KELAS : 8-A
1. Proses pembentukan
a. Timbulnya pertentangan politik antara Muawiyyah dengan pengikut Ali bin Abi
Thalib (Syiah).
e. Adanya konsep hijrah dimana setiap orang harus bergabung dengan golongan
khawarij yang tidak bergabung dianggapnya sebagai orang yang berada dalam dar
al-harb, dan hanya golongan khawarijlah yang berada pada dar al-islam.
g. Munculnya paham mawali, yaitu paham tentang perbedaan antara orang Islam Arab
dan non-Arab.
a. Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama.
b. Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
Pertama.
c. Periode ketiga (334 H/954 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua.
d. Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani
Seljuk dalam pemerintahan Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.
e. Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 m), masa khalifah bebas dari
pengaruh lain tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Bagdad.
Pada periode 750-847 M seluruh kerajaan Islam berada di bawah kekuasaan para
Khalifah kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin pada zaman ini
sebagai berikut:
Pada masa Al-Masyur, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata yang
artinya,”sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya. Pandangan ini
berlanjut ke generasi selanjutnya yang merupakan mandat dari Allah, bukan dari
manusia, bukan pula sekedar pelanjut nabi sebagaimana pada masa al-Khulafa’ al-
Rasyidun. Di samping itu, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai “gelar tahta”,
seperti Al-Mansyur adalah “gelar tahta” Abu Ja’far yang mana itu lebih populer dari
nama sebenarnya.12
a. Masa Abbasy I, yaitu semenjak lahirnya Daulah Bani Abbasiyah tahun 750
M, sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq (847 M).
b. Masa Abbasy II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakkil (847 M), sampai
berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
c. Masa Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun (946 M)
sampai masuk kaum Saljuk ke Baghdad (1055 M).
3. Peradaban
Dari perjalanan rentang sejarah ternyata Bani Abbsiyah dalam sejarah lebih
banyak berbuat ketimbang Bani Umayyah. Pergantian Dinasti Umayyah ke Dinasti
Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah
mengubah, menoreh wajah dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah. Pengembangan
ilmu pengetahuan pada Bani Abbasiyah merupakan iklim pengembangan wawasan dan
disiplin keilmuan.
Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun al Rasyid dan puteranya Al-Makmun
ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropong bintang,
perpustakaan terbesar dan dilengkapi dengan lembaga untuk penerjemahan.
b. Bidang Ekonomi
d. Gerakan Penerjemah
Pelopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Dinasti Abbasyiah
adalah khalifah al-Mansur yang juga membangun kota Baghdad. Dia
mempekerjakan orang-orang Persia yang baru masuk Islam seperti Nuwbhat,
Ibrahim al-Fazari dan Ali Ibnu Isa untuk menerjemahkan karya-karya berbahasa
Persia dalam bidang Astronomi yang sangat berguna bagi kafilah dengan baik dari
darat maupun laut. Buku tentang ketatanegaraan dan politik serta moral seperti
kalila wa Dimma Sindhind dalam bahasa Persia diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Selain itu, Manuskrip berbahasa Yunani seperti logika karya Aristoteles, Al-
Magestkarya Ptolemy, Arithmetickarya Nicomachus dan Gerase, Geometri karya
Euclid. Manuskrip lain yang berbahasa Yunani Klasik, Yunani Bizantium dan
Bahasa Pahlavi (Persia Pertengahan), bahasa Neo-Persia dan bahasa Syiria juga
diterjemahkan.
e. Baitul Hikmah
f. Bidang Keagamaan
Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama
dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi al-Ra’yi. Tokoh
tafsir terkenal seperti Ibn Jarir at-Tabary, Ibn Athiyah, Abu Bakar Asam
(Mu’tazilah), Abu Muslim Muhammad Ibn Bahr Isfahany (Mu’tazilah), dll.
Dalam bidang Fiqh, muncul kitab Majmu’ al-Fiqh karya Zaid Ibn Ali (w 740)
yang berisi tentang Fiqh Syi’ah Zaidiyah. Kemudian lahir Fuqaha seperti Imam
Hanafi (w 767 ), seorang hakim agung dan pendiri Madzhab Hanafi, Malik Ibn
Anas (w 795 M), Muhammad Ibn Idris as-Syafe’i (820 M), Imam Ahmad Ibn
Hambal ( w 855 M).
Dalam bidang filsafat dan Ilmu kalam, lahir para filosof Islam terkemuka
seperti Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi, Ibn Barjah,
Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. Dan ilmu Kalam, Mu’tazilah pernah menjadi
Madzhab utama pada masa Harun ar-Radyid dan al-Ma’mun. di antara ahli ilmu
Kalam adalah Washil Ibn Atha’, Abu Huzail al-Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan
Asy’ary, dan Iman Ghazali.
Ilmu Lughah juga berkembang dengan pesat karena bahasa Arab semakin
dewasa dan memerlukan suatu ilmu bahsa yang menyeluruh. Ilmu bahasa yang
dimaksud adalah Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh, dan Insya. Ulama
Lughahyang terkenal adalah Sibawaih (w 183 H), Mu’az al-Harra (w 187 H), Ali
Ibn Hamzah al-Kisai (w 208 H), dll.
Adapun kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
dalam bidang ilmu Pengetahuan, sains dan teknologi adalah:
1) Astronomi, Muhammad Ibn Ibrahim al-Farazi (w. 777 M), ia adalah astronom
muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur
ketinggian bintang. Disamping itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam
lainnya, seperti Ali Ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, al-Khayyam
dan al-Tusi.
2) Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali Ibn
Rabban al-Tabari pengarang buku Firdaus al-Hikmah tahun 850 M, tokoh
lainnya adalah ak-razi, al-Farabi, dan Ibn Sina.
3) Ilmu Kimia, bapak kimia Islam adalah Jabir Ibn Hayyan (w. 815 M), al-Razi,
dan al-Tuqrai yang hidp pada abad ke 12 M.
4) Sejarah dan Geografi, pada masa ini sejarawan ternama abad ke 3 H adalah
Ahmad Ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad Ja’far Ibn Jarir al-Tabari.
Kemudian ahli Bumi yang termasyur adalah Ibn Khurdazabah (w. 913 H)
4. Kemunduran
Di Mesir, Muhammad Ikhsyid berkuasa atas nama Bani Abbas. Demikian pula di
Halab dan Mousil Bani Hamdan bangkit. Sementara di Yaman, kedudukan Syiah
Zaidiyah semakin kokoh. Sedangkan di ibukota Baghdad sendiri, Bani Buwaihi
berkuasa dalam praktik (de facto) dalam pemerintahan Bani Abbas, sehingga khalifah
tinggal nama saja. Faktor-faktor kemunduran itu dapat dikemukakan sebagai berikut.