Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DALAM DIRI SUAMI DAN ISTRI TERDAPAT

PAHALA

Dosen Pembimbing: Sarbini Anim, LC,DPL, MA

Mata Kuliah: Fiqh Keluarga Muslim

Disusun Oleh:

Rohimah (3120170015)

Agus Mulyadi (3120170090)

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P2K)


UNIVERSITAS ISLAM AS-ASYAFIIYAH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan,
kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah “Fiqh Keluarga Muslim” yang
Berjudul “Dalam Diri Suami Dan Istri Terdapat Pahala” bisa selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat umumnya bagi para
pembaca. mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini
bisa dapat mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang
berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang
membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Depok, 29 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 RUMUSAN MASALAH 1

1.3 TUJUAN PENULISAN 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. 2

B. 2

C. 3

D. 6

BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN 5

DAFTAR PUSAKA 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara suami-istri yang di dalamnya
terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Janji setia yang terucap
merupakan janji yang untuk mengucapkannya memerlukan suatu keberanian.
Pernikahan dilandasi rasa saling cinta, kasih dan saling menghormati melalui
pernikahan akan terjalin tali kasih yang membuat pasangan suami-istri saling
merasa tenteram, dan dari hubungan perkawinan muncul generasi yang
berkesinambungan sehingga populasi manusia semakin berkembang.
Pernikahan harus dipahami sebagai suatu ikatan suci antara suami istri yang di
dalamnya terdapat suatu tanggung jawab baru dari kedua belah pihak, perlu
dipahami juga bahwa pernikahan sebagai bentuk ikhtiar manusia untuk
menyalurkan hasrat seksualnya secara sah dan bertanggung jawab, hubungan laki-
laki dan perempuan yang awalnya haram menjadi halal setelah terjalinnya ikatan
perkawinan.
B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan Penulisan
Sebagai referensi dalam membaca dan Sebagai salah satu tugas dan syarat
dalam belajar

1
BAB II
PEMBAHASAN

Hakikat Wanita Shalihah

1. Taat kepada Allah swt.


Taat kepada Allah merupakan hal yang sangat urgen yang harus dimiliki
wanita shalihah. Karena kecantikan hakiki seorang wanita dapat dilihat dari
ketaatannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada Allah dapat berupa keimanan
dan mewujudkan keyakinannya dari segala tingkah lakunya, diantaranya: taat
terhadap semua aturan yang allah tetapkan, segera menyadari kekhilafannya
dengan bertaubat, rajin beribadah, berpuasa sunah dan senantiasa menelaahh
ilmu-ilmu agama agar keimanannya selalu bertambah setiap saat.. Inilah
cakupan yang amat menyeluruh dari kepribadian wanita shalihah.

ِ ‫ات لِ ْل َغ ْي‬
‫ب‬ ٌ َ‫َات َحافِظ‬
ٌ ‫ات قَانِت‬
ُ ‫فَالصَّالِ َح‬

“Maka wanita yang shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada (bepergian)”(QS. An-Nisa’: 34).

2. Taat kepada Suami


Wanita yang mampu memelihara rahasia dan harta suaminya tergolong
sebagai wanita shalihah. Karena itu Allah mewajibkan kepada suami untuk
memperlakukannya dengan baik dan penuh kasih sayang..
Rasulullah saw. bersabda: ”Jika seorang istri itu telah menunaikan shalat
lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan taat
kepada suaminya, maka akan dipersilahkan kepadanya memasuki surga dari
pintu mana pun yang ia suka”. (HR. Ibnu Hibban, al-Bazzar, Ahmad dan
Thabrani).
Sebaliknya durhaka kepada suami akan mendatangkan bencana dari Allah.
Baik bencana yang disampaikan melalui perantara malaikat maupun manusia.
Diantara sikap taat para istri kepada para suami, adalah meminta izin kepada

2
suami jika hendak keluar rumah, tidak meminta bercerai tanpa alasan yang
dibenarkan agama, menjaga sopan santun dan kehormatan saat keluar rumah,
tidak mengeraskan suara melebihi suami, tidak membantah suaminya dalam
kebenaran, dan tidak menerima tamu yang dibenci suaminya ke dalam rumah,
apalagi bermesraan dengan lelaki lain.
3. Lemah Lembut dan Pemalu.
Malu merupakan sebagian dari iman. Diriwayatkan pada sebuah hadits
Arba’in Nawawy : “Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah apa yang ingin
kamu lakukan”. Wanita yang memiliki sifat malu akan selalu
mempertimbangkan semua yang akan ia lakukan. Ia senantiasa berfikir
dampak dari setiap tingkah lakunya.
Hal ini ia lakukan untuk menjaga dan memelihara dirinya dari fitnah dan
perbuatan keji. Bahkan sifat sopan dan pemalu ini dijadikan sebagai daya tarik
pada bidadari, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an pada penggalan ayat
yang artinya: Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan
menundukkan pandangannya… (QS. Ar-Rahman :55:56)
Rasulullah saw. Bersabda :”Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan
adalah wanita shalihah”. (HR Muslim). Kata perhiasan terkait dengan makna
keindahan. Wanita shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi
suaminya. Wanita yang senantiasa menjaga keindahan digambarkan dalam al-
Qur’an yang artinya: Dan (di dalam surga itu) terdapat bidadari-bidadari yang
bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. Al-Waqi’ah:22-23)
PAHALA ISTRI DALAM TAAT PADA SUAMI DAN KELOYALAN SUAMI
PADA ISTRI
Dalam Islam perempuan memiliki banyak keistimewaan. Seorang
perempuan sangat dimuliakan perannya dalam kehidupan. Ketika perempuan telah
menjadi seorang istri, ia memiliki hak dan kewajiban terhadap suaminya. Di dalam
Alquran dan hadits telah dijelaskan, seorang istri memiliki tanggung jawab untuk
memenuhi hak seorang suami. Perempuan yang sudah menikah, maka surganya
berpindah kepada suaminya. Sementara ia akan menjadi surga bagi anak-anaknya.
A. Keutamaan seorang Istri yang taat kepada Suami

3
Istri yang senantiasa taat dan berbakti kepada suami juga memiliki keutamaan.
Seperti firman Allah dalam Alquran surat An-Nisa ayat 34.
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang salehah, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa suami adalah pemimpin istri dan
keluarganya. Mereka mengurus berbagai keperluan para istri, memberikan
nafkah, dan memimpin mereka.
Wanita-wanita yang salehah akan senantiasa taat kepada Allah, patuh
kepada suami dan menjaga hak-hak suami mereka. Adapun keutamaan seorang
istri yang dapat berbakti kepada suaminya yaitu sebagai berikut:
1. Dijamin Allah akan masuk surga
Allah akan memberikan jaminan surga bagi istri yang taat dan berbakti
kepada suaminya. Dari Ummu Salamah Radiyallahu’anha bahwa Rasulullah
SAW pernah bersabda: "Wanita mana saja yang telah meninggal dunia dan
lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk ke dalam surganya
Allah SWT." (HR. Thirmidzi dan Ibnu Majah).
2. Mendapatkan ridho Allah
Seorang perempuan yang sudah menikah maka ridho seorang perempuan
bukan hanya kepada orang tuanya lagi, melainkan ridho yang paling utama
adalah berada di bawah suaminya. Ridho Allah berdasarkan dari ridho
suaminya.
3. Diampuni segala dosanya

4
Saat seorang istri berbakti kepada suami dengan penuh rasa ikhlas, maka
diampunilah segala dosa-dosanya selama hidup di dunia. Rasulullah SAW
pernah bersabda:
"Sungguh-sungguh meminta ampun bagi seorang istri yang berbakti kepada
suaminya yaitu malaikat di langit, burung di udara, ikan-ikat di lautan selama
ia masih dalam kerelaan suaminya. Dan barang siapa seorang istri yang tidak
berbakti kepada suaminya, maka ia akan dilaknat oleh Allah SWT, malaikat
dan semua manusia."
4. Sholatnya tidak akan mendapat pahala jika tidak berbakti kepada suami
Hal ini sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW:
"Ada 3 orang yang tidak akan diterima pahala sholatnya oleh Allah SWT dan
tidak pula diangkat kebaikan mereka ke langit ialah hamba perempuan (istri)
yang lari dari tuannya hingga ia kembali, seorang istri yang dimurkai
suaminya hingga dia memaafkannya, dan orang yang mabuk hingga ia
tersadar kembali."
5. Dapat menghindarkan dari perceraian
Seorang istri yang taat dan hormat kepada suami dapat menhindarkan rumah
tangga dari perceraian. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah SAW: "Barangsiapa (wanita) yang meminta cerai dari suaminya
tanpa adanya sebab yang sangat diperlukan, maka haramlah bagi mereka
untuk mencium bau surga."
6. Akan dileburkan segala pahalanya apabila suami murka
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Apabila seorang istri telah
berkata kepada suaminya: "Tidak pernah aku melihat kebaikanmu sama
sekali” dan suami murka kepadanya, maka dileburlah segala bentuk pahala
yang didapatkannya dari ibadah-ibadah yang dijalankannya."
Hadits tersebut menjelaskan bahwa ketika seorang istri membuat murka
suaminya karena perilaku yang tidak baik, maka segala pahala yang pernah
didapatkan seorang istri akan lebur dan tidak berarti.
7. Mendapatkan pahala yang besar

5
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa bersabar atas perangai istrinya,
maka Allah SWT akan memberikan pahala baginya seperti pahala yang
diberikan kepada Nabi Ayyub AS. Barangsiapa bersabar terhadap perangai
suaminya, maka Allah SWT akan memberikannya pahala seperti orang yang
gugur dalam membela agama Allah. Dan barangsiapa yang menganiaya
suami dan membebaninya dengan pekerjaan yang seharusnya tidak
dikerjakannya, maka malaikat akan menyiksa baginya."
Ketika suami bersama istri maka segala hal yang dilakukan bersama-sama
adalah pahala yang telah diberikan oleh Allah. Sementara itu dalam rumah
tangga Allah menginginkan ketenteraman dalam suatu pernikahan. Dan perlu
juga di ingat hal yang yang dibenci oleh Allah adalah menceraikan istri atau
sebaliknya.
Menikah memiliki banyak pahala bagi istri maupun suami. Bagi anak muda
yang masih belum halal tentu memandang, berbicara juga bisa mendatangkan
dosa. Hingga bisikan untuk melakukan dosa kerap kali muncul.
Kisah Kesetiaan Khadijah kepada Rasulullah SAW
Mari kita kenang kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (‫)صلى هللا عليه و س[لم‬. Peristiwa itu ialah
penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira. Sekembalinya ke rumah, Nabi
berkata kepada istrinya yang tercinta, “Aku merasa khawatir terhadap diriku.”
Saat itu Khadijah dengan segala kelembutannya berkata, “Wahai Kakanda, demi
Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu karena sesungguhnya Kakanda adalah
orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan, serta sanggup memikul
tanggung jawab. Kakanda dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai
tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan,
senantiasa berbicara benar dan setia kepada amanah,” tuturnya.
Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa
bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah?
Betapa besarnya kepercayaan (kesetiaan) dan kasih sayang seorang istri kepada
suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-
ragu di dalam hatinya. Jika ada wanita yang berkurang kadar kesetiaannya karena

6
alasan penghasilan dan kekayaan, maka Khadijah merupakan wanita kaya dan
terkenal. Beliau wanita yang hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun
semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya.
Baginya, apa yang dimiliki tidak lebih mulia daripada mendukung misi suci yang
diemban suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan rumah tangga
Rasulullah sepanjang kehidupan mereka bersama. Khadijah begitu setia menyertai
Nabi dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira,
beliau pasti menyiapkan segenap perbekalan dan keperluan. Seandainya
Rasulullah agak lama tidak pulang, Khadijah akan mengunjungi untuk
memastikan keselamatan suaminya tercinta.
Ketika Rasulullah khusyu’ bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan
sabar sehingga suaminya pulang. Apabila Nabi mengadu kesusahan serta berada
dalam keadaan gelisah, istri teladan ini mencoba sedapat mungkin
menenteramkan dan menghiburnya sehingga suaminya benar-benar merasakan
ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam
banyak kegiatan peribadatan Rasulullah, Khadijah pasti bersama dan membantu,
misalnya menyediakan air untuk mengambil wudhu. Kecintaan dan kesetiaan itu
bukan sekadar kepada suami, namun jelas berlandaskan keyakinan yang kuat
tentang keesaan Allah. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk
mencari keridhaan Allah. Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap
amalan yang dilaksanakan makhluk-Nya dengan penuh keikhlasan, pasti
mendapat ganjaran yang berkekalan.
Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97).
Janji Allah itu pasti benar. Wujud kesetiaan yang telah ditunjukkan oleh Khadijah
bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan
suaminya, namun juga membawa barakah yang besar kepada rumah tangga

7
mereka. Anak-anak yang lahir dari wanita-wanita seperti ini adalah anak-anak
yang shalih yang mendorong para orangtua menuju surga.

PAHALA DALAM MEMENUHI HAK DAN KEWAJIBANNYA


Ketika menikah, seorang lelaki tengah menyempurnakan setengah agamanya.
Namun, itu juga berarti ia sudah mengambil tanggungjawab memenuhi
kewajibannya sebagai suami. Maka untuk dapat memenuhi kewajibannya, Rasulullah
SAW menyarankan untuk bertakwa kepada Allah. Dari Jabir, Rasulullah SAW
bersabda ketika haji wada’:
“Bertakwalah kepada Allah pada penunaian hak-hak para wanita, karena kalian
sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian
menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat AllaH. Kewajiban kalian bagi istri
kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang baik”
(HR Muslim no. 1218)
Esensinya, kewajiban suami adalah bagian dari kewajiban seorang laki-laki kepada
Tuhannya. Perjanjian yang dilakukan atas nama Allah maka menuntut
pertanggungjawaban di depan Allah SWT. Makanya, untuk mereka yang berani dan
siap melakukan hal tersebut, Allah pun sudah menyiapkan banyak keutamaan dan
keistimewaan.
Kewajiban Seorang Suami
1. Memberi Nafkah
Yang dimaksud nafkah adalah harta yang dikeluarkan oleh suami untuk istri dan
anak-anaknya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya. Nafkah
seperti ini adalah kewajiban suami berdasarkan dalil Al Qur’an, hadits, ijma’ dan
logika. Nafkah yang diberikan bisa sesuai dengan kemampuan pribadi masing-
masing, namun harus mencukupi kebutuhan sang istri dan anak, atau setidaknya
menyamakan dengan apa yang dinikmati oleh sang suami.
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 7)

8
Karena banyaknya dalil yang mewajibkan suami untuk mencari nafkah, maka
mencari nafkah bagi suami adalah suatu kewajiban dan jalan meraih pahala.
Untuk mereka yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya, Allah SWT
sudah menyiapkan banyak hadiah.
2. Memperlakukan Istri Dengan Baik
Perintah memperlakukan istri dengan baik datang langsung dari Allah SWT,
yaitu di Q.S. An Nisa’ ayat 19 (“dan bergaullah dengan mereka dengan baik”)
dan Q.S. Al Baqarah ayat 228 (“dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf”).
Memperlakukan istri dengan baik ini mempunyai banyak dimensi, misalnya
dengan tidak menyakiti, tidak menangguhkan hak istri ketika mampu, serta
menampakkan wajah manis dan ceria di hadapan istri.
Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa:
“Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan
aku adalah orang yang paling berbuat baik kepada keluargaku.”
(H.R Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9:
484. Shahih Al Albani)
Keutamaan Melaksanakan Kewajiban Seorang Suami
1. Orang berhak iri kepada mereka yang melaksanakan kewajiban suami
Rasulullah SAW pernah mengatakan dalam sebuah hadits sahih bahwa:
“Tidak boleh iri kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan
padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri
karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816)
Suami yang menjalankan kewajibannya dengan menginfakkan hartanya
kepada jalan kebaikan (untuk menafkahi keluarganya) maka termasuk dalam
kategori orang yang pertama.
2. Nafkah keluarga lebih bernilai besar dibanding sedekah sunnah
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau
keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau
yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu

9
dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar
(dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi)”
(HR. Muslim no. 995)
3. Pahala yang besar
“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan
mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu
akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang
kamu berikan kepada istrimu.”. (HR. Bukhari no. 56).
4. Akan diganti oleh Allah SWT
“Tidaklah para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan ada dua malaikat
yang turun, salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang
yang senang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah
kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim
no. 1010).
Laki-laki yang melaksanakan kewajiban nafkahnya maka termasuk dalam
kategori orang yang pertama.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hakikat Wanita Shalihah ialah Taat kepada Allah swt. Taat kepada Allah
merupakan hal yang sangat urgen yang harus dimiliki wanita shalihah. Lalu
taat kepada Suami dan bersifat lemah lembut. Dalam Islam perempuan
memiliki banyak keistimewaan. Seorang perempuan sangat dimuliakan
perannya dalam kehidupan. Menikah memiliki banyak pahala bagi istri
maupun suami. Bagi anak muda yang masih belum halal tentu memandang,
berbicara juga bisa mendatangkan dosa. Hingga bisikan untuk melakukan dosa
kerap kali muncul. Ketika perempuan telah menjadi seorang istri, ia memiliki
hak dan kewajiban terhadap suaminya. Di dalam Alquran dan hadits telah
dijelaskan, seorang istri memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak
seorang suami. Perempuan yang sudah menikah, maka surganya berpindah
kepada suaminya. Sementara ia akan menjadi surga bagi anak-anaknya.
kewajiban suami adalah bagian dari kewajiban seorang laki-laki kepada
Tuhannya. Perjanjian yang dilakukan atas nama Allah maka menuntut
pertanggungjawaban di depan Allah SWT.

B. SARAN
Hendaklah bagi pemuda yang belum menikah senantiasa berlaku sholeh
sehingga nanti pada saat sudah menikah ia akan mampu membimbing
keluarganya menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT lewat tuntunannya.
Dengan seperti itu maka akan tercapai hakikat tujuan pernikahan yaitu
memperbanyak umat Nabi Muhammad SAW yang sholeh.

11
DAFTAR PUSAKA

12

Anda mungkin juga menyukai