.

62

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

Menurut Sufisme ada 4 (empat) jenis kebijakan yang termuat dalam istilah hikmah dalam kaitannya dengan al-hikmah sebagai kata sifat: a) Al-hikmatul manthuqat = kebijakan yang diungkapkan b) Al-hikmatul maskutah = kebijakan yang tak terkatakan, seperti yang dipahami oleh para mistikus sufi, dan bukan oleh orang biasa. c) Al-hikmatul majhulah = kebijakan yang tak diketahui, yaitu perbuatan Sang Pencipta. Kebijakan ini jenis ini seringkali tidak diketahui oleh makhluk, seperti luka yang dialami oleh makhluk Tuhan, kematian anak-anak, abadinya api neraka. Benda-benda yang kita percayai, tetapi tidak kita mengerti. d) Al-hikmatul jamaati = kebijakan kolektif, atau pengetahuan tentang yang benar (haq) dan persepsi tentang yang salah (bathil) serta menolaknya. 3. Al-Hikmah Dalam Dakwah a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Dakwah Suatu aktivitas dakwah dapat dikatakan efektif apabila pesan-pesan dakwah dapat menyentuh hati dan mencerahkan pikiran pada madu (khalayak) sehingga mereka termotivasi untuk mengamalkan berbagai kegiatan yang dipesankan dalam dakwah. Pesan-pesan dakwah mendorong masyarakat untuk beramal saleh secara pribadi maupun kelompok. Dakwah mendorong Amal saleh dalam berbagai bidang kehidupan sesuai dengan pekerjaan, kemampuan dan lingkungan masyarakatnya. Efektifitas dakwah tidak datang begitu saja, tetapi memerlukan strategi dan usaha yang tepat. Masyarakat dakwah adalah suatu masyarakat yang di dalamnya berlangsung seruan-seruan Islam menuju arah yang lebih baik dibandingkan yang sudah ada. Adapun faktor-faktor yang perlu dipenuhi untuk menunjang efektifitas dakwah adalah sebagai berikut: 1) Dai mengenali medan dakwah dengan baik, kemudian pesan-pesan dakwah dengan tema, tujuan dan misi tertentu dikelola sedemikian rupa agar sesuai dengan watak pribadi dan tingkat kecerdasan (IQ, EQ dan Moral) madu. 2) Kepribadian dai harus matang dan cukup integritas. Dia bisa menjadi seperti itu apabila istiqamah, adil (bersikap pertengahan) dan ihsan, kasih sayang dan tidak pendendam, mengayomi dan tidak terlalu transparan, sabar dan mampu mengelola emosi, bersifat hanan [sympathetic to men/mampu mengenali emosi (QS. 1913)], iffah (QS.24:60 dan 2.273).

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

63

3) Dai juga harus memberikan positif dengan berbagai komponen dan asketik (zuhud) yang konstruktif. 4) Dai selalu menjaga interaksi positif dengan berbagai komponen masyarakat dan pemerintahan agar dakwahnya memenuhi kebutuhan nilai antar subjek yang diperlukan masyarakat. b. Dakwah bil-Hikmah Hikmah dalam dakwah terwujud bila dakwah mampu membuahkan dan menciptakan kedamaian, keseimbangan-keseimbangan dan kesadaran-kesadar an baru dalam masyarakat Ia berusaha membawa masyarakat bergeser dari satu ekstrimitas negatif kepada suasana ekuilibrium positif. Aktivitas dakwah harus mampu menjadi mediator dari berbagai kutub-kutub dan memberikan warna pada ranah-ranah aktifitas yang ada. Dakwah juga seharusnya memberikan sentuhan emosional yang menguatkan semangat madu (khalayak) untuk dzikir dan mendapatkan ketenangan batiniah mereka. Dakwah tidak kering dari sentuhan jiwa. Dakwah juga harus mampu membuka cakrawala berpikir para madu sehingga dapat mencerdaskan kehidupan jamaah yang terseru (madu). Khalayak tidak boleh bimbang dan bingung akibat dari aktivitas dakwah. Inilah suatu kondisi di mana dakwah dapat disebut bijaksana. c. Dakwah Dalam Perubahan Sosial Masyarakat dakwah selalu berubah sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi kehidupan makro. Tatanan kehidupan yang berubah itu dapat memberikan pengaruh kepada persepsi, sikap dan perilaku serta nilai-nilai kehidupan masyarakat secara luas. Hal ini perlu diantisipasi oleh para dai, jika tidak akan mengakibatkan aktivitas dakwah ditinggalkan oleh umatnya, atau setidak-tidak nya kurang diminati. Sebelum hal itu berlangsung lebih jauh, maka dai harus mencermati adanya perubahan-perubahan sosial dan krisis yang berkepanjangan ini. Masyarakat tidak hanya bisa diberi ceramah saja, tetapi dia memerlukan satu penggilan dakwah kongkrit yang akan menyelamatkan eksistensi, harkat dan martabat kemanusiannya. Dalam kondisi normal masyarakat dihimbau untuk taat dan patuh kepada nilai-nilai tradisional dan mereka tunduk, tetapi dalam situasi yang terus berubah, dai harus memprediksi arah perubahan itu. Karena tradisi sendiri dianggap sebagai fosil yang akan menghambat setiap langkah masyarakat menuju kemajuan. Maka konfigurasi kehidupan harus tetap

64

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

diperbaharui untuk memperoleh daya energinya. Dai perlu dibekali dengan ilmuilmu pendukung seperti Sosiologi, Antropologi, Komunikasi dan Psikologi Populer, dan metoda dakwah yang tepat. Kredibilitas dai dan popularitas dai perlu, tetapi keberhasilan dakwah bukan ditentukan oleh jumlah jemaah. Di tengah kondisi krisis seperti sekarang ini justru dakwah Islam ditantang untuk memperlihatkan kemampuannya. Konflik antara tradisi dan modernisasi terlihat intens dalam dataran konseptual dan praktis. Kita bisa mengamati dalam situasi konflik dengan mengelola serta menjembatani konflik sebagai suatu keahlian dakwah, atau teori-teori fungsional sejauh ia dapat memberikan makna yang optimal bagi kehidupan masyarakat muslim.

B. Landasan Metodologi Dakwah


1. Metode Dakwah Perlu merumuskan kembali metode dakwah dalam era transmigrasi ini. Alvin Toffler membagi gelombang peradaban menjadi 3 yaitu: Era Agraris, Era Industri, dan Era Informasi. Dalam Konsepsi Toffler dinyatakan suatu masyarakat akan tumbuh melewati era tersebut terjadi serentak era agraris, industri dan informasi. Tidak secara tegas pemisahan ciri-ciri kultural itu. Perkembangan ini akan mempengaruhi pendekatan dakwah. Pada setiap era, metodologi dakwah harus dikaji ulang. Islam adalah agama dakwah yang senantiasa berusaha mengajak umat manusia kepada jalan Islam dengan cara damai. Dakwah Islam dilakukan dalam kondisi santun dan penuh toleransi (Q.S. 2:256). Islam mengandung ajaran kebaikan maka pengajarannya tidak perlu mengundang konflik. Islam yang baik itu tak perlu didakwahkan dengan cara yang tidak baik. Landasan Quran yang kemudian menjadi metode dakwah ialah; QS. 12: 108 dan 75:14, Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikuti mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata (sure knowledge), maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. Dakwah menurut ayat ini, dilakukan dengan memberikan tekanan kepada aspek-aspek rohaniyah, sehingga melahirkan kesadaran batin. Kesadaran batin distimuli oleh bukti-bukti yang nyata; disertai fakta-fakta empirik yang direfleksikan untuk usaha penyadaran dalam bingkai keagamaan.

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

65

Perkataan yang terbaik adalah perkataan yang dilakukan dalam rangka kegiatan dakwah, Allah SWT berfirman QS. 41:33 Dan siapakah yang perkataannya lebih baik dari pada orang yang mengajak ke jalan Allah dan beramal sholeh serta mengadakan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang muslim. Ayat tersebut menggambarkan adanya hierarkhi dari suatu perkataan Puncak dari jenjang itu adalah orang-orang yang berkata-kata (berbicara) dalam konteks dakwah. Jika pemahaman ayat ini dirunut lebih jauh berarti ada perkataan yang biasa-biasa saja, dan bahkan ada perkataan yang sia-sia [(Qaul Hazl) QS. 86:4], karena buruk. Al-Quran memberikan penegasan bahwa dakwah itu terdiri dari bil-Lisan (misalnya tabligh) dan bil-hal (dakwah dalam tindakan konkrit). Pada yang pertama, dakwah dillakukan dengan seruan dan ajakan melalui mimbar dan bersifat verbal (ujaran) serta tulisan. Sedang pada yang kedua dakwah dilaksanakan dengan usaha-usaha konkrit untuk mensejahterakan, memakmurkan dan membahagiakan masyarakat. Secara Paradigmatik, Allah telah menyerukan kepada setiap pribadi muslim untuk sadar, saling bertegur sapa pada perkara kebaikan dan kesabaran. Hal ini merupakan guide line yang diserukan oleh Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104, yang mendorong umat Islam untuk menjadi umat yang beramar maruf dan bernahi munkar. Amar maruf nahi munkar memerlukan landasan psikologis, sosiologis dan komunikatif yang harus ditakar dengan skala waktu, tempat dan pribadi mukhatob (khalayak), supaya tidak terjadi kenyataan yang berbalik dari harapan. 2. Sifat Pesan Dakwah Secara prinsipil pesan dakwah Islam bersifat memberi kabar gembira (basyir) dan mengungkapkan ancaman (nadzier). Kabar gembira merupakan satu dorongan bagi umat Islam yang melakukan kebajikan agar mereka mau terus menerus menjadi pemangku kemakrufan dan al-khoer (kebajikan). Para pendukung kebajikan ini membentuk satu jaringan yang kuat dan meluas sehingga dapat mengurangi pelaku kejahatan. Sedangkan pesan-pesan yang bernada sedih dan ancaman dikemas sedemikian rupa dengan mempertimbangkan pada kearifan tradisi, sehingga dapat mempu mempertautkan antara pesan-pesan

66

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

keagaman dengan realitas dunia hitam yang tidak baik. Pesan-pesan itu akan menggugah para dai sekaligus madu.

C. Dakwah Islam yang Bermatra Psiko-sosial Madu


1. Dua Pendekatan Dakwah Islam Pendekatan dakwah Islam dapat dibagi menjadi 2 (dua): dakwah bil lisan (seperti tabligh, ceramah, khutbah dan karya-karya tulis), dan dakwah bil hal (seperti pembangunan berbagai sarana kebajikan, profesi dan produksiinovasi kreatif yang berguna bagi kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan kaum muslimin baik di dunia di akhirat). Dengan mambagi kedalam dua pendekatan ini, makalah ini akan lebih mudah memberikan landasan psikososiologisnya. a. Pendekatan Dakwah Bil Lisan Dakwah bil lisan (semacam tabligh, ceramah, khutbah) secara umum dilakukan dengan melihat karakteristik madu (khalayak) yang ada dengan mencermati 2 (dua) unsur: (1) tingkat keterpelajaran; (2) Kondisi keberagamaan mereka. Kedua unsur tersebut sebagai kondisi yang melekat pada khalayak yang pemerolehannya melalui proses dan ikhtiar yang penuh kesadaran dapat kita rumuskan langkah-langkah metoda yang dipilih adalah sebagai berikut: Gambar 1 Interaksi Antara Tingkat Pendidikan dan Keberagaman
Tingkat Pendidikan (Disarikan dari Q.S. 339:9) Rendah KONDISI KEBER AGAMAAN (Disarikan dari Q.S. 35:32) Taat Pertengahan Dzalim Al-Mauizhah al-Hasanah Al-Mauizhah al-Hasanah Al-Hikmah Menengah Al-Hikmah Al-Mauizhah al-Hasanah Al-Jdil alHasan Tinggi Al-Hikmah Al-Hikmah Al-Jdil alHasan

Pertemuan antara unsur-unsur dalam kolom diatas, menentukan pilihan kita atas metode tabligh dan atau dakwah yang lebih tepat dan cocok.

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

67

Dalam aplikasi billisan hal ini disesuaikan dengan tatanan tabligh (interpersonal, kelompok, organisasi, public Speaking dan lain-lain). b. Pendekatan dakwah bil Hal Pada dakwah bil-Hal masyarakat muslim membutuhkan berbagai sarana interaksi yang lebih konkrit. Karena bersifat tindakan maka pendekatan ini dapat lebih langsung pengaruh positifnya, sebagaimana tindakan negatif akan terekam dalam benak lebih kuat dan perpetual (tak terbatas oleh waktu). 2. Materi Tabligh a. Materi-materi yang cocok Untuk pemilihan materi tabligh dipertimbangkan tiga hal: 1) Lingkungan dimana mereka tinggal (faktor biome), 2) Pekerjaan mereka (Usaha profesi dan karier), 3) Tujuan tabligh harus jelas dengan mempertimbangkan event dan konteks tabligh harus jelas dengan mempertimbangkan event dan konteks tabligh diadakan.. Dalam hal ini Al-Quran memberikan penegasan sebagai berikut: 1) Q.S. 33 (Al-Ahzab) : 45 Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. 2) Q.S. 4 (Al-Maidah):114 Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia Ayat pertama menunjukkan bahwa Nabi Membawa fungsi risalah. Fungsi risalah ini pula yang diemban oleh para ulama , pewaris Nabi, ahli dakwah. Dari sisi kualitas, pembicaraan para juru dakwah itu yang paling baik (Q.S. 41:33) Pesan-pesan dakwah pada prinsipnya diarahkan untuk mendorong umat kepada amal-saleh, amar maruf nahi munkar, membawa kepada suasana umat ke arah kehidupan yang lebih berjaya; mendorong untuk terus bersedekah dan aktivitas sosial kemasyarakatan yang human; perlunya organisasi yang mendukung pada kebajikan. Pola-pola kebijakan harus serasi dan itu semua diambil dengan tidak merusak masyarakat luas, generasi muda, lingkungan hidup dan lain-lain. Pada sisi lain dakwah Islam bersumber pada al-Quran dan Sunnah Nabi SAW. Mempertimbangkan tradisi lokal sebagai satu acuan dalam penyusunan materi dakwah Islam. Ini menguatkan adanya kondisi kearifan yang serasi.

68

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

b. Pemprosesan Informasi Suatu pesan informasi-tabligh akan diproses oleh para mustami (jamaah) apabila memenuhi 2 (dua) syarat : 1) motivasi, 2) kemampuan. Hanya jika ada alasan yang rasional untuk menggunakann enersi (dan atau biaya) suatu informasi akan diproses. Upaya itu baru akan dilakukan jika audiens dilibatkan dalam pesan yang disampaikan. Suatu pesan menjadi relevan bagi mustami (khalayak) apabila mereka menjadi bagian dari suatu pesan. Karena pesan dakwahnya dirasa cukup penting untuk diproses, maka kebutuhan untuk membuat suatu keputusan bertindak menjadi penting dan menarik. Motivasi untuk memproses informasi secara sentral semakin tinggi ketika seorang mustami terlibat dalam suatu pesan tabligh. Tipe keterlibatan ini telah dikaji secara intensif dalam prilaku khalayak, khususnya komunikasi produk. Gambar 2 Pemprosesan Informasi-Pesan Tabligh Motivasi untuk Memproses Informasi
Tidak Ya

Motivasi untuk Memproses Informasi


Tidak

Kemampuan untuk memproses Informasi


Ya

Rute Sentral (Perubahan Sikap)


(Sumber : Aaker dan John Myers [1987:249-267] dengan adaptasi pada pesan-pesan untuk [aktivitas] tabligh).

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

69

Dalam kondisi low-involvement ciri-ciri umumnya yang terjadi adalah: Aktivitas mencari informasi kurang Atribut produk pembanding kurang Memandang rata merek-merek yang berbeda Kecintaan yang berlebihan terhadap sesuatu pesan tidak ada. Apabila kondisi seperti ini terjadi maka disebutnya sebagai elaboration of likelihood Model (ELM). Dalam kondisi seperti itu pemrosesan sentral berkurang. Konsep tentang ELM ini sebenarnya adalah konsep komunikasi bisnis atau marketing, tetapi disini dicoba untuk mengadaptasikan bagi keperluan tabligh. Sedangkan untuk syarat kedua yaitu: Kemampuan untuk memproses informasi. Untuk memperkuat motivasi madu dalam pemprosesan informasi sentral, mustami dituntut untuk memiiki kapasitas dan kemampuan memproses informasi. Kemampuan ini didukung oleh tingkat pendidikan dan pengalaman hidup. Mereka yang tingkat pendidikan (formal)nya rendah rata-rata akan lebih lamban, bergaya lugu dan sederhana. Tetapi itu masih tergantung pada pengalaman kerja serta pada kondisi dan situasi yang melingkungi mereka. Karena itu ada 3 hal: 1) Alasan-alasan yang damai, ramah dan cocok dengan logika mereka akan selaras dengan kemampuan mereka dalam memproses informasi. 2) Bahasa yang sederhana lebih mudah dicerna oleh mereka. 3) Contoh-contoh yang akrab dengan lingkungan mereka, menjadi titik tolak analisis keberhasilan pesan-pesan tabligh merasuk dalam hati dan fikiran. Selama ini penelitian dakwah belum banyak melakukan riset tentang adanya hubungan (korelasi) antara tingkat kecerdasan (intelektual, emosional dan moral) dengan kecenderungan pemilihan/kesenangan bentuk-bentuk isi pesan tertentu. c. Komunikasi: Matriks Sosial Psychiatri Treatments dalam komunikasi klasik berasal dari Jurgen Reusch dan Gregory Batesin. Dapat dimengerti bahwa problem-problem psychiatric perorangan selalu berpangkal dari problem-problem komunikasi. Demikian pula therapist bekerja dengan pasien melalui komunikasi. Selanjutnya Ruesch dan Bateson dalam (LlitleJohn, 1978:43-44) menyatakan: An individual adjusts to society to the extent that she can send and receive information in regard to self, world, and others. Thus the most

70

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

significant binding force in society is interpersonal communication, consisting of three thing. First, there must be expressive act by at least one person. This act must be perceived consciously by others. Finally, the originator must recognition that communication was received. Melalui ketiga faktor tersebut seseorang menyesuaikan diri terhadap orang-orang yang ada disekitarnya. Hasilnya, orang yang memberikan terapi harus memandang komunikasi (terapi pasien) dalam kerangka konteks sosial dimana ini terjadi, konteks sosial ini terjadi. Konteks sosial ini merupakan tema dari karya Reusch dan Bateson. Setiap gerak komunikasi membawa 2 pesan penting. Yang pertama adalah fungsi laporan. Pesann laporan menyebutkan adanya sesuatu yang terdapat dalam fikiran pembicara, makna, kesetujuan atau perasaannya. Tetapi ada juga unsur perintah dalam setiap aktivitas komunikasi. Untuk memahami dunia yang real dari fungsi laporan dan perintah dari suatu permintaan pertukaran informasi yang lebih banyak tentang 2 (dua) sistem penting dalam diri seseorang, yaitu : sistem kodifikasi yang merupakan suatu cara dimana seseorang menerima atau konseptualisasi dunianya: sistem nilai yang merupakan evaluasi yang dibuat oleh seseorang-apa yang dianggap penting, baik atau tidaknya oleh seseorang. Kedua kembaran yang dekat. Seseorang, atau menjadi kembaran yang dekat. Seseorang mengkodifikasikan (mempersepsikan) secara selaras dengan sistem nilai seseorang. Ini merupakan suatu proses codification-evaluation. Ide tentang hubungan antara nilai dan persepsi terhadap komunikasi ini memadukan apa yang ada dalam literatur di lapangan.. Ini merupakan satu konsep kunci dalam beberapa teori. 3. Pesan-pesan Dakwah Islam Bil-hal Secara Sistematis, dakwah bil-hal dilakukan dengan mempertimbangkan faktor sosio kultural, Pelaku dakwah bil-hal merancang strategi dakwahnya dengan melihat kepada beberapa aspek yang menjadi kebutuhan madu dan daya tarik mereka dengan mempertimbangkan nuansa budaya. Dalam kegiatan dakwah bil-hal seseorang muslim perlu didukung oleh terutama, konsep dan pemahaman sosiologi dan antropologi (budaya). Ada faktor-faktor yang dapat kita tarik dari keberhasilan dakwahnya para wali. Wali Songo telah berhasil mengadaptasikan ajaran-ajaran Islam khususnya di pulau Jawa memiliki muatan lokal. Bahkan karena Kebablasan hingga akulturasi itu pada tahapan berikut-

Eksplorasi Makna Al-Hikmah Dalam Dakwah (Bambang Saiful Maarif)

71

nya lebih bersifat sinkretik. Wayang, Gamelan, Gapura, Makam dan Selamatan adalah batas-batas dimana akulturasi budaya itu bertemu. Memang dakwah Islam dalam perspektif bil-hal sangat ditentukan oleh karakter budaya pada masanya, peluang yang dapat dipergunakan dan sumbersumber daya (manusia dan lingkungan) yang ada. Dakwah dituntut untuk mampu menawarkan gagasan baru dalam kehidupan bermasyarakat untuk memperoleh peradaban yang lebih maju, yaitu dengan mempertimbangkan adanya perubahan-perubahan gradual dan evolutif dalam masyarakat. Walhamdulillahi rabbilalaim ---oooOooo---

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim Al-Hilali, tanpa tahun, Interpretation of the meaning of the Noble Quran, Darus Salam, Pubication, Riyadh. Assael, Henry, 1987. Consumer Behavior and marketing Action, PWS-Kent Publlishing, Boston. Coheen, Jodi, 1988, Communication Critism : Development Your Critical Powers, Sage Publication, New York. Eliade, Mircea (editor in Chief), 1933, The Encyclopedia of Religion, Volume 15, Macmillan Publishing Company, New York HAMKA, 1983. Falsafah Hidup, Umminda, Jakarta Hasyim, 1987. Kamus Istilah Islam, Pustaka Salman ITB, Bandung. Hughes, Thomas Patric 1982. Dictionary of Islam, Cosmo Publication, New Delhi. Littlejohn, Stephen W, 1978. Theories of Human Communication, Charles E. Merill Publishing Company, London

72

Volume 1 - Nomor 1- November 2001 : 59-72

Anda mungkin juga menyukai