Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Khalifah Harun Al-Rasyid
Harun Ar-Rasyid atau Abu Jafar Harun bin al-Mahdi Muhammad bin al-Mansur
Abu Jafar Abdullah bin Muhmma bin Ali bin Abdullah bin Abbas al-Hasyimi al-Abbasi lahir
di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Harun ArRasyid adalah khalifah kelima dari kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786
hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya,
Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempat. Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal
dari Yaman.
Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu
pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin Khalid AlBarmaki.
Khalifah Harun Al-Rasyid dibesarkan dengan memperoleh pendidikan di Istana, baik
pendidikan agama maupun pendidikan pemerintahan, hal inilah yang kemudian menjadikan
Khalifah Harun Al-Rasyid sebagai seseorang yang memiliki pribadi yang kuat dan berjiwa
toleransi. Dalam usianya yang masih muda, ayahnya telah melatihnya dalam memimpin dan
bertanggung jawab. Khalifah Harun Al-Rasyid selalu menjalin hubungan yang baik dengan
para ulama, ahli hukum, hakim, qari, penulis maupun seniman. Tak jarang beliau mengundang
mereka untuk datang ke istana hanya untuk sekedar mendiskusikan berbagai masalah.
Khalifah Harun Al-Rasyid akhirnya resmi diangkat menjadi khalifah Daulat Abbasiyah dalam
usianya yang ke-25 tahun.
Khalifah Harun Al-Rasyid dibaiat oleh ayahnya Khalifah Al-Mahdi. Sebelum
pengangkatan Khalifah Harun Al-Rasyid, beliau telah membaiat Musa Al-Hadi (kakak Harun
Al-Rasyid) untuk menggantikannya dan diikuti dengan membaiat Harun Al-Rasyid sebagai
Khalifah selanjutnya untuk menggantikan Musa Al-Hadi. Khalifah Al-Mahdi melantik
anaknya Al-Hadi sebagai putera mahkota pada tahun 160 H. Pada tahun 166 H, Khalifah AlMahdi melantik pula anaknya, Harun Al-Rasyid sebagai putera mahkota kedua, bakal
menggantikan Al-Hadi kelak.1 Masa pemerintahan Khalifah Musa Al-Hadi tergolong dalam
masa pemerintahan yang paling singkat dari khalifah-khalifah lain yang memimpin di Daulat
Abbasiyah. Khalifah Musa Al-Hadi wafat pada tahun 786 M dan digantikan oleh adiknya
Harun Al-Rasyid.
Khalifah berfungsi sebagai pengganti undang-undang tertinggi (eksekutif) dalam
pemerintahan, juga berfungsi mewakili kaum muslim untuk mewakili umat dalam urusan
pemerintahan dan kekuasaan dalam menerapkan hukum syara. Seorang khalifah mempunyai
dua tugas. Pertama, menegakkan agama Islam dan melaksanakan hukum-hukumnya. Kedua,
menjalankan politik negara sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama
Islam.2

Masa kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid dimulai tahun 786 M menggantikan


Khalifah Al-Hadi. Kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid dapat diartikan sebagai
tindakan atau perbuatan seseorang yang menyebabkan seseorang atau kelompok lain
menjadi bergerak ke arah tujuan-tujuan tertentu.3 Hadari Nawawi mengemukakan
beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian kepemimpinan, yaitu:
a. Kepemimpinan selalu berhadapan dengan dua belah pihak. Pihak yang pertama
disebut pemimpin dan pihak lainnya adalah orang-orang yang dipimpin. Jumlah
pemimpin selalu lebih sedikit dari jumlah orang yang dipimpinnya.
b. Kepemimpinan merupakan gejala sosial, yang berlangsung sebagai interaksi antar
manusia di dalam kelompok besar yang melibatkan jumlah orang banyak, maupun
kelompok kecil dengan jumlah orang yang lebih sedikit.
c. Kepemimpinan sebagai perihal memimpin berisi kegiatan menuntun, membimbing,
dan menunjukan jalan bagi orang-orang yang dipimpinnya.4
Masa kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid inilah yang kemudian dikenal
sebagai masa yang membawa Daulat Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya. Didin
Saefudin menyatakan bahwasannya kejayaan adalah kemajuan tertinggi yang dicapai.
Baik dalam bidang fisik maupun dalam bidang non fisik.5 Hal ini sesuai dengan pendapat
Yusuf Al-Isy: Dalam sejarah Arab-Islam, masa Ar-Rasyid adalah masa paling gemilang
dan indah. Ketika itu, negara memiliki wilayah yang luas sekali. Beberapa tren pemikiran
yang muncul sebelum masa ini mengalir dengan deras untuk kemudian menjadi satu.
Tren tersebut muncul dalam bentuk yang paling bagus. Tidak diragukan lagi, zaman ArRasyid adalah zaman yang paling gemilang. Ia merupakan zaman paling sempurna dan
paling indah dalam sejarah Arab-Islam dan sejarah dunia. Orang-orang Barat melihat
zaman ini sebagai zaman yang paling indah dalam sejarah Arab-Islam.6
Di dalam buku Encyclopedia Americana vol. XIII edisi 1976 halaman 834
sebagaimana yang dikutip oleh Joesoef Souyb, menulis tentang masa pemerintahan
Harun Al-Rasyid dengan Haruns reputations was for a long time inflated and idealized
in both East and west, perhaps largely because of his legendary role as figure in same on
the tales in The Arabian Nights. The Caliphate reached its peak of power, wealth, and
culture in his time. Yang bermakna: Nama Harun dalam sekian lamanya termasyhur
sekali dan menjadi buah tutur, baik di timur maupun di barat, mungkin sebagian besarnya
karena ia merupakan tokoh legendaris di dalam sebagian kisah-kisah Seribu Satu Malam.
Khalifah mencapai puncak kekuasaan, kemakmuran, dan kebudayaan pada masanya. 7
Dikutip lagi oleh Joesoef Souyb dalam buku Historians History of The World vol.
VIII edisi 1926 halaman 210 menulis tentang masa pemerintahan Harun Al-Rasyid: The
magnificence of all previous regins paled before that of Harun ar-Rashid, Harun the Just

3 Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2005), 7.
4 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Segi Sosial, (Jakarta: Indayu Press, 1993), 28.

B. Masa Kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid


1. Segi Sosial

5 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2002), 13.

1 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam III, (Jakarta: Pustaka AL Husna Baru, 2003), 88.

6 Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), 51.

2 Said Hawwa, Al-Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 477.

7 Joesoef Souyb, Sejarat Daulat Abbasiyah, (Jakarta: Bulan Bitang, 1977), 102-103.
1

Oleh: Luis Kholilur Rohman Saani (D91213154), Maliki (D91213156). PAI/V

(786-809). This famous potentate, in whom peculiar genius of the Arab race seems to
have reached its highest development, merits particular metion among the vicegerents of
Muhammed. Brave, generous, and magmanious, he resisted all temtatioms to use
despotically his supreme power over a people who never murmured at his will, and
governed with a sole view to assuring the happiness of his will, and governed with
subjects. Yang artinya: Keagungan dari keseluruhan kekuasaan-kekuasaan sebelumnya
telah suram di depan Harun Al-Rasyid, Harun maha adil (786-809). Penguasa yang
termasyhur ini, yang pada masanya kecakapan khusus bangsa Arab mencapai
perkembangannya yang tertinggi, memiliki keistimewaan di antara para penguasa yang
menggantikan Muhammad. Gagah-berani, dermawan, dan maha agung, ia menolak setiap
rayuan untuk mempergunakan kekuasaan tertinggi yang berada di tangannya itu secara
sewenang-wenang terhadap rakyat yang tidak pernah menggerutu atas setiap
kehendaknya, dan ia memerintah dengan keseluruhan perhatian tertuju bagi menjaminkan
kebahagiaan rakyatnya.8
Di zamannya kota Baghdad mencapai keagungan dan meluas disegenap sudut.
Bangunan-bangunanya teratur. Setiap bangunan yang dibangun sebelum pemerintahan
Harun Al-Rasyid telah diperbaharui dan dihiasi dengan sebaik-baiknya agar sesuai
dengan zaman yang baru itu. Dengan itu nama kota Baghdad, keindahannya, kebudayaan
yang terdapat padanya, berbagai rupa kesenangan, hiburan dan kemewahannya menjadi
terkenal di seluruh dunia.9
Pada masa kepemimpinannya, Khalifah Harun Al-Rasyid juga dikenal sangat gemar
beribadah dan selalu menghargai setiap orang yang berhadapan dengannya, hal
tersebetulah yang kemudian menjadikan Khalifah Harun Al-Rasyid banyak dikagumi
oleh semua golongan masyarakat. Keamanan dan kesejahteraan rakyat ia perhatikan,
untuk ini ia sangat teguh menghadapi pemberontakan yang muncul di berbagai wilayah,
tidak menyia-nyiakan rakyat yang berbuat baik, tidak melambatkan pembayaran upah,
dan dikenal amat pemurah.10
Kejayaan Daulat Abbasiyah yang dicapai pada masa kepemimpinan Khalifah Harun
Al-Rasyid tidak terlepas dari adanya upaya yang dilakukan khalifah. Upaya yang
dilakukan khalifah adalah dengan mempertahankan wilayah kekuasaannya yang luas,
memperkuat kemiliteran, dan memajukan perekonomian Daulat Abbasiyah. Wilayah
kekuasaan Daulat Abbasiyah pada masa kepemimpinan khalifah terbentang dari daerahdaerah Laut Tengah di sebelah Barat sampai India di sebelah Timur. Pembukaan wilayah
telah berhenti di masa Abbasiyah, dan yang ada adalah pertahanan wilayah-wilayah dari
serangan musuh.11 Sebagai upaya dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya
Khalifah Harun Al-Rasyid melakukan beberapa tindakan yaitu membangun kota-kota
benteng. Pada tahun 170 H/ 786 M, setelah berlangsung baiat umum Khalif Harun AlRasyid menghapuskan pos-pos pengintai (Al Tsughur) yang berada di sepanjang

perbatasan Asia Kecil, yakni sepanjang perbatasan Aljazirah di sebelah utara Irak dan
sepanjang perbatasan Syria Utara. Selanjutnya memerintahkan pembangunan kota-kotaBenteng (Al Hushun = Al Qalat) pada tempat-tempat yang strategis di sepanjang
perbatasan Asia Kecil itu. Juga pembangunan bivak-bivak ketentaraan (Al Maqil) pada
tempat-tempat yang terpandang penting diantara kota-kota-benteng itu.12 Kawasan
benteng-benteng di perbatasan ini terbagi dua : Satu terletak di timur laut dinamakan
benteng Jaziriyah (mengambil hubungan nama kawasan Jazirah di utara Iraq), dan
diantara bentengnya yang penting ialah Zabatrah (Azopetra), benteng Mansur dan alHadats. Satu lagi diberi gelar benteng Syamiyah, terletak di barat-daya berdekatan
dengan pantai teluk Iskandariah (Alexandrette). Diantara benteng-bentengnya yang
penting ialah al-Masisah (Mopsueste), Adanah dan Tarsus (Tarse).13
Khalifah Harun juga menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Charlemagne
yang merupakan raja Bangsa Franks yang berpusat di Aachen, Jerman. Seorang penulis
Perancis yang mengenal Charlemagne secara pribadi dan kadang-kadang disebut sebagai
sekretaris pribadinya, meriwayatkan bahwa para utusan raja agung dari Barat sering
kembali sambil membawa hadiah-hadiah mahal dari Raja Persia, Harun, berupa bahan
pakaian, rempah-rempah beraroma, dan gajah.14
Pengangkatan para gubernur sepenuhnya ditetapkan oleh khalifah. Karier mereka
benar-benar sangat bergantung pada kekuasaan khalifah. Kebijaksanaan ini tampaknya
diambil khalifah untuk menghindari penggalangan kekuatan daerah yang akan menentang
pemerintahan pusat.15 Pengangkatan maupun pemberhentian gubernur sepenuhnya berada
ditangan khalifah, hal ini dilakukan untuk menghindari pengkhianatan atau
pemberontakan yang sewaktu-waktu dilakukan gubernur terhadap kekuasaan khalifah.
Para gubernur yang diangkat pada masa Daulat Abbasiyah ini biasanya berasal dari
kalangan militer, hal ini ditujukan untuk menjaga keamanan dari kedudukan khailifah
Daulat Abbasiyah sendiri. Gubernur biasanya adalah seorang komandan militer, dengan
pendamping seorang pejabat lain yang ditunjuk oleh perbendaharaan pusat untuk
menangani urusan perpajakan dan keuangan, juga ada pejabat lain yang mengepalai
peradilan.16
Pusat khalifah yang jauh dari beberapa wilayah mengakibatkan penerapan sistem
sentralisasi di tempat tersebut sulit menjadi dijalankan. Hal yang bisa dilakukan hanyalah
mengutus mata-mata yang bisa dipercaya. Mata-mata tersebut mengawasi mereka setiap
saat agar mereka loyal terhadap pemerintah.17 Mata-mata yang ditugaskan pada masa
kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid ini adalah tugas dari kepala pos pusat yang

12 Joesoef Souyb, Sejarat Daulat Abbasiyah, 106.


13 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan, 181.

8 Ibid., 103.

14 Philip K. Hitti, Terj. Usuludin Hutagulung, Dunia Arab, (Bandung: Sumur Bandung, 1960), 370.

9Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan, 104.

15 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, 81.

10 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, 40.

16 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 88.

11 Ibid., 72.

17 Yusuf Al-Isy, Dinasti Abbasiyah, 54.


2

Oleh: Luis Kholilur Rohman Saani (D91213154), Maliki (D91213156). PAI/V

merupakan pemimpin dari departemen pos yang termasuk ke dalam biro pemerintahan
Daulat Abbasiyah. Kepala pos provinsi memberikan laporan kepadanya, atau langsung
kepada khalifah tentang prilaku dan aktvitas para pejabat negara, termasuk gubernur, di
provinsinya.18
Khalifah Harun Al-Rasyid juga berupaya dalam memperkuat kemiliteran Daulat
Abbasiyah dengan cara menambah jumlah pasukan dari golongan budak. Para budak dan
mawla memegang peranan penting dalam angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah dalam
dua generasi pertama setelah Abbasiyah berkuasa. Para budak ini oleh pemerintahan
Dinasti Abbasiyah direkrut dan dilatih secara sistematis dan teratur.19 Pada Zaman Harun
Al-Rasyid pernah dikirimkan 1000 budak dari Ghilan dan 4000 orang dari khurasan
sebagai kharaj.20 Para budak yang sebagian besar didapat dari pembayaran kharaj
tersebutlah yang kemudian diberi latihan militer dan dijadikan pasukan bersenjata yang
memperkuat pasukan kemiliteran Daulat Abbasiyah pada masa kepemimpinan Khalifah
Harun Al-Rasyid.
Khalifah Harun Al-Rasyid juga untuk pertama kalinya di dalam sejarah
kepemimpinan Daulat Abbasiyah menambahkan suatu barisan kesehatan khusus ke dalam
satuan pasukan militer Daulat Abbasiyah, barisan kesehatan khusus yang bertugas
menangani kesehatan para pasukan militernya ini selalu mengiringi pasukan di dalam
medan peperangan. Rumah sakit dan ambulans yang berbentuk gerobak yang ditarik oleh
unta ikut mengiringi pasukan. Harun adalah khalifah pertama yang memperkenalkan
gagasan tersebut dan menerapkan ilmu pengetahuan ke dalam kemiliteran. 21 Salah satu
kontribusi Ar-Rasyid dalam dunia peperangan adalah mendirikan kantor suplai (Diiwan
AlArdhi) yang merupakan bagian dari kantor perang (Diiwan Al-Harbi), yaitu
bertugas antara lain untuk menyiapkan para tentara dan meneliti tingkat kemampuan
mereka, yang dilakukan oleh para pengawas khusus; menyusun teknik peperangan seperti
mobilisasi; cara menguasai benteng musuh; memperkuat benteng pertahanan,
mengendarai kuda perang; dan bagaimana mengepung musuh22
Kemajuan ekonomi Daulat Abbasiyah pada masa kepemimpinan Khalifah Harun AlRasyid dicapai dengan menjalin hubungan dengan China. Hubungan dengan China pada
masa kejayaan Islam meningkat dan Cina pada waktu itu sudah menjadi negara yang
maju di bidang perdagangan.23 Pada pertengahan abad ke-8 telah dilakukan pertukaran
duta. Dalam catatan Cina abad itu, kata amir al-muminin diucapkan dengan hanmi mo
mo ni; Abu al-Abbas, khalifah Dinasti Abbasiyah pertama, A bo lo ba; dan Harun, A lun.

Pada masa khalifah-khalifah itu terdapat sejumlah orang Islam yang menetap di Cina.
Pada mulanya orang Islam itu dikenal dengan sebutan Ta syih dan kemudian Hui Hui
(Pengikut Muhammad).24
Perkembangan ekonomi pertanian didukung oleh pengembangan ilmu-ilmu
pertanian. Dalam batas tertentu, ilmu pertanian itu diadopsi dari Yunani melalui
penerjemahan buku-buku tertentu dalam bidang ini.25 Hasil pendapatan yang dibawa ke
Baitul Mal di zaman pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid adalah sebanyak 7.500
pikul setiap tahun. Jumlah ini adalah 75 juta ponsterling, tidak termasuk pajak barangbarang seperti bijian, pakaian dan sebagainya 26 Pendapatan Baitul Mal pada masa
kepemiminan khalifah Harun Al-Rasyid tersebut merupakan pendapatan yang luar biasa
diantara para pemimpin Daulat Abbasiyah sebelumnya, yang mana dengan meningkatnya
pendapatan Baitul Mal tersebut juga meningkatkan pendapatan negara yang berdampak
kepada kemajuan ekonomi Daulat Abbasiyah.
2.

18 Philip K. Hitti, Dunia Arab, 405.

Segi Intelektual
Khalifah Harun Al-Rasyid juga memberi perhatian yang lebih dibidang ilmu
pengetahuan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya aktivitas penerjemahan literaturliteratur Yunani ke dalam bahasa Arab serta dibangunnya Bait Al-Hikmah yang
merupakan sebuah lembaga yang berfungsi sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan
dan juga sebagai akademi. Perkembangan intelektual dimulai dengan diterjemahkannya
khazanah intelektual Yunani klasik seperti filsafat Aristoteles. Khalifah sendiri
mengalokasikan anggaran khusus untuk menggaji para penerjemah dari golongan
Kristen, kaum Sabi, dan bahkan juga para penyembah bintang.27
Khalifah Al-Rasyid mewariskan kemakmuran yang mencapai kehidupan rakyat
umum dan juga mewariskan perkembangan kebudayaan beserta cabang-cabang ilmu,
penyalinan literatur Grik dan Siryani dan Iran dan Sanskrit berkelanjutan pada masanya,
terutama ditangan keluarga Bakhtisyu (kakek, bapa, cucu) yang satu persatunya menjabat
tabib Istana dan juga di tangan ibn Patrick dan Abdul-Masih Al Naimi.28 Selain itu
cabang-cabang ilmu dalam bidang matematik, fisika, astronomi serta kemiliteran turut
juga berkembang selama masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Pembangunan
juga banyak dilakukan, lembaga-lembaga pendidikan dokter, farmasi serta lembagalembaga sosial seperti rumah sakit. Rumah sakit Islam yang pertama sekali didirikan
oleh Harun Al-Rasyid pada awal abad kesembilan, dalam hal mana ia mengikuti contoh
Parsi. Tiada berapa lama sesudah itu berdirilah sejumlah tiga puluh empat buah rumah
sakit di dunia Muslim.29

19 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, 118.


24 Philip K. Hitti, Dunia Arab, 429.

20 Ibid., 107.

25 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, 129.

21 Philip K. Hitti, Dunia Arab, 408.

26 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan, 102.

22 Syauqi Abu Khalil, Harun Ar-Rasyid, Amir Para Khalifah dan Raja Teragung di Dunia, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2006), 158.

27 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, 7.

23 Didin Saefudin, Zaman Keemasan Islam, 125.

28 Joesoef Souyb, Sejarat Daulat Abbasiyah, 129.


3

Oleh: Luis Kholilur Rohman Saani (D91213154), Maliki (D91213156). PAI/V

Secara garis besar, kemajuan intelektual pada masa Harun Al-Rasyid dalam dinasti
Abbasiyah adalah sebagai berikut:30
a. Bidang Ilmu Agama, antara lain:
1) Ilmu Tafsir.
2) Ilmu Hadits.
3) Ilmu Kalam.
4) Ilmu Fiqh.
5) Ilmu Tasawwuf.
b. Kemajuan Filsafat
Diterjemahkannya buku-buku filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab untuk
dijadikan perbandingan dan rujukan para Filsuf Islam untuk menciptakan filsafat
yang bernafas Islam, tetapi ada sebagian yang mengambil dan dirubah sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam.
Jadi, perlu digaris bawahi bahwa para ilmuwan muslim tidak mengambil
filsafat Yunani secara keseluruhan tetapi mengadakan perubahan dengan disesuaikan
ke dalam ajaran Islam, sehingga menjadi filsafat Islam. Mengenai penerjemahan
filsafat Yunani, Montgomery Watt mengatakan, bahwa filsafat tidak akan hidup
hanya dengan menterjemahkan dan mengulang-ulang pemikirannya orang lain, tetapi
menterjemahkan filsafat hanya hanya bisa dilakukan kalau sudah ada dasar
pemikiran dari bahasa itu..
c. Dalam bidang Sains, antara lain:
1) Ilmu Kedokteran.
2) Ilmu Kimia.
3) Ilmu Astronomi.
4) Ilmu Matematika.

4.

Khalifah Harun Al-Rasyid dikenal sebagai seorang yang taat, sangat menghargai orang
lain, tidak menyia-nyiakan rakyat yang berbuat baik, tidak melambatkan pembayaran
upah, dan dikenal amat pemurah.
5. Memperkuat pertahanan wilayah dengan membangun kota-kota benteng (Al Hushun = Al
Qalat) pada tempat-tempat yang strategis di sepanjang perbatasan Asia Kecil setelah
menghapuskan pos-pos pengintai (Al Tsughur) yang berada di sepanjang perbatasan Asia
Kecil, yakni sepanjang perbatasan Aljazirah di sebelah utara Irak dan sepanjang
perbatasan Syria Utara.
6. Menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Charlemagne yang merupakan raja Bangsa
Franks yang berpusat di Aachen, Jerman.
7. Pengangkatan para gubernur sepenuhnya ditetapkan oleh khalifah untuk menghindari
penggalangan kekuatan daerah yang akan menentang pemerintahan pusat.
8. Pusat khalifah yang jauh dari beberapa wilayah mengakibatkan penerapan sistem
sentralisasi di tempat tersebut sulit menjadi dijalankan. Hal yang bisa dilakukan hanyalah
mengutus mata-mata yang bisa dipercaya. Mata-mata tersebut mengawasi mereka setiap
saat agar mereka loyal terhadap pemerintah
9. Memperkuat kemiliteran dengan cara menambah jumlah pasukan dari golongan budak
dengan direkrut dan dilatih secara sistematis dan teratur.
10. Menambahkan barisan kesehatan dalam satuan pasukan perang. Hal ini merupakan
pertama kalinya dalam kepemimpinan daulat Abbasiyah.
11. Memperkuat perekonomian dengan menjalin hubungan internasional.
Segi Intelektual
a. Bidang Ilmu Agama, antara lain:
1)Ilmu Tafsir.
2) Ilmu Hadits.
3) Ilmu Kalam.
4) Ilmu Fiqh.
5) Ilmu Tasawwuf.
b. Kemajuan Filsafat
c. Dalam bidang Sains, antara lain:
1) Ilmu Kedokteran.
2) Ilmu Kimia.
3) Ilmu Astronomi.
4) Ilmu Matematika.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diarik beberapa poin tentang masa
kepemimpinan Harun Al-Rasyid sebagai berikut:
Segi Sosial (dalam arti luas)
1. Terjadi perluasan kekuasaan wilayah di berbagai sudut yang terbentang dari daerahdaerah Laut Tengah di sebelah Barat India sampai India di sebelah Timur.
2. Infrastruktur kota semakin baik, baik dari segi bangunan yang lebih maju dibanding
dengan masa kepemimpinan sebelumnya.
3. Melestarikan keindahan dan kebudayaan setempat, serta terdapat berbagai rupa
kesenangan, hiburan dan kemewahan yang terkenal di seluruh dunia.

B. Saran
Setelah membaca materi di atas, diharapkan kepada para pembaca khususnya bagi
mahasiswa agar bisa memahami secara keseluruhan sebagai bekal membentuk peradaban baru
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Isy, Yusuf, Dinasti Abbasiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Hawwa, Said, Al-Islam. Jakarta: Gema Insani, 2004.
Hitti, Philip K., Terj. Usuludin Hutagulung, Dunia Arab. Bandung: Sumur Bandung, 1960.

29 Philip K. Hitti, Dunia Arab, 141.


30 Fuad, Zakki, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2008), 161-176.
4
Oleh: Luis Kholilur Rohman Saani (D91213154), Maliki (D91213156). PAI/V

Khalil, Syauqi Abu, Harun Ar-Rasyid, Amir Para Khalifah dan Raja Teragung di Dunia. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Nawawi, Hadari, Metodologi Penelitian Segi Sosial. Jakarta: Indayu Press, 1993.
Pahlawan Kayo, Khatib, Kepemimpinan Islam dan Dakwah. Jakarta: Amzah, 2005.

Saefudin, Didin, Zaman Keemasan Islam. Jakarta: Grasindo, 2002.


Souyb, Joesoef, Sejarat Daulat Abbasiyah. Jakarta: Bulan Bitang, 1977.
Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam III. Jakarta: Pustaka AL Husna Baru, 2003.
Zakki, Fuad, Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Sunan Ampel Press, 2008.

5
Oleh: Luis Kholilur Rohman Saani (D91213154), Maliki (D91213156). PAI/V

Anda mungkin juga menyukai