Anda di halaman 1dari 4

Ada saat dalam sejarah dunia, masa di mana Islam berdiri dalam posisi yang di atas segalanya.

Kekaisaran Islam adalah yang paling megah dan berkuasa di dunia. Kemudian menghasilkan
cendekiawan, penguasa, ilmuwan, arsitek dan warga ilmuwan terbesar yang berkembang di
semua bidang kehidupan. Tidak lama kemudian kita keluar dari masa itu dan akibatnya itulah
yang membuat kita menjadi bangsa yang salah paham dan tertinggal. Hari ini kita kembali
menggali sejarah Masa Keemasan umat Islam. Umat Islam pada masa modern sekarang,
mungkin tidak menyadari berapa banyak hal, benda-benda dan konsep, yang sebenarnya dibawa
oleh nenek moyang kita yang warisannya seharusnya kita jaga dan kembangkan. Tapi selama
ribuan tahun, nama-nama Muslim yang hebat itu menghilang. Kemudian oleh orang-orang Eropa
yang pandai mengambil peluang, melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Maka dengan senang
hati mereka mengklaim. Orang-orang Eropa mengembangkan penemuan-penemuan Muslim
terdahulu, lalu dari sana menjadikan bangsa Eropa berkembang, menjadi negara maju yang
sukses. Dulu, memang benar Muslim sempat menguasai Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah,
dan sebagian besar Asia Tengah. Nabi Muhammad Saw. mewajibkan pendidikan bagi muslim
atau muslimah. Bahkan, pernah dikatakan ,”Tuntutlah ilmu meski harus ke Negeri China.” Pada
masa itu, China dianggap sebagai negara terjauh yang tercatat. Ketika Nabi Saw. mengatakan hal
ini, beliau mendorong umat Islam untuk mencoba segala sesuatu yang mereka miliki untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Maka dari perintahnya itu, didirikanlah pusat pembelajaran di
Baghdad, Damaskus, Kairo, dan Cordoba. Pusat pembelajaran dan studi ini kemudian dijadikan
model universitas Eropa. Allah Swt. juga memerintahkan hamba-Nya untuk merenung dan
melihat keajaiban di alam semesta agar manusia mengerti. “Dan di bumi ada tanda-tanda pasti
iman. Dan di dalam dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak melihat?” (QS. Adz-Dzariyat [51]:
20-21). Orang-orang Islam pada waktu itu sangat haus akan pengetahuan dan keingintahuan
tentang apa yang telah Allah sembunyikan untuk mereka di bumi dan di semua ruang dan waktu.
Hal itu membuat para ilmuwan Muslim menetapkan bahwa dunia ini bulat pada abad ke-9. Saat
itu, para ekspedisi Muslim mulai belajar bagaimana menavigasi dengan melihat bintang-bintang.
Penggunaan alat navigasi dan peramalan cuaca adalah keahlian kaum Muslimin. Dengan
mempelajari bintang-bintang, mereka membuat kalender dan menentukan waktu shalat.
Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 763 (150 H) dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di
Thus, Khurasan.
Ar-Rasyid bernama Harun bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdillah Al-Mansur. Ia adalah cucu
pendiri kota Baghdad, Al-Mansur.

Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara 14
September 786 – 24 Maret 809 (15 Rabi’ul Awwal 170AH – 3 Jumada Ats-Tsani 193AH).
Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi
adalah kalifah yang keempat. Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.

Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki
dari Persia (Iran). Di masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.

Kuniyah Harun Ar-Rasyid adalah Abu Ja’far. Kuniyah adalah nama yang berawalan abu atau
ummu. Dalam kebiasaan kita, kuniyah sama seperti panggilan kepada orang yang kita kenal
dengan “bapak si anu” atau “ibu si anu”. Adapun “Ar-Rasyid”, nama ini adalah julukan yang
dikenakannya. Menjadi kelaziman di kalangan khalifah Bani Abbasiyah, seorang khalifah atau
calon khalifah memiliki julukan masing-masing.

Harun Ar-Rasyid banyak memiliki kesamaan dengan kakeknya, Al-Mansur. Masing-masing


mereka memiliki kesenangan mendengarkan riwayat-riwayat hadis. Baik Al-Mansur ataupun Ar-
Rasyid, memiliki teman dari kalangan ahli hadits. Yang dimaksud ahli hadits adalah orang-orang
yang mencari riwayat-riwayat hadis untuk diseleksi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya, para pencari hadis itu menyampaikan hadis-hadis yang mereka peroleh dalam majelis-
majelis tahdits.
Buku-buku sejarah mencatat bahwa pemerintahan Harun Ar-Rasyid adalah puncak keemasan
kekhalifahan Bani Abbasiyah. Waktu itu, filsafat-filsafat Yunani belum mendominasi pemikiran
para cendekiawan. Metode rasional seperti yang diajarkan Abu Hanifah sedikit banyak mendapat
perhatian. Sementara itu, ilmu ushul fiqh mulai dikembangkan Imam Asy-Syafii.

Tetapi Harun Ar-Rasyid mati muda. Dalam suatu peperangan di Thus, Khurasan, pada 193 H,
ajal menjemputnya. Waktu itu, usianya belum lagi 45 tahun. Dan betul, sepeninggalnya,
pemerintahan Bani Abbasiyah mulai memasuki gerbang kemundurannya sampai akhirnya
diserbu oleh orang-orang Mongol pada 1258 M.

Harun Ar-Rasyid sendiri banyak dihormati raja-raja Eropa. Mereka saling berkirim surat. Di
antara mereka adalah Raja Charle Magne dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa, nama Harun
Ar-Rasyid beserta Shalahuddin Al-Ayyubi dijajarkan dalam daftar raja-raja terkenal yang pernah
ada di dunia ini.

Di masa pemerintahannya beliau :


 Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
 Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
 Membangun tempat-tempat peribadatan.
 Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
 Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
 Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah
keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.
Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya.
Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah
kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara
adikuasa dunia di abad ke-8 M.

Harun Ar-Rasyid adalah Amir para Khalifah Abbasiyah. Dia adalah raja agung pada zamannya.
Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M – 814 M) di
Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi metropolitan
dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih
dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.

Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di
lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal
pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid
memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam
berbicara.

Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya
dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya
memimpin ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer
pertama dipimpinnya pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-
782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda,
Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta
para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi
pertempuran.

Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah
tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah
mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi.
Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti
Abbasiyah sebagai khalifah kelima.

Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M – 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun
Ar-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke puncak kejayaan. Ada banyak hal
yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini.
Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum,
penulis, qari, dan seniman.

Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk mendiskusikan
berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang
membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan
mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya.
Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah.
Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali
dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari
Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam
kelima. Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya
sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana.

Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa
pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal
kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah
orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar-Rasyid
memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri
(wazir).

Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas
negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa
menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya.
Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan.
Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari
daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu,
tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.

Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan


yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin
Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya
bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya
melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa
kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.

Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu
pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan
dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah – perpustakaan raksasa sekaligus
pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh
perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24
Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya
masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam
kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

Anda mungkin juga menyukai