Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ada saat dalam sejarah dunia, masa di mana Islam berdiri dalam posisi yang di atas
segalanya. Kekaisaran Islam adalah yang paling megah dan berkuasa di dunia. Kemudian
menghasilkan cendekiawan, penguasa, ilmuwan, arsitek dan warga ilmuwan terbesar yang
berkembang di semua bidang kehidupan. Tidak lama kemudian kita keluar dari masa itu dan
akibatnya itulah yang membuat kita menjadi bangsa yang salah paham dan tertinggal. Hari ini
kita kembali menggali sejarah Masa Keemasan umat Islam. Umat Islam pada masa modern
sekarang, mungkin tidak menyadari berapa banyak hal, benda-benda dan konsep, yang
sebenarnya dibawa oleh nenek moyang kita yang warisannya seharusnya kita jaga dan
kembangkan. Tapi selama ribuan tahun, nama-nama Muslim yang hebat itu menghilang.
Kemudian oleh orang-orang Eropa yang pandai mengambil peluang, melihat ini sebagai
sebuah kesempatan. Maka dengan senang hati mereka mengklaim. Orang-orang Eropa
mengembangkan penemuan-penemuan Muslim terdahulu, lalu dari sana menjadikan bangsa
Eropa berkembang, menjadi negara maju yang sukses. Dulu, memang benar Muslim sempat
menguasai Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah, dan sebagian besar Asia Tengah. Nabi
Muhammad Saw. mewajibkan pendidikan bagi muslim atau muslimah. Bahkan, pernah
dikatakan ,”Tuntutlah ilmu meski harus ke Negeri China.” Pada masa itu, China dianggap
sebagai negara terjauh yang tercatat. Ketika Nabi Saw. mengatakan hal ini, beliau mendorong
umat Islam untuk mencoba segala sesuatu yang mereka miliki untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Buku-buku sejarah mencatat bahwa pemerintahan Harun Ar-Rasyid adalah
puncak keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Waktu itu, filsafat-filsafat Yunani belum
mendominasi pemikiran para cendekiawan. Metode rasional seperti yang diajarkan Abu
Hanifah sedikit banyak mendapat perhatian. Sementara itu, ilmu ushul fiqh mulai
dikembangkan Imam Asy-Syafi’I. Tetapi Harun Ar-Rasyid mati muda. Dalam suatu
peperangan di Thus, Khurasan, pada 193 H, ajal menjemputnya. Waktu itu, usianya belum
lagi 45 tahun. Dan betul, sepeninggalnya, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai memasuki
gerbang kemundurannya sampai akhirnya diserbu oleh orang-orang Mongol pada 1258 M.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kisah biografi Harun Ar Rasyid?
2. Bagaimana kisah masa pemerintahan Harun Ar Rasyid?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui kisah biografi Harun Ar Rasyid
2. Untuk mengetahui kisah masa pemerintahan Harun Ar Rasyid

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Harun Ar Rasyid


Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 763 (150 H) dan wafat pada tanggal 24 Maret 809,
di Thus, Khurasan. Ar-Rasyid bernama Harun bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdillah Al-
Mansur. Ia adalah cucu pendiri kota Baghdad, Al-Mansur. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah
kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara 14 September 786 – 24 Maret 809
(15 Rabi’ul Awwal 170AH – 3 Jumada Ats-Tsani 193AH). Ayahnya bernama Muhammad
Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempat.
Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman. Meski berasal dari dinasti
Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di
masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak. Kuniyah Harun Ar-
Rasyid adalah Abu Ja’far. Kuniyah adalah nama yang berawalan abu atau ummu. Dalam
kebiasaan kita, kuniyah sama seperti panggilan kepada orang yang kita kenal dengan “bapak
si anu” atau “ibu si anu”. Adapun “Ar-Rasyid”, nama ini adalah julukan yang dikenakannya.
Menjadi kelaziman di kalangan khalifah Bani Abbasiyah, seorang khalifah atau calon
khalifah memiliki julukan masing-masing.
Harun Ar-Rasyid banyak memiliki kesamaan dengan kakeknya, Al-Mansur. Masing-masing
mereka memiliki kesenangan mendengarkan riwayat-riwayat hadis. Baik Al-Mansur ataupun
Ar-Rasyid, memiliki teman dari kalangan ahli hadits. Yang dimaksud ahli hadits adalah
orang-orang yang mencari riwayat-riwayat hadis untuk diseleksi dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Biasanya, para pencari hadis itu menyampaikan hadis-hadis yang
mereka peroleh dalam majelis-majelis tahdits. Buku-buku sejarah mencatat bahwa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid adalah puncak keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah.
Waktu itu, filsafat-filsafat Yunani belum mendominasi pemikiran para cendekiawan. Metode
rasional seperti yang diajarkan Abu Hanifah sedikit banyak mendapat perhatian. Sementara
itu, ilmu ushul fiqh mulai dikembangkan Imam Asy-Syafii. Tetapi Harun Ar-Rasyid mati
muda. Dalam suatu peperangan di Thus, Khurasan, pada 193 H, ajal menjemputnya. Waktu
itu, usianya belum lagi 45 tahun. Dan betul, sepeninggalnya, pemerintahan Bani Abbasiyah
mulai memasuki gerbang kemundurannya sampai akhirnya diserbu oleh orang-orang Mongol
pada 1258 M.
Harun Ar-Rasyid sendiri banyak dihormati raja-raja Eropa. Mereka saling berkirim surat. Di
antara mereka adalah Raja Charle Magne dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa, nama
Harun Ar-Rasyid beserta Shalahuddin Al-Ayyubi dijajarkan dalam daftar raja-raja terkenal
yang pernah ada di dunia ini. Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan
agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer
adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi
seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer,
berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara. Ketika tumbuh menjadi seorang remaja,
Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan

3
B. Masa Kepemerintahan Harun Ar Rasyid
Di masa pemerintahannya beliau :
 Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
 Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
 Membangun tempat-tempat peribadatan.
 Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
 Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai p
erguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
 Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah
keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana. Era
keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya.
Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya
mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik,
wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi
salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M. Harun Ar-Rasyid adalah Amir para
Khalifah Abbasiyah. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya
dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M – 814 M) di Eropa. Pada masa
kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi metropolitan dunia.
Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih
dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.
Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer
untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya
pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun
memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun
Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta
para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang
strategi pertempuran.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-
Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur,
sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah
saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki
tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima. Harun Ar-Rasyid berkuasa
selama 23 tahun (786 M – 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Ar-Rasyid mampu
membawa dinasti yang dipimpinnya ke puncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru
para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai
pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum,
penulis, qari, dan seniman.
Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk
mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah
salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat
menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang
mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat,
Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat
hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan
ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa
mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima. Jika sang khalifah tak
berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus
orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana.

4
Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa
pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal
kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu
adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu
Harun Ar-Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya
sebagai perdana menteri (wazir). Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya
senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang
dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya.
Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Konon, Harun Ar-Rasyid
adalah khalifah yang berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa
kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari
daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski
begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang
dikuasainya. Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era
kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain;
pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa
Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M).
Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya
dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi
penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu

pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu

pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah – perpustakaan

raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya.

Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang

khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski

begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga

diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin

yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

6
DAFTAR PUSTAKA

Myers, Eugene A.2003.Zaman Keemasan Islam.Jogjakarta:Fajar Pustak Baru

Syalabi, Ahmad. 1993. Sejarah dan Kebudayaan  3. Cet. III. Jakarta: Pustaka Al-Husna

Tim Ensiklopedi. 1998. Ensiklopedi Islam. Cet. III. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve

Anda mungkin juga menyukai