Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis
lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan
dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam
politik, ekonomi dan teknologi.
Peradaban sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan
ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Sejarah perkembangan Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga
saat ini akan terus berlangsung. Demikian pula dengan peradaban Islam,
senantiasa akan berlangsung di berbagai wilayah dunia Islam.
Seperti kita ketahui, Islam pernah mencapai kejayaan dalam bidang
peradaban, bahkan sebelum bangsa Eropa maju, peradaban Islam telah mencapai
puncak kejayaannya. Dengan demikian, tidak dapat disangkal bahwa karena
peradaban Islam-lah peradaban Eropa menjadi maju, karena bangsa Eropa telah
belajar dari peradaban Islam, khususnya dari peradaban Islam Spanyol. Oleh
karena itu, mempelajari sejarah Islam dan peradabannya adalah suatu
keniscayaan, agar kemajuan peradaban Islam dapat kembali diraih oleh umat
Islam.
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam
mengembangkan peradaban Islam. Pemerintahan dinasti ini sangat peduli dalam
upaya pengembangan ilmu pengetahuan, ini terbukti dengan disiapkannya segala
fasilitas untuk kepentingan tersebut; pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah
seperti Baitu Hikmah, majelis munadzarah, dan pusat-pusat studi lainnya.
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa dimana umat Islam membangun
pemerintahan, yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu

1
keniscayaan yang diwujudkan dalam membawa umat ke suatu negeri idaman,
suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Abbasiyah, nama dinasti kekhalifahan yang berkuasa mulai 749 hingga
1258 (132 H-656 H) ini diambil dari nenek moyangnya al-Abbas bin Abdul
Mutalib bin Hasyim, paman Rasulullah. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu al-
Abbas al-Saffah dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Al-Saffah artinya sang
penumpah darah. Menurut Prof. Dr. Hamka, Abu al-Abbas al-Saffah dikenal
sebagi orang yang masyhur karena kedermawanannya, kuat ingatannya, keras
hati, tapi sangat besar dendamnya kepada Bani Umayyah. Sehingga dengan tidak
mengenal belas kasihan dibunuhnya keturunan-keturunan Bani Umayyah itu.
Munculnya Dinasti Abbasiyah sering dihubungkan dengan kejatuhan
Dinasti Umayyah. Dalam satu hal terdapat perbedaan yang sangat mendasar:
Dinasti Umayyah terdiri atas orang Arab, sementara Dinasti Abbasiyah lebih
bersifat internasional. Dinasti Abbasiyah merupakan kerajaan orang Islam baru,
tempat orang Arab hanya menjadi salah satu unsur dari berbagai bangsa yang
membentuk kerajaan itu.
Oleh karena itu, penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini lebih dari
sekedar penggantian dinasti, ia merupakan revolusi dalam sejarah Islam, suatu
titik balik yang sama pentingnya dengan revolusi Prancis dan revolusi Rusia di
dalam sejarah Barat.
Ketika berhasil merebut kekuasaan, orang Abbasiyah mengklaim dirinya
sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan negara teokrasi,
yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti Umayyah.
Kekuasaan dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, yaitu selama lima abad. Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode:

3
1. Periode pertama (132 H/750 M 232 H/847 M), disebut periode pengaruh
Persia pertama.
2. Periode kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki
pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945 M 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti
Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
4. Periode keempat (447 H/1055 M 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H/1194 M 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.
Pada mulanya Ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun
untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-
Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Bagdad,
dekat bekas ibu kota Persia, Ctesipon, tahun 762 M. Dengan demikian pusat
pemerintahan Dinasti Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Dinasti Abbasiyah, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam,
mencapai masa kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah didirikan.
Kekhalifahan Bagdad yang didirikan oleh Al-Saffah dan al-Manshur mencapai
masa keemasannya antara masa khalifah ketiga, al-Mahdi, dan khalifah
kesembilan, al-Watsiq dan lebih khusus pada masa khalifah Harun al-Rasyid dan
anaknya, al-Mamun.

B. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah


Sistem pemerintahan kekhalifahan diambil dari nilai-nilai Persia. Para
khalifah Abbasiyah mmeperoleh kekausaan untuk mengatur Negara langsung dari
Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari siste kekhalifahan yang dipilih oleh
rakyat. Kekuasaan mereke yang tertinggi diletakkan pada ulama sehingga
pemerintahannya merupakan system teokrasi. Khalifah bukan saja berkuasa di

4
bidang pemerintahan duniawi juga berhak memimpin agama yang brdasarkan
pemerintahannya pada agama.
Pemerintahan Abbasiyah berlanjut dari tahun 132 656, kurang lebih
selama 524 tahun. Pemerintahan Abbasiyah menurut pandangan ahli sejarah
membagi kepada periode:

1. Periode khalifah Abbasiyah yang pertama Abdul Abbas Al-Saffah 132-


136H/750-754M.
Nama aslinya adalah Abu Al-Abbas bin Muhammad Ibni Ali bin Abdillah bin
Al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Pada periode ini tidak ditemui
banyak kemajuan karena masa ini awal pemerintahan dan tampaknya masih
berkonsentrasi pada kondisi ke dalam dan pembenahan, dan masih ada
beberapa perlawanan-perlawanan melawan panglima Bani Umawiyah yang
loyalitas pada Daulah Umawiyah seperti Abdurrahman ad-Dakhili yang
mendirikan Daulah Umawiyah seperti Abdurrahman Ad-Dakhili yang
mendirikan Daulah ABni Umamawiyah di Andalus ia selamat dari kejaran
Abbasiyah, kemudian memerangi Abu Salamah Al-Khalifah Marwan. Pada
periode ini al_khalifah merehabilitasi istana yang berada di Baghdad, namun
pada periode Al-Mansyur khalifah kedua di bangun kembali dengan megah.
2. Periode Khalifah Kedua
Khalifah kedua sesudah Abdul Abbas Al-Saffah adalah Abu Jakfar Al-
Mansyur tahun 136-158H/754-775 M. dilahirkan Abu Jakfar Abdullah bin
Muhammad bin Ali Abbasiyah tahun 102 H di Qemah pada akhir
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Khalifah ke dua ini adlah yang
merahabilitasi istana dengan megah, seindah-indahnya, diceritakan dalam buku
siapa yang melihat istana akan terheran-heran.
3. Almahdi tahun 158-169 H/775-785 M
Ia adalah khalifah Daulah Abbasiyah ketiga yang memerintah lebih kurang
sebelas tahun namanya adalah Muhammad bin Abdillah al-Mansyur di lahirkan
di Al-Hanimah 126H. pada masa khaliah ketiga ini dikeluarkannya para
tahanan penjarakan sebelum ia memerintah keculai yang puya kesalahan,

5
pelanggaran yang besar. Ia membangun bangunan jalan untuk menuju Mekkah
dan membangun perairan dari sumur-sumur besar untuk minum para musafir,
dan dialirkan ke penjara-penjara, dan dijaga kebersihannya dari kotorn dan
penyakit, ia merehabilitasi masjid Al-Haram akan tetapi ia menghilangkan
nama Al-Wahid bin Abdil Malik dari dinding masjid Al-Haram dan diganti
dengan namanya. Ia juga membangun kantor-kantor pos surat untuk penduduk
Mekkah, Madnah, dan Yaman, dan menunjuk wakil-wakil raja di berbagai
Daulah Abbasiyah. Khalifah ini dikenal dengan kemakmuran dan disukai
rakyatnya. Ia juga membuat pagar disekeliling kota-kota untuik pertahanan
dan khususnya daerah Rafasah. Dan pada masa khalifah Al-Mahdi, Baghdad
menjadi pusat perdagangan internasional dan berkembang bernagai ilmu.
4. Khalifah Keempat Al-Hadi tahun 169-170 H/785-786
Tidak disebutkan secara rinci kemajuan-kemajuan pada zaman ini, namun
dapat dilihat khalifah keempat ini adalah melanjutkan kebijakan-kbijakan
khlaifah sebelumnya.
5. Khalifah keenam harun Al-Rasyid
Kekhalifahannya dari tahun 170-193H/876-809M. paa masa khalifah ini
Bgahdad adalah paling makmur dari zaman sebelumnya, seperti menjadi pusat
perdagangan dan banyaknya para ulama dan udaba .nama Harun Al-Rasyid
terkenal di negeri-negeri barat. Ketika ia mengadakan hubungan politik dan
dengan adanya buku Seribu Satu Malam. Pemerintah apda masa ini adalah
lebih aman dan tenteram, hamper seluruh rakat mencintai Rasyid, para ulama,
As-syura, al-udaba, aL-Rasyid sendiri adalah seorang ulama dan mencintai
ilmu pengetahuan.
6. Khalifah kelima Al-Amin
Pemerintahannya dari tahun 193-198H/808-813 M. pada masa ini tidak bayak
perkembangan karena pemerintahnnya hanya lebih kurang lima tahun dan hauh
berbeda dengan bapaknya Al-Rasyid , AlAin lebih banyak melemahkan
kekuatan yang pernah dirintis oleh bapaknya baik itu dari segi keilmuwan
maupun pembangunan fisik.

6
7. Khalifah ketujuh Al-Mamun
Ia memrintah dari tahun 198-218 H/818-833M. pada masa pemerintahan ini
awal dari munculnya ilmu filsafat (al-Hikmah), dan juga meunculnya buku
kedokteran, ia mewajibkan kepada para ulama mengatakan al-Quran ini
makhluk munculnya pemahaman tentang AL-Quran ini makhluk pada Al-
Mutasyim saudara AL-Maun. Al-Quran-Al-Quran ini makhluk bahkan ia
dipenjara dan para rakyat diperintahkan untuk memakai baju hijau karena
warna ini adalah baju ahli surga.
8. Khalifah kedelapan al-Mutasim
Ia memerintah dari tahun 218-227 H/833-842M. pada masa ini siapa yang tidak
setuju dengan pemikiran al-Muttazirah atau dengan Al-Quran sebagai
makhluk, maka ia dihukum, dicambuk, namun di lain pihak Al-Mutasim
sesuatu masalah yang tidak bias menyelesaikannya ia serahkan kepada para
ahlinya.
9. Khalifah kesembilan Al-Wasiq
Pemerintahannya dari tahun 227-232H/742-847 M. pada pemerintahan ini ia
lebih banyak berkonsentrasi pada pembenahan Al-Atrak (Turki sekarang) pada
periode ini tidak banyak disebuykan kemajuan-kemajuan karena khalifah
kesembilan ini lebih banyak membenahi ke dalam, seperti memeperhatikan
para ulama-ulama yang tidak sepaham dengan mazhab Al-Mutazilah.

C. Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah


Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan
mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti
Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
daripada perluasan wilayah.
Abad X Masehi disebut abad pembangunan daulah islamiyah di mana Dunia
Islam, mulai Cordova di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan mengalami
pembangunan di segala bidang, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.

7
Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur; sebaliknya
dunia Barat masih dalam keadaan gelap gulita, bodoh dan primitif. Dunia Islam
telah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan observatorium; dunia
barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad telah menimbulkan dorongan untuk
menumbuhkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam.
Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Bagdad sangat maju sebagai pusat
kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Perkembangan Bidang Ilmu Naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (al-Quran dan Hadits), yaitu
ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu ini mulai disusun
perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah Nabi sehingga menjadi
ilmu yang kita kenal sekarang, antara lain ulumul quran, ilmu tafsir, hadis,
ilmu kalam, bahasa, dan fiqih.
1) Ilmu Fiqh:
Pada masa Abbasiyah lahir para tokoh Fuqoha (ahli Fiqih) pendiri madzhab,
antara lain:
a) Imam Abu Hanifah (700-767 M)
b) Imam Malik (713-795 M)
c) Imam Syafii (767-820 M)
d) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M)
2) Ilmu Tafsir. Dari tafsir yang ada cera penafsirannya ada dua macam:
- Tafsir bi al-matsur, yaitu menafsirkan al-Quran dengan hadits Nabi.
Mufassir masyhur golongan ini pada masa Abbasiyah antara lain
a) Ibn Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz
b) Ibn Athiyah al-Andalusy (Abu Muhammad bin Athiyah)
c) al-Suda yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn
Masud, dan para sahabat lainnya.

8
- tafsir bi al-rayi, yaitu menafsirkan al-Quran dengan menggunakan akal
dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya. Mufassir
masyhur golongan ini pada masa Abbasiyah antara lain:
a) Abu Bakar Asma (mutazilah),
b) Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany (mutazilah) dengan
kitab tafsirnya 14 jilid.
3) Ilmu Hadits.
Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Quran. Diantara
para ahli hadits pada masa dinasti Abbasiyah adalah
a) Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih al-Bukhari
b) Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim
c) Ibnu Majah, Karyanya Sunan Ibnu Majah
d) Abu Dawud, Karyanya Sunan Abu Dawud
e) Imam an-Nasai, Karyanya Sunan An-Nasai
f) Imam Baihaqi
4) Ilmu Kalam
Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga
neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan
suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah
a) Imam Abu Hasan al-Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi, tokoh
Asyariyah.
b) Washil bin Atha, Abu Huzail al-allaf, tokoh Mutazilah.
c) Al-Jubai

5) Ilmu Bahasa
Ilmu-ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi, dan arudl. Bahasa Arab
dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, disamping sebagai alat
komunikasi antar bangsa.
Diantara para ahli ilmu bahasa adalah:

9
a) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000
halaman.
b) Al-Kisai
c) Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000
halaman lebih.
b. Perkembangan Bidang Ilmu Aqli
Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa
Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, di samping bahasa India. Pada tahun
856 M khalifah al-Mutawakkil mendirikan Sekolah Tinggi Terjemah di
Bagdad yang dilengkapi dengan museum buku-buku.
Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase.
1. Fase pertama pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid, pada
fase ini banyak diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi dan
mantiq.
2. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Mamun hingga tahun 300
H, buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan
kedokteran.
3. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya
pembuatan kertas. Selanjutnya bidang ilmu yang diterjemahkan semakin
meluas.
Dengan kegiatan penerjemahan itu, sebagian karangan Aristoteles, Plato,
Galen, serta karangan dalam ilmu kedokteran lainnya dan juga karangan
mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya dapat dibaca oleh alim ulama
Islam.
Bertolak dari buku yang diterjemahkan itu para ahli dikalangan kaum
muslimin mengembangkan penelitian dan pemikiran mereka, menguasai semua
ilmu dan pemikiran filsafat yang pernah berkembang masa itu serta malakukan
penelitian secara empiris dengan mengadakan eksperimen serta
mengembangkan pemikiran spekulatif dalam batas-batas yang tidak
bertentangan dengan kebenaran wahyu. Semenjak itu dimulailah pembentukan
ilmu-ilmu Islam di bidang aqli, yang sering disebut Abad Keemasan yang
berlangsung antara 900-1100 Masehi.

10
Dalam bidang ilmu aqli antara lain berkembang berbagai kajian dalam
bidang filsafat, logika, metafisika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmatika,
astronomi, musik, kedokteran, kimia, sejarah dan sastra.
1) Filsafat
Kajian filsafat di kalangan umat Islam mencapai puncaknya pada masa
Dinasti Abbasiyah, di antaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke
dalam bahasa Arab. Para Filsuf Islam antara lain:
a) Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M).
b) Abu Nashr Al-Farabi (961 M).
c) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M).
d) Al-Ghazali (1058-1111 M).
e) Ibnu Rusyd di Barat terkenal denga Averros (1126-1198 M).
2) Ilmu Kedokteran
Pada Masa Abbasiyah Ilmu kedokteran berkembang pesat, rumah sakit dan
sekolah kedokteran banyak didirikan. Diantara ahli kedokteran ternama
adalah
a) Abu Zakariya Yahya bin Mesuwaih (w. 242 H), seorang ahli farmasi di
rumah sakit Jundishapur Iran.
b) Abu Bakar Ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai Ghalien
Arab.
c) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun fi Ath-
Thib tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh
obat-obatan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of
Medicine.
d) Ar-Razi, adalah tokok pertama yang membedakan antara penyakit cacar
dengan measles, Ar-Razi adalah penulis buku tentang kedokteran anak.
3) Matematika
Terjemahan dari buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan
karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika Islam yang
terkenal adalah Al-Khawarizmi, ia adalah pengarang kitab Al-Jabar wal
Muqabalah (ilmu hitung), dan penemu angka nol.

11
Sedangkan angka latin: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut angka Arab karena
diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I, II, II, IV, V dan
seterusnya.
Tokoh lain adalah Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin
Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli ilmu matematika.
4) Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami
Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan
bergizi).
5) Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi
dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu Falak
Jahiliyah. Diantara ahli astronomi Islam adalah:
a) Abu Manshur Al-Falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah Isbat
Al-Ulum dan Hayat Al-Falak.
b) Jabir Al-Batani (w. 319 H). Ia adalah pencipta teropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal adalah kitab Marifat Mathiil Buruj Baina Arbai
Al-Falak.
c) Raihan Al-Bairuni (w. 440 H). Karyanya adalah At-Tafhim li Awal As-
Sina At-Tanjim.
6) Geografi
Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak semula bangsa
Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk
berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat adalah umat Islam
mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan
Islam.

F. Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah


Akhir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan
oleh pasuka Mongol yang dipimpin oleh Hulahu Khan, 656 H / 1258 M. Hulagu

12
Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia
Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad di bumi
hanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
denga keluarganya, Al-Mutasyim Billah dibunuh., buku-buku yang terkumpul di
Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna
air sunagi tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta
yang ada pada buku-buku itu.
Dengan demikianlah, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan
peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan
gemilang.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahhan Dinasti Abbasiyah, kemajuan intelektual pada waktu itu
setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
Pertama, terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh
Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan. Selain itu mereka
banyak berjasa dalamperkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh
Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama
Filsafat.
Kedua, Gerakan Terjemah. Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-
kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat
dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah.
Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Bagdad dihancurkan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Bagdad
dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah yang terakhir dengan
keluarganya, al-Mutashim Billah, dibunuh. Buku-buku yang terkumpul di baitul
hikmah dibakar dan dibuang ke sungai tigris sehingga berubahlah warna air yang
semula jernih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta dari buku-buku itu.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan
peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan
gemilang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid II, Jakarta: Bulan Bintang, 1981
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009
Samsul Nizar, Sejarah Pensdidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah pendidikan
Era Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta : Kencana, 2008
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 2002
W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990

15

Anda mungkin juga menyukai